Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) Manajemen Institusi Penyelenggaraan Makanan II serta dapat
menyelesaikan laporan PKL ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Tetapi berkat usaha dan dukungan dari berbagai pihak, dengan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Santoso, MS., Sp.Ok, selaku Rektor Universitas Respati
Yogyakarta.
2. Ibu Farissa Fatimah, S.Gz, MSc, selaku Ketua Program Studi S-1 Ilmu Gizi
Universitas Respati Yogyakarta.
3. Bapak M. Kohari, selaku Kepala PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
4. Ibu Sri Kadaryati, S.Gz., MPH, selaku Supervisor dan Pembimbing dari
Program Studi S-1 Imu Gizi Universitas Respati Yogyakarta yang telah
membimbing dalam penyelesaikan laporan ini.
5. Bapak Iqbal Kameswara PS dan Bapak Tsabitni Aqdam, selaku
Pembimbing Lahan PKL yang telah membimbing dalam menyelesaikan
laporan ini.
6. Seluruh Pejabat Struktural dan Petugas Pemasyarakatan di PT. Aerofood
Indonesia Unit Yogyakarta yang telah memberikan bantuan selama PKL
7. Teman-teman seperjuangan yang dengan sabar dan tekun dalam
menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
semoga ilmu, pengalaman dan keterampilan yang didapatkan selama melakukan
PKL serta penyusunan laporan ini akan memberikan manfaat bagi semua pihak
khususnya bagi pembaca.
Yogyakarta, November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar belakang PKL............................................................................. 1
B. Tujuan PKL ......................................................................................... 2
C. Tempat PKL ........................................................................................ 3
D. Waktu/Lokasi PKL.............................................................................. 3
E. Manfaat PKL ....................................................................................... 4
BAB II. GAMBARAN UMUM LAHAN PRAKTIK ................................. 5
A. Sejarah, Visi, Misi, Falsafah ............................................................... 5
B. Organisasi ............................................................................................ 7
C. Jenis konsumen yang dilayani ............................................................. 9
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 10
A. Tata letak dan Tata laksana sapur serta alur kerja penyelenggaraan
makanan............................................................................................... 10
B. Analisis peralatan daan sanitasi peralatan penyelenggaraan makanan 12
C. Higiene sanitasi dan keselamatan kerja di lahan ................................. 15
D. Pengendalian biaya.............................................................................. 17
E. Analisis ketenagaan ............................................................................. 18
F. Kegiatan peningkatan pengetahuan karyawan .................................... 21
G. Pengadaan bahan makanan.................................................................. 22
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 27
A. Kesimpulan.......................................................................................... 27
B. Saran.................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui pengorganisasian dan
sumber daya manusia yang ada, memahami sistem penyelenggaraan
makanan institusi, mengetahui saran dan prasarana, pengawasan mutu
makanan, penelitian dan pengembangan gizi terapan dan pencatatan
pelaporan dalam penyelengaraan makanan institusi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui struktur organisasi dan sumber daya manusia yang ada
di institusi.
b. Mahasiswa mampu menyusun menu, merencanakan kebutuhan
makanan, merencanakan anggaran dan evaluasi dan harga makanan.
c. Mengetahui cara pembelian dan penerimaan bahan makanan.
d. Mahasiswa mampu memahami prosedur penyimpanan dan
penyaluran bahan makanan.
e. Mahasiswa mampu memahami prosedur permintaan, persiapan,
pengolahan bahan makanan serta prosedur pendistribusian makanan.
f. Mahasiswa mampu memahami permintaan, persiapan dan penyajian
makanan.
g. Mahasiswa mampu memahami hygiene sanitasi dari sarana
/prasarana, cara kerja dan penjamah makanan.
h. Mahasiswa mampu memahami denah dan sarana fisik dapur serta
alur kegiatan penyelenggaraan makanan.
i. Mahasiswa mampu memahami pengawasan mutu dalam
penyelenggaraan makanan institusi.
j. Mahasiswa mampu memahami penelitian sederhana dan
pengembangan gizi terapan dalam penyelenggaraan makanan
institusi.
k. Mahasiswa mampu mengetahui pencatatan dan pelaporan masing-
masing Sub instansi terkait.
l. Mahasiswa mampu membuat laporan praktek.
C. Tempat PKL
Kegiatan praktek kerja lapangan Manajemen Industri Penyelenggara
Makanan (MIPM) II ini dilakukan di PT.Aerofood Indonesia Unit
Yogyakarta yang terletak di Jalan Arteri No.38 Ringroad Utara
Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta.
D. Waktu/Lokasi PKL
Kegiatan praktek kerja lapangan Manajemen Industri Penyelenggara
Makanan (MIPM) II dilakukan pada tanggal 13 November – 24 November
2017 di PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta.
E. Manfaat PKL
1. Bagi Mahasiswa
Laporan ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan ilmu
mahasiswa serta sebagai sarana dan prasarana dalam penerapan ilmu
yang diperoleh selama proses pembelajaran sehingga mahasiswa mampu
mengembangkan potensi diri dalam menempuh dunia kerja yang luas.
B. Organisasi Perusahaan
Organisasi adalah suatu penempatan karyawan yang dilakukan
pembatasan tugas dan tanggung jawab serta penempatan hubungan kerja di
antara unsur-unsur organisasi, sehingga orang-orang yang bersangkutan dapat
bersama-sama seefektif mungkin guna mencapai tujuan bersama yang telah
ditentukan. PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta dipimpin oleh seorang
General Manager yang membawahi beberapa unit manager untuk tiap
cabang. Berikut gambar struktur organisasi ruang produksi hot process, dapat
dilihat pada Gambar 1.
Executive Manager
ACS JOG
Manager
Operation
Head Head Head Manager Manager Human
Restaurant Procurement Customer Finance Capital & Support
Head PPIC & Store Service
Head Operation
Head Head IT
Accounting Operation
Head Engineering &
Cleaning Service
Gambar 1.
Struktur Organisasi PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
C. Jenis Konsumen yang Dilayani
PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta melayani beberapa maskapai
penerbangan seperti Garuda Indonesia, Express Air dan Citilink secara SOB
(Sell On Board) serta melayani beberapa outside lainnya dibeberapa Institusi
seperti rumah sakit dan hotel. Konsumen yang dilayani oleh Aerofood
Indonesia sebagian besar adalah orang dewasa dan anak-anak. Pada
konsumen orang dewasa bentuk makanannya adalah meal (maknan pokok,
lauk hewani dan lauk nabati) dan snack. Untuk konsumen anak-anak bentuk
makanan berupa child meal (snack box) dan Infant (makanan bayi) hanya
diproduksi bila ada pemesanan. Pelayanan di institusi rumah sakit dan hotel
bentuk makananya lengkap terdiri makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati
dan snack yang diperuntukan karyawan dan pasien rumah sakit. PT.Aerofood
Indonesia Unit Yogyakarta rata-rata melayani 2000 konsumen setiap harinya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tata Letak dan Tata Laksana Dapur serta Alur Kerja Penyelenggaraan
Makanan
Tata laksana PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta terbagi menjadi 2
area yaitu area manajemen di lantai 2 dan area produksi di lantai 1. Area
manajemen adalah area kantor perusahan, yaitu tempat yang menangani
masalah adminstrasi perusahan. Area tersebut terdiri dari ruang meeting 1,
ruang meeting 2, ruang general manager, ruang accounting, ruang filling
document, ruang marketing, ruang AFM (Accounting Finance Manager),
ruang ibadah, dan ruang toilet. Berikut denah tata letak perusahaan dapat di
lihat pada Gambar 2.
Gambar 2.
Denah Tata Letak Aerofood Indonesia
Area produksi merupakan area yang sangat dilindungi dari cemaran,
yaitu ruangan yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan produksi di
area perusahan. Area produksi terdiri dari beberapa bagian :
1. Receiving
Area receiving adalah area penerimaan bahan baku, berupa ruangan
terbuka yang terletak di bagian paling belakang area produksi. Bahan
baku datang dari pemasok bahan baku, kemudian diperiksa baik kualitas
maupun kuantitas langsung oleh QC, cost control, dan petugas store.
2. Airlines store
Airlines store adalah ruang perlengkapan penyajian makanan
pesawat Garuda Indonesia, seperti piring, kemasan, snack box, sendok,
tisu dan lain sebagainya.
3. Dry goods store
Dry goods store adalah ruang penyimpanan berbagai bahan baku
yang bersifat kering seperti tepung-tepungan, beras, kopi, telur dan lain
sebagainya.
4. Beverage store
Beverage store adalah ruang penyimpanan untuk menyimpan air
mineral dalam kemasan, minuman bersoda dan pudding kemasan.
5. Store Freezer
Pada store freezer terdapat 2 standing freezer dan 3 box freezer yang
digunakan untuk menyimpan ikan, daging sapi, daging ayam, kentang
stick frozen, dan mix vegetable frozen.
6. Diswashing kitchen
Diswashing kitchen adalah tempat pencucian peralatan masak.
7. Butcher
Butcher adalah ruangan yang khusus digunakan untuk melakukan
persiapan seperti memotong daging, mengupas dan memotong sayuran.
8. Hot kitchen
Hot kitchen adalah dapur yang digunakan untuk mengolah berbagai
masakan, baik meal maupun kue-kue tradisional.
9. Holding room
Holding room adalah ruang pendingin dengan suhu 0- 50C, yang
mana ruangan ini digunakan untuk menyimpan trolley-trolley yang sudah
berisi snack box makanan, guna menjaga suhu makanan (<15°C)
sebelum dibawa oleh petugas handling.
10. Cold kitchen
Cold kitchen adalah dapur dengan suhu 210C, yang digunakan untuk
pemrosesan makan yang membutuhkan suhu dingin, dan tempat
persinggahan buah dan sayur dari storage, sebelum diproses.
11. Meal Try Set Up (MTSU)
Ruang Meal Try Set Up (MTSU) adalah ruang persiapan,
pengemasan, pelabelan, makanan yang akan disajikan kepada konsumen.
Ruang tersebut adalah ruang yang paling lebar. Suhu ruang tersebut
adalah <210C.
12. Bakery and pastry
Ruang bakery and pastry adalah dapur khusus untuk membuat
berbagai cake dan roti.
2. Sanitasi peralatan
Dalam hal ini sanitasi adalah langkah pemberian sanitizer secara
kimia atau perlakuan fisik yang dapat mereduksi populasi mikroba pada
fasilitas dan peralatan pabrik (Winarno dan Surono, 2002). Tujuan
penggunaan sanitizer (desinfektan) adalah untuk mereduksi jumlah
mikroorganisme patogen dan perusak di dalam pengolahan pangan pada
fasilitas dan perlengkapan bahan makanan. Ada 4 macam desinfektan
yang lazim digunakan dalam proses pengolahan pangan, yang dibedakan
menurut komponen utama yang kandungannya, yaitu desinfektan
berbahan dasar klorin desinfektan yang berbahan dasar iodin, senyawa
amonium kurtener (quast) dan sufaktan anionik asam.
Peralatan yang digunakan di PT.Aerofood Indonesia Unit
Yogyakarta telah memenuhi proses pencucian yang standar dan
perendaman menggunakan chlorine 50-100 ppm. Selain itu, PT.
Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta juga telah membuat aturan bahan,
bahwa penggunaan talenan harus disesuaikan dengan jenis bahan pangan
yang akan diproses. Ruangan yang digunakan untuk pembersihan atau
pencucian alat dibedakan menjadi 2 yaitu diswashing kitchen dan
dsiwashing equipment. Ruangan diswashing equiepment berfungsi
membersihkan troly dan equipment yang datang dari bandara Adi
Sucipto yang dibawa oleh mobil HLT (High Lift Truck) ACS. Sedangkan
ruang diswashing kitchen untuk mencuci dan memebersihkan peralatan
yang digunakan untuk proses produksi, baik dari kitchen maupun pastry
dan bakery.
2. Keselamatan kerja
Keselamatan kerja adalah upaya untuk menciptakan suasana bekerja
yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas
setinggi-tingginya. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan (Suma’mur, 1989). Tujuan keselamatan kerja :
a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja
setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial disemua lapangan
pekerjaan.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan kerja.
c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya yang ditimbulkan akibat
pekerjaan.
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang
digunakan oleh para pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya
lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kecelakaan
kerja (Tarwaka, 2008).
Seluruh pekerja di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
diwajibkan menggunakan alat pelindung diri ketika memasuki area
produksi. Alat pelindung diri yang diwajibkan adalah, sarung tangan
sekali pakai, masker sekali pakai, hairnet (penutup kepala) dan sepatu.
Sepatu yang wajib digunakan pada saat memasukin area produksi adalah
sepatu beralas karet dan tidak bertali. Sedangkan bagi pengunjung selain
pekerja diwajibkan menggunakan masker, monouse coat, penutup kepala
dan sepatu karet. Seluruh alat pelindung tersebut disediakan oleh
PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta kecuali sepatu karet bagi
pengunjung akan diperiksa APDnya sebelum masuk ke area produksi
oleh petugas keamanan.
D. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya adalah suatu proses dimana pimpinan atau pengelola
mencoba mengatur biaya guna mencegah pemborosan dari biaya yang
dikeluarkan. Biaya yang dimaksud disini adalah biaya makan dimana biaya
bahan makanan dapat meningkat atau menurun dari harga yang diperkirakan
(Depkes RI, 2005).
Proses pengendalian biaya di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
dilakukan oleh cost control. Sementara itu terkait perhitungan harga
makanan/meal dilakukan oleh Admin Product yang bekerja sama oleh
marketing. Proses pembayaran kepada pihak vendor/supplier dilakukan oleh
Team Accounting.
Metode perhitungan biaya yang digunakan yaitu Storeroom Requisition
(SR) biasanya dibuat untuk masing-masing jenis persediaaan seperti
makanan, minuman material. SR digunakan sebagai bukti pengeluaran barang
dari gudang dan sebagai dasar pembebanan biaya dapartemen. Sedangkan
pada proses penentuan biaya perusahaan menyesuaikan dengan jumlah
permintaan produksi.
E. Analisis Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan
dalam sistem penyelenggaraan makanan. Ketentuan jumlah tipe pegawai
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dilakukan bertujuan untuk
efektivitas pekerjaan dan efisiensi waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.
Perhitungan ketenagaan terdapat empat metode (Fatimah, 2013), yaitu :
1. Berdasarkan rasio tempat tidur pasien (buku pedoman pelayanan gizi
rumah sakit).
2. Indicator Staffing Needs (ISN)
3. Recomendation full time equivqlent (Rekomendasi)
4. US departement of Health and human service
a. Berdasarkan jumlah klien
b. Berdasarkan unit kerja/ posisi
c. Berdasarkan menit kerja atau posisi hidangan
1. Tenaga Pemasak
Jumlah tenaga kerja pemasak yang dibutuhkan di PT. Aerofood
Indonesia Unit Yogyakarta menggunakan perhitungan rumus ISN, yaitu:
Waktu kerja yang tersedia = hari efektifitas x jam kerja efektif
= 317 hari x 7 jam
= 2219
Beban kerja/ tahun = karyawan x jam kerja x 365 hari
= 6 orang x 8 jam/hari x 365 hari
= 17520
Kebutuhan tenaga = Beban kerja dalam 1 tahun
Waktu kerja yang tersedia per 1 tahun
= 17520/2219
= 7,8 dibulatkan mejadi 8 orang.
5. Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari sanitasi dan
hygiene makanan. Penyajian makanan yang tidak baik dan etis bukan saja
dapat mengurai selera makan seseorang tetapi dapat juga enjadi penyebab
kontaminasi terhadap bakteri (Kemenkes, 2013).
Penyajian atau pengemasan dilakukan untuk beberapa tujuan
diantaranya untuk melindungi produk dari kontaminasi mikroorganisme,
menjaga produk agar tetap bersih, mempermudah penyimpanan, maupun
mempermudah konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut, serta
memberikan informasi mengenai produk tersebut sebagai branding dari
suatu perusahaan.
PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta melakukan proses
penyajian atau pengemasan dibagian Meal Try Set Up (MTSU), karena
setelah dikemas akan langsung disusun kedalam tray. Kemasan yang
biasanya digunakan untuk mengemas makanan utama kelas ekonomi
berupa Foil Meal Dish. Penataan makanan dan pengemasan ini dilakukan
maksimal 45 menit untuk menjaga suhu maksimal <15°C. Makanan
utama kelas bisnis ditata kedalam piring keramik (china hot mealdish
medium) yang kemudian ditutup dengan aluminium foil yang dapat
menimbulkan kesan yang lebih berkelas. Produk kue dan roti akan
dikemas dengan plastic polyprophylene (PP) yang sudah dicetak bersama
dengan logo Garuda Indonesia untuk maskapai penerbangan tersebut.
Untuk produk buah akan ditata kedalam mangkuk keramik kecil (china
bowl) yang kemudian ditutup dengan plastic wrap.
Proses setting di area MTSU, khususnya meal dilakukan selama
45 menit untuk menjaga suhu maksimal <15°C. Selain temperature yang
perlu, waktu juga harus diperhatikan. Waktu start ditulis saat makanan
keluar dari chiller kemudian di cek temperaturnya dan waktu finish ditulis
saat makanan akan dimasukkan ke Holding Room, terlebih dahulu dicek
suhunya. Makanan disimpan di Holding Room maksimal 6 jam dan
temperature makanan saat akan dikeluarkan dari holding room ≤5°C.
Jika suhu makanan >8°C, segera masukkan makanan ke dalam holding
room atau diberi dry ice.
6. Pendistribusian
Penditribusian makanan adalah serangkaian proses kegiatan
penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi
konsumen yang dilayani. Sistim penyaluran yang digunakan sangat
mempengaruhi makanan yang disajikan (Kemenkes, 2013).
Pendistribusian makanan secara umum di PT. Aerofood Indonesia
Unit Yogyakarta menggunakan sistem sentralisasi. Pendistribusian
makanan secara sentralisasi dilakukan di dapur umum kemudian ditata
dan dimasukkan ke troli kemudian didistribusikan oleh petugas handling
dengan menggunakan mobil High Lift Truck (HLT). Agar suhu tetap
terjaga dan tetap sesuai, pada bagian dalam troli akan diberikan dry ice.
Ketika sudah sampai di bandara, troli-troli tersebut dimasukkan kedalam
pesawat sesuai dengan batas kritis Food Temperature On Board Aircraft,
agar tetap terjamin keamanan produknya dengan suhu <10°C. Untuk
keberangkatan pesawat dari bandara, produk harus sudah sampai 60
menit sebelum jadwal kedatangan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. PT. Aerofood Unit Yogyakarta merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang jasa katering maskapai penerbangan yang juga merupakan unit
usaha dari salah satu anak perusahaan maskapai penerbangan “Garuda
Indonesia” yaitu PT. Aerowisata.
2. PT.Aerofood Unit Yogyakarta melayani jasa catering service untuk
penerbangan maskapai Garuda Indonesia dan jasa katering lainnya. Selain
di Yogyakarta dan Jakarta Aerofood ACS juga berdiri di Surabaya,
Balikpapan, Denpasar, Bandung, Lombok dan Medan.
3. PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta melayani beberapa maskapai
penerbangan seperti Garuda Indonesia, Express Air dan Citilink secara
SOB (Sell On Board) serta melayani beberapa outside lainnya dibeberapa
Institusi seperti rumah sakit dan hotel.
4. Berdasarkan perhitungan ISN (Indicator Staffing Needs) bahwa jumlah
tenaga kerja untuk pemasak masih kurang 2 orang, tenaga kerja pramusaji
kurang 4 orang dan tenaga ahli gizi kurang 1 orang.
5. Kegiatan peningkatan pengetahuan karyawan dilaksanakan pada hari
Jum’at, 24 November 2017 di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
dan terbukti bahwa peserta memahami dan mengerti APD (Alat
Pelindung Diri) pada penjamah makanan.
6. Area produksi di PT.Aerofood Unit Yogyakarta terdiri dari beberapa
bagian, yaitu receiving, airlines store, dry goods store, beverage store,
store freezer, diswashing kitchen, butcher, hot kitchen, holding room, cold
kitchen, meal try set up (MTSU), serta bakery and pastry.
7. Arus kerja dan penyelenggaraan makanan di PT.Aerofood Unit
Yogyakarta sudah baik.
8. Peralatan yang digunakan di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
telah memenuhi proses pencucian yang standar. Ruangan yang digunakan
untuk pembersihan atau pencucian alat dibedakan menjadi 2 yaitu
diswashing kitchen dan dsiwashing equipment.
9. Seluruh pekerja di PT.Aerofood Unit Yogyakarta diwajibkan
menggunakan alat pelindung diri ketika memasuki area produksi. Alat
pelindung diri yang diwajibkan adalah sarung tangan sekali pakai, masker
sekali pakai, hairnet (pelindung kepala/rambut) dan oven mitts bagi
pekerja yang bekerja menggunakan oven.
10. Sanitasi dan keselamatan kerja di PT.Aerofood Indonesia Unit
Yogyakarta sudah cukup baik.
11. Pengendalian biaya di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta dilakukan
oleh cost control dengan metode perhitungan biaya yang digunakan
adalah Storeroom Requisition.
12. Pemesanan bahan makanan di PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta,
dibuat Purchase Requestion (PR) oleh store kemudian diajukan kepada
departemen purchasing untuk dibuat Purchase Order (PO). Setelah
Purchase Order (PO) di setujui oleh General Manajer (GM) dan
Accounting Finance Manager (AFM). Pembelian bahan makanan di PT.
Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta dilakukan dengan cara melalui
supplier atau pembelian langsung. Penerimaan bahan makanan dilakukan
oleh penanggung jawab bahan makanan kering dan bahan makanan basah
dan petugas memeriksa bahan makanan secara langsung. Sistem
penyimpanan yang diterapkan adalah FIFO (First In First Out) yaitu
barang yang pertama kali masuk itulah yang terlebih dahulu digunakan
untuk meminimalisir angka kadaluarsa. Pendistribusian makanan secara
umum di PT. Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta menggunakan sistem
sentralisasi yag dilakukan di MTSU (Meal Try Set Up).
13. Ruang pengolahan makanan di PT.Aerofood Indonesia Unit Yogyakarta
sudah cukup baik karena sudah memiliki penerangan lampu dan ventilasi
yang memadai sehingga sirkulasi udara pengeluaran asap dan debu serta
uap asap panas bisa keluar masuk dengan baik
B. Saran
Tenaga penjamah makanan di PT. Aerofood Indonesia Unit
Yogyakarta sebaiknya lebih meningkatkan penggunaan alat pelindung diri
(APD).
DAFTAR PUSTAKA
Porter, E.M. & Kramer, R.K. (2006). Strategy & Society, The Lin Between
Competitive Advantage and Corporate Social Responsibility.
Susiwi, S. (2009). GMP (Good Manufacturing Practice) Cara Pengolahan Pangan
Yang Baik. Fakultas MIPA UPI. Bandung
Suma’mur P. K. (1993). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Haji
Masagung. Jakarta
Tarwaka. (2008). Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta,
Harapan Press
Winarno, F.G, & Surono. (2002). GMP Cara Pengolahan Pangan yang Baik. M-
Brio Press. Bogor
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(Alat Pelindung Diri (APD) pada Penjamah Makanan)
Disusun oleh:
A. Latar Belakang
Di dunia kerja, baik itu pekerjaan di ruangan atau di luar ruangan pasti
tidak akan terlepas dari resiko, baik resiko penyakit yang menyangkut
psikologis, sosial, maupun biologis. Berbagai cara di lakukan untuk
menanggulangi bahaya-bahaya lingkungan kerja, namun pengendalian secara
teknis pada sumber bahaya itu sendiridinilai paling efektif dan merupakn
alterntif pertama yang di anjurkan, sedangkan pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) merupakan pilihan terakhir.
Hal ini tercerin dalam UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
pasal 3,9,12,14 dinyatakan bahwa dengan peraturan perundangan di tetapkan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk memberikan Alat
Pelindung Diri (APD), pengurus di wajibkan menunjukan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang Alat Pelindung Diri (APD), dengan
peraturan perundangan diatur kewajiban atau hak tebaga kerja untuk
memakai APD harus diselenggarakan di semua tempat kerja ,wajib
menggunakan APD yang di wajibkan pengurus dan menyediakan Alat
Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan secara Cuma-Cuma. Oleh karena itu
keselamatan kerja harus benar-benar di terapkan dalam suatu rumah sakit
lainnya di mana di dalamnya tenaga kerja malakukan pekerjaannya. Hal ini di
lakukan karena manusia adalah faktor yang paling penting dalam suatu
produksi. Manusia sebagai tenaga kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja
yang berdampak cacat sampa meninggal (Boedi Maryoto, 1997).
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan
Penyuluh Peserta
1 2 menit Pembukaan
a. Salam Pembukaan - Menjawab salam
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Apersepsi - Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan - Memperhatikan
tujuan
2 10 Menit Kegiatan inti Penyuluhan
a. Menjelaskan dan - Memperhatikan dan
menguraikan materi mencatat penjelasan
tentang penyuluh dengan
- Pengertian APD cermat
- Syarat-syarat APD
- Tujuan menggunakan
APD
- Macam-macam APD
- Fungsi APD
b. Memberikan kesempatan - Memperhatikan dan
kepada peserta penyuluhan mencatat penjelasan
untuk bertanya penyuluh dengan
c. Menjawab pertanyaan cermat
peserta penyuluhan yang - Memperhatikan
berkaitan dengan materi jawaban dari
yang belu jelas penyuluh
4 3 Menit Penutup
a. Menyimpulkan materi yang - Memperhatikan
telah disampaikan. kesimpulan dari
materi penyuluhan
yang telah
disampaikan.
b. Melakukan evaluasi - Menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan oleh
penyuluh.
c. Mengakhiri kegiatan - Menjawab salam
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi dengan peserta
G. Media dan Alat
Leaflet
H. Evaluasi
1. Prosedur : Akhir Penyuluhan
2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk Soal : Essay
4. Jumlah Soal : 3soal
5. Jenis Soal : Menguraikan secara lisan
I. Kepustakaan
Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Widya Medika.
Depkes RI. 1992. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV. Jakarta
Knollmueler.1998. Buku Saku Keperawatan Komunitas Kesehatan Rumah.
Jakarta. EGC.
MPR RI. 1999. GBHN 1999 – 2004. Jakarta.
Summamur. 1994. Kesehatan Kerja. Jakarta. Widya Medika
J. Lampiran Materi
MATERI
PENYULUHAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI)
Disusun oleh:
A. Latar Belakang
Di dunia kerja, baik itu pekerjaan di ruangan atau di luar ruangan pasti
tidak akan terlepas dari resiko, baik resiko penyakit yang menyangkut
psikologis, sosial, maupun biologis. Berbagai cara di lakukan untuk
menanggulangi bahaya-bahaya lingkungan kerja, namun pengendalian secara
teknis pada sumber bahaya itu sendiridinilai paling efektif dan merupakn
alterntif pertama yang di anjurkan, sedangkan pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) merupakan pilihan terakhir.
Hal ini tercerin dalam UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
pasal 3,9,12,14 dinyatakan bahwa dengan peraturan perundangan di tetapkan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk memberikan Alat
Pelindung Diri (APD), pengurus di wajibkan menunjukan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang Alat Pelindung Diri (APD), dengan
peraturan perundangan diatur kewajiban atau hak tebaga kerja untuk
memakai APD harus diselenggarakan di semua tempat kerja ,wajib
menggunakan APD yang di wajibkan pengurus dan menyediakan Alat
Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan secara Cuma-Cuma. Oleh karena itu
keselamatan kerja harus benar-benar di terapkan dalam suatu rumah sakit
lainnya di mana di dalamnya tenaga kerja malakukan pekerjaannya. Hal ini di
lakukan karena manusia adalah faktor yang paling penting dalam suatu
produksi. Manusia sebagai tenaga kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja
yang berdampak cacat sampa meninggal (Boedi Maryoto, 1997).
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan
Penyuluh Peserta
1 2 menit Pembukaan
a. Salam Pembukaan - Menjawab salam
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Apersepsi - Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan - Memperhatikan
tujuan
2 10 Menit Kegiatan inti Penyuluhan
a. Menjelaskan dan - Memperhatikan dan
menguraikan materi mencatat penjelasan
tentang penyuluh dengan
- Pengertian APD cermat
- Syarat-syarat APD
- Tujuan menggunakan
APD
- Macam-macam APD
- Fungsi APD
b. Memberikan kesempatan - Memperhatikan dan
kepada peserta penyuluhan mencatat penjelasan
untuk bertanya penyuluh dengan
c. Menjawab pertanyaan cermat
peserta penyuluhan yang - Memperhatikan
berkaitan dengan materi jawaban dari
yang belu jelas penyuluh
4 3 Menit Penutup
a. Menyimpulkan materi yang - Memperhatikan
telah disampaikan. kesimpulan dari
materi penyuluhan
yang telah
disampaikan.
b. Melakukan evaluasi - Menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan oleh
penyuluh.
c. Mengakhiri kegiatan - Menjawab salam
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi dengan peserta
G. Media dan Alat
Leaflet
H. Evaluasi
1. Prosedur : Akhir Penyuluhan
2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk Soal : Essay
4. Jumlah Soal : 3soal
5. Jenis Soal : Menguraikan secara lisan
I. Kepustakaan
Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Widya Medika.
Depkes RI. 1992. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV. Jakarta
Knollmueler.1998. Buku Saku Keperawatan Komunitas Kesehatan Rumah.
Jakarta. EGC.
MPR RI. 1999. GBHN 1999 – 2004. Jakarta.
Summamur. 1994. Kesehatan Kerja. Jakarta. Widya Medika
J. Lampiran Materi
MATERI
PENYULUHAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI)
1. Melakukan Penyuluhan
2. Ruang Pembuatan Bakery
;SS
2017