Anda di halaman 1dari 10

KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi

Dosen Pengampu : Nastangin, M.H.I

Disusun Oleh :

Wildan Afif Faruqi 33010210133


Sania Aulia Luthfa 33010210130
Suci Rahayu Arifah 33010210152

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penulis tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, dan semoga kelak di hari akhir kita mendapatkan syafaatnya.

Alhamdulillah penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini


yang berjudi “Korupsi Dalam Perspektif Hukum Islam”. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas dari Bapak Nastangin, M.H.I. Pada mata kuliah Pendidikn
Anti Korupsi.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah yang telah kami
susun ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang nantinya dapat
membangun agar kedepannya penulis dapat memperbaikinya dan lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................2

PEMBAHASAN...............................................................................................................2

A. Tindak Pidana Korupsi Menurut Hukum Islam...............................................2

B. Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Menurut Hukum Islam.........................2

C. Sanksi Para Koruptor Menurut Hukum Pidana Islam.................................3


BAB III...........................................................................................................................14

PENUTUP.......................................................................................................................14

A. Kesimpulan..........................................................................................................14

B. Saran....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum memaparkan lebih jauh tentang arti korupsi dalam hukum


Islam, perlu diketahui terlebih dahulu tiga unsur utama dari korupsi itu
sendiri, yaitu:Pertama, tasharruf, yang bermakna menerima, memberi, dan
mengambil sesuatu, dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri, orang
lain atau kelompoknya.Kedua, pengkhianatan terhadap amanat kekuasaan.
Ketiga, ada kerugian yang harus ditanggung, baik oleh seseorang
sebagaiindividu, masyarakat dan/atau negara. ketiga hal pokok di atas,
secara sederhana dapat dipahami bahwa korupsimerupakan sebuah bentuk
tasharrufberupa penghianatan atas kekuasaan sebagai amanah yang diberikan
oleh rakyat. Penghianatan tersebut menimbulkan kerugian bagi seseorang,
masyarakat dan/atau negara. Islam memberikan stigma tersendiri terhadap
orang yang suka berkhianat, yaitu dengan sebutan “munafik”.

Dalam hukum Islam, terdapat beberapa istilah yang dapat dinisbatkan


terhadap kejahatan korupsi, di antaranya adalah pencurian (sariqah),
suap (risywah), penggelapan harta (ghulul). Ulama Hanafiyah menyamakan
hirâbahdengan sariqah, bahkan hirâbahdisebutnya sebagai sariqah kubra
(pencurian besar) karena dampak negatifnya bersifat massif, maka hukumannya
diperberat dibanding pencurian biasa yang disebutnya sariqah
sughrâ(pencurian kecil).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian tindak pidana korupsi menurut hukum islam?

2. Bagaimana pencegahan tindak pidana korupsi menurut hukum islam?

3. Apa sanksi para koruptor menurut hukum pidana islalm?

C. Tujuan

1. Apa Pengertian Tindak Pidana Korupsi Menurut Hukum Islam

1
2. Bagaimana Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Menurut Hukum Islam
3. Apa Sanksi Para Koruptor Menurut Hukum Pidana Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Menurut Hukum Islam


Islam memandang korupsi sebagai perbuatan keji. Perbuatan korupsi
dalam konteks agama Islam sama dengan fasad, yakni perbuatan yang
merusak tatanan kehidupan yang pelakunya dikategorikan melakukan
Jinayaat al-kubra (dosa besar). Korupsi dalam Islam adalah perbuatan
melanggar syariat. Syariat Islam bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan
bagi umat manusia dengan apa yang disebut sebagai maqashidussy syaria’ah.
Diantara kemaslahatan yang hendak dituju tersebut adalah terpeliharanya
harta (hifdzul maal) dari berbagai bentuk pelanggaran dan penyelewengan.
Islam mengatur dan menilai harta sejak perolehannya hingga
pembelanjaannya, Islam memberikan tuntunan agar dalam memperoleh harta
dilakukan dengan cara-cara yang bermoral dan sesuai dengan hukum Islam
yaitu dengan tidak menipu, tidak memakan riba, tidak berkhianat, tidak
menggelapkan barang milik orang lain, tidak mencuri, tidak curang dalam
takaran dan timbangan, tidak korupsi, dan lain sebagainya.1
Dalam al-Quran terdapat pembicaraan mengenai tindakan-tindakan yang
dapat dipandang sebagai korupsi. Salah satunya firman allah dalam surat al
Baqarah ayat 188, yang artinya Dan janganlah kamu memakan harta sesama
di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian
daaripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui (Q 2: 188). Dalam ayat ini dilarang makan harta sesama
dengan jalan batil, yaitu dengan cara membawanya kepada pihak penguasa, di
antaranya haki, dengan menyogoknya agar dimenangkan perkaranya sehingga
ia dapat menguasai kekayaan tersebut. Frasa ‘makan harta sesama dengan
jalan batil’ di sini merupakan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain
atau korporasi secara bertentangan dengan hukum (syariah).
Dalam hadits lain Nabi saw juga bersabda “Setiap tubuh yang berkembang
dari yang haram, maka neraka lebih utama baginya”(HRAhmad). Hukum
1
Sabri Samin, Pidana Islam dalam Politik Hukum Indonesia, Kholam, Jakarta, 2008, hal. 77

3
perbuatan korupsi menurut pendapat ulama fiqih, secara aklamasi dan
konsensus (Ijma’) adalah haram karena bertentangan dengan prinsip
maqashidussy syari’ah. Keharaman perbuatan korupsi tersebut dapat ditinjau
dari berbagai segi pertama, perbuatan korupsi merupakan perbuatan curang
dan penipuan yang berpotensi merugikan keuangan Negara dan kepentingan
publik (masyarakat) yang dikecam oleh Allah swt dengan hukuman setimpal
di akhirat.2
Dalam hukum Islam, terdapat beberapa istilah yang dapat dinisbatkan
terhadap kejahatan korupsi, di antaranya adalah pencurian (sariqah),
penggelapan harta (ghulul), suap (risywah).
1. Sariqah (Pencurian)
Sebagian ulama juga sering mengategorikan koruptor sebagai
pencuri, yaitu mencuri uang negara yang dalam hukum Islam
diistilahkan dengan sariqah.3 (mengambil harta milik orang lain) yang
bukan haknya seperti mencopet (mencuri) termasuk mencuri uang
negara atau korupsi karena sama-sama mengambil yang bukan haknya.
Menurut Abd Rahman Dahlan,27 bahwa patokan (yang harus
diperhatikan) dalam memahami ayat di atas harus berdasarkan
redaksinya secara umum bukan khusus terhadap kasus yang menjadi
turunnya ayat tersebut, namun ditujukan kepada setiap kasus yang
mempunyai kesamaan maka sariqah dimapahami sebagai tindakan
mengambil sesuatu yang bukan haknya begitu juga dengan korupsi
sama-sama mengambil yang bukan haknya.
2. Ghulul (Penggelapan)
Korupsi terkadang dimaknai sebagai pengkhianatan terhadap
negara atas amanat yang mestinya dijaga seperti mendistorsi informasi
(manipulasi) dengan tujuan mengambil keuntungan dimana hal
itutidak dibenarkan dalam tugasnyayang dalam hukum Islam disebut
ghulul. Awalnya, ghulul dimaknai sebagai pengkhianatan namun

2
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer, Gema Press Insani, Jakarta,
2003, hal. 20
3
Mawardi, HAL. Hukuman Mati Menurut Islam (Yogyakarta: Universitas Gadjahal. Madahal. , 1980), hal. .
16-17. 26M. Noor, Tinjau

4
dalam perkembangan kajian fikih istilah ghulul pun disetarakan
dengan korupsi termasuk Ibnu Katsir menafsirkan ghulul adalah
penyalahgunaan wewenang dalam urusan publik untuk mengambil
sesuatu yang tidak ada dalam kewenangannya sehingga mengakibatkan
adanya kerugian publik.
Tindakan korupsi wajar saja dimasukkan ke dalam term ghulul
mengingat perbuatan menggelapkan harta hasil rampasan perang yang
hanya berkisar 2 dirham sebagaimana dijelaskan di atas telah dianggap
ghulul apalagi menggelapkan uang negara sampai miliyaran rupiah.
Selain itu, termiologi ghulul merupakan istilah yang paling banyak
digunakan oleh Rasulullah SAW dalam menyinggung persoalan
korupsi.
3. Risywah (Suap)
Dalam hukum Islam, korupsi juga sering dimaknai sebagai risywah
yang berasal dari kata rasya yarsyu risywatan bermakna al-Ju’l yang
berarti pemberian, hadiah, atau komisi yang secara harfiyah berarti
batu bulat, maka apabila dibungkamkan ke mulut seseorang ia tidak
akan mampu berbicara apapun, dengan kata lain risywah dapat
membungkamkan seseorang dari mengatakan kebenaran. Sedangkan
menurut terminologi, risywah adalah tindakan memberikan harta atau
yang sejenisnya untuk membatalkan hak milik orang lain maupun
bertujuan mendapatkan milik orang lain termasuk juga sebagai usaha
agar didahulukan dalam urusannya tanpa harus melalui prosedur.4
Maka menurut Rofiqul ‘A’la, risywah adalah segala sesuatu baik
uang atau barang yang diberikan seseorang kepada pejabat untuk
memperoleh kemudahan, keringanan, dan menguntungkan bagi si
pemberi termasuk untuk mempengaruhi sebuah keputusan agar
mengikuti kemauannya.

4
Rofiqul ‘A’la, Suap dalam Perspektif Islam (Jakarta: P3M, 2004), hal. . 182.

5
6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai