Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KELOMPOK

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


MANAJEMEN INDUSTRI PENYELENGGARAAN MAKANAN (MIPM) II
DI PT. AEROFOOD INDONESIA UNIT YOGYAKARTA

Disusun oleh :

1. WINDA MONICA (14120018)


2. MOHAMMAD ILHAM SAPUTRA (14120026)
3. SYIFA AENI (14120027)
4. OCTAVIANUS J.S.M (14120058)
5. RISKA MULIANI (14120059)
6. NAZIMAH AL-AMRIE (14120099)
7. FIDYAH NOVITASARI (16120047)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) Manajemen Institusi Penyelenggaraan Makanan II serta dapat
menyelesaikan laporan PKL ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Tetapi berkat usaha dan dukungan dari berbagai pihak, dengan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Santoso, MS., Sp.Ok, selaku Rektor Universitas Respati
Yogyakarta.
2. Ibu Farissa Fatimah, S.Gz, MSc, selaku Ketua Program Studi S-1 Ilmu Gizi
Universitas Respati Yogyakarta.
3. Bapak M. Kohari, selaku Kepala PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
4. Ibu Sri Kadaryati, S.Gz., MPH, selaku Supervisor dan Pembimbing dari
Program Studi S-1 Imu Gizi Universitas Respati Yogyakarta yang telah
membimbing dalam penyelesaikan laporan ini.
5. Bapak Iqbal Kameswara PS dan Bapak Tsabitni Aqdam, selaku
Pembimbing Lahan PKL yang telah membimbing dalam menyelesaikan
laporan ini.
6. Seluruh Pejabat Struktural dan Petugas Pemasyarakatan di PT. Aerofood
Indonesia Unit Yogyakarta yang telah memberikan bantuan selama PKL
7. Teman-teman seperjuangan yang dengan sabar dan tekun dalam
menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
semoga ilmu, pengalaman dan keterampilan yang didapatkan selama melakukan
PKL serta penyusunan laporan ini akan memberikan manfaat bagi semua pihak
khususnya bagi pembaca.
Yogyakarta, November 2017

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar belakang PKL............................................................................. 1
B. Tujuan PKL ......................................................................................... 2
C. Tempat PKL ........................................................................................ 3
D. Waktu/Lokasi PKL.............................................................................. 3
E. Manfaat PKL ....................................................................................... 4
BAB II. GAMBARAN UMUM LAHAN PRAKTIK ................................. 5
A. Sejarah, Visi, Misi, Falsafah ............................................................... 5
B. Organisasi ............................................................................................ 7
C. Jenis konsumen yang dilayani ............................................................. 9
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 10
A. Tata letak dan Tata laksana sapur serta alur kerja penyelenggaraan
makanan............................................................................................... 10
B. Analisis peralatan daan sanitasi peralatan penyelenggaraan makanan 12
C. Higiene sanitasi dan keselamatan kerja di lahan ................................. 15
D. Pengendalian biaya.............................................................................. 17
E. Analisis ketenagaan ............................................................................. 18
F. Kegiatan peningkatan pengetahuan karyawan .................................... 21
G. Pengadaan bahan makanan.................................................................. 22
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 27
A. Kesimpulan.......................................................................................... 27
B. Saran.................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PKL


Semakin berkembangnya era globalisasi mobilisasi manusia menjadi
salah satu kebutuhan utama di dalam kehidupannya. Mobilisasi yang
dilakukan dapat berupa antar daerah, antar negara, maupun antar benua.
Transportasi digunakan sebagai alat mobilisasi manusia melalui darat, laut
maupun udara. Pelayanan yang diberikan selama perjalanan dengan
transportasi menjadi tuntutan tersendiri bagi perusahaan untuk meningkatkan
kualitasnya. Salah satu pelayanan yang menjadi tolak ukur adalah makanan
yang dapat dinikmati selama perjalanan (Susiwi, 2009).
Perusahaan jasa boga PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
melakukan penyediaan, pengolahan, dan penyajian makanan sesuai dengan
prosedur kerja (work intruction) yang tersusun berdasarkan referensi ISO,
HACCP plan dan referensi lainnya. Makanan diproduksi menggunakan mesin
dan peralatan yang dirancang sesuai dengan kegunaan dan kondisi proses
produksi sehingga dapat menghemat waktu produksi dalam kapasitas yang
besar. PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta selalu melakukan
pengendalian mutu dengan Cara Pembuatan Makanan yang Baik (CPMB)
untuk menghasilkan produk makanan yang bermutu bagi konsumennya.
Cara memproduksi makanan yang baik melalui GMP (Good
Manufacturing Practices) di industri pangan atau catering yang meliputi
tahap perencanaan, pelaksanaan, perbaikan dan pemeliharaan maka
perusahaan dapat memberikan jaminan produk pangan yang bermutu dan
aman di konsumsi. Pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan konsumen
dan mengembangkan industri untuk lebih baik (Crammer, 2006)
Penerapan GMP akan dapat membantu jajaran manajemen untuk
membangun suatu sistem jaminan mutu yang baik. Jaminan mutu sendiri
tidak hanya berkaitan dengan masalah pemeriksaan (inspection) dan
pengendalian (control) namun juga menetapkan standar mutu produk yang
sudah harus dilaksanakan sejak tahap awal perencanaan produk (product
design) sampai produk tersebut didistribusikan kepada konsumen (Susiwi,
2011).
Kompetensi sarjana gizi dalam industri pelayanan makanan adalah
mampu merencanakan produksi makanan banyak/individu sesuai dengan
kebijakan suatu institusi, kebutuhan dan harapan klien mampu mengelola
produksi makanan banyak individu sesuai dengan sumber daya yang
dialokasikan serta mampu mengevaluasi produksi makanan atau individu
sesuai dengan kebijakan institusi, kebutuhan dan harapan klien.
Untuk mencapai hal tersebut mahasiswa diharuskan mengikuti praktek
kerja lapangan Manajemen Institusi Penyelenggaraan Makanan (MIPM) II.
Dalam praktek tersebut mahasiswa diarahkan pada pendalaman manajemen
penyelenggaraan makanan mulai dari perencanaan kebutuhan bahan
makanan, proses penyajian makanan hingga penilaian terhadap makanan yang
disajikan dan pengawasan mutu makanan.

B. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui pengorganisasian dan
sumber daya manusia yang ada, memahami sistem penyelenggaraan
makanan institusi, mengetahui saran dan prasarana, pengawasan mutu
makanan, penelitian dan pengembangan gizi terapan dan pencatatan
pelaporan dalam penyelengaraan makanan institusi.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui struktur organisasi dan sumber daya manusia yang ada
di institusi.
b. Mahasiswa mampu menyusun menu, merencanakan kebutuhan
makanan, merencanakan anggaran dan evaluasi dan harga makanan.
c. Mengetahui cara pembelian dan penerimaan bahan makanan.
d. Mahasiswa mampu memahami prosedur penyimpanan dan
penyaluran bahan makanan.
e. Mahasiswa mampu memahami prosedur permintaan, persiapan,
pengolahan bahan makanan serta prosedur pendistribusian makanan.
f. Mahasiswa mampu memahami permintaan, persiapan dan penyajian
makanan.
g. Mahasiswa mampu memahami hygiene sanitasi dari sarana
/prasarana, cara kerja dan penjamah makanan.
h. Mahasiswa mampu memahami denah dan sarana fisik dapur serta
alur kegiatan penyelenggaraan makanan.
i. Mahasiswa mampu memahami pengawasan mutu dalam
penyelenggaraan makanan institusi.
j. Mahasiswa mampu memahami penelitian sederhana dan
pengembangan gizi terapan dalam penyelenggaraan makanan
institusi.
k. Mahasiswa mampu mengetahui pencatatan dan pelaporan masing-
masing Sub instansi terkait.
l. Mahasiswa mampu membuat laporan praktek.

C. Tempat PKL
Kegiatan praktek kerja lapangan Manajemen Industri Penyelenggara
Makanan (MIPM) II ini dilakukan di PT.Aerofood Indonesia Unit
Yogyakarta yang terletak di Jalan Arteri No.38 Ringroad Utara
Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta.

D. Waktu/Lokasi PKL
Kegiatan praktek kerja lapangan Manajemen Industri Penyelenggara
Makanan (MIPM) II dilakukan pada tanggal 13 November – 24 November
2017 di PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta.
E. Manfaat PKL
1. Bagi Mahasiswa
Laporan ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan ilmu
mahasiswa serta sebagai sarana dan prasarana dalam penerapan ilmu
yang diperoleh selama proses pembelajaran sehingga mahasiswa mampu
mengembangkan potensi diri dalam menempuh dunia kerja yang luas.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat digunakan sebagai referensi dan menambah pengetahuan
mengenai Manajemen Industri Penyelenggaraan Makanan (MIPM).

3. Bagi Lahan Praktek


Dengan adanya laporan Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan
dapat menjadi bahan informasi dan masukan dalam rangka meningkatkan
pelayanan penyelenggaraan makanan di institusi dan meningkatkan kerja
sama antara lahan praktek dan institusi pendidikan.
BAB II
GAMBARAN UMUM LAHAN PRAKTEK

A. Sejarah, Visi, Misi, Falsafah


1. Sejarah
Pada tanggal 30 Juni 1973 PT. Garuda Indonesia mendirikan sebuah
anak perusahaan yang bernama PT.Aerowisata dengan tujuan untuk
mengembangkan usaha jasa di sektor pariwisata. Pada awalnya PT.
Aerowisata hanya berkonsentrasi di pengelolaan hotel dan pemenuhan
kebutuhan awak, karyawan, serta operasional pesawat.
Kemudian pada tanggal 23 Desember 1974, PT.Aerowisata memulai
ekspansi ke jasa boga dengan mendirikan perusahaan yang dinamakan
PT. Aero Garuda Dairy Farm Catering Service. PT. Aero Garuda Dairy
Farm Catering Service merupakan perusahaan inflight/aircraft catering
yaitu perusahaan yang bergerak di bidang catering (jasa) yang khusus
mengelola, menyiapkan, makanan dan non makanan. PT. Aero Garuda
Dairy Farm Catering Service melayani jasa Catering di bandara
Internasional Soekarno-Hatta. Kemudian pada tahun 1991 PT. Aero
Garuda Dairy Farm Catering Service berubah nama menjadi Aerowisata
Catering Service (ACS).
Aerofood ACS yang terdapat di Yogyakarta sebelumnya merupakan
tempat catering penerbangan Inna Garuda yang berdiri sejak tahun 1983.
Pada tahun 2009 berpindah manajemen menjadi Aerofood ACS
Yogyakarta. Sebagian karyawan produksi Aerofood ACS merupakan
karyawan lama dari Inna Garuda. Aerofood ACS melayani jasa catering
service untuk penerbangan maskapai Garuda Indonesia dan jasa katering
lainnya. Selain di Yogyakarta dan Jakarta Aerofood ACS juga berdiri di
Surabaya, Balikpapan, Denpasar, Bandung, Lombok dan Medan. Selain
menyediakan jasa katering penerbangan, Aerofood juga mempunyai jasa
yang lain seperti laundry, jasa catering khusus industri, retail jasa
restoran yaitu Aerocafe, dan jasa kargo penerbangan.
Aerofood ACS (Aerowisata Catering Service) mengkhususkan diri
dalam menyediakan berbagai dunia makanan dan minuman untuk
maskapai penerbangan domestik dan internasional PT. Aerowisata
Catering Service (ACS) telah berkembang sepanjang tahun dengan
memperluas layanan seperti catering industri minyak, gas, dan
perusahaan pertambangan, rumah sakit, dan catering kota, juga pada
tahun 2008 makanan dan minuman ritel didirikan dalam bentuk cafe dan
restoran.
Pada tahun 2010, Aerowisata memegang perusahaan dengan
meluncurkan logo merek baru yang terintegrasi ke semua unit bisnis.
Pada saat itu untuk memperkuat gambar, ACS sekarang dikenal sebagai
Aerofood Indonesia. Menampilkan komitmen untuk mempertahankan
sebagai layanan catering terkemuka bertingkat, Aerofood ACS juga
meregangkan inti dan secara proaktif mencari peluang di luar industri
penerbangan. Selain Jakarta, Surabaya, Medan dan cabang Balikpapan,
Aerofood ACS terbuka Yogyakarta dan Bandung pada tahun 2010 hanya
untuk memnuhi permintaan pelanggan.
Dalam rangka untuk tetap penyedia terkemuka di Indonesia layanan
penerbangan catering dan menentukan untuk menjadi pemimpin dalam
layanan makanan dan minuman di dalam negeri, Aerofood ACS
berencana untuk mengkonsolidasikan upaya, terus mengembangkan
berbagai sektor dan meningkatkan layanan.

2. Visi dan Misi


Visi yang ingin diwujudkan oleh Aerofood ACS adalah menjadi
salah satu perusahaan penyedia layanan “In Flight Service” terbaik di
ASEAN dan terkemuka dalam industri makanan dan minuman. Dalam
mewujudkan Visi tersebut, Aerofood ACS mempunyai Misi sebagai
berikut :
a. Senantiasa menyajikan kualitas terbaik dalam layanan “In Flight
Service” dan industrial F & B service melalui penerapan operational
excellence.
b. Membangun hubungan kemitraan jangka panjang yang efektif
melalui customer intimacy.
c. Menerapkan budaya I-Fresh (Integrity Fast Reability Eficiensi
effective Service excellent Hygiene) guna memaksimalkan nilai –
nilai perusahaan bagi para pemangku kepentingan.

B. Organisasi Perusahaan
Organisasi adalah suatu penempatan karyawan yang dilakukan
pembatasan tugas dan tanggung jawab serta penempatan hubungan kerja di
antara unsur-unsur organisasi, sehingga orang-orang yang bersangkutan dapat
bersama-sama seefektif mungkin guna mencapai tujuan bersama yang telah
ditentukan. PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta dipimpin oleh seorang
General Manager yang membawahi beberapa unit manager untuk tiap
cabang. Berikut gambar struktur organisasi ruang produksi hot process, dapat
dilihat pada Gambar 1.
Executive Manager
ACS JOG

Head Head security


Quality & HSE

Duty Manager Office Strategic


Management

Manager
Operation
Head Head Head Manager Manager Human
Restaurant Procurement Customer Finance Capital & Support
Head PPIC & Store Service

Head Production Head Head Human


Finance Capital

Head Operation
Head Head IT
Accounting Operation
Head Engineering &
Cleaning Service

Gambar 1.
Struktur Organisasi PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
C. Jenis Konsumen yang Dilayani
PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta melayani beberapa maskapai
penerbangan seperti Garuda Indonesia, Express Air dan Citilink secara SOB
(Sell On Board) serta melayani beberapa outside lainnya dibeberapa Institusi
seperti rumah sakit dan hotel. Konsumen yang dilayani oleh Aerofood
Indonesia sebagian besar adalah orang dewasa dan anak-anak. Pada
konsumen orang dewasa bentuk makanannya adalah meal (maknan pokok,
lauk hewani dan lauk nabati) dan snack. Untuk konsumen anak-anak bentuk
makanan berupa child meal (snack box) dan Infant (makanan bayi) hanya
diproduksi bila ada pemesanan. Pelayanan di institusi rumah sakit dan hotel
bentuk makananya lengkap terdiri makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati
dan snack yang diperuntukan karyawan dan pasien rumah sakit. PT.Aerofood
Indonesia Unit Yogyakarta rata-rata melayani 2000 konsumen setiap harinya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tata Letak dan Tata Laksana Dapur serta Alur Kerja Penyelenggaraan
Makanan
Tata laksana PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta terbagi menjadi 2
area yaitu area manajemen di lantai 2 dan area produksi di lantai 1. Area
manajemen adalah area kantor perusahan, yaitu tempat yang menangani
masalah adminstrasi perusahan. Area tersebut terdiri dari ruang meeting 1,
ruang meeting 2, ruang general manager, ruang accounting, ruang filling
document, ruang marketing, ruang AFM (Accounting Finance Manager),
ruang ibadah, dan ruang toilet. Berikut denah tata letak perusahaan dapat di
lihat pada Gambar 2.

Gambar 2.
Denah Tata Letak Aerofood Indonesia
Area produksi merupakan area yang sangat dilindungi dari cemaran,
yaitu ruangan yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan produksi di
area perusahan. Area produksi terdiri dari beberapa bagian :
1. Receiving
Area receiving adalah area penerimaan bahan baku, berupa ruangan
terbuka yang terletak di bagian paling belakang area produksi. Bahan
baku datang dari pemasok bahan baku, kemudian diperiksa baik kualitas
maupun kuantitas langsung oleh QC, cost control, dan petugas store.
2. Airlines store
Airlines store adalah ruang perlengkapan penyajian makanan
pesawat Garuda Indonesia, seperti piring, kemasan, snack box, sendok,
tisu dan lain sebagainya.
3. Dry goods store
Dry goods store adalah ruang penyimpanan berbagai bahan baku
yang bersifat kering seperti tepung-tepungan, beras, kopi, telur dan lain
sebagainya.
4. Beverage store
Beverage store adalah ruang penyimpanan untuk menyimpan air
mineral dalam kemasan, minuman bersoda dan pudding kemasan.
5. Store Freezer
Pada store freezer terdapat 2 standing freezer dan 3 box freezer yang
digunakan untuk menyimpan ikan, daging sapi, daging ayam, kentang
stick frozen, dan mix vegetable frozen.
6. Diswashing kitchen
Diswashing kitchen adalah tempat pencucian peralatan masak.
7. Butcher
Butcher adalah ruangan yang khusus digunakan untuk melakukan
persiapan seperti memotong daging, mengupas dan memotong sayuran.
8. Hot kitchen
Hot kitchen adalah dapur yang digunakan untuk mengolah berbagai
masakan, baik meal maupun kue-kue tradisional.
9. Holding room
Holding room adalah ruang pendingin dengan suhu 0- 50C, yang
mana ruangan ini digunakan untuk menyimpan trolley-trolley yang sudah
berisi snack box makanan, guna menjaga suhu makanan (<15°C)
sebelum dibawa oleh petugas handling.
10. Cold kitchen
Cold kitchen adalah dapur dengan suhu 210C, yang digunakan untuk
pemrosesan makan yang membutuhkan suhu dingin, dan tempat
persinggahan buah dan sayur dari storage, sebelum diproses.
11. Meal Try Set Up (MTSU)
Ruang Meal Try Set Up (MTSU) adalah ruang persiapan,
pengemasan, pelabelan, makanan yang akan disajikan kepada konsumen.
Ruang tersebut adalah ruang yang paling lebar. Suhu ruang tersebut
adalah <210C.
12. Bakery and pastry
Ruang bakery and pastry adalah dapur khusus untuk membuat
berbagai cake dan roti.

B. Analisis Peralatan dan Sanitasi Peralatan Penyelenggaraan Makanan


1. Analisis peralatan
a. Blast chiller
Alat ini berguna untuk mendinginkan masakan dan adonan yang
panas dengan cepat. Cara penggunaan alat ini dengan menggunakan
stop kontak. Perawatan alat ini hanya dilakukan pada saat alat rusak
saja.
b. Kompor high pressure
Kompor ini mempunyai cara kerja dengan tekanan tinggi.
Tekanan pada kompor ini harus dijaga pada angka 30 psi. Angka psi
akan membuat masak atau kue dapat mengembang dengan
sempurna. Alat ini khusus digunakan untuk memasak yang
membutuhkan panas yang tinggi salah satunya yaitu kue mangkuk.
Cara penggunaan kompor ini seperti penggunaan kompor pada
umumnya yaitu langsung diputar untuk menyalakannya. Perawatan
kompor ini dilakukan pengecekan setiap hari setiap selesai proses
produksi.
c. Oven rotary
Oven ini digunakan mematangkan adonan menjadi roti.
Kapasitas oven rotary di PT. Aerofood ACS adalah sebanyak 600
pcs sekali pengovenan. Oven ini dapat mematangkan roti secara
optimal karena suhu panas dapat merata kesemua bagian roti.
Penggunaan oven ini menggunakan tenaga listrik. Untuk proses
perawatan dilakuakn setiap hari setelah pemakai langsung
dibersihkan.
d. Proofer
Proofer adalah alat yang digunakan untuk mengembangkan
adonan roti sebelum dimasukan ke dalam oven. Cara kerja alat ini
adalah dengan uap yang bersuhu 400C. Perawatan alat ini dilakukan
setiap hari. Pengecekan suhu dilakukan sehari tiga kali.
e. Oven 3 phase
Fungsi oven 3 phase sama dengan oven rotary, hanya saja oven
3 phase hanya dapat menampung 180 pcs adonan dan tidak memutar
adonan sehingga harus diawasi agar roti dapat matang secara merata.
Perawatan dilakuan setiap hari setiap selesai produksi.
f. Rounding
Alat rounding adalah alat yang dapat mencetak adonan roti
menjadi bulat-bulatan kecil. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
bentuk roti yang seragam dan mengurangi kesalahan pencetakan
adonan bakery. Perawatan alat ini dilakukan setiap hari setelah
proses pemakaian.
g. Mixer
Alat mixer digunakan untuk mengaduk campuran bahan roti
menjadi adonan. Selain itu mixer juga digunakan mencampurkan
bumbu-bumbu yang akan dimasak untuk makanan di dapur hot
procces.
h. Frezzer
Alat frezzer digunakan untuk menyimpan bahan makanan basah
berupa daging sapi, daging ayam, dan ikan. Penggunaan alat ini
otomatis menggunakan tenaga listrik. Suhu dalam frezzer -180C.
perawatan dilakukan 4 hari sekali menggunakan cairan clorin dengan
kelarutan 100-200 ppm.

2. Sanitasi peralatan
Dalam hal ini sanitasi adalah langkah pemberian sanitizer secara
kimia atau perlakuan fisik yang dapat mereduksi populasi mikroba pada
fasilitas dan peralatan pabrik (Winarno dan Surono, 2002). Tujuan
penggunaan sanitizer (desinfektan) adalah untuk mereduksi jumlah
mikroorganisme patogen dan perusak di dalam pengolahan pangan pada
fasilitas dan perlengkapan bahan makanan. Ada 4 macam desinfektan
yang lazim digunakan dalam proses pengolahan pangan, yang dibedakan
menurut komponen utama yang kandungannya, yaitu desinfektan
berbahan dasar klorin desinfektan yang berbahan dasar iodin, senyawa
amonium kurtener (quast) dan sufaktan anionik asam.
Peralatan yang digunakan di PT.Aerofood Indonesia Unit
Yogyakarta telah memenuhi proses pencucian yang standar dan
perendaman menggunakan chlorine 50-100 ppm. Selain itu, PT.
Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta juga telah membuat aturan bahan,
bahwa penggunaan talenan harus disesuaikan dengan jenis bahan pangan
yang akan diproses. Ruangan yang digunakan untuk pembersihan atau
pencucian alat dibedakan menjadi 2 yaitu diswashing kitchen dan
dsiwashing equipment. Ruangan diswashing equiepment berfungsi
membersihkan troly dan equipment yang datang dari bandara Adi
Sucipto yang dibawa oleh mobil HLT (High Lift Truck) ACS. Sedangkan
ruang diswashing kitchen untuk mencuci dan memebersihkan peralatan
yang digunakan untuk proses produksi, baik dari kitchen maupun pastry
dan bakery.

C. Hygiene Sanitasi dan Keselamatan Kerja


1. Hygiene sanitasi
Aerofood Indonesia adalah perusahaan catering yang sangat menjaga
keamanan produksinya, oleh karena itu perusahaan tersebut sangat
memperhatikan sanitasi industri serta hygiene perusahaan. Secara
keseluruhan sanitasi perusahaan sudah cukup baik, karena seluruh
peralatan selalu dijaga dalam kondisi baik. House keeping atau cleaner
selalu melakukan general cleaning terhadap peralatan dan area yang
terlihat kotor. House keeping juga memiliki schedule general cleaning
seluruh area dan peralatan.
Hygiene karyawan penting dilaksanakan untuk menghindari adanya
kontaminasi dari tubuh pekerja ke dalam bahan makanan ketika proses
pengolahan. Keadaan tubuh karyawan ketika masuk ruang produksi
harus bebas adanya cemaran yang mungkin menempel dibagian tubuh
atau pakaian karyawan. Cemaran tersebut seperti partikel atau debu atau
benda asing lain yang berpotensi menimbulkan FO (Foreign Object) hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran tersebut karyawan
bagian produksi saat masuk ruang produksi diharuskan mencuci tangan
dan tidak menggunakan aksesoris (jam tangan, jarum pentul dan peniti
jilbab) dan perhiasan. Apabila terjadi pencemaran tertentu akan
mengakibatkan bahaya pada produk yang tercemar. Karyawan bagian
produksi dan penjamah makanan melakukan pemeriksaan kesehatan
medical cek up dan rektal swab 6 bulan sekali.
Saluran juga dalam kedaan baik, karena setiap terdapat masalah pada
saluran air, akan segera teratasi oleh pihak-pihak yang bertanggung
jawab. Di perusahan tersebut, seluruh karyawan, pengunjung maupun
petugas yang memasuki area produksi diwajibkan memakai APD (alat
Pelindung Diri) yaitu hairnet, masker, dan sepatu karet (tidak licin).
Penggunaan pelindung kepala (hairnet) selalu ditaati oleh para pekerja.
Dalam melakukan pekerjaan yang kontak langsung dengan makanan
(pemasak dan MTSU), pekerja diwajibkan menggunakan sarung tangan,
masker dan hairnet. Adanya SOP mencuci tangan sebelum melakukan
pekerjaan. Pencucian tangan digunakan dengan air mengalir dan sabun
pencuci tangan. Jumlah wastafel (tempat cuci tangan) sebanyak 3 (tiga)
wastafel.

2. Keselamatan kerja
Keselamatan kerja adalah upaya untuk menciptakan suasana bekerja
yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas
setinggi-tingginya. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan (Suma’mur, 1989). Tujuan keselamatan kerja :
a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja
setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial disemua lapangan
pekerjaan.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan kerja.
c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya yang ditimbulkan akibat
pekerjaan.
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang
digunakan oleh para pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya
lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kecelakaan
kerja (Tarwaka, 2008).
Seluruh pekerja di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
diwajibkan menggunakan alat pelindung diri ketika memasuki area
produksi. Alat pelindung diri yang diwajibkan adalah, sarung tangan
sekali pakai, masker sekali pakai, hairnet (penutup kepala) dan sepatu.
Sepatu yang wajib digunakan pada saat memasukin area produksi adalah
sepatu beralas karet dan tidak bertali. Sedangkan bagi pengunjung selain
pekerja diwajibkan menggunakan masker, monouse coat, penutup kepala
dan sepatu karet. Seluruh alat pelindung tersebut disediakan oleh
PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta kecuali sepatu karet bagi
pengunjung akan diperiksa APDnya sebelum masuk ke area produksi
oleh petugas keamanan.

D. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya adalah suatu proses dimana pimpinan atau pengelola
mencoba mengatur biaya guna mencegah pemborosan dari biaya yang
dikeluarkan. Biaya yang dimaksud disini adalah biaya makan dimana biaya
bahan makanan dapat meningkat atau menurun dari harga yang diperkirakan
(Depkes RI, 2005).
Proses pengendalian biaya di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
dilakukan oleh cost control. Sementara itu terkait perhitungan harga
makanan/meal dilakukan oleh Admin Product yang bekerja sama oleh
marketing. Proses pembayaran kepada pihak vendor/supplier dilakukan oleh
Team Accounting.
Metode perhitungan biaya yang digunakan yaitu Storeroom Requisition
(SR) biasanya dibuat untuk masing-masing jenis persediaaan seperti
makanan, minuman material. SR digunakan sebagai bukti pengeluaran barang
dari gudang dan sebagai dasar pembebanan biaya dapartemen. Sedangkan
pada proses penentuan biaya perusahaan menyesuaikan dengan jumlah
permintaan produksi.
E. Analisis Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan
dalam sistem penyelenggaraan makanan. Ketentuan jumlah tipe pegawai
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dilakukan bertujuan untuk
efektivitas pekerjaan dan efisiensi waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.
Perhitungan ketenagaan terdapat empat metode (Fatimah, 2013), yaitu :
1. Berdasarkan rasio tempat tidur pasien (buku pedoman pelayanan gizi
rumah sakit).
2. Indicator Staffing Needs (ISN)
3. Recomendation full time equivqlent (Rekomendasi)
4. US departement of Health and human service
a. Berdasarkan jumlah klien
b. Berdasarkan unit kerja/ posisi
c. Berdasarkan menit kerja atau posisi hidangan

Analisis ketenagaan untuk menentukan beberapa banyak jumlah pekerja


yang dibutuhkan di bagian pengolahan makanan dapat dilakukan dengan
metode Indicator Staffing Needs (ISN). Adapun rumus yang digunakan
untuk menghitung kebutuhan kerja dengan metode ISN sebagai berikut :

Kebutuhan tenaga kerja = beban kerja dalam 1 tahun


Waktu kerja yang tersedia per 1 tahun

Beban kerja pertahun = karyawan x jam kerja x 365 hari


Waktu kerja yang tersedia = hari efektifitas x jam kerja efektifitas

Analisis ketenagaan di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta dapat


dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Analisa ketenagaan di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
Jabatan Jumlah
Office dan GM (General Manager) 13 orang
Enginering 4 orang
QHSE (Qualitiy Health Safety Enviroment) 2 orang
Security 4 orang
Handling 12 orang
Production 17 orang
MTSU (Meal Tray Set Up) 16 orang
Staf Restaurant 12 orang
Staf Outside Catering/Industrial 5 orang
House Keeping 8 orang

1. Tenaga Pemasak
Jumlah tenaga kerja pemasak yang dibutuhkan di PT. Aerofood
Indonesia Unit Yogyakarta menggunakan perhitungan rumus ISN, yaitu:
Waktu kerja yang tersedia = hari efektifitas x jam kerja efektif
= 317 hari x 7 jam
= 2219
Beban kerja/ tahun = karyawan x jam kerja x 365 hari
= 6 orang x 8 jam/hari x 365 hari
= 17520
Kebutuhan tenaga = Beban kerja dalam 1 tahun
Waktu kerja yang tersedia per 1 tahun
= 17520/2219
= 7,8 dibulatkan mejadi 8 orang.

Berdasarkan perhitungan ketenagaan menggunakan ISN jumlah


pemasak di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta masih kurang 2
orang dari standar yang diperlukan.
2. Tenaga Pramusaji
Jumlah tenaga kerja MTSU yang dibutuhkan di PT. Aerofood
Indonesia Unit Yogyakarta berdasarkan perhitungan menggunakan rumus
ISN, yaitu:
Waktu kerja yang tersedia = Hari efektifitas x jam kerja efektif
= 317 hari x 7 jam
= 2219
Beban kerja/ tahun = Karyawan x jam kerja x 365 hari
= 13 orang x 8 jam/hari x 365 hari
= 37960
Kebutuhan tenaga = Beban kerja dalam 1 tahun
Waktu kerja yang tersedia per 1 tahun
= 37960/2219
= 17,1 dibulatkan mejadi 17 orang.
Berdasarkan perhitungan ketenagaan menggunakan ISN jumlah
MTSU diPT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta masih kurang 4 orang
dari standar yang diperlukan.

3. Tenaga Ahli Gizi


Jumlah tenaga ahli gizi yang dibutuhkan di PT. Aerofood
Indonesia Unit Yogyakarta berdasarkan perhitungan menggunakan rumus
ISN, yaitu:
Waktu kerja yang tersedia = Hari efektifitas x jam kerja efektif
= 317 hari x 7 jam
= 2219

Beban kerja/ tahun = Karyawan x jam kerja x 365 hari


= 1 orang x 8 jam/hari x 365 hari
= 2920
Kebutuhan tenaga = Beban kerja dalam 1 tahun
Waktu kerja yang tersedia per 1 tahun
= 2920/2219
= 1.31 dibulatkan mejadi 2 orang.

Berdasarkan perhitungan ketenagaan menggunakan ISN jumlah


tenaga ahli gizi di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta masih kurang
1 orang dari standar yang diperlukan.

F. Kegiatan Peningkatan Pengetahuan Karyawan


Kegiatan peningkatan pengetahuan karyawan dilaksanakan pada hari
Jum’at, 24 November 2017. Deskripsi yang dilakukan dalam bentuk
pemaparan materi tentang pengertian, syarat, tujuan, macam-macam dan
fungsi APD (Alat pelindung Diri) pada penjamah makanan. Penjelasan
materi menggunakan media leaflet dibagikan kepada peserta. Tujuan
program penyuluhan ini adalah agar karyawan dapat memahami dan
mengerti pentingnya menggunakan APD (Alat Pelindung diri) dalam
menjamah makanan dab dapat menjawab pertanyaan dengan tepat yang
diberikan oleh.
Rincian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi : persiapan sarana
dan prasarana (pembuatan media), pelaksanaan (pengkondisian, pembukaan,
penyampaian materi penyuluhan, adanya tanya jawab, dan penutup).
Personil/institusi terkait secara langsung adalah mahasiswa PKL Gizi
UNRIYO dan pendukung dari pembimbing lahan PT.Aerofood Indonesia
Unit Yogyakarta. Sasaran langsung dalam kegiatan ini adalah karyawan
penjamah makanan. Kegiatan dilaksanakan di PT.Aerofood Indonesia Unit
Yogyakarta.
Penyuluhan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dalam menjamah makanan.
Peningkatan pengetahuan di ukur dengan post test yaitu beberapa pertanyaan
lisan yang ditanyakan pada peserta penyuluhan dan terbukti pada saat
diberikan post test lisan 3 soal peserta dapat menjawab dengan baik dan
benar.

G. Pengadaan Bahan Makanan


1. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan
Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan (Order)
bahan makanan berdasarkan pedoman menu dan rata-rata jumlah
konsumen/pasien yang dilayani, sesuai periode pemesanan yang
ditetapkan. Tujuan pemesanan bahan makanan adalah tersedianya bahan
makanan sesuai menu, waktu pemesanan, standar porsi bahan makanan
dan spesifikasi yang ditetapkan (Kemenkes, 2013).
Di PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta, untuk pemesanan
bahan makanan dibuat Purchase Requestion (PR) oleh store kemudian
diajukan kepada departemen purchasing untuk dibuat Purchase Order
(PO). Setelah Purchase Order (PO) di setujui oleh General Manajer
(GM) dan Accounting Finance Manager (AFM), baru barang bisa dibeli.
Pihak instansi menentukan sendiri suppliernya. Jumlah supplier ada 35
yang terbagi berdasarkan bahan makanan segar, bahan makanan beku,
dan bahan makanan kering. Material harus sesuai spesifikasi yang
diajukan oleh PT.Aerodoof Indoensia Unit Yogyakarta. Dari pihak
supplier menawarkan harga dan pihak procesing memilih harga terbaik,
kemudian supplier mengantarkan bahan makanan sesuai dengan
Purchase Order (PO) yang dibuat dan disetujui. Kerja sama yang
dilakukan dengan supplier selama satu bulan.

2. Penerimaan Bahan Makanan


Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang
meliputi memeriksa, meneliti, mencatat, memutuskan dan melaporkan
tentang macam dan jumlah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan
spesifikasi yang telah ditetapkan, serta watu penerimaannya. Tujuannya
adalah diterimanya bahan makanan sesuai dengan daftar pesanana, waktu
pesan dan spesifikasi yang ditetapkan (Kemenkes, 2013).
Bagian receiving dibawahi oleh 3 departemen yang bertanggung
jawab yaitu Departemen Accounting Store dan Quality and Health Safety
Environment (QHSE). Staf Accounting bertugas untuk mencatat jumlah
barang yang diterima apakah sesuai dengan order atau tidak. Staf Quality
Control bertugas untuk memeriksa dan memastikan kualitas produk yang
diterima untuk dibandingkan dengan spesifikasi produk yang telah
ditetapkan serta memastikan tanggal kadaluarsa produk masih dalam
batas waktu yang wajar. Staf Departemen Store bertugas untuk mencatat
jumlah barang masuk dan bertanggung jawab dalam penyimpanan barang
yang datang.
Penerimaan bahan baku adalah proses produksi yang pertama.
Penerimaan bahan baku dibagi menjadi 2 jenis yaitu perishable (mudah
rusak) dan non-perishable food (tidak mudah rusak). Quality Control juga
bertugas mengecek dan mengkoreksi mengecek kesesuaian bahan baku
yang datang agar sesuai dengan standar mutu dari perusahaan. Cost
Control bertugas mengontrol bahan baku dan biaya pengeluaran bahan
baku agar jumlah bahan baku sesuai dengan kebutuhan. Pada ruang area
Receiving(penerimaan bahan makanan) parameter bahan baku diukur
dengan alat-alat seperti timbangan, penggaris, dan beberapa SOP
parameter bahan baku yang diterima. Bahan baku yang lolos dari tahap
Receiving kemudian diberi label sesuai jenis. Untuk pembuatan roti manis
(isi ragout) terdiri dari bahan kering seperti tepung, yeast, dan bahan
basah seperti susu, mentega maupun sayur seperti wortel, daun bawang,
daging ayam. Bahan baku berupa sayur akan diberi label yang bertuliskan
nama produk, berat produk, nama supplier, dan tanggal penerimaan.

3. Penyimpanan Bahan Makanan


Penyimpanan bahan makanan merupakan suatu tata cara menata,
menyimpan, memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan
kering dan segar di gudang bahan makanan kering dan dingin/beku.
Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam
jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan (Kemenkes,
2013).
Pada keseluruhan ruang penyimpanan, dimensi rak telah
disesuaikan dengan ukuran ruangan, bahan makanan tersusun rapi dan
sangat memungkinkan proses kebersihan. Bahan baku yang telah diterima
pada receiving dan sudah diberi label meliputi supplier, nama item,
tanggal kedatangan bahan makanan, dan tanggal kadaluwarsa) kemudian
disimpan di ruang penyimpanan (storage). Sistem yang diterapkan adalah
FIFO (First In First Out) yaitu barang yang pertama kali masuk itulah
yang terlebih dahulu digunakan untuk meminimalisir angka kadaluarsa.
Ruang penyimpanan bahan baku dibagi menjadi empat ruangan,
antara lain:
a. Ruang Beverage, digunakan untuk menyimpan minuman kemasaan
dengan suhu ruangan 18°C s/d 25°C.
b. Ruang Store, digunakan untuk menyimpan bahan makanan kering
dengan suhu rungan 18°C s/d 25°C.
c. Ruang Frezzer, digunakan untuk menyimpan bahan makanan beku(
daging dan ikan) dengan suhu penyimpanan bahan baku yaitu ≤ -
18°C.
d. Ruang chiller store, digunakan untuk menyimpan bahan makan segar
seperti sayur dan buah dengan suhu 0°C s/d 5°C.

4. Persiapan Bahan Makanan


Persiapan bahan makanan merupakan serangkaian kegiatan dalam
mempersiapkan bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong,
menyiangi, meracik, dan sebagainya) sesuai dengan menu, standar resep,
standar porsi, standar bumbu dan jumlah pasin yang dilayani (Kemenkes,
2013). Persiapan bahan baku dipisahkan berdasarkan setiap jenis
makanan seperti makanan mentah dan matang. Bagian persiapan bahan
baku dibagi dalam 2 ruangan yaitu room butcher (ruang persiapan
daging) dan room cook kitchen (ruang persiapan sayur, buah, dan bumbu)
Pada proses persiapan untuk sayur dan buah, sayur dicuci
menggunakan larutan klorin dengan kadar 50-100 ppm untuk
mengeliminasi bakteri kemudian dikeringkan dan dipotong sesuai
spesifikasi yang ditetapkan. Sedangkan untuk persiapan buah dicuci juga
dengan air campuran klorin dengan kadar 50-100 ppm.
Pada ruangan persiapan daging dilakukan proses thawing. Bahan
daging meliputi daging sapi, ayam dan ikan kemudian di potong sesuai
spesifikasi yang ditetapkan.

5. Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari sanitasi dan
hygiene makanan. Penyajian makanan yang tidak baik dan etis bukan saja
dapat mengurai selera makan seseorang tetapi dapat juga enjadi penyebab
kontaminasi terhadap bakteri (Kemenkes, 2013).
Penyajian atau pengemasan dilakukan untuk beberapa tujuan
diantaranya untuk melindungi produk dari kontaminasi mikroorganisme,
menjaga produk agar tetap bersih, mempermudah penyimpanan, maupun
mempermudah konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut, serta
memberikan informasi mengenai produk tersebut sebagai branding dari
suatu perusahaan.
PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta melakukan proses
penyajian atau pengemasan dibagian Meal Try Set Up (MTSU), karena
setelah dikemas akan langsung disusun kedalam tray. Kemasan yang
biasanya digunakan untuk mengemas makanan utama kelas ekonomi
berupa Foil Meal Dish. Penataan makanan dan pengemasan ini dilakukan
maksimal 45 menit untuk menjaga suhu maksimal <15°C. Makanan
utama kelas bisnis ditata kedalam piring keramik (china hot mealdish
medium) yang kemudian ditutup dengan aluminium foil yang dapat
menimbulkan kesan yang lebih berkelas. Produk kue dan roti akan
dikemas dengan plastic polyprophylene (PP) yang sudah dicetak bersama
dengan logo Garuda Indonesia untuk maskapai penerbangan tersebut.
Untuk produk buah akan ditata kedalam mangkuk keramik kecil (china
bowl) yang kemudian ditutup dengan plastic wrap.
Proses setting di area MTSU, khususnya meal dilakukan selama
45 menit untuk menjaga suhu maksimal <15°C. Selain temperature yang
perlu, waktu juga harus diperhatikan. Waktu start ditulis saat makanan
keluar dari chiller kemudian di cek temperaturnya dan waktu finish ditulis
saat makanan akan dimasukkan ke Holding Room, terlebih dahulu dicek
suhunya. Makanan disimpan di Holding Room maksimal 6 jam dan
temperature makanan saat akan dikeluarkan dari holding room ≤5°C.
Jika suhu makanan >8°C, segera masukkan makanan ke dalam holding
room atau diberi dry ice.

6. Pendistribusian
Penditribusian makanan adalah serangkaian proses kegiatan
penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi
konsumen yang dilayani. Sistim penyaluran yang digunakan sangat
mempengaruhi makanan yang disajikan (Kemenkes, 2013).
Pendistribusian makanan secara umum di PT. Aerofood Indonesia
Unit Yogyakarta menggunakan sistem sentralisasi. Pendistribusian
makanan secara sentralisasi dilakukan di dapur umum kemudian ditata
dan dimasukkan ke troli kemudian didistribusikan oleh petugas handling
dengan menggunakan mobil High Lift Truck (HLT). Agar suhu tetap
terjaga dan tetap sesuai, pada bagian dalam troli akan diberikan dry ice.
Ketika sudah sampai di bandara, troli-troli tersebut dimasukkan kedalam
pesawat sesuai dengan batas kritis Food Temperature On Board Aircraft,
agar tetap terjamin keamanan produknya dengan suhu <10°C. Untuk
keberangkatan pesawat dari bandara, produk harus sudah sampai 60
menit sebelum jadwal kedatangan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. PT. Aerofood Unit Yogyakarta merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang jasa katering maskapai penerbangan yang juga merupakan unit
usaha dari salah satu anak perusahaan maskapai penerbangan “Garuda
Indonesia” yaitu PT. Aerowisata.
2. PT.Aerofood Unit Yogyakarta melayani jasa catering service untuk
penerbangan maskapai Garuda Indonesia dan jasa katering lainnya. Selain
di Yogyakarta dan Jakarta Aerofood ACS juga berdiri di Surabaya,
Balikpapan, Denpasar, Bandung, Lombok dan Medan.
3. PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta melayani beberapa maskapai
penerbangan seperti Garuda Indonesia, Express Air dan Citilink secara
SOB (Sell On Board) serta melayani beberapa outside lainnya dibeberapa
Institusi seperti rumah sakit dan hotel.
4. Berdasarkan perhitungan ISN (Indicator Staffing Needs) bahwa jumlah
tenaga kerja untuk pemasak masih kurang 2 orang, tenaga kerja pramusaji
kurang 4 orang dan tenaga ahli gizi kurang 1 orang.
5. Kegiatan peningkatan pengetahuan karyawan dilaksanakan pada hari
Jum’at, 24 November 2017 di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
dan terbukti bahwa peserta memahami dan mengerti APD (Alat
Pelindung Diri) pada penjamah makanan.
6. Area produksi di PT.Aerofood Unit Yogyakarta terdiri dari beberapa
bagian, yaitu receiving, airlines store, dry goods store, beverage store,
store freezer, diswashing kitchen, butcher, hot kitchen, holding room, cold
kitchen, meal try set up (MTSU), serta bakery and pastry.
7. Arus kerja dan penyelenggaraan makanan di PT.Aerofood Unit
Yogyakarta sudah baik.
8. Peralatan yang digunakan di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
telah memenuhi proses pencucian yang standar. Ruangan yang digunakan
untuk pembersihan atau pencucian alat dibedakan menjadi 2 yaitu
diswashing kitchen dan dsiwashing equipment.
9. Seluruh pekerja di PT.Aerofood Unit Yogyakarta diwajibkan
menggunakan alat pelindung diri ketika memasuki area produksi. Alat
pelindung diri yang diwajibkan adalah sarung tangan sekali pakai, masker
sekali pakai, hairnet (pelindung kepala/rambut) dan oven mitts bagi
pekerja yang bekerja menggunakan oven.
10. Sanitasi dan keselamatan kerja di PT.Aerofood Indonesia Unit
Yogyakarta sudah cukup baik.
11. Pengendalian biaya di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta dilakukan
oleh cost control dengan metode perhitungan biaya yang digunakan
adalah Storeroom Requisition.
12. Pemesanan bahan makanan di PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta,
dibuat Purchase Requestion (PR) oleh store kemudian diajukan kepada
departemen purchasing untuk dibuat Purchase Order (PO). Setelah
Purchase Order (PO) di setujui oleh General Manajer (GM) dan
Accounting Finance Manager (AFM). Pembelian bahan makanan di PT.
Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta dilakukan dengan cara melalui
supplier atau pembelian langsung. Penerimaan bahan makanan dilakukan
oleh penanggung jawab bahan makanan kering dan bahan makanan basah
dan petugas memeriksa bahan makanan secara langsung. Sistem
penyimpanan yang diterapkan adalah FIFO (First In First Out) yaitu
barang yang pertama kali masuk itulah yang terlebih dahulu digunakan
untuk meminimalisir angka kadaluarsa. Pendistribusian makanan secara
umum di PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta menggunakan sistem
sentralisasi yag dilakukan di MTSU (Meal Try Set Up).
13. Ruang pengolahan makanan di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
sudah cukup baik karena sudah memiliki penerangan lampu dan ventilasi
yang memadai sehingga sirkulasi udara pengeluaran asap dan debu serta
uap asap panas bisa keluar masuk dengan baik
B. Saran
Tenaga penjamah makanan di PT. Aerofood Indonesia Unit
Yogyakarta sebaiknya lebih meningkatkan penggunaan alat pelindung diri
(APD).
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2005). Daftar Komposisi Bahan Makanan Politeknik Kesehatan


Jurusan Gizi. Yogyakarta

Fatimah, F. (2013). Handout Materi Manajemen Institusi Penyelenggaraan


Makanan: Analisa Ketenagaan.Yogyakarta: Universitas Respati Yogyakarta

Kemenkes, RI. (2013). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Porter, E.M. & Kramer, R.K. (2006). Strategy & Society, The Lin Between
Competitive Advantage and Corporate Social Responsibility.
Susiwi, S. (2009). GMP (Good Manufacturing Practice) Cara Pengolahan Pangan
Yang Baik. Fakultas MIPA UPI. Bandung
Suma’mur P. K. (1993). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Haji
Masagung. Jakarta
Tarwaka. (2008). Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta,
Harapan Press
Winarno, F.G, & Surono. (2002). GMP Cara Pengolahan Pangan yang Baik. M-
Brio Press. Bogor
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(Alat Pelindung Diri (APD) pada Penjamah Makanan)

di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta

Disusun oleh:

8. WINDA MONICA (14120018)


9. MOHAMMAD ILHAM SAPUTRA (14120026)
10. SYIFA AENI (14120027)
11. OCTAVIANUS J.S.M (14120058)
12. RISKA MULIANI (14120059)
13. NAZIMAH AL-AMRIE (14120099)
14. FIDYAH NOVITASARI (16120047)

PRODI S-1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PENJAMAH MAKANAN

TOPIK : Alat Pelindung Diri (APD) pada Penjamah Makanan


WAKTU : 15 Menit
HARI/TANGGAL : Jum’at, 24 November 2017
SASARAN : Kariyawan Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
TEMPAT : PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
PENYULUH : Mahasiswa S1-Ilmu Gizi Respati Yogyakarta

A. Latar Belakang
Di dunia kerja, baik itu pekerjaan di ruangan atau di luar ruangan pasti
tidak akan terlepas dari resiko, baik resiko penyakit yang menyangkut
psikologis, sosial, maupun biologis. Berbagai cara di lakukan untuk
menanggulangi bahaya-bahaya lingkungan kerja, namun pengendalian secara
teknis pada sumber bahaya itu sendiridinilai paling efektif dan merupakn
alterntif pertama yang di anjurkan, sedangkan pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) merupakan pilihan terakhir.
Hal ini tercerin dalam UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
pasal 3,9,12,14 dinyatakan bahwa dengan peraturan perundangan di tetapkan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk memberikan Alat
Pelindung Diri (APD), pengurus di wajibkan menunjukan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang Alat Pelindung Diri (APD), dengan
peraturan perundangan diatur kewajiban atau hak tebaga kerja untuk
memakai APD harus diselenggarakan di semua tempat kerja ,wajib
menggunakan APD yang di wajibkan pengurus dan menyediakan Alat
Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan secara Cuma-Cuma. Oleh karena itu
keselamatan kerja harus benar-benar di terapkan dalam suatu rumah sakit
lainnya di mana di dalamnya tenaga kerja malakukan pekerjaannya. Hal ini di
lakukan karena manusia adalah faktor yang paling penting dalam suatu
produksi. Manusia sebagai tenaga kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja
yang berdampak cacat sampa meninggal (Boedi Maryoto, 1997).

B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah penyuluhan ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
penjamah makanan tentang pentingnya menggunakan APD (Alat Pelindung
Diri) dalam menjamah makanan di sebuah industri.

C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit tentang Alat Pelindung
Diri (APD) diharapkan penjamah makanan mampu :
1. Penjamah makanan mampu memahami pengertian Alat Pelindung Diri
2. Penjamah makanan mampu mengetahui syarat-syarat APD (Alat
Pelindung Diri) dalam menjamah makanan yang baik dan benar.
3. Penjamah makanan mampu mengerti dan memahami tujuan
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang baik dan benar
4. Penjamah makanan mampu mengerti dan memahami macam-macam
APD (Alat Pelindung Diri) yang baik dan benar
5. Penjamah makanan mampu memahami dan mengerti fungsi APD (Alat
Pelindung Diri) pada sebuah Industri.

D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan
Penyuluh Peserta
1 2 menit Pembukaan
a. Salam Pembukaan - Menjawab salam
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Apersepsi - Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan - Memperhatikan
tujuan
2 10 Menit Kegiatan inti Penyuluhan
a. Menjelaskan dan - Memperhatikan dan
menguraikan materi mencatat penjelasan
tentang penyuluh dengan
- Pengertian APD cermat
- Syarat-syarat APD
- Tujuan menggunakan
APD
- Macam-macam APD
- Fungsi APD
b. Memberikan kesempatan - Memperhatikan dan
kepada peserta penyuluhan mencatat penjelasan
untuk bertanya penyuluh dengan
c. Menjawab pertanyaan cermat
peserta penyuluhan yang - Memperhatikan
berkaitan dengan materi jawaban dari
yang belu jelas penyuluh

4 3 Menit Penutup
a. Menyimpulkan materi yang - Memperhatikan
telah disampaikan. kesimpulan dari
materi penyuluhan
yang telah
disampaikan.
b. Melakukan evaluasi - Menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan oleh
penyuluh.
c. Mengakhiri kegiatan - Menjawab salam

F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi dengan peserta
G. Media dan Alat
Leaflet

H. Evaluasi
1. Prosedur : Akhir Penyuluhan
2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk Soal : Essay
4. Jumlah Soal : 3soal
5. Jenis Soal : Menguraikan secara lisan

I. Kepustakaan
Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Widya Medika.
Depkes RI. 1992. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV. Jakarta
Knollmueler.1998. Buku Saku Keperawatan Komunitas Kesehatan Rumah.
Jakarta. EGC.
MPR RI. 1999. GBHN 1999 – 2004. Jakarta.
Summamur. 1994. Kesehatan Kerja. Jakarta. Widya Medika
J. Lampiran Materi
MATERI
PENYULUHAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI)

1. Pengertian Alat Pelindung diri (APD)


Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan
perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur,
1991). Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari
bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu,
APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan
yang diperlukan.

2. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)


Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri
adalah :
a. APD harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja
b. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan
c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel
d. Bentuknya harus cukup menarik
e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama
f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya
yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena
salah dalam menggunakannya
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada
h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris
pemakainya
i. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya
3. Tujuan Penggunaan APD
a. Melindungi tenaga kerja dari bahaya apabila usaha rekayasa dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik
b. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja
c. Menciptakan lingkungan kerja yang aman
d. Melindungi pekerja dari bahaya akibat pekerjaannya
e. Menurunkan tingkat resiko akibat kecelakaan terhadap pekerja

4. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD) dan fungsinya


Suma’mur (1994) menggolongkan alat pelindung diri menurut
bagian tubuh yang dilindunginya ke dalam 8 golongan yaitu :
a. Alat Pelindung Kepala
Tujuan dari penggunaan alat ini adalah melindungi kepala dari
bahaya terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan
luka tergores, terpotong, tertusuk, terpukul oleh benda jatuh, melayang
dan meluncur, juga melindungi kepala dari panas radiasi, sengatan arus
listrik, api, percikan bahan-bahan kimia korosif dan mencegah rambut
rontok dengan bagian mesin yang berputar Jenisnya berupa topi
pengaman yang terbuat dari plastik, fiberglass, bakelite.
b. Alat Pelindung Telinga
Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum di tempat kerja dan
sering dihiraukan karena gangguan suara tidak mengakibatkan
luka.Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising
dan telinga dalam. Selain itu, alat ini melindungi pemakainya dari
bahaya percikan api atau logam panas misalnya pada saat pengelasan.
Alat pelindung telinga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Sumbat telinga
Alat ini memberikan perlindungan yang paling efektif karena
langsung dimasukkan ke dalam telinga
2) Tutup telinga
Alat ini dipakai di luar telinga dan penutupnya terbuat dari
sponge untuk memberikan perlindungan yang baik
c. Alat Pelindung Tangan (Sarung tangan)
Alat Pelindung Tangan merupakan alat yang paling banyak
digunakan karena kecelakaan pada tangan adalah yang paling banyak
dari seluruh kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Pekerja harus
memakai pelindung tangan ketika terdapat kemungkinan terjadinya
kecelakaan seperti luka tangan karena benda-benda keras, luka gores,
terkena bahan kimia berbahaya, luka sengatan dan lain-lainnya.
d. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung dapat berbentuk APRON yang menutupi
sebagian dari tubuh yaitu mulai dari dada sampai lutut dan overalla
yang menutup seluruh badan. Pakaian pelindung digunakan untuk
melindungi pemakainya dari percikasn cairan, api, larutan bahan kimia
korosif dan oli, cuaca kerja (panas, dingin, dan kelembapan). APRON
dapat dibuat dari kain, kulit, plastik, karet, asbes atau kain yang
dilapisi aluminium.Perlu diingat bahwa APRON tidak boleh dipakai di
tempat-tempat kerja yang terdapat mesin berputar.
e. Alat Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari
bahaya kejatuhan benda-benda berat, terinjak benda yang berputar
melalui kjaki, kepercikan larutan asam dan basa yang korosif atau
cairan panas, menginjak benda tajam. Sepatu pelindung dan boot harus
memiliki ujung sepatu yang terbuat dari baja dan solenya dapat
menahan kebocoran. Ketika bekerja di tempat yang mengandung aliran
listrik, maka harus digunakan sepatu tanpa logam yang dapat
menghantarkan aliran listrik.Jika bekerja di tempat biasa maka harus
digunakan sepatu yang tidak mudah tergelincir, sepatu yang terbuat
dari karet harus digunakan ketika bekerja dengan bahan kimia.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(Alat Pelindung Diri (APD) pada Penjamah Makanan)

di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta

Disusun oleh:

1. WINDA MONICA (14120018)


2. MOHAMMAD ILHAM SAPUTRA (14120026)
3. SYIFA AENI (14120027)
4. OCTAVIANUS J.S.M (14120058)
5. RISKA MULIANI (14120059)
6. NAZIMAH AL-AMRIE (14120099)
7. FIDYAH NOVITASARI (16120047)

PRODI S-1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PENJAMAH MAKANAN

TOPIK : Alat Pelindung Diri (APD) pada Penjamah Makanan


WAKTU : 15 Menit
HARI/TANGGAL : Jum’at, 24 November 2017
SASARAN : Kariyawan Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
TEMPAT : PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
PENYULUH : Mahasiswa S1-Ilmu Gizi Respati Yogyakarta

A. Latar Belakang
Di dunia kerja, baik itu pekerjaan di ruangan atau di luar ruangan pasti
tidak akan terlepas dari resiko, baik resiko penyakit yang menyangkut
psikologis, sosial, maupun biologis. Berbagai cara di lakukan untuk
menanggulangi bahaya-bahaya lingkungan kerja, namun pengendalian secara
teknis pada sumber bahaya itu sendiridinilai paling efektif dan merupakn
alterntif pertama yang di anjurkan, sedangkan pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) merupakan pilihan terakhir.
Hal ini tercerin dalam UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
pasal 3,9,12,14 dinyatakan bahwa dengan peraturan perundangan di tetapkan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk memberikan Alat
Pelindung Diri (APD), pengurus di wajibkan menunjukan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang Alat Pelindung Diri (APD), dengan
peraturan perundangan diatur kewajiban atau hak tebaga kerja untuk
memakai APD harus diselenggarakan di semua tempat kerja ,wajib
menggunakan APD yang di wajibkan pengurus dan menyediakan Alat
Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan secara Cuma-Cuma. Oleh karena itu
keselamatan kerja harus benar-benar di terapkan dalam suatu rumah sakit
lainnya di mana di dalamnya tenaga kerja malakukan pekerjaannya. Hal ini di
lakukan karena manusia adalah faktor yang paling penting dalam suatu
produksi. Manusia sebagai tenaga kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja
yang berdampak cacat sampa meninggal (Boedi Maryoto, 1997).

B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah penyuluhan ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
penjamah makanan tentang pentingnya menggunakan APD (Alat Pelindung
Diri) dalam menjamah makanan di sebuah industri.

C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit tentang Alat Pelindung
Diri (APD) diharapkan penjamah makanan mampu :
1. Penjamah makanan mampu memahami pengertian Alat Pelindung Diri
2. Penjamah makanan mampu mengetahui syarat-syarat APD (Alat
Pelindung Diri) dalam menjamah makanan yang baik dan benar.
3. Penjamah makanan mampu mengerti dan memahami tujuan
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang baik dan benar
4. Penjamah makanan mampu mengerti dan memahami macam-macam
APD (Alat Pelindung Diri) yang baik dan benar
5. Penjamah makanan mampu memahami dan mengerti fungsi APD (Alat
Pelindung Diri) pada sebuah Industri.

D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan
Penyuluh Peserta
1 2 menit Pembukaan
a. Salam Pembukaan - Menjawab salam
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Apersepsi - Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan - Memperhatikan
tujuan
2 10 Menit Kegiatan inti Penyuluhan
a. Menjelaskan dan - Memperhatikan dan
menguraikan materi mencatat penjelasan
tentang penyuluh dengan
- Pengertian APD cermat
- Syarat-syarat APD
- Tujuan menggunakan
APD
- Macam-macam APD
- Fungsi APD
b. Memberikan kesempatan - Memperhatikan dan
kepada peserta penyuluhan mencatat penjelasan
untuk bertanya penyuluh dengan
c. Menjawab pertanyaan cermat
peserta penyuluhan yang - Memperhatikan
berkaitan dengan materi jawaban dari
yang belu jelas penyuluh

4 3 Menit Penutup
a. Menyimpulkan materi yang - Memperhatikan
telah disampaikan. kesimpulan dari
materi penyuluhan
yang telah
disampaikan.
b. Melakukan evaluasi - Menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan oleh
penyuluh.
c. Mengakhiri kegiatan - Menjawab salam

F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi dengan peserta
G. Media dan Alat
Leaflet

H. Evaluasi
1. Prosedur : Akhir Penyuluhan
2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk Soal : Essay
4. Jumlah Soal : 3soal
5. Jenis Soal : Menguraikan secara lisan

I. Kepustakaan
Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Widya Medika.
Depkes RI. 1992. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV. Jakarta
Knollmueler.1998. Buku Saku Keperawatan Komunitas Kesehatan Rumah.
Jakarta. EGC.
MPR RI. 1999. GBHN 1999 – 2004. Jakarta.
Summamur. 1994. Kesehatan Kerja. Jakarta. Widya Medika
J. Lampiran Materi
MATERI
PENYULUHAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI)

1. Pengertian Alat Pelindung diri (APD)


Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan
perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur,
1991). Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari
bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu,
APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan
yang diperlukan.

2. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)


Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri
adalah :
a. APD harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja
b. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan
c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel
d. Bentuknya harus cukup menarik
e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama
f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya
yang dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena
salah dalam menggunakannya
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada
h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris
pemakainya
i. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya
3. Tujuan Penggunaan APD
a. Melindungi tenaga kerja dari bahaya apabila usaha rekayasa dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik
b. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja
c. Menciptakan lingkungan kerja yang aman
d. Melindungi pekerja dari bahaya akibat pekerjaannya
e. Menurunkan tingkat resiko akibat kecelakaan terhadap pekerja

4. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD) dan fungsinya


Suma’mur (1994) menggolongkan alat pelindung diri menurut
bagian tubuh yang dilindunginya ke dalam 8 golongan yaitu :
a. Alat Pelindung Kepala
Tujuan dari penggunaan alat ini adalah melindungi kepala dari
bahaya terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan
luka tergores, terpotong, tertusuk, terpukul oleh benda jatuh, melayang
dan meluncur, juga melindungi kepala dari panas radiasi, sengatan arus
listrik, api, percikan bahan-bahan kimia korosif dan mencegah rambut
rontok dengan bagian mesin yang berputar Jenisnya berupa topi
pengaman yang terbuat dari plastik, fiberglass, bakelite.
b. Alat Pelindung Telinga
Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum di tempat kerja dan
sering dihiraukan karena gangguan suara tidak mengakibatkan
luka.Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising
dan telinga dalam. Selain itu, alat ini melindungi pemakainya dari
bahaya percikan api atau logam panas misalnya pada saat pengelasan.
Alat pelindung telinga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Sumbat telinga
Alat ini memberikan perlindungan yang paling efektif karena
langsung dimasukkan ke dalam telinga
2) Tutup telinga
Alat ini dipakai di luar telinga dan penutupnya terbuat dari
sponge untuk memberikan perlindungan yang baik
c. Alat Pelindung Tangan (Sarung tangan)
Alat Pelindung Tangan merupakan alat yang paling banyak
digunakan karena kecelakaan pada tangan adalah yang paling banyak
dari seluruh kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Pekerja harus
memakai pelindung tangan ketika terdapat kemungkinan terjadinya
kecelakaan seperti luka tangan karena benda-benda keras, luka gores,
terkena bahan kimia berbahaya, luka sengatan dan lain-lainnya.
d. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung dapat berbentuk APRON yang menutupi
sebagian dari tubuh yaitu mulai dari dada sampai lutut dan overalla
yang menutup seluruh badan. Pakaian pelindung digunakan untuk
melindungi pemakainya dari percikasn cairan, api, larutan bahan kimia
korosif dan oli, cuaca kerja (panas, dingin, dan kelembapan). APRON
dapat dibuat dari kain, kulit, plastik, karet, asbes atau kain yang
dilapisi aluminium.Perlu diingat bahwa APRON tidak boleh dipakai di
tempat-tempat kerja yang terdapat mesin berputar.
e. Alat Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari
bahaya kejatuhan benda-benda berat, terinjak benda yang berputar
melalui kjaki, kepercikan larutan asam dan basa yang korosif atau
cairan panas, menginjak benda tajam. Sepatu pelindung dan boot harus
memiliki ujung sepatu yang terbuat dari baja dan solenya dapat
menahan kebocoran. Ketika bekerja di tempat yang mengandung aliran
listrik, maka harus digunakan sepatu tanpa logam yang dapat
menghantarkan aliran listrik.Jika bekerja di tempat biasa maka harus
digunakan sepatu yang tidak mudah tergelincir, sepatu yang terbuat
dari karet harus digunakan ketika bekerja dengan bahan kimia.
JURNAL HARIAN KEGIATAN PKL

MANAJEMEN INDUSTRI PELAYANAN MAKANAN (MIPM) II

Nama Lahan/Institusi : PT. AEROFOOD INDONESIA UNIT YOGYAKARTA

Periode PKL : 13 November – 24 November 2017

N Hari/Tanggal Pembagian Nama Mahasiswa Kegiatan


o waktu/sift
1 Rabu Sift Pagi 1. Syiva Penyampaian latar
15 November (08.30-12.00 2. Riska belakang perusahaan
2017 WIB) 3. Fidyah
4. Winda
5. Nazimah
6. Ilham
7. Octavianus
2 Kamis Sift Pagi 1. Nazimah (Office) 1. Pengenalan mengenai
16 November (08.00-12.00 2. Winda (Office) lokasi/tempat/ruangan
2017 WIB) 3. Riska (Produksi) mulai dari ruang
4. Octavianus (Produksi) penerimaan bahan
5. Ilham (Produksi) makanan sampai ruang
distribusi makanan
Sift Siang 1. Fidyah (Produksi) 2. Melakukan pemorsian
(13.00-17.00 2. Syiva (Produksi) makanan
WIB)
3 Jum’at Sift Pagi 1. Nazimah Mengambil data tentang
17 November (08.00-12.00 2. Winda sejarah, visi/misi lahan
2017 WIB) 1. Riska Mencari data cara
2. Ilham pemesanan bahan
3. Octavianus makanan
Sift Siang 1. Fidyah 1. Mengambil data
(13.00-17.00 2. Syiva spesifikasi bahan
WIB) makanan
2. Menanyakan SOP
menu
4 Sabtu Sift Pagi 1. Nazimah Menganalisis peralatan
18 November (08.00-12.00 2. Winda dan sanitasi peralatan
2017 WIB) 3. Riska
4. Ilham
5. Octavianus
6. Fidyah
7. Syiva
N Hari/Tanggal Pembagian Nama Mahasiswa Kegiatan
o waktu/sift
7 Senin Sift Pagi 1. Nazimah (office) Mencari data SOP yang
20 November (08.00-12.00 2. Riska tersedia di lahan
2017 WIB) 1. Winda 1. Membantu bagian
2. Fidyah produksi
3. Syiva 2. Konsutasi laporan
kelompok
Sift Siang 1. Ilham Mencari data tentang
(13.00-17.00 2. Octavianus HACCP dan membantu
WIB) bagian portioning (MTSU)
8 Selasa Sift Pagi 1. Fidyah 1. Menanyakan tentang
21 November (08.00-12.00 2. Nazimah pengendalian biaya
2017 WIB) 3. Riska 2. Membantu bagian
4. Syiva MTSU
5. Winda
Shift Siang 1. Ilham Mengambil data tentang
(13.00-17.00 2. Octavianus iventaris pada lahan
WIB)
9 Rabu 22 Sift Pagi 1. Winda 1. Melakukan
November (08.00-12.00 2. Riska penerimaan bahan
2017 WIB) 3. Fidyah makanan
4. Nazimah 2. Menanyakan data yang
5. Syiva kurang pada laporan
Sift Siang 1. Ilham Bagian Portioning
(13.00-17.00 2. Octavianus (pemorsian)
WIB)

10 Kamis 23 Sift Pagi 1. Octavianus Membantu bagian


November (08.00-12.00 2. Riska produksi
2017 WIB) 3. Nazimah
4. Ilham
5. Winda
Sift Siang 1. Syiva 1. Konsultasi laporan
(13.00-17.00 2. Fidyah kelompok
WIB) 2. membantu bagian
MTSU (bakery)
11 Jum’at 24 Sift Pagi 1. Winda 1. Melakukan kegiatan
November (07.00-12.00 2. Fidyah penyuluhan
2017 WIB) 3. Ilham 2. Penarikan mahasiswa
4. Nazimah PKL
5. Riska
6. Syiva
7. Octavianus
DOKUMENTASI

1. Melakukan Penyuluhan
2. Ruang Pembuatan Bakery

3. Ruang MTSU (Meal Try Set Up)


4. Ruang mencuci Alat Makan dan Alat Masak
5. Ruang Penyimpanan Bahan Makanan Kering (Beverage)
SIKLUS MENU
DI PT.AEROFOOD INDONESIA UNIT YOGYAKARTA
Apa itu APD? Syarat-syarat APD Tujuan Penggunaan APD

;SS

1. Melindungi tenaga kerja dari bahaya


Alat pelindung diri adalah 1. Melindungi pekerja dari bahaya yang
apabila usaha rekayasa dan
dihadapi oleh tenaga kerja.
seperangkat alat yang digunakan administratif tidak dapat dilakukan
2. Memberikan kenyamanan bagi
dengan baik
oleh tenaga kerja untuk melindungi pekerja.
2. Meningkatkan efektivitas dan
3. Mudah digunakan.
seluruh atau sebagian tubuhnya produktivitas kerja
4. Bentuknya cukup menarik.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang
terhadap kemungkinan adanya 5. Tahan lama.
aman
6. Tidak menimbulkan bahaya tambahan
potensi bahaya kecelakaan kerja. 4. Melindungi pekerja dari bahaya akibat
bagi pekerja.
pekerjaannya
7. Memenuhi standar yang telah ada.
5. Menurunkan tingkat resiko akibat
8. Tidak membatasi gerak pekerja.
kecelakaan terhadap pekerja
9. Mudah pemeliharaannya.
Fungsi Alat Pelindung Diri ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Macam-macam Alat Pelindung Di industri
pangan 1. Alat pelindung kepala
 Topi pengaman berfungsi
untuk melindungi kepala dari
benturan atau pukulan-
1. Alat pelindung kepala pukulan kepala.
 Untuk melindungi dari api, dan
Topi pengaman (Safety Helmet) kondisi iklim yang buruk.
Topi/tudung  Tutup kepala atau hairnet
untuk menjaga kebersihan
Tutup kepala (hairnet) kepala dan rambut agar tidak
2. Pelindung telinga jatuh pada makanan.
2. Pelindung telinga
Sumbatan telinga (ear plug)  Sumbatan telinga dan tutup
telinga berfungsi untuk daya
Tutup telinga (ear muff) lindung suara mesin yang besar.
3. Sarung tangan 3. Sarung tangan
 Berfungsi untuk suatu proses
4. Clemek atau jas laboratium peralatan, dan menangani
5. Sepatu (Safety) bahan-bahan makanan agar
tidak terkontaminasi.
4. Clemek atau jas laboratium
 Berfungsi untuk melindungi dari
minyak panas atau kotoran debu
saat pengolahan makanan.
5. Sepatu (Safety) PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI
 Berfungsi untuk melindungi dari FAKULTAS ILMU KESEHATAN
luka akibar zat kimia atau benda
yang tajam saat jatuh. UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2017

Konselor : Kelompok Tenaga Ahli gizi

Anda mungkin juga menyukai