MODUL PEMBELAJARAN
ANALISIS ZAT GIZI PANGAN
gizi.utu.ac.id
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB VII ANALISIS KARBOHIDRAT .................................................. 90
7.1. Kandungan Karbohidrat dalam Bahan Pangan ......................... 91
7.2. Metode Analisis Karbohidrat yang Dapat Dicerna ..................... 99
7.3. Metode Analisis Karbohidrat yang Tidak Dapat Dicerna ......... 104
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 109
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
kelompok makronutrien, mikronutrien, bahan tambahan makanan (food
additives), bahan ikutan (food ajunct), dan kelompok bahan metabolit baik
yang disengaja (alkohol, laktat), dan yang tidak disengaja (aflatoksin , dll)
2
3
3
BAB II
DASAR ANALISIS
4
DARI LUAR LABORATORIUM
Lingkungan tercemar
Standar kalibrasi DARI LABORATORIUM (udara, air)
Penarikan sampel
Persiapan sampel
Instrumen
Kalibrasi
Analis
Bahan kimia Kondisi analisis
Komputasi data
Bahan lainnya
Data Akhir
5
Pengaplikasian dari kedua metode konvensional diatas masih
relevan hingga saat ini, mengingat analisis dengan menggunakan alat
instrumentasi (metode potensiometri dan spektrofotometri) terbilang cukup
mahal. Selain itu, instrumentasi membutuhkan kalibrasi zat pembanding.
Walaupun demikian, metode-metode tersebut tetap diperlukan untuk
dapat saling melengkapi. Pada modul ini, akan diuraikan satu persatu
mengenai kedua metode tersebut.
6
Untuk memperoleh endapan selama proses penyaringan, maka
yang perlu diperhatikan adalah ukuran partikel endapan. Ukuran partikel
endapan tersebut dapat diatur dengan cara meningkatkan kesetimbangan
kelarutan (S) dan menurunkan konsentrasi spesi (Q). Hal ini merujuk pada
persamaan dibawah ini.
Q−S
Relative Supersaturation (RSS) =
S
Dimana :
Q = Konsentrasi spesi
S = Kesetimbangan kelarutan
RSS, mengontrol endapan yang terbentuk sehingga bila RSS >> maka
endapan berbentuk koloid dan bila RSS << maka endapan berbentuk
kristalin.
7
B. Gravimetri metode penguapan
Pada metode ini sampel dipaparkan dengan suhu yang ditentukan,
kemudian analit (sampel) yang tertinggal ditimbang. Sementara itu, zat
yang menguap tidak dihitung. Contohnya, pada pengujian kadar air pada
sampel organik dan penentuan air kristal yang terikat (hidrat) dalam suatu
senyawa.
C. Gravimetri metode elektrolisis
Sampel berupa larutan dimasukkan ke dalam sel elektrolisis
dengan waktu yang ditentukan, kemudian logam yang mengendap pada
katode ditimbang (ditentukan beratnya). Contohnya, penentuan logam
tembaga (Cu) dalam larutan sampel yang dielektrolisis dengan katode
platina (Pt) yang dikondisikan dalam suasana asam.
8
perubahan warna ini disebut titik akhir titrasi. Pada kondisi ini, dilakukan
pengukuran volume larutan standar yang terpakai dari buret dinyatakan
dalam milliliter.
Idealnya, titrasi yang akurat adalah titik akhir titrasi yang mendekati
dengan titik ekivalen teoritis. Adanya jarak atau perbedaan titik akhir titrasi
dengan titik ekivalen dapat dinyatakan dengan kesalahan titrasi (error)
pada pengukuran. Oleh karena itu, pada praktiknya untuk meminimalisir
perbedaan tersebut perlu dilakukan pengulangan minimal 3 kali analisis.
Hal ini karena akan sangat memungkin terjadi perbedaan titik walaupun
sedikit. Selain itu, juga perlu diperhatikan dalam pemilihan indikator agar
terjadi kesesuaian reaksi dan hal ini dapat mengurangi kesalahan selama
analisis.
Saat proses titrasi, terdapat beberapa hal lain yang juga perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Alat pengukur volume yang digunakan, seperti pipet volume, buret,
dan labu takar telah dikalibrasi (ditera secara teliti).
b. Larutan standar yang digunakan harus memiliki kemurnian yang
tinggi.
c. Terdapat indikator agar dapat diketahui titik akhir pada titrasi.
d. Neraca analitik telah dikalibrasi sebelum digunakan untuk
menimbang bahan dan pembuatan larutan standar.
9
meningkat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan
dalam melakukan analisis. Adapun yang dimaksud titik ekivalen pada
kurva tersebut adalah jumlah mol dari larutan sampel tepat habis bereaksi
dengan larutan analit dengan jumlah mol yang sama. Berdasarkan kurva
titrasi (Gambar 2) dapat di prediksi peluang kesalahan (error) dalam
titrasi dan seberapa powerful indikator yang digunakan dalam proses
titrasi. Dengan demikian, perlu mengetahui indikator-indikator yang
spesifik untuk digunakan, yang dijelaskan dalam sub bab ini.
10
Tabel 1. Jenis-Jenis Indikator, Perubahan Warna, dan Rentang pH
11
2.3. Evaluasi Data Analisis
Setiap metode pengujian di laboratorium mungkin saja mengalami
kesalahan karena berbagai faktor hal yang dapat mempengaruhi data
hasil analisis. Faktor tersebut berasal dari ketidaktentuan yang asalnya
dari sumber kesalahan acak dan kesalahan sistematik yang bisa saja tidak
dapat dihindari dan disadari oleh analis. Evaluasi data analisis dilakukan
supaya dapat diketahui sejauh mana tingkat ketepatan (precision) dan
ketelitian (accuracy) akibat dari kesalahan selama analisis. Evaluasi
tersebut dilakukan dengan cara menggunakan pembanding atau rumus
matematik.
𝑥 +𝑥 +𝑥 +⋯+𝑥 ∑𝑥
𝑥̅ = =
𝑛 𝑛
Dimana :
𝑥̅ = rata-rata
𝑥 , 𝑥 , …. = masing-masing nilai yang diukur
n = jumlah pengkuran (pengulangan)
Contoh, hasil analisis kadar air pada sampel tepung terigu diperoleh
berturut-turut yaitu 13,01%, 13,35%, dan 14,08%. Maka, nilai rata-rata
kadar air pada sampel tersebut yaitu :
12
Dari hasil perhitungan diatas, nilai rata-rata kadar air tepung terigu
yaitu 13,48%. Penentuan dengan cara ini memang sulit ditentukan tingkat
ketepatannya. Akan tetapi, penetapan nilai rata-rata merupakan cara
terbaik. Cara penetapan hasil analisis lain yaitu median. Median
merupakan nilai tengah dari kumpulan data. Cara ini sangat jarang
diterapkan dalam mengevaluasi hasil analisis. Sehingga penetapan nilai
rata-rata lebih banyak diterapkan.
Ketelitian data hasil analisis bisa ditentukan dengan dua cara yaitu
metode absolut dan metode komparatif. Metode absolut yaitu
membandingan hasil analisis dengan standar komposisi sampel yang
telah diketahui komposisi sebelumnya. Sementara metode komparatif atau
metode perbandingan, yaitu data hasila analisis dibandingkan dengan
data yang diperoleh dari metode lainnya. Ketepatan (precision) adalah
metode analitik untuk mengetahui seberapa jauh pengulangan analisis
dalam memberikan hasil data yang sama. Apabila hasil analisis
menunjukkan hasil pengulangan yang mirip maka data analisis
mempunyai ketepatan yang baik. Pada sisi statistik, ketepatan umumnya
disebut penyimpangan (error) bila ditemukan variasi (variation) dari hasil
analisis.
13
a b c d
B. Kekhasan (specifity)
Kekhasan adalah metode analisis yang hanya mendeteksi
komponen yang diinginkan. Kekhasan dipengaruhi oleh senyawa-senyawa
penggangu yang menghasilkan pengukuran sejenis pada sampel yang
dianalisis. Semakin khas metode analisis, maka metode akan semakin
baik dan ganguan dari senyawa-senyawa lain akan berkurang.
C. Kepekaan (sensitivity)
Kepekaan adalah perbandingan atau rasio antara besaran respons
instrumental dengan jumlah dari senyawa-senyawa tersebut. Kepekaan
diukur dan dinyatakan untuk membedakan komposisi terukur paling kecil
diantara kedua sampel. Adanya perbedaan tersebut akan memberikan
14
keragaman dari suatu metode. Pada analisis instrumental, perbandingan
sinyal dengan noise baiknya paling kecil yaitu 2 : 1.
15
Meniskus Meniskus
cekung cembung
Air Merkuri
16
2.3.2. Kesalahan Sistematik (Sistematic Error)
17
4. Angka 0 yang letaknya setelah angka bukan 0 pada angka yang
yang tidak terdapat tanda desimal adalah bukan angka penting.
Contohnya, 20000 memiliki 1 angka penting. Tetapi, 20000,0
memiliki 6 angka yang penting.
RANGKUMAN
18
4. Volumetri ditentukan berdasarkan volume zat yang bereaksi, dimana
sampel (analit) dibiarkan bereaksi dengan pereaksi yaitu larutan
standar, lalu diukur volume larutan standar tersebut. Metode volumetri
ini dikenal juga dengan metode titrimetri.
5. Penyimpangan data selama analisis diakibatkan karena kesalahan
yang terjadi selama melakukan analisis. Kesalahan bisa bersumber dari
kesalahan acak (random sampling) dan dan kesalahan sistematik
(systematic error).
6. Kesalahan acak menghasilkan penyebaran data yang menyimpang
satu sama lain dan menyebar di sekitar nilai rata-rata. Kesalahan acak
menyebabkan ketepatan yang dihasilkan rendah. Sementara itu,
kesalahan sistematik mengakibatkan data hasil analisis menyimpang
dari nilai sebenarnya yang maknanya bahwa tingkat ketelitian jelek.
19
LATIHAN
STUDI KASUS
20
1. Menurut Anda kriteria Good Laboratory Practices apa saja yang
harus dijalankan sebagai seorang peneliti untuk mendapatkan hasil
yang disajikan pada Tabel tersebut ?
2. Menurut Anda mengapa seorang peneliti harus melakukan
pengujian dengan pengulangan minimal 3 kali ?
3. Lengkapi kolom kosong di tabel tersebut !
4. Apakah ada kemungkinan terjadi kesalahan random sampling dan
systematic error selama peneliti melakukan analisis?
5. Menurut Anda data yang bagaimana yang dimaksud memiliki
tingkat ketelitian dan ketepatan yang baik ?
-----
21
22
22
BAB III
ANALISIS KADAR AIR
23
dikatakan memiliki tingkat kestabilan yang tinggi. Struktur molekul air
dapat dilihat pada Gambar 6.
24
Gambar 7. Struktur Tetrahedral Air
Molekul air yang sifatnya polar juga dapat mengikat molekul lainnya
yang juga bersifat polar dengan cara mengikat muatan positif atau negatif
pada molekul lainnya, atau juga dapat berinteraksi dengan ion-ion bebas.
Sebagai contoh, sisi positif H pada molekul air berikatan dengan gugus
hidroksil (-OH) bebas pada karbohidrat. Adanya gugus –OH yang dalam
jumlah banyak pada karbohidrat akan mampu mengikat beberapa molekul
air melalui ikatan hidrogen yang dapat dilihat pada Gambar 8. Contoh
lainnya, sisi positif H pada molekul air berikatan dengan sisi nitrogen pada
molekul amoniak. Kemampuan air berikatan secara hidrogen dengan
molekul lainnya, menjelaskan kondisi air yang terikat secara kimia dalam
bahan pangan. Dapat diingat, bahwa bahan pangan mengandung
komponen gizi, seperti protein, glukosa, dan lainnya.
25
3.2.1. Sifat Fisik Air
Adanya sifat polar dan juga kemampuan air dalam mengikat
molekul lainnya melalui ikatan hidrogen mempengaruhi terhadap sifat fisik
air, seperti titik didih, titik uap, dan titik leleh yang sifat fisik air dapat dilihat
pada Tabel 2. Air memiliki wujud cair di suhu 0-100oC. Air mengalami titik
didih pada suhu 100oC dengan tekanan 1 atmosfir (atm) (760 mmHg).
Adanya suhu yang tinggi ini akan menyebabkan pemutusan ikatan
hidrogen antar molekul air, sehingga molekul air menjadi bebas.
Selanjutnya, molekul air akan bergerak secara sangat cepat dan beberapa
molekul air akan terlepas dari permukaan dan membentuk wujud gas.
Pelepasan molekul air juga seiiring dengan penurunan jumlah rata-rata air.
Berikutnya, pada kondisi suhu yang lebih rendah dan tekanan yang
rendah (vakum). Air akan berubah wujud dari padat menjadi wujud gas.
Dapat diartikan bahwa, air dapat diuapkan/dikeluarkan dari suatu bahan
pangan dengan cara diatur suhu dan tekanannya. Prinsip keduanya, baik
dengan suhu tinggi atau rendah atau tekanan tinggi atau rendah,
merupakan teknik atau cara mengeluarkan air dalam bahan pangan atau
dikenal dengan metode pengeringan.
26
Kapasitas panas (J/g.K) 4,2176 pada suhu 0oC
Konduktivitas panas (cair) (W/m.K) 0,5610 pada suhu 0oC
Difusifitas panas (m2/s) 1,3x10-7 pada suhu 0oC
27
ionik apabila bahan pangan dapat mengion seperti, garam, asam dan
basa. Misalkan pada larutan garam dan larutan gula. Titik didih didih
larutan gula dan garam lebih besar dibandingkan titik didih air. Sehingga
untuk menguapkan air dalam larutan gula atau garam dibutuhkan panas
yang lebih besar.
28
A B
RANGKUMAN
1. Molekul air tersusun oleh 2 atom Hidrogen (H) dan 1 atom Oksigen
(O) yang satu sama lain terikat dengan ikatan kovalen.
2. Penyusun struktur molekul air memiliki perbedaan elektronegativitas,
yaitu sisi hidrogen molekul air bermuatan positif, dan sisi oksigen
bermuatan negatif, sehingga terbentuk magnet yang dapat menarik
atau ditarik oleh senyawa lainnya yang bermuatan negatif atau yang
bermuatan positif. Adanya daya tarik–menarik antara kutub negatif
molekul air dengan molekul air lainnya pada sisi kutub positif,
menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen.
29
3. Ikatan hidrogen memiliki sifat yang mudah terputus dan terbentuk
kembali, sehingga dapat dikatakan kekuatan ikatannya lebih lemah
dibandingkan ikatan kovalen.
4. Sifat polar dan kemampuan air dalam mengikat molekul lainnya
melalui ikatan hidrogen mempengaruhi terhadap sifat fisik air, seperti
titik didih, titik uap, dan titik leleh
5. Air dalam bahan pangan memiliki 3 tipe yaitu air monolayer, air
multilayer, dan air bebas.
6. Air monolayer sukar dihilangkan dalam bahan pangan karena air
dengan komponen lain berikatan secara ionik atau hidrogen. Pada
proses pembekuan tipe air ini juga sulit dibekukan. Air multilayer yaitu
air yang terikat pada monolayer bahan pangan. Jenis tipe air ini lebih
mudah untuk diuapkan dengan proses pengeringan atau penguapan,
dan tipe air bebas sangat mudah untuk diuapkan dalam proses
pengeringan karena terikat secara fisik pada matriks bahan pangan.
7. Aw adalah air bebas yang dapat menfasilitasi terjadinya reaksi-reaksi
kimia, dan pertumbuhan mikroba.
30
METODE LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
ANALISIS KADAR AIR
31
pemanas inframerah, yaitu pengeringan cepat, serta air dalam sampel
dapat diuapkan di suhu yang tidak melebihi 70oC.
Namun demikian, metode pengeringan oven udara memiliki
kelemahan, sehingga dikembangkan oven pengeringan vakum. Pada
metode oven vakum tekanan pengering dikondisikan pada tekanan rendah
(vakum) berkisar antara 25-100 mmHg, sehingga air dari bahan pangan
dapat menguap diantara suhu 60-70oC. Kelebihan dengan metode ini
cocok untuk bahan pangan yang mengadung fruktosa, karena fruktosa
dapat mengalami penguraian pada suhu yang lebih tinggi. Namun
demikian, metode pengeringan ini membutuhkan ketelitian dan persiapan
sampel yang diuraikan dalam sub bab ini.
32
lemak tidak jenuh (mudah teroksidasi), minyak esensial, dan tannin.
Menguapnya senyawa-senyawa tersebut menyebabkan pada penurunan
berat bahan yang besar yang juga dianggap banyaknya air yang hilang,
dan ini menyebabkan nilai kadar air lebih besar dari sebenarnya.
Kesalahan pengukuran juga dapat terjadi apabila sampel kering menyerap
uap air di udara baik dalam oven atau saat melakukan penimbangan.
Untuk penyerapan air dalam oven kesalahan pengukuran dapat sebesar
0,5 atau 1%.
1. Penimbangan sampel
Jumlah sampel yang ditimbang bergantung pada jenis sampel dan
kadar airnya. Sampel dengan kadar air yang kurang dari 10% seperti biji-
bijian, susu, tepung, dan bahan kering lainnya dibutuhkan sampai 2 g
sampel. Sementara sampel yang mengandung banyak air, maka sampel
yang dibutuhkan sampai 20 g. Hal tersebut karena menghindari berat
sampel sesudah kering yang mungkin hanya diperoleh 1-2 g, sehingga
kesalahan perhitungan kadar air akibat penimbangan dapat dihindari.
4. Cawan
Ukuran cawan dapat bervariasi mulai dari diameternya 5-9 cm dan
kedalaman 2-3 cm. Tutup cawan sebaiknya seukuran dengan dengan
33
bawah cawan sehingga dapat diletakkan dibawah cawan selama proses
pengeringan. Bahan pembuatan cawan dapat berupa aluminum, nikel, dan
baja tahan karat.
5. Kondisi Oven
Pada alat oven yang hendaknya dijaga adalah suhu konstan oven.
Apabila suhu dalam oven 1oC dapat memberikan perbedaan kadar air
sampai 0,1%. Pada kondisi ini, oven perlu diberi termostat sehingga
perubahan suhu bisa dipertahankan sekitar 0,5 oC atau kurang. Untuk
oven vakum, disarankan mengatur tekanan 100 mmHg untuk sampel
lemak dan minyak, kacang-kacangan, dan buah. Tekanan 50 mmHg untuk
sampel gula atau produk-produk dari gula dan 25 mmHg untuk produk
telur, biji-bijian, atau produk berbahan baku telur.
34
menguap akan dicatat dengan neraca termal (thermobalance) secara
otomatis sebagai fungsi dari waktu dan suhu. Pencatatan ini menghasilkan
kurva perubahan berat selama pemanasan atau termogram spesifik untuk
suhu tertentu. Proses pencatatan dan penimbangan berlangsung secara
otomatis sampai sampel mencapai berat tetap. Metode ini dapat
mengurangi kesalahan selama penimbangan sampel karena sampel
ditimbang dalam alat pengering. Selain itu, metode ini berlangsung lebih
singkat, jumlah sampel yang dibutuhkan berkisar mg sampai 1 g, dan
kurva perubahan berat air dapat menunjukkan sifat fisika-kimia tentang
jenis gaya yang mengikat air dengan komponen di dalam sampel.
35
benzene), dan jenis toluene yang paling umum digunakan. Kelebihan
menggunakan metode ini, antara lain kehilangan berat sampel dapat
dihindari dan hasil akhirnya hanya berupa kadar air. Hasil ini lebih teliti
dibandingkan dengan metode oven. Selain itu, jumlah sampel yang
diperlukan lebih banyak dengan waktu analisis yang relatif singkat yaitu 30
menit-1 jam, mencegah terjadinya oksidasi selama pemanasan, dan juga
pengaruh dari kelembabapan dilingkungan dapat dihindari. Namun
demikian, terdapat kelemahan antara lain pelarut mudah terbakar,
beracun, serta ada kemungkinan senyawa gliserol atau alkohol yang ikut
terkondensasi sehingga data yang dihasilkan lebih besar dari realnya.
B. Konstanta Dielektrik
Konstanta dielektrik berbanding lurus dengan kadar air sehingga
dapat digunakan dalam menentukan kadar air sampel. Teknik metode ini
yaitu menempatkan sampel diantara dua elektroda. Kemudian perubahan
kapasitas karena kandungan air dalam sampel diubah menjadi arus atau
tegangan. Arus tersebut diubah menjadi kadar air dan dapat dilihat di
display instrument. Pengukuran kadar air dengan metode ini dipengaruhi
36
oleh faktor elektrolit, distribusi air dalam sampel, kerapatan, dan suhu
sampel.
RANGKUMAN
1. Prinsip metode langsung analisis kadar air yaitu mengeluarkan air dari
bahan dengan bantuan pengering, seperti oven, desikasi, ekstraksi,
dan teknik fisika kimia.
2. Terdapat dua jenis pengeringan oven yaitu pengeringan oven udara
dan pengeringan oven vakum. Pada metode oven udara air dalam
bahan pangan dikeluarkan dengan cara diatur tekanan udara (760
37
mmHg), sehingga air dapat menguap di suhu 100oC (suhu titik didih
air). Pada metode oven vakum tekanan pengering dikondisikan pada
tekanan rendah (vakum) berkisar antara 25-100 mmHg, sehingga air
dari bahan pangan dapat menguap diantara suhu 60-70oC.
3. Metode desikasi kimia menggunakan bahan kimia yang dapat
menyerap air tinggi. Bahan kimia yang memiliki sifat penyerapan air
tinggi, berturut-turut dari yang tinggi efisiensinya yaitu fosfor
pentaoksida (P2O5), barium monoksida (BaO), magnesium perklorat
(MgCO3), kalsium klorida anhidrat (CaCl2), dan asam sulfat (H2SO4).
4. Metode Termogravimetri menggunakan bantuan panas untuk
mengeluarkan air dari dalam bahan pangan. Kehilangan berat dari
sampel akibat air yang menguap dicatat dengan neraca termal
(thermobalance) secara otomatis sebagai fungsi dari waktu dan suhu.
Pencatatan ini menghasilkan kurva perubahan berat selama
pemanasan atau termogram spesifik untuk suhu tertentu.
5. Dua jenis metode distilasi yaitu distilasi langsung dan distilasi
azeotropik. Distilasi langsung sampel dipanaskan dalam alat distilasi
yang telah dilengkapi dengan minyak mineral yang titik bakarnya lebih
tinggi daripada titik didih air. Selama pemanasan, air akan mengalami
penguapan dan dikondensasi, serta ditampung dalam gelas yang
diketahui volumenya. Volume air tersebut diukur untuk menentukan
kadar airnya. Sementara itu, metode distilasi azeotropik air diuapkan
secara bersama dengan pelarutnya.
6. Metode tidak langsung analisis kadar air yaitu metode Listrik-
Elektronika yang meliputi konduktivitas konduktivitas searah (DC) atau
konduktivitas bolak-balik (ac), dan konstanta dielektrik, metode
penyerapan sonik dan ultrasonik, dan metode penyerapan gelombang
mikro.
38
LATIHAN
STUDI KASUS
39
4. Menurut Anda jenis tipe air apa yang paling dominan atau paling
banyak terdapat dalam bahan tepung tersebut ?
5. Saran apa yang dapat Anda berikan kepada pedagang-pedagang
yang menjual tepung curah yang secara fisik sudah tidak layak
digunakan ?
----
40
41
41
BAB IV
ANALISIS PROTEIN
42
Fenilalanin 358 434 275 305 287
Tirosin 260 396 225 239 171
Treonin 320 278 289 225 254
Valin 428 463 313 303 294
Arginin 381 160 395 262 595
Histidin 152 214 213 170 143
Alanin 370 255 365 471 255
Asam aspartate 601 424 562 392 685
Asam glutamate 796 1151 955 1184 1009
Glisin 207 144 304 231 253
Prolin 260 514 236 559 244
Serin 478 342 252 311 271
43
Gugus R Asam amino
Polar tapi tidak bermuatan Asparagin, glutamin, sistein, serin,
prodin, treonin
Non polar Alanin, isoleusin, metionin, lisin,
valin, glisin
Bermuatan positif Asam glutamat, asam aspartate
Bermuatan negatif Lisin, arginine, histidin
44
70oC berangsur-angsur akan hilang kelarutannya, terbentuk gumpalan tali,
dan pada akhirnya membentuk gumpalan putih. Sifat albumin lainnya yaitu
albumin tidak dapat larut kembali meskipun telah di dinginkan.
Pada protein serat, karakteristiknya adalah bersifat tidak larut air,
sulitnya bila diputuskan/uraian dengan enzim. Hal tersebut dikarenakan
protein serat penyusun utama pada struktur sel. Jenis protein serat yaitu
protein kolagen dan elastin. Sementara itu, protein konyugasi adalah
protein yang mengikat dengan komponen selain asam amino, seperti
karbohidrat, lemak, fosfor, dan logam. Jenis protein konyugasi adalah
glikoprotein (berikatan dengan karbohidrat), fosfoprotein (berikatan
dengan gugus fosfat), lipoprotein (berikatan dengan lipid/lemak), dan
metaloprotein (berikatan dengan logam).
Protein selain berperan dalam aktivitas sistem biologis, juga
memiliki sifat fungsional yang kemudian diaplikasikan dalam proses
pengolahan pangan, dan uraiannya adalah sebagai berikut.
A. Gluten
Gluten merupakan protein yang terdapat dalam tepung terigu.
Gluten terdiri dari dua komponen protein, yaitu gliadin dan glutenin. Kedua
jenis protein ini berperan untuk membentuk adonan yang mengembang
dan elastis, sehingga roti yang dihasilkan dapat mengembang dan juga
berongga seperti spons, elastis, lembut, dan empuk.
B. Ovalbumin
Ovalbumin merupakan protein yang terdapat dalam putih telur
dengan sifat khasnya, yaitu membentuk buih permanen dan stabil bila
dikocok. Karakter fungsional telur ini yang kemudian dimanfaatkan untuk
pembuatan kue dan roti. Penambahan telur dalam proses pengolahan
bukan saja menambah nilai gizi, tetapi pula memperoleh kue yang lembut
dan mengembang.
45
C. Aktin dan miosin
Aktin dan myosin terdapat dalam daging yang bentuknya seperti
serabut daging (miofibril). Dalam pengolahan pangan, kedua jenis protein
ini berperan pada pengolahan daging menjadi sosis, bakso, dan lainnya.
Selain itu, kedua protein tersebut berperan pula pada pembentukan emulsi
daging dalam adonan sosis atau bakso, sehingga dapat menghasilkan
bakso yang empuk, lembut, dan juicy, dan rendemen sosis juga tinggi.
D. Kasein
Kasein adalah jenis protein kompleks yang terkandung dalam susu.
Kasein dapat berperan sebagai penggumpal sehinga membentuk massa
yang kompak. Pada praktiknya, kasein ini dimanfaatkan dalam proses
pembuatan keju. Dalam gumplan terdapat lemak dan berbagai zat lainnya
yang terjaring hingga membentuk massa yang kompak, dengan rasa yang
lembut dan tidak kering.
46
dalam air. Protein yang telah diberi perlakuan pemanasan akan hilang
sifat kelarutannya dan biologisnya.
47
bebas sosis
Pengikatan cita rasa Penjeratan dan Bakeri
penyerapan
Pembentuk buih Film stabil yang Cake, whipped toppings
menjerat gas
A. Sifat Kelarutan
Sifat kelarutan protein ditentukan oleh sifat ionisasi dari asam-asam
amino dalam larutan. Selain itu, juga bergantung pada jenis pelarut, pH,
konsentrasi dan muatan ion, jenis protein, dan suhu. Untuk meningkatkan
kelarutan protein, maka perlu diatur titik pH isoelektriknya. Pada kondisi di
bawah atau di atas pH isoelektrik maka kelarutan protein akan meningkat.
Apabila mencapai pH isoelektrik maka akan terjadi pengumpalan protein.
Misalkan, pada protein kedelai ditambahkan garam kalsium sulfat (CaSO4)
yang mengakibatkan kelarutan proteinnya menurun dan lambat laun
menjadi pengumpalan pada protein. Jenis-jenis protein yang larut, yaitu
globulin, albumin, prolamin, dan glutelin. Jenis protein tersebut dapat larut
dengan baik dalam air, 60-80% alkohol alifatik, larutan garam encer, dan
0,2% NaOH.
48
atau disosiasi dari molekul protein; tahapan pengendapan (agrerasi)
protein sehingga pembentukan gel sesuai dengan yang diharapkan.
D. Sifat Emulsifikasi
Protein bersifat hidrofilik dan hidrofobik sehingga bisa
menjembatani air dan lemak yang kemudian dikatakan dapat bersifat
emulsi. Sisi hidrofilik protein akan mengikat air, dan sisi hidrofobik akan
mengikat lemak. Sifat emulsifikasi tersebut penting dalam pembuatan
sosis, saus, salad dressing, dan lain-lain. Bahan pangan seperti susu,
kedelai, telur, dan daging umumnya diisolasi proteinnya yang kemudian
dijadikan sebagai emulsifier.
49
Buih merupakan disperse koloid gas dalam air. Telur, kedelai, dan
susu proteinnya berfungsi untuk membentuk buih di dalam pengolahan
whipped toppings dan es krim.
RANGKUMAN
50
dengan menyeimbangkan interaksi protein dari protein pelarut dalam
produk pangan.
51
METODE ANALISIS PROTEIN
52
Roti, bakmi, 16,00 6,25
macaroni, gandum
Telur 14,97 6,68
Tepung 17,54 5,70
Kedelai 17,51 5,71
Maizena 16,00 6,25
Beras 16,81 5,95
Kacang tanah 18,32 5,46
Gelatin 18,02 5,55
Susu dan produk 15,66 6,38
susu
Keunggulan pada metode ini yaitu biaya yang tidak relatif mahal
dan hasil yang diperoleh cukup akurat. Metode Kjeldhal sendiri telah
diakui oleh AOAC. Metode ini juga telah berkembang dimana sampel yang
mengandung protein sedikit juga dapat dideteksi dengan prosedur AOAC
960.52. Metode ini telah dikembangkan secara semi-otomatis dan
otomatis dengan menggunakan instrument (AOAC976.06 dan 976.05).
Pada praktiknya, penetapan kandungan protein yaitu dengan
menghancurkan (destruksi) terlebih dahulu dengan sempurna. Sehingga
seluruh karbon dan hidrogen mengalami oksidasi dan nitrogen dapat
diubah menjadi ammonium sulfat. Proses destruksi ini dilakukan dengan
cara menambahkan asam sulfat (asam kuat pekat) ke dalam sampel yang
dilanjuti dengan pemanasan suhu tinggi. Katalisator juga ditambahkan
untuk mempercepat terjadinya reaksi. Setelah destruksi, dilakukan
penambahan alkali pekat untuk menetralkan dan dilanjuti dengan proses
distilasi sampai tahap distilasi. Hasil yang diperoleh dalam analisis ini
berupa protein kasar karena nitrogen yang diukur bukan hanya yang
berasal dari protein, tetapi juga dari non-protein yang mengadung
nitrogen.
53
4.3.2. Metode Biuret
Prinsip pada metode ini adalah zat yang mengandung dua atau
lebih ikatan peptide yaitu –CO-NH- dapat membentuk kompleks yang
berwarna ungu dengan garam Cu dalam larutan alkali (suasan basa).
Metode dianggap akurat karena seluruh protein mengandung ikatan
peptida. Metode ini dapat menetapkan kandungan protein terlarut.
Keunggulan metode ini yaitu sederhana, cepat, dan murah. Adapun
penjelasan uraian dari prinsip metode ini yaitu, ikatan peptida pada protein
akan bereaksi pada ion Cu2+ membentuk kompleks warna unggu.
Intensitas warna ungu yang terbentuk berbanding lurus dengan
konsentrasi protein, yang mana semakin meningkat intensitas warnanya
maka konsentrasi protein semakin besar. Intensitas warna ungu diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm menggunakan
spektrofotometer. Penentuan panjang gelombang ini tidak bergantung
pada jenis proteinnya karena yang dilihat hanya jumlah ikatan peptidanya
(terdapat pada protein). Hanya saja yang mungkin menggangu adalah
reaksi dengan urea karena mengandung gugus –CO-NH- dan juga gula
pereduksi yang bisa bereaksi dengan Cu2+.
54
4.3.4. Metode Pengikatan Zat Warna
Metode pengikatan zat warna merupakan metode yang tidak
langsung. Prinsip pada metode ini adalah zat warna (dye) memiliki
kemampuan dalam bereaksi dengan gugus polar protein. Jumlah zat
warna yang diikat ini berbanding langsung dengan kadar protein dalam
sampel. Untuk zat yang warna yang tidak terikat dengan protein
dipisahkan dengan cara disentrifugasi, kemudian supernatan diukur
intensitasnya warnanya dengan alat spektrofotometer. Intensitas warna
yang rendah pada supernatant menunjukkan bahwa semakin banyak zat
warna yang telah diikat oleh proten yang artinya semakin tinggi
kandungan proteinnya. Jenis zat warna yang dapat digunakan yaitu,
Amido Black dan Orange G. Pada Amido Black, intensitas warna diukur
pada panjang gelombang 615 nm, sedangkan pada Orange G yaitu 485
nm.
%Protein = T X 0,17
Dimana T merupakan mL NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan
keasamaan protein dalam 1000 mL susu.
55
RANGKUMAN
56
LATIHAN
STUDI KASUS
Putri bersama 2 orang temannya bergabung dalam satu tim dalam rangka
mengikuti kompetisi UTU Awards. UTU Awards merupakan kompetisi
antar perguruan tinggi yang diselenggarakan setiap tahun oleh UTU. Ada
4 kategori yang ditawarkan pada kompetisi tersebut, yaitu kategori riset
kewirausahaan, perencanaan bisnis, produk inovatif berbasis Agro and
Marine Industry, dan desain toko online. Putri bersama timnya memilih
kategori produk riset kewirausahaan. Sepanjang proses persiapannya
putri dan tim mencari beragam kreativitas ide hingga diputuskan untuk
membuat produk pangan fungsional olahan dari ikan yaitu fish stick
frozen. Harapannya produk yang nantinya diperlombakan memiliki
keunggulan dari sisi protein yang tinggi. Serta harapan lainnya, sumber
daya ikan yang sebelumnya banyak terbuang dapat diolah menjadi produk
lain yang bernilai ekonomis. Putri bersama tim mempunyai 5 kandidat
jenis ikan yang disajikan pada Tabel. Namun, sebelum memutuskan
mana jenis yang akan dipilih. Putri bersama tim perlu melakukan
pengujian protein.
No Jenis Ikan
1 Ikan Lele
2 Ikan Lumi-lumi
3 Ikan Tongkol
4 Ikan Kembung
5 Ikan Dencis
57
Berdasarkan uraian diatas, jelaskan menurut pendapat Anda :
1. Bagaimana Anda menentukan kandungan protein dari jenis ikan
tersebut ?
2. Menurut Anda, apa keunggulan dan kelemahan dari metode yang
Anda tawarkan di atas ?
3. Menurut Anda jenis protein apa yang terdapat dalam kandungan
maisng-masing ikan tersebut bila ditinjau dari sisi sifat fungsional
proteinnya ?
4. Uraikan sifat fungsional protein dari jenis ikan tersebut serta
sebutkan contoh produk olahan lain yang dapat dibuat selain fish
stick frozen ?
-----
58
5959
BAB V
ANALISIS LEMAK
60
Berdasarkan sumbernya lemak dapat dibagi menjadi 2 yaitu lemak
nabati dan lemak hewani. Lemak nabati (fitosterol) mengandung asam-
asam lemak esensial seperti asam linoleat, asam linolenat, dan asam
arakidonat. Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut
kolesterol. Lemak hewani ada yang berbentuk padat (lemak) yang
biasanya berasal dar lemak hewan darat seperti lemak pada susu, lemak
sapi, dan lain-lain. Lemak hewan laut seperti minyak ikan paus, minyak
ikan cod, dan lain-lain. Tabel 7 berikut merupakan persentase kandungan
lemak pada bebarapa contoh bahan pangan.
61
Mentega, dengan garam 80.5
Margarin, teratur, keras, kedelai
Saus salad 28.3
Italia, komersial, reguler 35.1
Pulau Seribu, komersial, reguler 44.8
Prancis, komersial, reguler 79.4
Mayones, minyak kedelai, dengan garam
Buah-buahan dan sayuran 0.2
Apel, mentah, dengan kulit 0.1
Jeruk, mentah, semua varietas komersial 0.5
Blackberry, mentah 14.7
Alpukat, mentah, semua varietas komersial 0.1
Asparagus, mentah 0.9
Kacang lima, biji belum matang, mentah 1.2
Jagung manis, kuning, mentah
Kacangan 19.9
Kedelai, biji matang, mentah 1.4
Kacang hitam, biji matang, mentah
Daging, unggas, dan ikan
Daging sapi, sayap, tanpa lemak dan lemak yang 5.0
dapat dipisahkan 1.2
Ayam, ayam pedaging atau penggorengan, daging 45.0
dada saja 12.6
Bacon, babi, diawetkan, mentah 2.3
Babi, segar, pinggang, utuh, mentah 0.7
Finfish, halibut, Atlantik dan Pasifik, mentah
Finfish, cod, Atlantik, mentah 33.5
Gila 52.8
Daging kelapa, mentah 56.6
Almond, kering, tidak asam, dipanggang kering 10.0
Kenari, hitam, kering
Telur, utuh, mentah, segar
62
From US Department of Agriculture, Agricultural Research Service (2009) USDA
National Nutrient Database for Standard Reference. Release 22. Nutrient Data
Laboratory Home Page, http://www.ars.usda.gov/ba/bhnrc/ndl
63
RANGKUMAN
1. Lemak atau minyak adalah kelompok lipid sederhana dari ester gliserol.
Lemak atau minyak disusun oleh gliserol dan asam lemak. Molekul
gliserol mengikat 3 rantai asam lemak dan juga membentuk suatu
senyawa ester yang bersifat non polar.
2. Lemak dan minyak secara fisik memiliki perbedaan, lemak (fat) pada
suhu ruang akan berbentuk padat dan minyak berbentuk cair.
Perbedaan tersebut karena lemak komposisi penyusunnya lebih
banyak asam lemak jenuh, sedangkan minyak mempunyai lebih banyak
asam lemak tidak jenuh hal ini juga yang membuat titik didih lemak
lebih tinggi.
3. Lemak diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu lipid sederhana
(simple lipid), lipid komposit (composite lipid), spingolipid dan lipid
turunan (derived lipid).
4. Lemak dalam bahan pangan memiliki peran penting dalam menentukan
kualitas dari makanan. Lemak berkontribusi pada atribut tekstur, rasa,
gizi, dan kepadatan kalori.
5. Berdasarkan sumbernya lemak dibagi menjadi 2 yaitu lemak nabati dan
lemak hewani. Lemak nabati (fitosterol) mengandung asam-asam
lemak esensial seperti asam linoleat, asam linolenat, dan asam
arakidonat. Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut
kolesterol.
64
METODE ANALISIS KADAR LEMAK DAN
SIFAT FISIKO-KIMIA LEMAK ATAU MINYAK
65
Proses ekstraksi yang dilakukan yaitu dengan cara merefluks dan
diatur suhu titik didih pelarut yang digunakan. Selama proses refluks,
sampel harus terendam dengan pelarut dan pelarut secara berkala akan
merendam kembali sampel dan melarutkan lemak/minyak yang terdapat
dalam sampel. Proses refluks akan dihentikan apabila warna pelarut
menjadi jernih yang bermakna bahwa tidak ada lagi lemak/minyak yang
larut dalam pelarut. Setelah itu, diuapkan pelarutnya lalu ditimbang jumlah
lemak/minyak dalam wadah yang telah ditampung. Jumlah lemak per
berat bahan merupakan kadar lemak kasar. Hal tersebut karena vitamin
larut lemak, seperti A,D,E,K juga larut dalam pelarut sehingga terhitung
sebagai kadar lemak.
Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi tingkat
ketelitian pengujian dengan metode soxhlet, yaitu jenis pelarut, ukuran
partikel bahan/sampel, dan suhu ekstraksi. Ukuran sampel yang semakin
kecil kecil maka kontak permukaan bahan dengan pelarut akan semakin
luas dan proses esktraksi lebih optimal. Pemilihan jenis pelarut juga
penting karena setiap pelarut organik mempunyai polaritas yang berbeda,
yang dipilih adalah polaritas yang paling sesuai dengan polaritas lemak,
sehingga dapat menghasilkan hasil ekstraksi yang lebih baik. Waktu
ekstraksi yang lama juga akan menghasilkan hasil yang baik karena lemak
dalam bahan semua terlarut dalam pelarut. Pengaturan suhu juga
menentukan pula proses ekstraksi. Semakin tinggi suhu, maka proses
ekstraksi akan berjalan semakin cepat, namun tetap perlu diatur suhu
ekstraksi yang sesuai dengan suhu titik didih pelarut. Apabila suhu
ekstraksi diatur cukup tinggi yaitu melebih dari titik didih pelarut, maka
akan beresiko terjadinya ledakan atau kebakaran. Namun apabila suhu
ekstraksi lebih rendah dari titik didih pelarut maka proses ekstraksi tidak
menjadi lambat dan tidak optimal.
Bahan seperti tepung atau produk kering lainnya dapat langsung
diekstraksi dengan analisis soxhlet. Berbeda dengan bahan yang banyak
mengandung ikan atau daging atau bahan pangan utuh. Sebelum
dilakukan analisis maka hendak dihidrolisis dengan asam terlebih dahulu
66
setelah itu baru dikeringkan dengan tujuan memudahkan lemak dalam
sampel keluar dari jaringan.
67
Titik leleh (melting point) lemak terutama dilakukan pada produk
hewani atau produk olahan lainnya yang lemaknya bersifat padat di suhu
ruang. Titik leleh ini tidak dilakukan pada sampel minyak nabati. Hal
tersebut karena minyak nabati pada suhu ruang berwujud cair. Hal
tersebut karena minyak nabati banyak mengandung asam lemak tidak
jenuh. Titik leleh sangat ditentukan oleh banyaknya ikatan rangkap asam
lemak yang merupakan penyusunnya. Semakin banyak asam lemak jenuh
maka titik lelehnya semakin tinggi dibandingakn asam lemak tidak jenuh.
Definisi dari titik leleh yaitu suhu minyak atau lemak yang wujudnya padat
berubah menjadi cair.
68
5.4.2. Analisis Sifat Kimia Lemak/Minyak
A. Analisis Bilangan Iod
Bilangan iod dapat didefinisikan banyaknya atau jumlah gram
iodium yang diserap oleh 100 g lipid. Jumlah Iod yang diserap akan
memperlihatkan derajat ketidak jenuhan lemak/minyak, dimana semakin
banyak iodium yang diabsorbsi menunjukkan semakin banyak ikatan
rangkap atau semakin tidak jenuh minyak/lemak tersebut.
Prinsipnya yaitu senyawa iodium mengadisi ikatan rangkap pada
asam lemak tidak jenuh. Larutan iodin bromida yang berlebih ditambahkan
dalam sampel dalam campuran karbontetraklorida dan asam asetat.
Kelebihan iodium tersebut dititrasi dengan Natrium tiosulfat, sehingga
idoium yang telah diserap oleh minyak/lemak bisa ditentukan jumlahnya.
Jumlah Iodium yang diserap menunjukkan ketidak jenuhan lemak/minyak.
Gliserida tak jenuh memiliki kemampuan menyerap sejumlah iodium,
terutama dibantu dengan carrier seperti iodin bromide atau iodin klorida
sehingga membentuk suatu senyawa yang jenuh . Metode yang umumnya
digunakan dalam penentuan bilangan peroksida yaitu metode Hanus
(AOAC official method 920.158) dan metode Wijs.
69
penyabunan yaitu dengan mereaksikan lemak/minyak dengan basa
seperti NaOH atau KOH. Selain itu, kadar asam lemak bebas juga dapat
ditentukan dengan metode spektrofotometri. Asam lemak bebas mampu
bereaksi dngan cupric acetate-piridine di dalam larutan benzene. Reaksi
tersebut akan menghasilkan warna yang kemudian dibaca absorbansinya
pada panjang gelombang 715 nm.
Inisiator
.
RH (Asam lemak bebas) R (radikal bebas) (Reaksi Inisiasi)
. .
R + O2 ROO
. .
ROO + RH ROOH + R (Reaksi Propogasi)
(peroksida)
. .
R +R
. .
R + ROO Produk non radikal (Reaksi Terminasi)
. .
ROO + ROO
70
Senyawa peroksida adalah produk awal yang terbentuk saat
terjadinya oksidasi lemak. Semakin tinggi kadar peroksida dalam bahan
minyak/lemak, menunjukkan bahwa semakin tinggi kerusakan oksidasi
lemak. Bilangan peroksida dapat ditentukan dengan metode IUPAC,
metode Ferri Tiosianat, dan metode mikro dengan Kalorimetri.
71
tersebut dapat menggunakan metode AOCS method cd 19-90 dan metode
Tarladgis.
RANGKUMAN
72
LATIHAN
STUDI KASUS
KENIKMATAN GORENGAN
73
2. Apakah hasil analisis angka peroksida minyak goreng pada 7 pedagang
gorengan tersebut dapat dikatakan aman untuk dikonsumsi? Mengapa?
Bandingkan dengan standar mutu SNI minyak goreng!
3. Apa resiko yang akan dialami seseorang jika mengkonsumsi makanan
gorengan dengan kondisi seperti kasus diatas dalam jangka waktu
lama?
4. Apakah ada alternatif cara yang dapat dilakukan agar pedagang dapat
mempertahankan mutu minyak goreng yang mereka gunakan namun
tetap dapat memperoleh untung dalam penjualan?
------
74
75
75
BAB VI
ANALISIS ABU DAN MINERAL
76
kalsium dalam bahan pangan, seperti kalsium terikat dengan fitat dan
oksalat, jenis obat-obatan, dan zat gizi lainnya.
B. Fosfor (P)
Mineral fosfor diketahui berperan dalam pembentukan tulang dan
gigi, juga berperan untuk penyimpanan dan pengeluaran energi
(perubahan bentuk ATP dan ADP). Sumber dari jenis mineral ini, yaitu
pada susu dan produk olahan susu, roti, kacang-kacangan, dan sayuran
kering.
C. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan mineral yang berperan dalam aktivator
enzim peptidase yang berfungsi untuk memecah dan memindahkan gugus
fosfat, metabolisme protein dan karbohidrat, relaksasi otot, dan komponen
penyusunan pada tulang. Sumber jenis mineral ini, yaitu pada jenis
kacang-kacangan seperti kenari, almond, kacang tanah, kemudian pada
coklat, dan jenis polong-polongan seperti kedelai. Mineral ini juga terdapat
pada inti dari struktur tetrapirol sehingga membentuk senyawa
hemoglobin.
D. Sodium (Na)
Mineral sodium dan klorida berperan membantu mempertahankan
tekanan osmotik dan keseimbangan pada asam-basa. Diketahui
kekurangan jenis mineral dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan,
dan pada kondisi yang parah dapat menyebabkan mual dan muntah.
Sumber jenis mineral ini yaitu pada bayam, wortel, daging, dan susu.
Kelebihan mineral tersebut juga mengakibatkan resiko terjadinya
hipertensi.
E. Potasium/Kalium (K)
Potassium berperan dalam menjaga kesetimbangan tekanan
osmotik, asam-basa, dan juga cairan intraseluler. Selain itu, diketahui pula
77
berperan dalam sintesis protein dan metabolisme karbohidrat. Sumber
mineral ini yaitu pada daging, buah, dan sayuran.
A. Besi (Fe)
Mineral berperan dalam mentransportasi oksigen (hemoglobin dan
mioglobin), mensintesis DNA (ribonukleotida reduktase), meregerasi ATP,
dan mensintesis klorofil. Akan tetapi, disisi lain keberadaan mineral besi
pada makhluk hidup bersifat prooksidan yang mampu memicu oksidasi
lemak ataupun menyerang DNA. Untuk mengatasi hal tersebut maka besi
harus dalam bentuk apoferitin karena bersifat non-toxic dan disimpan
dalam bentuk polimer ferric oxyhydroxide. Mineral besi terdapat pada
telur, daging, hati, serelia (whole grain), kacang-kacangan, buah-buahan,
dan sayuran hijau.
B. Seng (Zn)
Mineral seng berperan sebagai antioksidan, sintesis protein,
pertahanan keseimbangan basa, meningkatakan metabolisme fosfor,
kontraksi otot, meningkatkan daya cerna, dan kestabilan darah. Sumber
mineral seng yaitu udang, kepiting, kerang-kerangan, daging, telur,
gandum, dan kacang-kacangan. Seng dari hewani lebih mudah diserap
dibandingkan dari nabati, karena seng dari nabati mengandung serat
pangan dan fitat yang mungkin dapat menggangu penyerapan pada
mineral seng. Mineral ini dalam tubuh mampu diserap sekitar 20-40%
dalam bahan pangan.
C. Tembaga (Cu)
Mineral tembaga berperan untuk mensintesis hemoglobin,
fosfolipid, pigmen kulit, dan berperan pada pembentukan tulang. Tembaga
terdapat dalam serelia, daging, hati, dan kacang-kacangan.
78
D. Flour (Fr)
Mineral flour berfungsi untuk pembentukan dan pertumbuhan
struktur gigi sehingga dapat mencegah terjadinya carries pada gigi.
Kemudian juga berperan untuk menjaga stabilitas pada tulang dari
kehilangan kalsium pada wanita yang mengalami menopause. Sumber
mineral ini yaitu teh, ikan, umbi-umbian, buah-buahan, dan sayur-sayuran.
RANGKUMAN
79
METODE ANALISIS ABU
A. Persiapan Sampel
Sebelum memulai analisis dilakukan pengecilan ukuran dan
penghancuran menggunakan grinder, hummer mill, atau blender dan
perlakuan lainnya, dan ini tergantung pada jenis bahan/sampel. Pada
bahan dari nabati umumnya dikeringkan terlebih dahulu baru kemudian
80
dihancurkan. Suhu pengeringan tidak terlalu mempengaruhi terhadap
analisis mineral. Untuk sampel yang telah kadar airnya dibawah <15%
dapat langsung diabukan. Sementara produk rempah-rempah, sirup, dan
hewani harus diberi perlakuan pendahulan dengan mengeluarkan
kandungan airnya terlebih dahulu bisa menggunakan inframerah atau
steam bath. Minyak zaitun juga dapat ditambahkan dalam bahan tersebut
sebanyak satu sampai dua tetes untuk menghindari crust pada bahan.
Bahan yang masih mengandung air dan lemak tinggi dapat menimbulkan
pengembangan (swelling) dan gula yang tinggi juga menimbulkan
pembentukan buih.
Pada sampel keju, rempah-rempah, dan bahan laut mungkin dapat
terjadi pembentukan asap atau pembakaran. Untuk menghindarinya dapat
dilakukan dengan membuka pintu tanur (pengabuan kering) sampai asap
menghilang.
81
Pada praktiknya sampel ditempatkan ke dalam cawan pengabuan.
Cawan pengabuan dapat berupa porselen, kuarsa, vycor, besi, nikel,
platina, atau campuran emas-platina. Namun cawan yang paling umum
digunakan adalah cawan yang berbahan porselen. Cawan porselen dipilih
karena harganya yang murah dan relatif konstan meskipun telah
dipanaskan berulang-ulang. Akan tetapi, cawan ini mudah retak apabila
dipaparkan dengan panas tinggi yang secara mendadak-dadak.
Pada bahan yang basah perlu dilakukan pengeringan terlebih
dahulu. Pengerjaan ini dapat dibarengi dengan penentuan kadar air dalam
bahan pangan. Pra-pengabuan dilaksanakan dengan menempatkan
wadah yang berisi sampel ke atas kompor atau api terbuka, teknik ini perlu
dilakukan terutama pada sampel yang mudah berbuih. Pra-pengabuan ini
dilakukan sampai seluruh sampel mengering dan tidak mengasap lagi
baru setelahnya dimasukkan ke dalam tanur (furnace).
Selama pengujian apabila residu belum berwarna putih, residu
dibasahi dengan air, dikeringkan dan dilanjuti kembali pembakarannya
sampai terbentuk abu yang berwarna putih keabuan. Tapi bila residu juga
belum berwarna putih maka residu ditambahkan dengan hidrogen
peroksida, asam sulfat, dan asam nitrat (penambahan ini dapat
mempengaruhi bentuk mineral dalam bahan.
Suhu selama pengabuan disarankan yaitu 500oC agar dapat
menghindari kehilangan sejumlah mineral. Pada sampel biologis
disarankan untuk dipanaskan dengan hotplate dan lampu inframerah
untuk pengeringan dan pra-pengabuan dengan suhu perlahan 300oC,
setelah itu baru di tanurkan dengan suhu awal 250oC, dan dinaikkan
bertahap menjadi 450oC selama satu jam (suhu akhir dipertahankan
hingga komponen organik keseluruhannya mengalami dekomposisi).
82
pengabuan, dan mempercepat proses. Misalkan, sampel abon dan
dendeng yang proteinnya dan garamnya tinggi akan mengalami
perlambatan pengabuan. Untuk mencegah hilangnya garam selama
pengabuan, maka perlu dipisahkan antara fraksi larut air (banyak
mengandung garam) dan fraksi tidak larut air.
Sampel lainnya yang karbohidratnya tinggi cenderung mengalami
pembengkakan (swell) dan membuih secara berlebihan. Kondisi ini dapat
dilakukan dengan memanaskan sampel terlebih dahulu dengan api kecil
sebelum diabukan. Selanjutnya sampel kering diteteskan dengan minyak
zaitun.
Selain pada sampel yang mengandung banyak protein, karbohidrat,
dan lemak, seperti sampel basah butuh juga dimodifikasi. Misalkan, jelly
dan jam harus ditambahkan 0.2 mg cottonwoll murni yang telah diketahui
kandungan abunya, sehingga selama pengabuan tidak terjadi muncratan
(spattering).
83
Perbandingan Antara Pengabuan Kering dan Basah
84
dilewatkan pada kertas saring abu. Abu yang tertinggal di kertas saring
merupakan abu yang tidak larut.
85
perbandingan berat pada masing-masing atom yang menyusun komponen
dengan berat molekul komponen.
Kelemahan dengan metode ini adalah sukar diterapkan pada
sampel yang mengandung jenis mineral beragam serta tidak mampu
untuk menganalisis mineral mikro (hanya mineral makro). Contoh dari
penentuan mineral klorida dan kalsium dengan metode gravimetri, yaitu
klorida diendapkan sebagai AgCl atau perak klorida. Perbandingan berat
atom klorida dengan berat molekul perak klorida yaitu 24,74%. Artinya,
jumlah klorida dalam perak klorida 24,74%.
86
Prinsip pengujian dengan AAS yaitu mengukur sinar yang diserap
oleh atom dari unsur-unsur. Pada kondisi suhu kamar, atom-atom berada
pada tingkat dasar. Kemudian pemanasan pada nyala api akan
mengakibatkan atom menjadi naik tingkat energinya atau berada dalam
kondisi tereksitasi. Kenaikan tingkat energinya tersebut karena atom
menyerap energi dari radiasi (sinar). Penyerapan ini tentunya bersifat
selektif, artinya hanya atom-atom tertentu yang mengalami eksitasi.
Misalkan, kalsium menyerap sinar dengan panjang gelombang yaitu 422,7
nm, maka untuk mendapatkan hasil yang akurat maka perlu sumber sinar
dengan panjang gelombang yang sesuai dengan mineral kalsium. Jumlah
unsur dalam sampel ini setara dengan sinar yang diserap. Diukurnya
dengan menghitung perbedaan intensitas dari sinar datang dengan sinar
yang diteruskan.
Metode AAS saat ini sangat popular karena memiliki keunggulan,
antara lain: persiapan sampel yang mudah, keakuratannya,
reproduksibiltasnya tinggi, kisaran pemakaiannya luas, dapat lebih dari 60
unsur dari kandungan yang sangat kecil hingga jumlah besar. Pada
praktiknya, bahan-bahan organik mesti dihilangkan dahulu dengan
diabukan kering atau basah. Larutan tersebut selanjutnya disebarkan
dalam nyala api AAS. Sebelumnya,oksigen dihilangkan dahulu cara
ditiupkan nitrogen ke dalam larutan analisis.
RANGKUMAN
87
menggunakan oksidator-oksidator kuat. Pengabuan tidak langsung
yaitu menggunakan metode pertukaran ion dan konduktometri.
3. Kontaminasi logam dapat terjadi selama proses pengolahan dan
penanganan, seperti dari peralatan berbahan logam yaitu blender atau
ayakan logam, pengeringan dengan oven, dan pengabuan di dalam
tanur.
4. Pengabuan kering bisa digunakan untuk menentukan abu-abu yang
larut air, tidak larut air dan asam, dan persiapan pengujian mineral
dalam bahan pangan. Metode pengabuan kering mempunyai
kelemahan seperti interaksi antar mineral dari wadah porselen atau
silica atau dari sampel. Penyerapan air di lingkungan oleh residu
(sampel yang telah diabukan) yang bersifat higroskopis.
5. Pengabuan basah kelemahannya membutuhkan pereaksi dalam jumlah
yang banyak, bersifat korosif, membutuhkan faktor koreksi dari
pereaksi, dan sukar bila pengujiannya dalam jumlah yang besar dan
rutin, serta memerlukan keahlian operator.
6. Pengujian abu terlarut dan tidak terlarut diterapkan untuk mengukur
indeks kandungan buah dalam produk jelly dan jam. Apabila ditemukan
kandungan abu larut airnya lebih rendah menunjukkan buah yang
ditambahkan lebih banyak.
7. Pengujian abu tidak larut asam diterapkan untuk mengukur kontaminasi
permukaan pada buah atau sayuran, serta proses dalam pencucian
gandum sebelum digiling.
8. Metode Atomic Absorption Spektrofotometer (AAS) mempunyai
keunggulan yaitu persiapan sampel yang mudah, keakuratannya dan
reproduksibiltasnya tinggi, kisaran pemakaiannya luas, dapat lebih dari
60 unsur kandungan mineral dari yang sangat kecil hingga dalam
jumlah besar.
88
LATIHAN
STUDI KASUS
89
90 90
BAB VII
ANALISIS KARBOHIDRAT
91
yang tidak dapat dipecah oleh enzim α-amilase. Karbohidrat tersebut
dikelompokkan ke dalam serat makanan atau dietary fiber. Karbohidrat
yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah selulosa, hemiselullosa,
substansi pektat, dan lignin. Adapaun uraian tentang kelompok
karbohidrat tersebut sebagai berikut.
7.1.1. Monosakarida
Monosakarida merupakan unit terkecil penyusun karbohidrat yang
tidak dapat dipecahkan menjadi unit yang lebih kecil. Dari sisi struktur
molekulnya, monosakarida terdiri dari 3 sampai 6 atom karbon, dimana 3
= triosa, 4 = tetrosa, 5 = pentosa, dan 6 = heksosa. Atom karbon dalam
struktur molekul monosakarida ada yang bersifat asimetrik, yaitu atom
karbon dapat mengikat gugus-gugus yang berbeda pada ke empat
rantainya yang ditunjukkan pada Gambar 11. Sifat asimetrik tersebut
menunjukkan bahwa karbohidrat bersifat optik yaitu mampu memutar
bidang polarisasi. Prinsip tersebut dimanfaatkan untuk pengukuran
karbohidrat dengan polarimeter.
CH2OH CHO
I I
C=O HCOH
I I
HOCH HOCH
I I
HCOH HCOH
I I
HCOH HCOH
I I
CH2OH CH2OH
Proyeksi Fischer Proyeksi Haworth Proyeksi Fischer Proyeksi Haworth
D-Fruktosa D-Glukosa
Gambar 11. Struktur glukosa dan Fruktosa Bentuk Haworth dan Fisher
92
Pada gambar 11 memperlihatkan pada monosakarida, gugus
fungsionalnya dapat berupa gugus keton (-C=O) pada C2 (D-Fruktosa)
atau gugus aldehida pada C1 (D-Glukosa). Kelompok monosakarida yang
memiliki gugus aldehida antara lain, glukosa dan galaktosa, sementara
yang memiliki gugus keton yaitu fruktosa. Disisi lain, struktur gula juga
mengandung gugus hidroksil yang letaknya berbeda pada setiap atom
karbon. Keberadaan gugus hidroksil akan dapat mengikat molekul lainnya
melalui pembentukan ikatan hidrogen. Pengikatan dengan molekul lainnya
akan dapat mempengaruhi terhadap sifat fungsional monosakarida
tersebut.
Gula-gula sederhana yang mempunyai gugus karbonil seperti
galaktosa dan glukosa dapat berubah menjadi gugus karboksil dan
mereduksi komponen lainnya, akibat teroksidasinya gula-gula tersebut.
Gula-gula tersebut digolongkan ke dalam gula pereduksi. Gula pereduksi
tersebut berperan selama proses reaksi Maillard, seperti pada produk roti,
kue, mie, dll. Selain itu, gula pereduksi berperan dalam reaksi pencoklatan
non enzimatis.
7.1.2. Disakarida
Disakarida adalah gabungan dari dua monomer monosakarida
yang keduanya saling berikatan melalui ikatan glikosidik, disertai dengan
pembebasan 1 molekul air. Kelompok yang tergolong disakarida yaitu
maltosa, sukrosa, dan laktosa. Maltosa dibentuk dari 2 molekul glukosa
dengan ikatan glikosida yaitu α-1,4; sukrosa dibentuk dari monomer
glukosa dan fruktosa dengan ikatan α-1,2; dan laktosa dibentuk dari
monomer glukosa dan galaktosa dengan β-1,4. Untuk menghitung kadar
sukrosa dalam bahan pangan maka perlu dilakukan hidrolisis dengan
asam atau enzim. Hasil hidrolisis berupa glukosa dikalikan dengan faktor
0,95.
93
7.1.3. Pati
Pati merupakan kelompok polisakarida yang tersusun dari molekul
amilosa dan amilopektin. Molekul tersebut disusun oleh monomer α-D-
glukosa yang diikat dengan ikatan glikosida. Amilosa disusun oleh
homopolimer glukosa-glukosa dengan ikatan α-1,4-glikosida dengan
bentuk linear. Sementara itu, amilopektin terdapat 2 ikatan yaitu α-1,4-
glikosida dan α-1,6-glikosida (bentuk struktur percabangan). Struktur
linear amilosa dan struktur bercabang amilopektin disajikan pada Gambar
12a. Pada molekul amilosa, ikatan terhubung diantara C1 dan C4 glukosa
di struktur piranosa dengan jumlah molekul amilosa dari 200 sampai
20.000 unit glukosa dengan bentuk heliks. Sementara itu, amilopektin
yang disajikan pada Gambar 12 b. terdiri dari 2 juta unit glukosa dengan
20-30 unit glukosa struktur percabangan.
Pati dalam bahan pangan berbentuk granula, yang didalamnya
terdapat amilosa dan amilopektin. Ukuran dan bentuk granula pati dari
setiap sumbernya berbeda-beda yang dapat dilihat pada Gambar 13.
Sifat birefringence pada granula pati menjadikan pati dapat merefleksikan
cahaya yang terpolarisasi, sehingga dapat terlihat kontras gelap terang
yaitu warna biru-kuning. Sifat tersebut dapat terlihat dengan jelas di bawah
mikroskop polarisasi serta dapat hilang apabila pati mengalami
gelatinisasi.
Sifat pati lainnya yaitu tidak larut dalam air dingin. Suspensi pati
dapat larut apabila dimasak secara perlahan-lahan sampai mencapai suhu
pemasakan. Kelarutan pati tersebut akan meningkat yang diiringi dengan
peningkatan kekentalan suspensi pati. Terjadinya peningkatan kelarutan
dan kekentalan suspenti pati disebut dengan proses gelatinisasi.
Gelatinisasi pati terjadi saat granula pati mulai menyerap air yang disertai
dengan pemanasan suspensi pati yang menyebabkan volume pati
menjadi meningkat secara perlahan-lahan. Sementara itu, suhu dimana
mulainya granula pati mulai menyerap air serta mulai meningkatnya
kekentalan disebut suhu gelatinisasi. Pada proses pengolahan pangan,
94
sifat gelatinisasi pati ini dimanfaatkan sebagai bahan pengental atau
penstabil.
Setelah pati mencapai suhu gelatinisasi, granula pati akan semakin
membesar seiring dengan peningkatan suhu pemasakan, sampai di saat
suhu tertentu granula pati akan tidak mampu menyerap air lagi. Keadaan
ini menyatakan bahwa suspensi pati telah mencapai kekentalan
maksimum. Bila pemanasan dan suhu ditingkatkan, maka granula pati
akan mengalami breakdown yaitu kondisi dimana granula menjadi pecah
yang diiringi dengan penurunan kekentalan suspensi pati secara tajam.
Berikutnya, suspensi pati akan membentuk gel atau pasta yang diikuti
dengan penurunan suhu. Pembentukan gel atau pasta ini, dikarenakan
ikatan-ikatan hidrogen antar molekul pati terbentuk kembali. Dalam
struktur pati, kemampuan pembentukan gel amilosa lebih tinggi
dibandingkan dengan amilopektin. Artinya, bahwa sumber bahan pangan
yang patinya yang banyak mengandung amilosa akan lebih bersifat pasta
dibandingkan dengan yang sedikit mengandung amilosa. Hal tersebut
karena amilopektin memiliki kemampuan pembentukan gel yang lebih
lemah dan lengket.
Untuk mengukur kuantitatif sifat gelatinisasi pati dari berbagai
sumber bahan pangan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
Brabender Viscograph atau Rapid Visco Analyzer (RVA). Instrumen ini
akan dapat memberikan informasi tentang suhu awal gelatinisasi, nilai
viskositas maksimum, suhu saat viskositas maksimum tercapai, dan
viskositas setelah dilakukan pendiginan.
95
(b) Struktur bercabang amilopektin
Gambar 13. Ukuran dan Bentuk Granula Pati dari Setiap Sumbernya
96
serat yang tidak dapat larut. Sementara itu, pektin dan gom tergolong
pada serat yang larut air.
Selulosa merupakan homopolisakarida yaitu D-glukosa yang
berantai polimer dengan ikatan β-1,4. Selulosa mempunyai kekuatan
mekanis yang tinggi. Sementara itu, hemiselulosa tergolong
heteropolisakarida karena terdiri dari pentose yang berbeda. Sifat serat
hemiselulosa yang telah dilaporkan, yaitu bersifat asam karena
mengandung asam uronat, mudah terhidrolisis oleh asam, derajat
polimerisasi yang rendah, larut dalam alkali, serta tidak memiliki serat-
serat yang panjang.
Serat lainnya yaitu lignin, lignin dikelompokkan sebagai polimer
kompleks aromatik. Lignin merupakan bagian komponen penyusun
dinding sel. Lignin dapat bertindak sebagai perekat antar sel-sel yang lain,
sehingga sel-sel tersebut memiliki ketahanan yang baik, terlindung dari
serangan mikroorganisme, dapat menghambat penyerapan air, dan
bersifat inert. Serat lainnya yaitu substansi pekat. Substansi pekat
tergolong pada poligalakturonat dengan unit monomernya adalah α—D-
galakturonat dan ikatan α-1,4.
Dalam analisis kimia pangan, selain istilah serat pangan dikenal
juga dengan istilah serat kasar. Serat kasar yaitu residu bahan pangan
yang telah diberi larutan alkali dan asam mendidih. Serat kasar dapat
ditentukan dengan cara menghitung residu bahan pangan yang telah
diberi perlakuan asam dan basa kuat. Sementara serat makanan dapat
ditentukan dengan metode ADF (Acid Detergent Fiber), NDF (Neutral
Detergent Fiber), metode Klason, dan metode spektrofotometri.
RANGKUMAN
97
2. Kelompok karbohidrat yang tergolong dapat dicerna adalah
monosakarida (glukosa dan fruktosa), disakarida (maltosa, sukrosa,
dan laktosa), dan polisakarida (dekstrin dan pati). Kelompok yang
tidak dapat dicerna yaitu selulosa, hemiselullosa, substansi pektat,
dan lignin.
3. Monosakarida adalah unit terkecil penyusun karbohidrat yang tidak
dapat dipecahkan menjadi unit yang lebih kecil. Monosakarida terdiri
dari 3 sampai 6 atom karbon.
4. Disakarida adalah gabungan dua monomer monosakarida yang
keduanya saling berikatan melalui ikatan glikosidik, disertai dengan
pembebasan 1 molekul air. Kelompok yang tergolong disakarida yaitu
maltosa, sukrosa, dan laktosa.
5. Pati adalah kelompok polisakarida yang tersusun dari molekul amilosa
dan amilopektin. Molekul tersebut disusun oleh monomer α-D-glukosa
yang diikat dengan ikatan glikosida. Amilosa disusun oleh
homopolimer glukosa-glukosa dengan ikatan α-1,4-glikosida dengan
bentuk linear. Amilopektin terdapat 2 ikatan yaitu α-1,4-glikosida dan
α-1,6-glikosida (bentuk struktur percabangan).
6. Gelatinisasi pati terjadi saat granula pati mulai menyerap air yang
disertai dengan pemanasan suspensi pati yang menyebabkan volume
pati menjadi meningkat secara perlahan-lahan. Suhu gelatinisasi yaitu
granula pati mulai menyerap air dan meningkatnya kekentalan.
7. Selulosa adalah homopolisakarida yaitu D-glukosa yang berantai
polimer dengan ikatan β-1,4. Hemiselulosa adalah heteropolisakarida
karena terdiri dari pentosa yang berbeda. Lignin adalah polimer
kompleks aromatik, dan substansi pekat adalah poligalakturonat
dengan unit monomernya adalah α—D-galakturonat dan ikatan α-1,4.
98
METODE ANALISIS KARBOHIDRAT YANG
DAPAT DICERNA DAN TIDAK DICERNA
99
Pengujian Karbohidrat Kuliatitif
Ekstraksi Gula
Karbohidrat yang
Ekstraksi
Tidak Larut
Separasi Penyusun
Separasi Komponen
Karbohidrat
Hidrolisis Pengujian
Pengujian
100
7.2.4. Uji Molisch
Prinsipnya uji molisch yaitu karbohidrat dihidrolisis dengan asam
sulfat pekat menjadi monosakarida-monosakarida. Monosakarida
khususnya pentosa mengalami dehidrasi dengan asam, dan berubah
bentuknya menjadi furfural. Sementara golongan heksosa menjadi
hidroksi-multifurfural. Furfural-furfural yang terbentuk akan mengalami
kondensasi dengan α-naftol dalam pereaksi Molisch, dan warna yang
terbentuk adalah warna ungu kemerahan-kemerahan.
101
dengan pereaksi anthrone.Pada pelaksanaanya, kadang muncul warna
yang berbeda dengan kisaran yang lebar, sehingga dapat menguji
karbohidrat dari berbagai campuran-campuran gula. Namun, akan lebih
baik bila jenis gulanya heksosa atau turunannya karena dapat
menghasilkan warna biru-kehijauan.
Keterangan :
[α] : Rotasi spesifik;
α : Sudut rotasi larutan;
P : Bobot senyawa per 100 g larutan;
D : Bobot jenis larutan;
L : Panjang tabung (dm)
C : Konsentrasi larutan (g/100 mL)
102
gula adalah rotasi optik menggunakan polarimeter. Pengukurannya
dilakukan pada skala lingkaran. Metode polarimetri dianggap cepat dan
tidak dekstruktif.
B. Refraktometri
Prinsip pengujian dengan metode refraktometri yaitu berdasarkan
sifat refraksi dari gula. Satuan kadar gula dinyatakan dalam Brix. Pada
pelaksanaanya terdapat dua jenis refraktometer yaitu refraktometer celup
dan Abbe. Perbedaan keadannya, bila jumlah sampelnya banyak maka
cocok menggunakan refrakotomer cekup (immersion) dan sebaliknya.
103
penggali 0.9 x kandungan glukosa. Metode analisis ini dapat dilakukan
baik pada sampel cair maupun sampel padat.
104
kandungan mineral dilakukan dengan cara menyabunnya hingga yang
tertinggal adalah mineralnya. Pereaksi lainnya yang digunakan adalah
aseton. Kadar ADF dihitung dari selisih antara berat filter yang telah
dikeringkan dengan setelah diabukan dibagi dengan berat awal contoh.
Kadar ADF dinyatakan dalam bentuk persen.
D. Penetapan Lignin
Prinsip pada penentuan lignin yaitu mengekstrak sampel dengan
larutan NDF, sehingga seluruh komponen larut kecuali selulosa dan lignin.
105
Selulosa yang diperoleh selanjutnya dihidrolisis dengan larutan asam
sulfat 72%, nantinya yang tertinggal adalah residu yang mengandung
komponen lignin. Lalu residu tersebut dikeringkan, ditimbang, dan
dikoreksi kandungan mineral dalam komponen tersebut. Adapun pereaksi
yang digunakan dalam menetapkan lignin adalah larutan ADF, aseton,
dan asam sulfat 72%. Kadar lignin dihitung dari selisih antara berat filter
yang telah dikeringkan dengan setelah diabukan dibagi dengan berat awal
sampel. Kadar lignin dinyatakan dalam bentuk persen.
RANGKUMAN
106
Kedua enzim tersebut memecahkan ikatan glikosida pada antar
molekul amilosa-amilosa dan amilopektin menjadi bentuk gula
sederhana.
7. Penentuan serat makanan dengan menentukan kadar ADF(
menghitung total selulosa dan lignin), kadar NDF (menghitung total
lignin, selulosa dan hemiselulosa), kadar substansi pekat dan lignin.
8. Penentuan nilai serat kasar yaitu residu bahan makanan yang telah
diberi larutan mendidih asam dan alkali yang terdiri dari selulosa dan
sedikit pentose dan lignin.
107
TUGAS
108
DAFTAR PUSTAKA
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. 3rd ed. Marcel Dekker, Inc.
109
Kusnandar, F. Kimia Pangan Komponen Makro. Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Semih tle 2009. Handbook of Food Analysis Instruments. CRC Press, New
York.
http://www.ars.usda.gov/ba/bhnrc/ndl
https://alevelbiology.co.uk
110