Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nisrina Dwi Putrianti Kawigraha

Kelas : Agama Islam - 23


Fakultas : Teknik
Mata Kuliah : MPK Agama Islam

Korupsi ditinjau dari Segi Akhlak Manusia

Akhlaq didefinisikan sebagai kondisi kejiwaan seseorang yang bisa mendorong


munculnya perilaku tanpa memerlukan pemikiran dan refleksi yang mendalam
sebelumnya. Jadi, akhlaq lebih merupakan internalisasi nilai dan ajaran keagamaan
yang kemudian mewujud pada tindakan yang mudah (tanpa pemikiran yang
mendalam), jauh dari paksaan pihak lain, dan perbuatan yang sifatnya semu.
Akhlaq bukan perbuatan yang spontan, akan tetapi merupaka buah dari pembiasaan,
latihan, refleksi dan penalaran yang kemudian menginternalisasi dalam diri
seseorang sehingga menimbulkan perbuatan yang mudah.

Akhlaq sepadan dengan istilah “budi pekerti’, yakni perilaku manusia yang
didasari oleh kesadaran berbuat baik, didorong oleh kesadaran hati dan
pertimbangan akal. Perbuatan dan perilaku yang bisa disebut akhlaq adalah
perbuatan yang sudah tertanam kuat dalam sanubari seseorang, tidak adanya
paksaan dan dorongan dari luar dan perbuatan tersebut dilakukan dengan mudah
tanpa pemikiran yang mendalam. Secara normatif parameter dalam menilai akhlaq
seseorang adalah agama, karena akhlaq pada dasarnya adalah ajaran dan doktrin
moralitas. Hal ini untuk membedakan dengan filsafat moral (etika) yang sumbernya
adalah akal dan penalaran manusia. Parameter penilaian terhadap baik dan
buruknya perilaku manusia dalam ilmu akhlaq pada dasarnya juga melibatkan peran
nalar selain agama. Baik agama maupun nalar adalah potensi yang diberikan kepada
manusia oleh sumber yang satu yaitu Tuhan. Karenanya keduanya tidak mungkin
bertentangan, sehingga ilmu akhlaq dan filsafat moral (etika) juga tidak saling
bertentangan, sebaliknya saling mengisi.
1
Yusdani, Mu’allim, M. Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam. Yogyakarta: UII
Press, 2001
2
Mujilan. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam.
iiiJakarta: Midada Rahma Press, 2018.
3
Kamali, M. H. Prinsip dan Teori-Teori Hukum Islam (Ushul Fiqh). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996.
4
Rohmah, N. (2014). Relasi antara Tindakan Korupsi dengan Etika dan Akhlaq.
Anti-corruption ethics and religiosity By Niha I. 1, 1 -20
5
Bahri, Syamsul. (2015). Korupsi dalam Kajian Hukum Islam. Kanun Jurnal Ilmu
Hukum. 603-614.
Nama : Nisrina Dwi Putrianti Kawigraha
Kelas : Agama Islam - 23
Fakultas : Teknik
Mata Kuliah : MPK Agama Islam

Korupsi berasal dari bahasa Latin yaitu corruption (dari kata kerja corrumpere)
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Dalam
terminologi islam istilah korupsi dapat disejajarkan dengan istilah ghululan
(belengggu besi) dan risywah (suap). Ghululan bermakna pengambilan harta oleh
sesorang secar khianat, atau tidak dibenarkan dalam amanah yang diberikan
kepadanya. Sementara risywah adalah suap menyuap diantara dua orang atau lebih
dengan imbalan uang untuk memperoleh jabatan atau pekerjaan. Rasulullah SAW
pernah bersabda :

“Barangsiapa yang kami tugaskan dengan suatu pekerjaan , lalu kami tetapkan
imbalan (gaji) untuknya, maka apa yang dia ambil di luar itu adalah harta ghulul”

Dalam perspektif islam korupsi merupakan bentuk dari khianat


dan penyelewengan amanah. Hal ini mencerminkan kebobrokan nilai-nilai dasar
islam yang terjadi dalam masyarakat. Jika dilihat dari sudut pandang aqidah,
korupsi jelas bertentangan karena menunjukkan ketidaktakutan akan ancaman
Allah SWT. Dari segi syariah, korupsi dipandang sebagai perbuatan yang
melanggar aturan Allah karena Allah SWT telah melarang tindakan ini
sebagaimana tercantum dalam berbagai ayat Al-Quran dan Hadits, salah satunya
Al-Baqarah ayat 188.

‫ط ِل ب َ يْ ن َ ك ُ ْم أ َ ْم َو ا ل َ ك ُ ْم ت َأ ْك ُ ل ُ وا َو َل‬
ِ ‫لِ ت َأ ْك ُ ل ُ وا ال ْ ُح ك َّ ا ِم إ ِ ل َ ى ب ِ َه ا َو ت ُد ْ ل ُ وا ب ِ الْ ب َ ا‬
‫اس أ َ ْم َو ا ِل ِم ْن ف َ ِر ي ق ً ا‬ ِ َّ ‫اْل ث ْ ِم ال ن‬
ِ ْ ِ ‫ت َع ْ ل َ ُم و َن َو أ َنْ ت ُ ْم ب‬

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
1
Yusdani, Mu’allim, M. Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam. Yogyakarta: UII
Press, 2001
2
Mujilan. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam.
iiiJakarta: Midada Rahma Press, 2018.
3
Kamali, M. H. Prinsip dan Teori-Teori Hukum Islam (Ushul Fiqh). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996.
4
Rohmah, N. (2014). Relasi antara Tindakan Korupsi dengan Etika dan Akhlaq.
Anti-corruption ethics and religiosity By Niha I. 1, 1 -20
5
Bahri, Syamsul. (2015). Korupsi dalam Kajian Hukum Islam. Kanun Jurnal Ilmu
Hukum. 603-614.
Nama : Nisrina Dwi Putrianti Kawigraha
Kelas : Agama Islam - 23
Fakultas : Teknik
Mata Kuliah : MPK Agama Islam

kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”

Begitu pula dari sudut pandang Akhlak, tindakan korupsi merupakan bentuk
akhlak tercela karena menimbulkan kerugian bagi banyak orang dan dibenci oleh
Allah SWT. (habluminallah dan habluminannas). Korupsi dikategorikan sebagai
kebudayaan yang buruk karena menimbulkan dampak buruk, baik di dunia maupun
diakhirat, yaitu (1) Pelaku korupsi akan dibelenggu saat akan menghadap Allah
SWT (Al-Imran, 161); (2) Pelaku korupsi akan mendapat kehinaan dan siksa
apineraka (Hadits riwayat Ubadah bin Ash Swamit ra); (3) Orang yang meninggal
dan membawa hartahasil korupsi tidak akan mendapat jaminan surga; (4) Shadaqah
pelaku korupsi dari harta korupsitidak akan diterima Allah SWT; (5) Harta korupsi
bersifat haram, sehingga menjadi pnyebab tidakdikabulkannya doa

Korupsi bertentangan dengan prinsip – prinsip akhlak terpuji, yaitu karakter


yang menjunjung kesopanan, sabar, jujur, derwaman, rendah hati, tutur kata yang
lembut dan santun, gigih, rela berkorban, adil, bijaksana, tawakal dan lain
sebagainya. Seseorang yang memiliki akhlak terpuji biasanya akan selalu menjaga
sikap dan tutur katanya kepada orang lain dan merasa bahwa dirinya diawasi oleh
Allah SWT. Sebaliknya, individu yang memiliki akhlak tercela cenderung
melakukan hal hal seperti dusta, iri, dengki, ujub, fitnah, sombong, bakhil,
tamak, takabur, hasad, aniaya, ghibah, riya dan sebagainya. Akhlak yang tercela
sangat dibenci oleh Allah SWT. dan tidak jarang orang yang memilikinya juga
tidak disukai oleh masyarakat. Maka, dapat disimpulkan bahwa korupsi termasuk
perbuatan dari akhlak tercela.

1
Yusdani, Mu’allim, M. Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam. Yogyakarta: UII
Press, 2001
2
Mujilan. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam.
iiiJakarta: Midada Rahma Press, 2018.
3
Kamali, M. H. Prinsip dan Teori-Teori Hukum Islam (Ushul Fiqh). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996.
4
Rohmah, N. (2014). Relasi antara Tindakan Korupsi dengan Etika dan Akhlaq.
Anti-corruption ethics and religiosity By Niha I. 1, 1 -20
5
Bahri, Syamsul. (2015). Korupsi dalam Kajian Hukum Islam. Kanun Jurnal Ilmu
Hukum. 603-614.
Nama : Nisrina Dwi Putrianti Kawigraha
Kelas : Agama Islam - 23
Fakultas : Teknik
Mata Kuliah : MPK Agama Islam

Maraknya korupsi disebabkan oleh masih banyaknya individu yang mengalami


krisis akhlak. Dengan begitu, solusi dalam memberantas penyakit korupsi adalah
dengan pendidikan akhlak, pendidikan moral, dan pendidikan etika. Memperbaiki
kesadaran seseorang dan mengembalikan rasa tanggung jawab moralnya serta
agamanya ialah salah satu cara yang paling ampuh untuk mencegah dan
menghentikan korupsi. Pendidikan agama dan memperkuat iman adalah metode
yang harus ditingkatkan demi mendapatkan orang-orang yang memiliki hati nurani
bersih dan jujur berlandaskan Hukum Negara maupun hukum Agama.

1
Yusdani, Mu’allim, M. Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam. Yogyakarta: UII
Press, 2001
2
Mujilan. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam.
iiiJakarta: Midada Rahma Press, 2018.
3
Kamali, M. H. Prinsip dan Teori-Teori Hukum Islam (Ushul Fiqh). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996.
4
Rohmah, N. (2014). Relasi antara Tindakan Korupsi dengan Etika dan Akhlaq.
Anti-corruption ethics and religiosity By Niha I. 1, 1 -20
5
Bahri, Syamsul. (2015). Korupsi dalam Kajian Hukum Islam. Kanun Jurnal Ilmu
Hukum. 603-614.

Anda mungkin juga menyukai