Anda di halaman 1dari 32

Teknologi Pangan

Makalah Quality Assurance & Halal Food Production

Disusun oleh :

Aisha Almaeda Reza (1806182391)

Enrilla Bella Putri (1806182353)

Jeremy Dedidy M. (1806182486)

Nabila Ayuningtias (1806182321)

Nisrina Dwi Putrianti K. (1806182366)

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2020
Daftar Isi
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Quality Assurance ..................................................................................................... 1
1.2 Definisi Mutu dan Keamanan Pangan ................................................................................................ 1
1.3 GMP dan HACCP ............................................................................................................................... 3
1.4 Tujuan dan Manfaat GMP................................................................................................................... 5
1.5 Penerapan GMP di Berbagai Negara .................................................................................................. 7
1.5.1 Indonesia ...................................................................................................................................... 7
1.5.2 Malaysia ....................................................................................................................................... 8
1.5.3 United States ................................................................................................................................ 8
BAB II ........................................................................................................................................................ 10
2.1 Pengertian ......................................................................................................................................... 10
2.2 Penerapan halal dalam industri pangan ............................................................................................. 11
2.3 Ketentuan halal ................................................................................................................................. 13
BAB III....................................................................................................................................................... 15
3.1 Pengertian ......................................................................................................................................... 15
3.2 Syarat Sertifikasi ............................................................................................................................... 15
3.2.1 HAS 23000:1 Kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH) .................................................................. 16
3.2.2 Audit Keamanan Pangan, Obat dan Kosmetik ........................................................................... 19
3.3 Perbedaan Standar Halal pada Beberapa Negara .............................................................................. 20
3.4 Proses Standarisasi dan Sertifikasi Halal .......................................................................................... 21
3.4.1 Indonesia .................................................................................................................................... 21
3.4.2 Malaysia ..................................................................................................................................... 22
3.4.3 Singapura ................................................................................................................................... 24
BAB IV ....................................................................................................................................................... 26
4.1 Pertanyaan 1 ...................................................................................................................................... 26
4.2 Pertanyaan 2 ...................................................................................................................................... 26
4.3 Pertanyaan 3 ...................................................................................................................................... 27
4.4 Pertanyaan 4 ...................................................................................................................................... 27
BAB V ........................................................................................................................................................ 28
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 30

i
BAB I
GMP dan Quality Assurance

1.1 Latar Belakang Quality Assurance

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain
yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan
minuman (Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan). Dengan demikian
pangan juga bahan olahan setengah jadi (semi processed) yang digunakan sebagai bahan
baku produk.
Prinsip dan praktek yang berhubungan dengan mutu dan keamanan pangan
diterapkan terhadap hasil-hasil pertanian dan peternakan, produk pangan olahan dan
pangan hasil pabrik, semua bahan baku, bahan tambahan pangan, bahan pembantu
pengolahan, material pengemasan yang kontak dengan bahan pangan, dan permukaan yang
kontak dengan pangan selama penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan dan
minuman.
Di pertengahan tahun 90-an sistem industri pangan membutuhkan suatu sistem
penjaminan mutu pangan yang lebih ketat, dan sejak itulah diperkenalkan Hazard Analysis
and Critical Control Point (HACCP). Sistem ini dikenal dan diterima secara internasional
sebagai suatu metoda penjaminan mutu, atau yang di Indonesia dikenal sebagai “Analisa
Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis”, dimana konsep manajemen mutu yang diterapkan
khususnya ditujukan untuk memberikan jaminan keamanan dari produk pangan yang
dihasilkan. Meskipun demikian, konsep ini dapat diterapkan untuk aspek mutu lainnya.

1.2 Definisi Mutu dan Keamanan Pangan

Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman (Undang-
undang RI Nomor 7 Tahun 1966 tentang Pangan). Jadi mutu pangan adalah kondisi dimana

1
semua persyaratan yang telah ditetapkan yang berkenaan dengan karakteristik suatu bahan
pangan telah dipenuhi, yang di dalamnya telah termasuk kriteria keamanan pangan.
Sedangkan keamanan pangan adalah kondisi terpenuhinya semua persyaratan yang
berhubungan khususnya dengan karakteristik yang memiliki potensi membahayakan
terhadap kesehatan atau menyebabkan penyakit dan bahaya pada konsumen. Secara
spesifik dalam undang-undang disebut bahwa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
Bahan pangan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan secara otomatis tidak
memenuhi persyaratan mutu pangan, sebaliknya bahan pangan yang telah memenuhi
persyaratan mutu pangan sejatinya telah memenuhi persyaratan keamanan pangan. Dengan
demikian sudah jelas bahwa keamanan pangan merupakan bagian dari mutu pangan.
Pembedaan ini harus jelas khususnya bagi para professional bidang pangan industri karena
keamanan pangan menyangkut perlindungan konsumen dari bahan-bahan yang dapat
membahayakan kesehatan atau penyebab penyakit.
Secara umum, program mutu adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk memastikan bahwa persyaratan mutu dan keamanan pangan telah
dipenuhi. Pengawasan mutu merupakan suatu contoh program mutu. Lebih luas, sistem
mutu merupakan kumpulan aktifitas mutu dan keamanan pangan yang terdokumentasi dan
terintegrasi, yang dengan jelas menggambarkan hubungan antar aktifitas. Salah satu contoh
sistem mutu adalah sistem penjaminan mutu. Salah satu dari sistem penjaminan mutu
adalah sistem HACCP yang diterapkan pada kebanyakan perusahaan makanan saat ini
yang berisi prinsip dan kegiatan yang khusus ditujukan untuk menjamin keamanan pangan.
Sistem penjaminan mutu dan keamanan pangan ditujukan untuk melindungi
konsumen/masyarakat seperti diatur oleh peraturan pemerintah. Seiring perkembangan
dalam dunia pangan, mulai teknologi hingga metoda distribusi, sistem penjaminan mutu
juga mengalami perkembangan. Dewasa ini sistem penjaminan mutu, termasuk sistem
HACCP, digunakan untuk mengakomodasi perdagangan internasional yang adil.

2
1.3 GMP dan HACCP

Pada awalnya, penjaminan keamanan pada sektor pengolahan pangan bergantung pada
penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) atau Pedoman Cara Produksi Pangan
Olahan yang Baik. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi Pangan disebutkan bahwa GMP adalah cara produksi yang memperhatikan
aspek keamanan pangan, antar lain dengan cara:

a mencegah tercemarnya pangan olahan oleh cemaran biologis, kimia dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan;
b mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen, serta mengurangi jumlah
jasad renik lainnya; dan
c mengendalikan proses, antara lain pemilihan bahan baku, penggunaan bahan
tambahan pangan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan.
Kebanyakan negara-negara di dunia, menggunakan GMP keamanan pangan untuk
melakukan inspeksi terhadap seluruh proses pengolahan, pengemasan, penanganan dan
penyimpanan pangan. Di beberapa negara praktek-praktek GMP ini dicakup dalam suatu
Standard Operating Procedures (SOPs). Sebagai contoh regulasi pangan di USA dalam
penjaminan keamanan pangan mengembangan Sanitation Standard Operating Procedures
/SSOPs. Sejalan dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan keamanan pangan, dan
dipersyaratkannya standard-standard keamanan yang lebih tinggi, serta sistem penyediaan
pangan yang semakin mengglobal, sistem pangan pun berkembang secara keseluruhan.
Sistem penjaminan mutu pangan pun ikut berkembang, dan GMP yang secara tradisional
digunakan sebagai metoda penjaminan mutu dinilai sudah tidak cukup memadai lagi dalam
rangka memenuhi harapan dan standard yang dipersyaratkan. Dengan diterapkannya
HACCP sebagai sistem penjaminan keamanan pangan, GMP tidak serta merta
ditinggalkan, melainkan menjadi bagian dari prasyarat untuk HACCP (HACCP-
Prerequisite) bersama-sama dengan program lainnya. Program Prasyarat untuk HACCP
adalah:
1 Perancangan tempat dan fasilitas,
2 Higiene perseorangan dan perilakunya,
3 Pembersihan dan sanitasi,

3
4 Pengendalian hama,
5 Peralatan,
6 Transportasi, penerimaan, penyimpangan dan pengapalan,
7 Ketertelusuran dan penarikan produk,
8 Pengendalian bahan kimia.

Program-program yang menjadi prasyarat tersebut sudah harus terlebih dahulu


tersedia sebelum rencana HACCP dapat dilaksanakan atau diimplikasikan. Program
prasyarat pertama adalah menyangkut sarana bangunan serta fasilitas penunjangnya.
Termasuk di dalamnya adalah bangunan induk dan fasilitas, dan ini mencakup lokasi,
lapangan, eksterior dan interior bangunan, akses ke bangunan pabrik, serta fasilitas baik
untuk pekerja, pembersihan dan sanitasi, penyimpanan, pengumpulan limbah, dan
penyediaan air/uap/es.

Prasyarat kedua menyangkut personil yakni meliputi program pelatihan tentang


higiene kepada personil/staf, kondisi kesehatan dan penyakit, serta program yang
berhubungan dengan kecelakaan. Hal ini juga meliputi hal-hal yang berkaitan dengan
pengunjung dan personil yang bukan staf perusahaan. Masih berhubungan dengan yang
kedua, prasyarat ketiga menyangkut kebersihan dan sanitasi, yang meliputi program
sanitasi dan kebersihan dan peralatan dan bahan kimia yang digunakan, diikuti
penjadwalan program pembersihan, pengendalian efektifitas serta sistem pelaporan dan
pendokumentasiannya.
Program pengawasan hama, sebagai prasyarat keempat, meliputi penetapan
personil, bahan kimia yang digunakan, pemantauan keefektifan, serta sistem pelaporan dan
pendokumentasiannya. Sementara itu, prasyarat kelima menyangkut peralatan yang
digunakan untuk proses utama, yakni meliputi penetapan peralatan yang akan dipakai
untuk pengolahan, penanganan, penyimpanan hingga peralatan untuk pemantauan.
Sedangkan prasyarat keenam menyangkut sistem transportasi meliputi transportasi pada
proses penerimaan, ketika penanganan dan penyimpanan hingga pendistribusian dan
pengapalan.
Prasyarat ketujuh adalah program yang berkaitan dengan produk, baik program
identifikasi ketidaksesuaian, ketertelusuran (traceability), dan prosedur penarikan produk

4
yang tidak sesuai (recall). Program prasyarat yang terakhir adalah penggunaan bahan kimia
dan pengawasannya. Dengan telah tersedianya semua program prasyarat, barulah sistem
HACCP dapat mulai direncanakan dan diimplementasikan. Ke tujuh prasyarat ini disebut
sebagai fundasi bangunan rencana HACCP.
HACCP merupakan suatu prosedur untuk melakukan identifikasi, penilaian dan
pengontrolan terhadap bahaya yang terdapat pada bahan pangan maupun terhadap resiko
tidak langsung yang berasal dari bahan pangan dimaksud, yang didesain sebagai usaha
pencegahan resiko dan sekaligus sebagai alternatif terhadap penjaminan keamanan pangan
yang berfokus pada pengujian produk akhir pangan.

1.4 Tujuan dan Manfaat GMP

Mengapa pengusaha diwajibkan untuk mengikuti prosedur GMP? karena hal ini
mendatangkan banyak tujuan dan manfaat, baik bagi konsumen, produsen maupun bagi
pemerintah. Tujuan dan manfaat bagi konsumen yaitu:

1. Keselamatan konsumen

Peraturan yang disusun tentu telah mendapat persetujuan dari pihak-pihak yang
terkait. Oleh karena itu, keselamatan konsumen akan terjamin ketika mengkonsumsi
makanan atau minuman tersebut.

2. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai produk

Konsumen tentu berhak mengetahui secara rinci mengenai produk yang


dikonsumsi. Dengan mengikuti GMP, maka konsumen akan dengan mudah mencari tahu
informasi apapun. Misalkan komposisi makanan, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa,
dan info lainnya.

Sedangkan, tujuan dan manfaatnya bagi produsen yaitu:

1. Melindungi pangsa pasar

Seperti yang diketahui, marketing terbaik dalam dunia bisnis adalah testimoni
pelanggan yang telah mencoba produk tersebut. GMP membantu perusahaan untuk

5
meninggalkan kesan baik bagi konsumen, sehingga pangsa pasar akan terlindungi. Sebab
jika ada konsumen yang kecewa dan menginformasikan ke pasar, maka tentu hal ini akan
merusak pangsa pasar.

2. Membangun dan memelihara kepercayaan pelanggan

Konsumen yang merasakan manfaat dari makanan dan minuman yang telah
diproduksi, tentu akan membuat kepercayaan konsumen meningkat dan tidak ragu untuk
terus mengkonsumsi hasil produksi perusahaan tersebut.

3. Mencapai tujuan perusahaan

Apapun tujuan perusahaan yang telah disusun, tentu salah satunya untuk
meningkatkan pendapatan dan laba. Jika perusahaan telah mendapatkan kepercayaan dari
konsumen, bukan tidak mungkin tujuan perusahaan akan mudah tercapai.

4. Mengurangi biaya beban operasional

Dengan adanya prosedur yang mengatur produksi makanan dan minuman, dapat
membantu perusahaan mengurangi biaya beban yang tidak diperlukan. Perusahaan dapat
meminimalisir biaya-biaya yang tidak ada dalam GMP.

5. Menjadi pendukung penerapan GMP yang baik

Perusahaan yang berpacu pada GMP, secara tidak langsung menjadi pendukung
jalannya GMP. Hal tersebut dapat menjadi contoh bagi pengusaha lain untuk menerapkan
GMP dalam proses produksinya.

Bagi pemerintah Indonesia pun, GMP memiliki tujuan dan manfaat tersendiri, yaitu:

1. Melindungi konsumen dari kerugian akibat konsumsi makanan dan minuman yang tidak
layak.

6
Seperti yang diketahui, pemerintah wajib untuk melindungi masyarakatnya.
Melalui GMP ini, kewajiban pemerintah telah berjalan. Makanan dan minuman yang
beredar akan terjamin kualitasnya.

2. Memberikan jaminan kepada masyarakatnya, bahwa makanan dan minuman yang telah
diedarkan layak konsumsi.

Masyarakat tentu tidak akan ragu untuk mengkonsumsi makanan dan minuman
yang beredar di pasaran. Tentunya ini juga akan menambah pemasukan Negara.

3. Memberikan informasi atau pendidikan kepada masyarakat dibidang makanan dan


minuman.

Secara tidak langsung, pemerintah ikut mengedukasi masyarakat mengenai


makanan dan minuman yang layak beredar di pasaran. Mengenai bahan apa saja yang
aman, bagaimana proses packaging yang baik, informasi apa saja yang harus dimuat, dan
lain sebagainya.

1.5 Penerapan GMP di Berbagai Negara

1.5.1 Indonesia

Menurut sejarahnya, GMP atau CPMB sudah berlaku di Indonesia sejak tahun 1978
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.23/MEN.KES/SKJI/1978 tentang
Pedoman Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB). Dengan kata lain, GMP merupakan
sebuah quality system regulation (QSR) atau sistem mutunya diumumkan secara resmi
oleh pemerintah Amerika Serikat.

Beberapa tahun berlalu, lahirlah Undang-undang Pangan No.7 tahun 1996 yang
berisikan penerapan standar mutu produk pangan dan proses produksinya yang menjadi
kewajiban bagi para produsen pangan. Artinya, penjaminan standar mutu produk makanan
bukan lagi soal hasilnya saja, tapi juga menyangkut metode dan sikap tindakan mencegah
terjadinya kesalahan.

7
1.5.2 Malaysia

Di Malaysia, MS 1514: 2009 GMP adalah standar persyaratan yang ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan Divisi Keamanan & Kualitas Pangan yang bertujuan untuk
meningkatkan tingkat standar produsen makanan dalam negeri dalam memproduksi
makanan yang lebih aman, kosmetik dan suplemen kesehatan serta obat tradisional.

Produsen makanan harus memenuhi persyaratan peraturan terkait kebersihan dan


praktik produksi yang baik untuk memasarkan produk mereka dengan aman. Sebelum
menerapkan Analisis Bahaya dan Titik Kontrol Kritis (HACCP)

Bagaimana cara menerapkan MS 1514 Good Manufacturing Practices (GMP) for Food?
1. Pengajuan Request for Information (RFI)
2. Penerbitan Kutipan
3. Tahap 1 Audit
4. Tahap 2 Audit
5. Rekomendasi & Persetujuan
6. Penerbitan Sertifikat
7. Audit Pengawasan dan Sertifikasi Ulang

1.5.3 United States

Mengikuti Praktik Manufaktur yang Baik Saat Ini (CGMPs) membantu memastikan
keamanan makanan. Peraturan CGMP umumnya membahas hal-hal termasuk praktik higienis
pribadi yang sesuai, desain dan konstruksi pabrik makanan dan pemeliharaan lahan pabrik,
peralatan pabrik, operasi sanitasi, sanitasi fasilitas, dan pengendalian produksi dan proses selama
produksi makanan. Pada tahun 1969, FDA menetapkan CGMP dalam Code of Federal Regulations
(CFR) ( 21 CFR Bagian 110 ). Pada bulan September 2015, badan tersebut memodernisasi CGMP
dan menetapkannya di Bagian 117 baru ( 21 CFR Bagian 117 ), bersama dengan persyaratan baru
untuk analisis bahaya dan pengendalian pencegahan berbasis risiko yang diterbitkan sebagai
bagian dari penerapan Keamanan Pangan FDA Modernization Act (FSMA) . Selain CGMP di
Bagian 117, FDA telah menerbitkan CGMP khusus untuk jenis makanan tertentu..

8
Dalam 21 CFR Bagian 117 , FDA menetapkan peraturan CGMP sebagai bagian dari aturan
"Praktik Manufaktur yang Baik Saat Ini, Analisis Bahaya, dan Kontrol Pencegahan Berbasis
Risiko untuk Makanan Manusia". Bagian 117 menetapkan persyaratan untuk CGMP dan untuk
analisis bahaya dan pengendalian pencegahan berbasis risiko untuk makanan manusia (PCHF) dan
persyaratan terkait. Secara umum, fasilitas makanan dalam dan luar negeri yang diwajibkan untuk
mendaftar ke FDA berdasarkan Pasal 415 dari Undang - Undang Makanan, Obat, dan Kosmetik
Federal (Undang-Undang FD&C) harus mematuhi persyaratan untuk pengendalian pencegahan
berbasis risiko di Bagian 117 (kecuali jika pengecualian berlaku ). CGMP yang dimodernisasi
umumnya berlaku untuk perusahaan yang memproduksi, memproses, mengemas, atau menyimpan
makanan dan berlaku untuk beberapa aktivitas yang dikecualikan dari persyaratan pengendalian
pencegahan, seperti pemrosesan jus dan makanan laut.

CFR dibagi menjadi 50 judul yang mewakili area luas yang tunduk pada peraturan
federal. Setiap judul dibagi menjadi beberapa bab yang ditugaskan ke berbagai lembaga yang
mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan bidang subjek yang luas itu.

Setiap bab dibagi menjadi beberapa bagian yang mencakup bidang peraturan
tertentu. Setiap bagian atau sub-bagian kemudian dibagi menjadi beberapa bagian — unit dasar
CFR. Bagian terkadang dibagi lagi menjadi paragraf atau subbagian. Kutipan yang berkaitan
dengan informasi spesifik di CFR biasanya akan diberikan di tingkat bagian.

9
BAB II
KONSEP HALAL

2.1 Pengertian

Halal merupakan istilah dari bahasa Arab yang artinya diperbolehkan, legal, dan menurut
hukum Islam atau Syariah Islam. Jika dikaitkan dengan produk farmasi, makanan, dan
minuman, halal dapat diartikan sebagai produk farmasi, makanan atau minuman yang
boleh dikonsumsi bagi seorang muslim.

Mengkonsumsi produk halal hukumnya adalah wajib bagi umat Islam sebagaimana
dijelaskan dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut:

‫ينا اَاُّ َيي اَي‬


‫أا يَّف مَّ امي لاُلُُ ُ سا ل‬
َّ ‫ا َّاِّيَي َا َل ََلا ُ َ َ َر‬
َ ‫طا َُُ ا َّيَّلُُ َُ ََلا‬ ‫يش لِ ل‬
َّ َُُ ‫ا‬ َ ‫ن َا‬
‫ا َّا‬ ‫ٌّو َلُا َ لا َاك َُّسا انل ُ ا‬ ُ ‫لم َّي‬
َ ‫اشا‬

Artinya:
“Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang
nyata bagimu.”

Adapun prinsip halal dan haram dalam Islam yaitu:


a) Bebas dan tidak terbuat dari, atau mengandung bagian atau zat yang diambil atau
diambil dari hewan yang dilarang (HARAM) untuk dikonsumsi oleh umat Islam,
menurut hukum Islam.
b) Tidak mengandung zat apapun yang dinyatakan najis menurut Hukum Islam.
c) Tidak dipreparasi, diolah, diproduksi atau dibuat menggunakan perkakas, peralatan dan
/ atau mesin yang tidak bebas dari zat najis seperti yang diarahkan oleh Hukum Islam,
dan
d) Selama persiapan, pemrosesan atau penyimpanan, tidak boleh bersentuhan atau berada
di dekat makanan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Ayat

10
(a), (b) atau (c) atau zat apa pun yang dinyatakan sebagai kotoran menurut Hukum
Islam.

2.2 Penerapan halal dalam industri pangan

Alat Pendeteksi Makanan Halal


Tahun 2013 lalu, muncul beberapa kasus dimana peneliti mendeteksi adanya DNA kuda
dan babi dalam daging sapi yang dijual di pasaran. Hal itu tentunya mengkhawatirkan
masyarakat, terutama negara-negara dengan penduduk mayoritas Islam yang tidak dapat
mengonsumsi daging tersebut. Pemerintah pun melakukan penelitian untuk menahan
ambang kontaminasi produk daging olahan dengan spesies daging yang tidak diumumkan.
Peneliti mengajukan metode LC MS/MS, dengan menggunakan prinsip mass
spectrometry, yang dapat mengidentifikasi molekul kecil secara kualitatif. Penggunaan
metode ini telah terbukti aplikasinya dalam kasus forensic, pengujian makanan, kasus
lingkungan, kasus farmasi, dan aplikasi kimiawi lainnya.

Peneliti juga telah mengajukan metode lain seperti UV-Vis Spectrometry, namun metode
ini dapat dikatakan kurang spesifik dikarenakan molekul yang dibutuhkan untuk metode
ini harus merupakan molekul yang dapat menyerap sinar UV untuk mendeteksi
keberadaannya. Karena hal itu, metode ini bisa dikatakan kurang spesifik dikarenakan tidak
semua molekul dapat menyerap sinar UV. Salah satu metode yang saat ini digunakan yaitu
menggunakan alat PCR. Namun, keterbatasannya adalah, karena sedang mencari DNA,
dan ada panas tertentu yang di butuhkan untuk mesin ini, maka penggunaan mesin
inimemiliki peluang untuk mendegradasi/memecah beberapa DNA dalam sampel daging,
sehingga terjadi kegagalan kemampuannya untuk mendeteksi daging olahan. Metode lain
yaitu ELISA dimana alat ini tidak mendeteksi DNA, tetapi mendeteksi peptide.
Kekurangan dari penggunaan alat ini yaitu memiliki spesifisitas yang buruk, dan tidak
ramah terhadap multi-target. Maka digunakan metode LCMSMS dengan spesifisitas tinggi
dengan teknik MRM yang dapat diterapkan pada spesies daging olahan dan mentah. Uji
kinerja MRM yang dapat mendeteksi berbagai daging. Kita dapat memilih spesies daging

11
yang unik, yang hanya ada pada satu spesies daging, dan kita akan memilih 2 protein, kita
akan memilih 2 peptida. Setiap protein akan memiliki 2 peptida untuk memantau masing-
masing protein. Maka dari itu, peneliti memilih untuk melakukan penelitian dengan metode
LC MS/MS dimana metode ini memiliki keuntungan: Dapat membedakan/mendeteksi
molekul yang berada dalam matriksnya, lebih selektif, memiliki kemampuan yang baik
dalam memilah compound apa yang kita inginkan, dan memiliki sensitivitas yang sangat
baik dengan tingkat selektivitas yang tinggi, untuk membantu dalam meminimalkan noise.
Metode ini juga dapat berlangsung cepat, sehingga dapat meminimalkan waktu analisis
dengan sampel yang banyak.

Metode LC MS/MS bekerja dengan prinsip pertama-tama molekul-molekul sampel akan


diubah menjadi bentuk molekul yang bermuatan, dapat berupa bentuk positif dan negatif,
bentuk protonat dan deprotonat. Setelah molekul bermuatan, molekul akan masuk ke alat
spektometer massa, di mana spektrometer massa dikontrol dengan tegangan yang
bervariasi, sehingga ia akan menyaring massa yang ingin cari, dan membuang massa yang
tidak diinginkan. Setelah disortir, mesin akan mendeteksi sinyalnya, karena pada ujung
spektrometer massa terdapat detektor yang akan mengukur massa dan hasilnya akan
ditampilkan. Sebelum melalui mass spectrometer, molekul akan melalui electrospray
ionisasi, yang dimana bagian ini dihubungkan ke spektrometer massa. Probe ionisasi /
sumber: sampel akan dilarutkan dalam suatu larutan, dan datang ke sumber ionisasi, di sini
ada listrik dimana kita akan mengubahnya menjadi bentuk yang tidak bermuatan,
kemudian akan menuju ke spektrometer massa.

Larutan akan menuju probe, kemudian akan diberi tegangan, yaitu ion sprays, dimana
molekul akan berubah menjadi bermuatan. Langkah selanjutnya kita akan mengubahnya
menjadi tetesan di mana ia akan meledak dari dalam ke luar sehingga saat itu solusi kontak
itu, itu akan membentuk tetesan. Kami juga menerapkan gas nitrogen lain, di mana kami
ingin menguapkan muatan, dan yang tersisa hanyalah muatan molekul. Kemudian inti atom
akan berubah menjadi tolakan ionik dengan pembentukan gugus. Terdapat tiga bagian
dalam suatu rangkaian metode LC MS/MS, yaitu Q1, Q2, dan Q3. Q1 dan Q3 merupakan
suatu mass analyzer, dimana pada bagian ini kita dapat mendeteksi molekul yang kita cari.
Bagian Q2 akan diberikan energu dari suatu collision energy cell, dimana tahapan ini akan

12
memutuskan ikatan dalam molekul. Tiga jenis LC MS/MS yaitu triple quad, Q trap, dan
X500QTOF. Pemilihan ketiga jenis ini dipilih sesuai dengan kebutuhan.

2.3 Ketentuan halal

Menurut Majelis Ulama’ Indonesia (MUI), produk halal ialah produk yang sesuai dengan
syaria’at Islam dan memenuhi beberapa kriteria yaitu:
a) Tidak mengandung babi;
b) Tidak mengandung bahan yang terlarang seperti bahan-bahan yang dibuat dari
darah, organ tubuh manusia, kotoran-kotoran yang menjijikkan dan sebagainya;
c) Hewan yang disembelih harus sesuai dengan ajaran Islam;
d) Tempat penyimpanan produk, penjualan dan alat pengangkutan barang jangan
dipergunakan untuk babi atau najis lainnya kecuali disucikan dengan tata cara
Islam.

Halal secara zatnya


Bangkai, darah dan babi secara tegas diharamkan oleh Allah, sesuai dengan ayat diatas.
Selanjutnya semua binatang yang mati tidak melalui proses penyembelihan hukumnya
haram, disamakan dengan bangkai. Termasuk binatang yang mati dalam pengangkutan
sekalipun baru sebentar, tidka boleh ikut disembelih dan dikonsumsi oleh manusia.

Halal Cara Memprosesnya


Makanan yang halal tetapi bila diproses dengan cara yang tidak halal, maka menjadi haram.
Memproses secara tidak halal itu bila dilakukan:
• Penyembelihan harus dilakukan secara manual oleh umat Islam yang berakal sehat,
matang dan memahami sepenuhnya dasar-dasar dan kondisi terkait penyembelihan.
• Penyembelihan hewan yang jelas-jelas diperuntukkan atau dipersembahkan kepada
berhala (sesaji).
• Karena darah itu diharamkan, maka dalam penyembelihan, darah hewan yang
disembelih harus keluar secara tuntas, dan urat nadi lehar dan saluran nafasnya
harus putus menggunakan pisau yang tajam.

13
• Daging hewan yang halal tercemar oleh zat haram atau tidak halal menjadi tidak
halal.
• Adapun ikan baik yang hidup di air tawar maupun yang hidup di air laut semuanya
halal, walaupun tanpa disembelih, termasuk semua jenis hewan yang hidup di
dalam air.
• Semua alat penyembelihan harus tajam dan tidak terbuat dari tulang, paku dan gigi.
Penggunaan alat penyembelihan yang tajam dan bersih adalah untuk memastikan
bahwa tindakan penyembelihan dilakukan dengan cepat dan tidak kejam terhadap
hewan dan agar hewan tersebut mengalami rasa sakit seminimal mungkin.
• Selain hal di atas, terdapat beberapa jenis hewan yang dilarang menurut pendapat
ulama, namun dasarnya masih mengundang perbedaan pendapat.

Halal Cara Memperolehnya


Mengkonsumsi makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal berarti tidak halal
secara spiritual akan sangat berpengaruh negatif terhadap kehidupan spiritual seseorang.
Darah yang mengalir dalam tubuhnya menjadi sangar, sulit memperoleh ketenangan,
hidupnya menjadi beringas, tidak pernah mengenal puas, tidak pernah tahu bersyukur,
ibadah dan doanya sulit diterima oleh Allah SWT.

Minuman Yang Tidak Halal


Semua jenis minuman yang memabukkan adalah haram. Termasuk minuman yang
tercemar oleh zat yang memabukkan atau bahan yang tidak halal. Yang banyak beredar
sekarang berupa minuman beralkohol.

14
BAB III
Sertifikasi dan Proses Produksi Halal

3.1 Pengertian
Sertifikat Halal adalah suatu fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari'at Islam. Sertifikat Halal
ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan
produk dari instansi pemerintah yang berwenang.
Setiap perusahaan atau usaha yang bergerak dibidang makanan dan minuman
tidak akan terlepas dari sertifikat halal yaitu tujuannya agar dapat memberikan kepastian
status kehalalan suatu produk dalam kententraman batin konsumen yang menikmatinya,
maka dari itu sertifikat halal sangat lah berpengaruh kepada konsumen yang menikmati
makanan, dan minuman diperusahaan tersebut, bagaimana cara pihak managemen
membuat agar usaha yang didirikan memiliki persyaratan menurut peraturan yang
ditegakkan oleh pemerintah.
Adapun Tujuan dari sertifikat halal itu sendiri adalah untuk memberikan kepastian
status kehalalan suatu produk, sehingga dapat menentramkan batin konsumenmuslim.
Namun ketidaktahuan seringkali membuat minimnya perusahaan memiliki kesadaran
untuk mendaftarkan diri guna memperoleh sertifikat halal.

3.2 Syarat Sertifikasi


HAS 23000 adalah dokumen yang berisi persyaratan sertifikasi halal LPPOM
MUI. HAS 23000 terdiri dari 2 bagian, yaitu Bagian I tentang Persyaratan Sertifikasi
Halal: Kriteria Sistem Jaminan Halal (HAS 23000:1) dan Bagian (II) tentang Persyaratan
Sertifikasi Halal: Kebijakan dan Prosedur (HAS 23000:2).
Selain audit sesuai kriteria HAS 23000, LPPOM MUI akan melakukan audit
tambahan yakni audit keamanan pangan, obat, dan kosmetik. Hal ini sesuai dengan
persyaratan akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) kepada LPPOM MUI

15
bahwa LPPOM MUI perlu melakukan pengecekan terhadap regulasi yang berlaku di
Indonesia terkait keamanan pangan, obat dan kosmetik.
Bagi perusahaan yang ingin mendaftarkan sertifikasi halal ke LPPOM MUI, baik
industri pengolahan (pangan, obat, kosmetika), Rumah Potong Hewan (RPH), restoran,
katering, dapur, maka harus memenuhi persyaratan sertifikasi halal berikut ini:

3.2.1 HAS 23000:1 Kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH)

Berdasarkan HAS 23000, kriteria system jaminan halal (SJH) yaitu sebagai
berikut:
1. Kebijakan Halal
Manajemen Puncak harus menetapkan Kebijakan Halal dan
mensosialisasikan kebijakan halal kepada seluruh pemangku kepentingan
(stake holder) perusahaan.

2. Tim Manajemen Halal


Manajemen Puncak harus menetapkan Tim Manajemen Halal yang
mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis serta memiliki
tugas, tanggungjawab dan wewenang yang jelas.

3. Pelatihan dan Edukasi


Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan pelatihan.
Pelatihan internal harus dilaksanakan minimal setahun sekali dan pelatihan
eksternal harus dilaksanakan minimal dua tahun sekali.

4. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk yang disertifikasi tidak
boleh berasal dari bahan haram atau najis. Perusahaan harus mempunyai
dokumen pendukung untuk semua bahan yang digunakan, kecuali bahan
tidak kritis atau bahan yang dibeli secara retail.

16
5. Produk
Karakteristik/profil sensori produk tidak boleh memiliki kecenderungan
bau atau rasa yang mengarah kepada produk haram atau yang telah
dinyatakan haram berdasarkan fatwa MUI. Merk/nama produk yang
didaftarkan untuk disertifikasi tidak boleh menggunakan nama yang
mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah yang tidak sesuai
dengan syariah Islam. Produk pangan eceran (retail) dengan merk sama
yang beredar di Indonesia harus didaftarkan seluruhnya untuk sertifikasi,
tidak boleh jika hanya didaftarkan sebagian.

6. Fasilitas Produksi
a. Industri pengolahan: (i) Fasilitas produksi harus menjamin tidak
adanya kontaminasi silang dengan bahan/produk yang haram/najis; (ii)
Fasilitas produksi dapat digunakan secara bergantian untuk
menghasilkan produk yang disertifikasi dan produk yang tidak
disertifikasi selama tidak mengandung bahan yang berasal dari
babi/turunannya, namun harus ada prosedur yang menjamin tidak
terjadi kontaminasi silang.
b. Restoran/Katering/Dapur: (i) Dapur hanya dikhususkan untuk produksi
halal; (ii) Fasilitas dan peralatan penyajian hanya dikhususkan untuk
menyajikan produk halal.
c. Rumah Potong Hewan (RPH): (i) Fasilitas RPH hanya dikhususkan
untuk produksi daging hewan halal; (ii) Lokasi RPH harus terpisah
secara nyata dari RPH/peternakan babi; (iii) Jika
proses deboning dilakukan di luar RPH tersebut, maka harus dipastikan
karkas hanya berasal dari RPH halal; (iv) Alat penyembelih harus
memenuhi persyaratan.

7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis


Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis mengenai pelaksanaan
aktivitas kritis, yaitu aktivitas pada rantai produksi yang dapat

17
mempengaruhi status kehalalan produk. Aktivitas kritis dapat mencakup
seleksi bahan baru, pembelian bahan, pemeriksaan bahan datang, formulasi
produk, produksi, pencucian fasilitas produksi dan peralatan pembantu,
penyimpanan dan penanganan bahan dan produk, transportasi, pemajangan
(display), aturan pengunjung, penentuan menu, pemingsanan,
penyembelihan, disesuaikan dengan proses bisnis perusahaan (industri
pengolahan, RPH, restoran/katering/dapur). Prosedur tertulis aktivitas
kritis dapat dibuat terintegrasi dengan prosedur sistem yang lain.

8. Kemampuan Telusur (Traceability)


Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menjamin
kemampuan telusur produk yang disertifikasi berasal dari bahan yang
memenuhi kriteria (disetujui LPPOM MUI) dan diproduksi di fasilitas
produksi yang memenuhi kriteria (bebas dari bahan babi/ turunannya).

9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria


Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menangani
produk yang tidak memenuhi kriteria, yaitu tidak dijual ke konsumen yang
mempersyaratkan produk halal dan jika terlanjur dijual maka harus ditarik.

10. Audit Internal


Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis audit internal
pelaksanaan SJH. Audit internal dilakukan setidaknya enam bulan sekali
dan dilaksanakan oleh auditor halal internal yang kompeten dan
independen. Hasil audit internal disampaikan ke LPPOM MUI dalam
bentuk laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.

11. Kaji Ulang Manajemen


Manajemen Puncak atau wakilnya harus melakukan kaji ulang
manajemen minimal satu kali dalam satu tahun, dengan tujuan untuk

18
menilai efektifitas penerapan SJH dan merumuskan perbaikan
berkelanjutan.

3.2.2 Audit Keamanan Pangan, Obat dan Kosmetik

Terdapat beberapa hal penting mengenai audit keamanan pangan, obat, dan
kosmetik, yaitu:
1. Audit minimum keamanan pangan, kosmetik dan obat (selain perusahaan
yang mengekspor produknya ke UAE) dengan penjelasan seperti berikut:
a. Bagi perusahaan yang telah memiliki sertifikat ISO 22 000, FSSC
22 000, BRC, AIB, PAS 220, HACCP, GMP (GMP, CPKB, CPOB),
sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (P-IRT), Sertifikat
Laik Sehat, atau sistem lain, perusahaan menyampaikan kepada
auditor hasil audit BPOM/kementerian kesehatan/lembaga
sertifikasi/audit internal terkait keamanan pangan, obat dan
kosmetika sebelumnya sebelumnya.
b. Bagi perusahaan yang tidak memiliki sertifikat sama sekali, maka
auditor memeriksa prosedur dan implementasi prosedur yang
memastikan produk terbebas dari kontaminasi benda asing dan
mikroba.

2. Audit pemenuhan regulasi terkait bahan-bahan untuk produk intermediet


(pangan, obat dan kosmetik) yang dipasarkan di Indonesia mengacu pada
PerKa BPOM No.HK.03.1.23.07.11.6664/2011, PerKa BPOM No.
18/2015, PerKa BPOM No. 10/2016, PerKa BPOM No.22/2016, PerKa
BPOM No.05/2017, PerKa BPOM No. 07/2018, dan Permenkes
No.33/2012.

3. Pelaksanaan audit minimum keamanan pangan, obat dan kosmetik serta


regulasi terkait di atas mulai diberlakukan untuk audit per tanggal 15 Juni
2020.

19
3.3 Perbedaan Standar Halal pada Beberapa Negara

Secara umum, terdapat perbedaan standar halal pada beberapa negara. Perbedaan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat dilihat pada Tabel 1. Perbedaan
standar tersebut menyebabkan implikasi berbagai standar halal di beberapa negara yaitu
sebagai berikut:
 Pengakuan Ketidakseimbangan Sertifikasi Halal
 Kontrol Ketat terhadap Bisnis dan Persepsi "Negatif"
 “Standar Ganda” dalam Sertifikasi Halal
 Kebingungan di antara Konsumen
Terdapat 42 badan sertifikasi halal yang diakui MUI dari 23 negara. Berikut
beberapa lembaga-lembaga standarisasi dunia yang diakui MUI memiliki standar
kehalalan yang sama dengan MUI antara lain:
1. Majelis Ugama Islam Singapore
2. Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM)
3. Office Muslim Affair (OMA), Filipina
4. The Central Islamic Comittee of Thailand (CICOT), Thailand
5. Taiwan Halal Integrity Development Association (THIDA), Taiwan
6. Jamiat Ulama E-Maharashtra (JUM), India
7. Muslim Professional Japan Association (MPJA), Jepang
8. The Islamic Coordinating Council of Victoria (ICCV), Australia
9. Halal Quality Control, Belanda
10. Halal Food Authority (HFA), Inggris
11. Halal Food Council USA (HFC USA), Amerika Serikat

Tabel 1. Perbandingan Standar Halal pada Beberapa Negara.

Indonesia Malaysia Singapore

20
Halal Hub Division,
Lembaga Pengkajian
Department of Singapore Islamic
Pangan, Obat-obatan dan
Islamic Religious Council
Makanan Majelis Ulama
Development (MUIS)
Indonesia (LPPOM MUI)
Malaysia (JAKIM)

Islam is not their


Islam is not their Official religion,
country’s official
country’s official religion Islam
religion

Opens to all four Sunni Based on the law of Based on the law of
madhhabs Shafi’I Madhhab Shafi’I Madhhab

Accepted the both process Only accepted by Only accepted by


of istihalah (substance natural process of natural process of
transformation) natural or istihalah (substance istihalah (substance
unnatural processes transformation) transformation)

3.4 Proses Standarisasi dan Sertifikasi Halal


Proses standarisasi dan sertifikasi halal berbeda-beda pada setiap negara yaitu
sebagai berikut:
3.4.1 Indonesia

Sertifikasi halal di Indonesia ditentukan oleh MUI dengan memberikan


fatwa terhadap produsen yang menginginkan produknya diaudit, melalui uji coba
laboratorium LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan
Kosmetika) untuk direkomendasikan ke Badan penyelenggara Jaminan Produk
Halal (BPJPH).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah lembaga independen yang
mewadahi para ulama, zuama, dan cendikiawan Islam untuk membimbing,
membina, dan mengayomi umat Islam di Indonesia. MUI membantu pemerintah
dalam melakukan hal-hal yang menyangkut kemaslahatan umat Islam, seperti
mengeluarkan fatwa dalam kehalalan sebuah makanan.

21
Undang-Undang No.3 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal bahwa
segala produk yang beredar dan diperjual-belikan di Indonesia wajib memiliki
sertifikat halal terkecuali produk haram.
Beberapa tujuan dari sertifikasi halal yaitu:
1. Menjamin posisi UKM menjadi lebih aman agar terhindar dari pelanggaran
hak kekayaan intelektual agar tidak dicuri
2. Menjamin dalam pengembalian modal atau investasi
3. Sebagai asset UKM untuk bisa mendapatkan proyek atau investor
4. Memberikan kemudahan dalam pengembangan usaha, seperti melalui
waralaba dan lisensi
5. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa kualitas produk memang
sesuai dengan apa yang dijanjikan sehingga meningkatkan kepercayaan
konsumen
6. Melindungi konsumen dari produk yang kualitasnya rendah
7. Produk diakui kualitasnya secara internasional sehingga bisa
diperdagangkan lintas negara

Untuk memperoleh sertifikasi halal di Indonesia terdiri dari beberapa tahap


proses yaitu:
1. Memahami Persyaratan Sertifikasi Halal dan Mengikuti Pelatihan
SJH (Sistem Jaminan Halal)
2. Menerapkan SJH
3. Meyiapkan Dokumen Sertifikasi Halal
4. Melakukan Pendaftaran Sertifikat Halal
5. Melakukan Monitoring Pre-audit dan Pembayaran Akad Sertifikasi
6. Melaksanaan Audit
7. Melakukan Monitoring Pasca-audit
8. Memperoleh Sertifikat Halal

3.4.2 Malaysia

22
Sertifikasi Halal di Malaysia diterbitkan oleh Jabatan Kemajuan Islam
Malaysia (JAKIM). Sertifikasi halal tersebut bersifat wajib bagi pelamar atau
produsen yang telah memenuhi persyaratan JAKIM.
Sertifikasi Halal JAKIM berlaku selama 2 tahun dan untuk RPH hanya
berlaku selama 1 tahun. Setelah kedaluwarsa, perusahaan harus memperbarui
sertifikat. Proses pembaruan aplikasi Sertifikasi Halal JAKIM Malaysia harus
diajukan setidaknya 3 bulan sebelum tanggal kedaluwarsa, dengan formulir
aplikasi lengkap dan dokumen terkait lainnya.
1. Pelamar harus mengajukan aplikasi online.
2. Aplikasi tersebut kemudian diterima oleh sistem MYeHALAL.
3. Setelah mendukung JAKIM Halal untuk menerima dokumen
pelamar, mereka akan meninjau aplikasi dan meninjau dokumen.
(Jika file yang dikirim tidak lengkap, pemohon harus mengambil
tindakan korektif untuk menyelesaikan proses review dokumen.)
4. JAKIM Halal akan mengeluarkan surat biaya, yang mencakup
pelamar yang harus membayar sertifikasi Halal Malaysia.
5. Selama audit di tempat, auditor akan mengambil sampel dan
mengirimkannya untuk dianalisis di laboratorium guna memastikan
bahwa semua bahan yang digunakan berdasarkan produk Halal.
6. Auditor kemudian memeriksa kembali dan membuat laporan audit
yang juga mencakup hasil analisis laboratorium.
7. Laporan diteruskan ke Sertifikasi Halal Malaysia pada pertemuan
panel, dan mereka akan menentukan apakah pelamar telah lulus
permintaan Halal berdasarkan kriteria mereka.
8. Jika pelamar gagal memenuhi harapan panel meeting, JAKIM Halal
akan mengeluarkan surat pemberitahuan yang menyatakan bahwa
pelamar belum memperoleh sertifikat Halal di Malaysia.
9. Jika pelamar lolos permintaan Halal, Sertifikat Halal Malaysia akan
dikeluarkan dan prosesnya akan selesai. Kemudian, pelamar dapat
menggunakan logo Bersertifikat Halal Malaysia secara gratis pada
produk atau layanan mereka.

23
3.4.3 Singapura

Sertifikasi halal di Singapura diterbitkan oleh Majelis Ugama Islam


Singapore (Muis). Tetapi kemudian Muis bekerja sama dengan SPRING Singapura
(The Standards, Productivity and Innovation Board) yang merupakan badan
nasional Singapura serta komite standar halal yang ditunjuk oleh Muis telah
mengembangkan Singapore Muis Halal Standards (SMHS) untuk menerbitkan
sertifikasi halal, yang terdiri dari para ulama, pelaku industri, dan pejabat
pemerintah.
MUIS menawarkan tujuh jenis skema sertifikasi halal untuk disesuaikan
dengan kategori yang berbeda industri terkait makanan:
 Skema tempat makan
 Skema pengesahan
 Skema area persiapan makanan
 Skema pemotongan unggas
 Skema produk
 Skema fasilitas penyimpanan
 Skema seluruh pabrik

Proses pengajuan sertifikasi halal adalah sebagai berikut - seperti yang tertera
di website MUIS:
1. Mengirimkan aplikasi baru atau pembaruan melalui Muis eHalal
System (MeS).
2. Jika mengajukan aplikasi baru, pastikan telah membayar biaya
pendaftaran setelah pembayaran dilakukan.
3. MUIS akan melakukan audit/inspeksi di tempat Anda. Pastikan telah
memenuhi Syarat & Ketentuan Sertifikasi Halal MUIS.
4. Periksa akun SMS atau email Anda untuk pembaruan tentang status
aplikasi Halal. Jika masih terdapat kekurangan pada aplikasinya,
maka akan perlu diperbaiki.

24
5. Setelah aplikasi disetujui, kumpulkan sertifikat halal tersebut dari
MUIS, bersama dengan pemberitahuan persetujuan dan pembayaran
yang diperlukan (jumlah total tercermin di faktur).

25
BAB IV
Sesi Tanya Jawab

4.1 Pertanyaan 1
Saya ingin bertanya. Misal pada industri keju, enzim kan berfungsi sebagai komponen yang
mengubah susu menjadi dadih keju. Namun produk keju ini masih membawa protein dari susunya,
sehingga enzim bukan merupakan bahan utama yang umumnya dituliskan dalam Komposisi pada
kemasan produk. Jika tidak dituliskan dalam komposisi seperti ini, bagaimana memastikan enzim
yang digunakan dalam suatu produk itu halal? – Ade Andita

Jawab : Apabila tidak dicantumkan dalam kemasan, dapat dilakukan analisis lebih lanjut seperti
menggunakan alat analisis kandungan makanan atau bisa saja saat proses sertifikasi halal sudah
dicek terlebih dahulu. Jika sudah ada label halal, maka enzim yang digunakan sudah lulus
sertifikasi halal. meskipun dalam kemasan tidak tercantum tulisan enzim halal, tapi pihak regulator
mengetahui hal tsb merupakan halal critical point. sehingga tidak akan sembarangan mengeluarkan
sertifikasi halal untuk keju

4.2 Pertanyaan 2
Saya ingin bertanya mengenai isu yang akhir akhir ini mungkin sangat meresahkan bagi kalangan
muslim. Saat ini minuman kopi dengan menggunakan rum sedang sangat populer dan menjadi
salah satu pilihan utama costumer, namun belum ada klaim yang mengatakan kehalalal atau
keharaman campuran rum pada kopi tersebut, apalagi banyak yg bilang bahwa rum hanya sebagai
perisa. Menurut kalian kira" apakah masih diperbolehkan minuman jenis tsb dikomsumsi oleh
umat muslim? – Vira

Jawab : Selain dari bahan-bahan, proses yang dilakukan juga harus diaudit. Terkait RUM, yang
dijadikan patokan adalah proses, ketika di dalam proses penyajian makanan tsb memang
menggunakan barang yang tidak halal, maka restorn tsb tdk bisa. Apabila produknya sudah jadi,
akan ada analisis untuk melihat produknya misalnya kandungan etanol masih ada atau tidak. Kalau
di Indonesia ada fatwa Ulama, di mana dapat ditinjau dari kedua aspek atau salah satunya (proses
atau produk). Jika masih ada keraguan dapat ditinggalkan

26
4.3 Pertanyaan 3
Saya ingin bertanya, untuk standarisasi GMP malaysia tadi kelompok 5 menyebutkan bahwa
secara umum malaysian standard selaras dengan atau diadopsi dai standard internasional. untuk
standard internasional yg diadopsi oleh MS yang mana? dan apakah ada perubahan atau
penyesuaian yang signifikan? - Geani

Jawab : Jadi untuk peraturan spesifik, kami kurang tau karena tidak tercantum. Tapi untuk aturan
MS ada aturan yang diambil dari FDA dan WHO, serta Uni Eropa. Secara garis besar GMP dari
negara2 yang berbeda sama aspek2 yang ditulis

4.4 Pertanyaan 4
Permisi pak, hendak bertanya kepada bapak yang muntkin berpengalaman. Pertama, ada vaksin
yang tidak dibolehkan di Malaysia dikarenakan itu terbuat dari lemak babi, namun diperbolehkan
di Indonesia. Apakah kedepannya akan tidak diperbolehkan? Lalu kedua, ada bank issue terrain
sertifikat halal dan gmp bisa langsung dibeli, itu bagaimana ya pak? - Monica

Jawab : Terkait vaksin, untuk meredam keresahan di masyarakat harus bekerja sama dengan MUI.
ketika MUI bisa memberi statement halal maka tidak akan menimbulkan keresahan. Setiap negara
memiliki pertimbangan sendiri MU nya. karena memang tdk secara tertulis di landasan2 ulama
tersebut. Oleh karena itu, terkait vaksin ada yang tidak mencantumkan kehalalan nya. Namun
bagaimana juga hal ini akan berpengaruh ke kepercayaan masyarakat karena termasuk isu global.
ada proses pengaduan, maka laporan tersebut atau pengaduan tsb akan ditindak lanjuti oleh pihak
yang berkepentingan.

27
BAB V
Kesimpulan

1. Good Manufacturing Practice (GMP) adalah sistem untuk memastikan bahwa produk
diproduksi dan dikendalikan secara konsisten sesuai dengan standar kualitas. seperti
makanan, kosmetik, dan barang farmasi, Hal Ini dirancang untuk meminimalkan risiko
yang terlibat dalam produksi makanan apa pun yang tidak dapat dihilangkan melalui
pengujian produk akhir.
2. Tujuan dilaksanakannya praktik Good Manufacturing Practices (GMP) adalah untuk
memberikan paduan tata cara khusus (spesific codes) yang diperlukan bagi setiap rantai
pangan, proses pengolahan, atau penanganan komoditi bahan pangan untuk mencegah
terjadinya kesalahan dan meningkatkan prinsip pelaksanaan persyaratan hygiene yang
spesifik bagi masing-masing bidang tersebut di atas
3. Menurut sejarahnya, GMP atau CPMB sudah berlaku di Indonesia sejak tahun 1978
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.23/MEN.KES/SKJI/1978 tentang
Pedoman Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB). Di Malaysia, MS 1514: 2009 GMP
adalah standar persyaratan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Divisi Keamanan
& Kualitas Pangan. di United States ada CFR yang dibuat pada tahun 196
4. Halal dalam bahasa Arab diartikan dibolehkan dan sesuai dengan Syari’at Islam. Jika
dikaitkan dengan makanan dan minuman, maka pengertiannya adalah makanan dan
minuman yang boleh bagi orang Islam untuk mengkonsumsinya.
5. Menurut Majelis Ulama’ Indonesia (MUI), produk halal ialah produk yang sesuai dengan
syaria’at Islam dan memenuhi beberapa kriteria yaitu:

a) Tidak mengandung babi;


b) Tidak mengandung bahan yang terlarang seperti bahan-bahan yang dibuat dari
darah, organ tubuh manusia, kotoran-kotoran yang menjijikkan dan sebagainya;
c) Hewan yang disembelih harus sesuai dengan ajaran Islam;
d) Tempat penyimpanan produk, penjualan dan alat pengangkutan barang jangan
dipergunakan untuk babi atau najis lainnya kecuali disucikan dengan tata cara
Islam.

28
6. Contoh penerapan halal dalam industri Pangan yaitu pendeteksi makanan halal dengan
menggunakan metode LC MS/MS, dengan menggunakan prinsip mass spectrometry, yang
dapat mengidentifikasi molekul kecil secara kualitatif, sehingga dapat melihat apakah
suatu sampel pangan memiliki kandungan makanan haram atau tidak.
7. Sertifikasi halal merupkan suatu hal yang mampu memberikan jaminan kepada masyarakat
umum bahwa suatu kosmetik/makanan/industri sudah terstandarisasi secara halal.
Sertifikasi halal di indonesia di lakukan oleh MUI. Tiap negara memiliki logo yang berbeda
- beda. Ada beberapa hal yang menjadi hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengajuan
sertifikasi halal: kriteria sistem jaminan halal dan audit keamanan pangan, obat, dan
kosmetik.
8. Sertifikasi Halal dilakukan oleh lembaga yang berbeda-beda di setiap negara dengan
standar halal yang berbeda juga. Perbedaan standar tersebut dapat terjadi karena official
religion tiap negara yang berbeda. Selain itu, adanya perbedaan madzhab yang digunakan
juga memengaruhi, seperti di Indonesia menggunakan 4 madzhab Sunni sedangkan di
Malaysia dan Singapura hanya menggunakan Madzhab Syafii.

29
Daftar Pustaka

Anonymous. 2015. Persyaratan Sertifikasi Halal MUI. Accessed 27 December [Available at :


https://www.halalmui.org/mui14/main/page/persyaratan-sertifikasi-halal-mui]

SIRIM QAS International Sdn. Bhd. 2020. MS 1514 Good Manufacturing Practices (GMP) For
Food | SIRIM QAS International Sdn. Bhd.. [online] Available at: <https://www.sirim-
qas.com.my/our-services/management-system-certification-related-services/ms-1514-good-
manufacturing-practice/> [Accessed 11 December 2020].

Ukirama.com. 2020. Pengertian, Tujuan, Manfaat Dan Standard Good Manufacturing Practices
(GMP) Pada Industri Makanan Minuman. [online] Available at:
<https://ukirama.com/blogs/pengertian-tujuan-manfaat-dan-standard-good-manufacturing-
practices-gmp-pada-industri-makanan-minuman> [Accessed 11 December 2020].

U.S. Food and Drug Administration. 2020. Cgmps For Food And Dietary Supplements. [online]
Available at: <https://www.fda.gov/food/guidance-regulation-food-and-dietary-
supplements/current-good-manufacturing-practices-cgmps-food-and-dietary-supplements>
[Accessed 11 December 2020].

30

Anda mungkin juga menyukai