Anda di halaman 1dari 27

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DIBIDANG KESEHATAN

(Studi Kasus Korupsi BPJS Kesehatan)

Felisa Anggar Vionita_220431602883_felisa.anggar.2204316@students.um.ac.id


Lailatus Sa’deyah _220431604083_lailatus.sadeyah.2204316@students.um.ac.id
Maulidya Alfi Z.I _ 220431602849_maulidya.alfi.2204316@students.um.ac.id

Universitas Negeri Malang

Abstrak :

Artikel ini menjelaskan tentang fenomena korupsi yang ada di Indonesia dan juga upaya
upaya untuk menyelesaikan permasalahan korupsi di Indonesia. Artikel ini menyampaikan
fenomena korupsi melalui pendekatan keagamaan dimana sesuai dengan perspektif islam.
melihat dari banyaknya kasus korupsi di Indonesia, artikel ini mencoba mengkaji dan
membahas sesuai dengan Al-Qur’an dalam surah An-nisa, ayat 29, Q.S Al-Maidah ayat 33
dan Q.S Al-Maidah ayat 38. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel adalah
menggunakan studi kepustakaan dengan meneliti dan memahami artikel dan kajian kajian
yang berkaitan dengan pembahasan pada artikel ini. pada akhirnya dari artikel ini dapat
disimpulkan bahwa kasus korupsi baik menurut perspektif islam ataupun anggapan
masyarakat sebenarnya sangat dilarang, karena korupsi merupakan suatu kegiatan
mengambil barang yang ditujukan untuk memperkaya diri sendiri atau merupakan suatu
penghianatan terhadap amanah yang diberikan. sehingga orang orang yang melakukan tindak
pidana korupsi akan sangat merugikan banyak orang dan tentunya pasti sangat merugikan
negara. salah satu cara yang saat ini dilakukan di negara Indonesia adalah dengan
memberikan sanksi atau hukum pidana pada para koruptor sesuai dengan perundang
undangan yang beredar. Dari artikel ini dapat kita ketahui bahwa bukan hanya dunia
perpolitikan saja yang mempunyai peran penting dalam penanganan dan pencegahan tindak
pidana korupsi, tetapi dalam dunia pendidikan juga mempunyai peran yang tidak kalah
penting terhadap menumbuhkan moral anak bangsa yang baik untuk mengurangi fenomena
korupsi yang semakin meningkat saat ini. sehingga peran dari dunia pendidikan sendiri salah
satunya adalah menata moral generasi muda sehingga mereka memiliki rasa cinta yang kuat
terhadap bangsa dan negeri dan menjadikan mereka tidak akan melakukan tindakan yang
akan merugikan negara yang mereka cintai.
Kata kunci : korupsi di Indonesia, hukum tindak pidana korupsi, korupsi dalam perspektif
islam, budaya antikorupsi, bahaya korupsi.

Abstrac

This article explains the phenomenon of corruption in Indonesia and also efforts to solve
corruption problems in Indonesia. This article conveys the phenomenon of corruption
through a religious approach which is in accordance with an Islamic perspective. Seeing
from the many corruption cases in Indonesia, this article tries to examine and discuss in
accordance with the Qur'an in Surah An-nisa, verse 29, Q.S Al-Maidah verse 33 and Q.S Al-
Maidah verse 38. The method used in preparing the article is to use literature studies by
researching and understanding articles and studies related to the discussion in this article. In
the end, from this article it can be concluded that corruption cases, both according to an
Islamic perspective and public opinion, are actually strictly prohibited, because corruption is
an activity of taking goods intended to enrich oneself or is a betrayal of the trust given. so
that people who commit acts of corruption will be very detrimental to many people and of
course it will certainly be very detrimental to the state. one of the ways that is currently being
carried out in Indonesia is by imposing sanctions or criminal law on corruptors in
accordance with existing laws and regulations. From this article we can see that not only the
world of politics has an important role in handling and preventing criminal acts of
corruption, but in the world of education it also has a role that is no less important in
cultivating good morals of the nation's children to reduce the phenomenon of corruption
which is increasing nowadays. This. so that the role of the world of education itself is to
organize the morale of the younger generation so that they have a strong sense of love for the
nation and country and make them not take actions that will harm the country they love.

Keywords : corruption in Indonesia, corruption criminal law, corruption in an Islamic


perspective, anti-corruption culture, the dangers of corruption.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Korupsi merupakan masalah yang memang sudah merajalela dari tahun


dahulu.disebutkan juga korupsi ini memang merupakan suatu kebudayaan buruk bagi bangsa
Indonesia. Masalah mengenai korupsi ini memang menjadi suatu hal yang seru untuk
diperbincangkan. Bahkan jika kita lihat secara nyata pun banyak para pejabat pejabat Negara
yang mana mereka memegang peranan penting dalam suatu Negara melakukan tindak
korupsi ini. Hal tersebut secara tidak langsung mereka merugikan Negara dan tidak
memikirkan nasib mereka kedepannya.
Mengapa tindak pidana korupsi ini sering menjadi perbincangan hangat baik
dikalangan tua ataupun pemuda. Alasan pertama karena memang dalam bentuk tidakan
penyelewengan berupa korupsi ini kita membahas uang rakyat dimana hal tersebut sama
dengan hak rakyat dan segala peraturan yang sudah ditetapkan oleh perundang undangan.
Jika memang merupakan uang konsumsi pribadi, maka hal tersebut dapat diaktakan sebagai
suatu tindakan kejahatan biasa yang biasa kita sebut sebagai pencurian. Jika hal tersebut
terbukti maka hukuman yang diperoleh adalah hukum tindak pidana biasa. Sementara bentuk
kejahatan seperti korupsi, jika hal tersebut diketahui dan terbukti benar, maka orang yang
melakukan tindakan tersebut dapat dikenai tindak pidana hukum khusus dimana mereka akan
mendapatkan hukuman lebih dari pidana biasa sesuai dengan hukum perundang undangan
yang berlaku.

Alasan kedua mengapa korupsi ini selalu menjadi pembicaraan hangat adalah karena
orang yang melakukan korupsi sendiri bisa dibilang sebagai suatu panutan masyarakat.
Karena mereka adalah orang yang memang dipilih oleh masyarakat dan di beri kepercayaan
bukan hanya oleh masyarakat tapi juga oleh suatu Negara. Jadi ketika mereka melakukan
tindak korupsi ini, masyarakat akan kehilangan panutannya, kepercayaannya, dan mereka
akan pasrah terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya.

Alasan terakhir adalah korupsi ini merupakan suatu penyakit yang ada di masyarakat dimana
penyakit ini harus dimusnahkan. Apabila penyakit korupsi ini tidak dimusnahkan hal tersebut
akan berbahaya terhadap suatu Negara. Cara penyelesaian dari penyakit ini bukan hanya
dihukum saja, tetapi setelah menerima suatu hukuman mereka juga harus diberi pendidikan
baik formal maupun rumah tangga untuk membina masyarakat anti korupsi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?

2. Bagaimana korupsi menurut perspektif islam ?

3. Apa saja ragam korupsi ?

4. Apa hukum bagi pelaku tindak pidana korupsi ?

5. Bagaimana cara menumbuhkan budaya anti korupsi di masyarakat ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan korupsi

2. Mengetahui bagaimana korupsi jika dilihat dari perspektif islam

3. Mengetahui ragam ragam dari korupsi

4. Mengetahui hukum dari korupsi yang telah ditetapkan di undang undang

5. Memahami dan mengetahui cara menumbuhkan budaya anti korupsi dikalangan


masyarakat terutama generasi muda
PEMBAHASAN

2.1 Korupsi dan Pemberantasannya dalam Pandangan Islam

Istilah korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” yang berarti kerusakan,
kebobrokan atau suatu keadaan dan perbuatan yang busuk. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia korupsi merupakan perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya.

Di dalam Islam ada beberapa istilah mengenai korupsi diantaranya yaitu yang
pertama, tasharruf, yang bermakna menerima, memberi, dan mengambil sesuatu dengan
tujuan untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, atau kelompoknya. Yang kedua yaitu
pengkhianatan terhadap amanat kekuasaan. Yang ketiga yaitu kerugian yang harus
ditanggung, baik oleh seseorang sebagai individu, masyarakat dan/atau negara.

Di dalam Islam terdapat beberapa istilah yang dapat dinisbatkan terhadap kejahatan
korupsi, diantaranya adalah pencurian (sariqah), penggelapan harta (ghulul), perampokan
(hirabah), suap (risywah). Hal ini akan dibahas sebagai berikut :

1. Pencurian (Sariqah)

Abdul Qdir Audah membagi jarimah pencurian menjadi dua macam, yaitu
pencurian ringan(al-sirqatu al shugra) dan pencurian berat (al-sirqatu al-kubra).
Dalam konteks bahasa Indonesia, istilah pencurian berat dikenal dengan sebutan
perampokan. Pencurian memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

● Mengambil barang berupa harta


● Harta dimaksud milik orang lain
● Pengambilan secara sembunyi-sembunyi
● Ada niat melawan hukum

2. Perampokan (Hirabah)

Perampokan (hirabah) disebut juga dengan istilah pencurian berat, yaitu


mengambil barang atau harta milik orang lain dengan jalan kekerasan dan terang-
terangan. Beberapa ulama menyebut bahwa hirabah adalah qath’u at-thariq
(pembegalan jalan). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa unsur
perampokan adalah kekuatan yang dimiliki pelaku, yaitu kekuatan untuk
mengambil barang dengan cara paksa, baik dengan senjata atau tidak.
3. Suap (Risywah)

Secara bahasa kata risywah mengacu pada kata rasya, yarsyu,risywatan,


dengan makna upah, hadiah, pemberian atau komisi. Dalam perkembangannya
risywah juga dipakai dengan makna menerima janji atau memberi janji.

Dalam pidana islam, risywah mencakup kedua pengertian yaitu korupsi


dalam maknanya secara denitif yaitu menyalahgunakan kekuasaan atau jabatan
demi keuntugan pribadi/kelompok memiliki kaitan yang erat dengan risywah.
Sebab seorang pejabat tidak akan melakukan penyimpangan atas amanah yang
diberikannya jika tidak ada pemberian atau janji dari si penyuap.

4. Penggelapan harta (Ghulul)

Secara etimologis, ghulul mengacu pada kata ghalla, yaghullu, ghallan,


ghululan yang berarti berkhianat. Sementara dalam makna terminologi, ghulul
seringkali diartikan sebagai penghianatan atas amanah yang seharusnya dijaga.

Dari sekian banyak perbuatan yang mengarah pada tindak pidana korupsi
dalam konsep hukum Islam, ghulul dapat dikatakan sebagai perbuatan yang
paling identik dengan makna korupsi dalam konteks modern. Sebab ada dua hal
pokok yang selau berkaitan dengan kejahatan korupsi, yaitu penyalahgunaan
wewenang kekuasaan publik dan penyalahgunaan harta publik.

Disamping itu antara ghulul dan korupsi dinilai memiliki beberapa persamaan,
diantaranya :

a. Keduanya sama-sama berniat untuk memperkaya diri

b. Keduanya memiliki dampak merugikan masyarakat dan negara

c. Keduanya terjadi karena adanya penyalahgunaan wewenang kekuasaan

d. Keduanya merupakan perbuatan melawan hukum dan merusak sistem hukum


dan moral masyarakat.
Ciri-ciri korupsi menurut Syed Hussein Alatas yaitu :

1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang

2. Korupsi umumnya melibatkan keserbarahasiaan, kecuali telah begitu merajalela dan


mendalam berurat akar

3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik

4. Mereka yang mempraktekkan cara-cara korupsi biasa menyelubungi perbuatannya


berlindung dibalik pembenaran hukum

5. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-keputusan


yang tegas dan mereka yang mampu mempengaruhi keputusan-keputusan itu.

6. Adanya unsur penipuan dalam setiap tindakan korupsi

7. Adanya penghianatan dalam setiap bentuk korupsi

8. Perilaku korupsi melanggar norma-norma tugas dan dan pertanggungjawaban dalam


tatanan masyarakat

9. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka yang
korup.

Allah SWT berfirman dalam Q.S an-Nisa’ (4) : 29

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.

Korupsi berkaitan erat dengan istilah ghulul yang bermakna “penghianatan atas amanah yang
seharusnya dijaga”. Perbuatan khianat dikatakan ghulul karena seseorang mengambil harta
dan menyembunyikan di dalam harta miliknya. Konsep ghulul memenuhi semua unsur
berikut :

1. Keduanya sama-sama memiliki dampak merugikan orang lain dan kekayaan negara

2. Keduanya sama-sama memiliki niat untuk memperkaya diri


3. Keduanya terjadi karena adanya penyalahgunaan kekuasaan

4. Keduanya merupakan perbuatan melawan hukum dan merusak sistem hukum dan
moral masyarakat

Ø Faktor penyebab korupsi menurut Islam :

B. Soedarso sebagaimana dikutip oleh Jur. Andi Hamzah menyatakan bahwa salah satu
sebab yang sering dihubungkan dengan korupsi adalah gaji aparat yang rendah sementara
kebutuhan terus meningkat. Namun hal tersebut bukan menjadi dasar dan tolak ukur
adanya korupsi. Banyak pejabat yang berkecukupan namun masih melakukannya. Ada
faktor lain yang membuat terjadinya perilaku korupsi tersebut yaitu faktor yaitu
kepentingan pejabat dalam mempertahankan kekuasaannya.

Syed Hussein Alatas berpendapat sebab terjadinya korupsi yaitu :

1. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci

2. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika

3. Kolonialisme

4. Kurangnya Pendidikan

5. Kemiskinan

6. Tiadanya tindak hukuman yang keras

7. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti-korupsi

8. Struktur pemerintah

9. Perubahan radikal

10. Keadilan masyarakat

Ø Sanksi bagi pelaku korupsi menurut Islam


Pada tataran sariqah dan hirabah, sanksi yang diterapkan dalam islam adalah hukuman
hudud, Sedangkan konsep ghulul dan risywah menerapkan sanksi ta’zir.

Landasan hukuman hudud terdapat pada Q.S Al-Maidah (5):38

Artinya : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Sedangkan hukuman had nya hirabah didasarkan pada Q.S Al-Maidah(5): 33

Artinya : “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan


Raul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib,
atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
didunia, dan di akhirat mereka peroleh siksaan yang besar.

Dalam menjatuhkan hukuman ta’zir, hakim diberi kebebasan untuk menentukan jenis
hukuman yang sesuai bagi pelaku korupsi. Namun dengan catatan harus tetap
memperhatikan ketentuan umum mengenai pemberian sanksi dalam hukum Islam yaitu:

1. Hukuman hanya ditimpakan kepada pelaku kejahatan

2. Adanya kesenjangan atau kesalahan fatal

3. Hukuman dijatuhkan jika kejahatan dapat dibuktikan secara meyakinkan


4. Berhati-hati dalam menentukan hukuman jika masih ada keraguan dan bukti yang
tidak memadai

· Jenis hukuman ta’zir :

1. Denda dua kali lipat dari harta yang dikorupsi beserta hukuman fisik.

Rasulullah SAW pernah bersabda; “siapa saja yang mengambil barang orang lain
(pen,korupsi), maka dia harus mengganti dua kali lipat dari nilai barang yang telah
dia ambil dan dia harus diberi hukuman” (HR. Al-Nisa’i, kitab sariq, No.4872)

2. Pengasingan

Tidak hanya ditempatkan pada suatu tempat terpencil yang jauh dari keramaian
namun juga bisa dijauhkan dari pergaulan sosial, seperti pengucilan. Hal ini pernah
dilakukan Nabi yang memberi hukuman kepada tiga orang sahabat yaitu Ka’ab bin
Malik, Murarah bin Rabiah al-Amiri dan Hilal bin Umayyah al-Waqifi, yang
enggan untuk ikut dalam perang tabuk berupa hukuman pengucilan dengan
mendiamkan mereka selama lima puuh hari.

3. Hukuman penjara

Ditempatkan disebuah lapas khusus dalam jangka waktu tertentu dan aturan-aturan
tertentu serta membatasi kebebasannya

4. Hukuman mati

Hal ini bisa dilakukan apabila korupsi dilakukan secara berulang-ulang atau saat
negara sedang krisis, atau korupsi anggaran kesehatan dan pendidikan. Untuk
kadarnya (nishab) dapat mempertimbangkan metodoli qiyas dalam kasus hukuman
qishash dimana seseorang dapat terhindar dari hukuman qishash jika ada pemaafan
dan membayar denda berupa seratus ekor unta. Dengan demikian, koruptor yang
menggelapkan uang rakyat seharga seratus ekor unta sudah dapat dikenakan
hukuman mati

5. Pemecatan dari jabatan


6. Pencabutan hak politik

Ø Sanksi akhirat bagi pelaku korupsi

1. Harta korupsi dapat menghalangi seseorang masuk surga. Rasulullah bersabda : “Tidak
akan masuk surga, daging yang tumbuh dari harta haram (as-suht)”. (HR.Al-Darimi)

2. Harta korupsi menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka. Hal ini didasarkan pada sabda
Nabi yang menyatakan bahwa “Tiap daging yang ditumbuhkan oleh al-suht, maka neraka
lebih pantar baginya. Dinytakan :wahai Raulullah, apa suht itu? Rasulullah menjawab :
risywah dalam hukum”. (HR.Al-Bukhari)

3. Harta korupsi akan menjadi beban yang berat bagi pelakunya di hari kiamat. Rasulullah
bersabda : “.... demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada dalam genggamannya, tidak
seorangpun dari kamu yang mengambil sebagian dari hadiah itu, kecuali pada hari kiamat dia
akan memikul di lehernya seekor unta yang mengeluh atau sapi yang menguak atau kambing
yang mengembik. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kami dapat warna
putih ketiaknya. Lalu beliau bersabda : Ya Allah, bukanlah (peringatan itu) telah aku
sampaikan. Beliau mengulangi dua kali” (HR.Muslim)”

Ø Strategi pemberantasan korupsi dalam Islam

1. Dengan menerapkan hukum pidana

2. Dengan pencegahan tanpa pidana

3. Dengan memenuhi pandangan masyarakat tentang kejahatan dan pemidanaan


melalui media masa

B. Pengertian, Ragam, dan Hukum Korupsi

· Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari kata “corruptus” yang bisa diartikan sebagai perubahan tingkah
laku dari yang baik menjadi buruk. Hal ini biasa di definisikan juga sebagai rusak atau
rontok. Kemudian dikenal istilah corrupt (Inggris), corruption (Prancis), dan corruptir
atau korruptie (Belanda), yang secara etimologis bermakna kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral dan penyimpangan dari
kesucian. Sementara, menurut hukum korupsi merupakan suatu kegiatanyang dilakukan
untuk member keuntungan yang tidak sesuai dengan tugas resmi atau tugas yang
memang benar benar diberikan atau tidak sesuai dengan hak orang lain. Sedangkan
menurut Baharuddin Lopa mengartikan korupsi sebagai suatu tindak pidana yang
berhubungan dengan penyuapan., manipulasi, dan perbuatan lainnya sebagai perbuatan
melawan hukum yang merugikan perekonomian Negara, serta merugikan kesejahteraan
dan kepentingan umum.

Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UU No. 21 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi telah menyebutkan bahwa orang orang yang da[at dikenakan pidana
korupsi adalah “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian Negara.” Dengan kata lain darp pasal diatas
diberitahukan bahwa seseorang yang memiliki maksud atau tujuan untuk memperkaya
diri sendiri ataupun orang lain dengan suatu cara yang dapat merugikan perekonomian
Negara disebut dengan korupsi.

Kejahatan korupsi sendiri merupakan suatu kejahatan luar biasa yang juga harus di
tangani dengan luar biasa. Penagangan ini dapat berupa pengadilan khusus, dengan
hakim yang dilatih khususndan dengan hukuman atau pidana yang lebih berat lagi
daripada tindak pidana lain. Korupsi ii juga merupakan suatu penyakit masyarakat yang
akan menghancurkan suatu Negara apabila tidak segera dibendung. Korupsi ini banyak
melibatkan orang orang yang seharusnya menjadi panutan masyarakat (tokoh
masyarakat) karena mereka merupakanorang dari golongan terpelajar dan bahkan
berpengetahuan, disumpah menurut agama dan kepercayaannya sebelum emamngku
suatu jabatan. Korupsi ini jika diteruskan maka akan melahirkan krisis kepercayaan,
sikap putus asa, kehilangan kepemimpinan public, dan lain lain.

· Ragam Dan Hukum Korupsi

Dalam pasal UU 31/1999 dan perubhannya dijelaskan jenis jenis tindak pidana korupsi
baik korupsi yang terkait dengan menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. Jeni jenis
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Merugikan Keuangan Negara

Maksud dari merugikan keuangan Negara adalah suatu perbuartan yang dilakukan oleh
seseorang seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan penyelenggara Negara yang
melawan hukum dimana mereka menyalahgunakan kewenangan yang telah diberikan
karena jabatan atau kedudukan mereka engan melakukan tindak pidana korupsi.
Korupsi pada model ini diatur dalam Pasal 2 dan UU 31/1999.

2. Suap Menyuap

Suap menyuap adalah suatu tindakan member atau menjanjikan sesuatu kepada
penyelenggara Negara dengan maksud agar urusannya lebih cepat, walaupun hal
tersebut melanggar prosedur yang berlaku. Suap menyuap ini dapat terjadi antar
pegawai yang dimaksudkan untuk memudahkan dalam kenaikan jabatan, sementara
suap menyuap yang dilakukan ketika pihak swasta memberikan suap kepada pegawai
pemerintah agar dimenangkan dalam proses tender.

Korupsi dalam jenis ini telah diatur dalam beberapa pasal UU 31/1999 dan
perubahannya, antara lain :

· Pasal 5 UU 20/2021

· Pasal 6 UU 20/2021

· Pasal 11 UU 20/2021

· Pasal 12 huruf a, b, c, dan d UU 20/2021;

· Pasal 13 UU 31/1999

3. Penggelapan dalam Jabatan

Adalah segala tindakan dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga,
melakukan pemalsuan pada buku atau daftar khusus yang berkaitan dengan
administrasi, mengahncurkan barang bukti suap untuk melindungi kegiatan suap
menyuap, dan hal hal lain yang memang menyimpang dari segala ketentuan yang
berlaku.

Menurut R. Soesilo, penggelapan sama dengna pencurian. Yang menjadi perbedaan


adalah ketika dalam pencurian barang yang dimiliki belum di tangan pencuri.
Sedangkan dalam penggelapan, barang sudah berada di tangan pencuri pada saat
dimilikinya barang tersebut. Ketentuan terkait penggelapan dalam jabatan diatur dalam
pasal 8 UU 20/2001 yang memiliki unsur unsure berikut

a. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan dalam
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerur atau untuk sementara waktu

b. Dengan sengaja

c. Menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau menggelapkan atau


membantu dalam melakukan perbuatan itu

d. Uang atau surat berharga

e. Yang disimpan karena jabatannya

4. Pemerasan

Adalah suatu perbuatan dimana petugas layanan secara aktif menawarkan jasa dan
meminta imbalan kpada pengguna jasa walaupun melanggar prosedur yang berlaku.
Pemerasan ini dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan memaksa seseorang untuk
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima bayaran dengan potongan atau untuk
mengerjakan sesuatu sesuai bagi dirinya. Pemerasan ini telah diatur dalam pasal 12
huruf (e), (g), dan (h) UU 20/2001.

5. Perbuatan Curang

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU 20/2001 dijelaskan contoh peruatan curang yang akan
dikenakan tindak pidana, antara lain:

a. Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan melakukan perbuatan
curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan
Negara dalam keadaan perang

b. Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan


bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang diatas,

c. Setiap orang yang ada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan atau
kepolisian melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan
Negara dalam keadaan perang; atau

d. Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI dan atau
kepolisia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang diatas.
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

Hal tersebut telah dijelaskan dalam Pasal 12 huruf (i) UU 20/2001 adalah ketika
pegawai negeri atau penyelenggara Negara secara langsung ataupun tidak, dengan
sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan padal ia ditugaskan
untuk mengurus atau mengawasinya.

7. Gratifikasi

Pada Pasal 12B ayat (1) UU 20/2001, setiap gartifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara Negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Apabila penerima
melaporkan gratifikasi kepada KPK paling lambat 30 hari kerja sejak tanggal gratifikasi
diterima maka sanksi atau ancaman yang ditentukan tidak berlaku.

Dari berbagai macam jenis jenis korupsi yang telah disebutkan sesuai dengan UU yang
telah ditetapkan diatas, terdapat ketentuan tentang hukum bagi orang yang melakukan
tindak pidana korupsi sesuai dengan KUHP baru pada Pasal 603-606 tindak podana
korupsi dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat dua tahun dan paling lama 20 tahun penjara.

Sementara untuk tindak pidana korupsi pada jenis Perbuatan Curang sesuai dengan
Pasal 7 ayat (1) UU 20/2001 bahwa seseorang yang melakukan perbuatan curang
diancam pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama tahun dan/atau pidana
denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp350 juta. Dan sanksi pidana
untuk Gratifikasi adalah pidana penjara seumur hidup atau paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun, dan pidana dend paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak 1
milyar.

Ø Karakteristik dan sifat korupsi :


1. Bersifat fleksibel

Fleksibel artinya terkadang terbuka terkadang tertutup. Korupsi menjadi terbuka


apabila telah mengakar/membudaya. Sedangkan tertutup apabila bersifat rahasia
ketika belum membudaya.

2. Korupsi melibatkan banyak pihak

Penyuap akan senantiasa menggoda para pejabat terkait untuk mewujudkan


keinginannya.

3. Korupsi senantiasa merusak sistem

Contohnya dalam pembuatan SIM, seseorang ingin secara cepat memiliki SIM.
Seseorang yang ingin secara cepat dan menghindari proses yang panjang dan bertele-
tele yang pada akhirnya membuat petugas bersedia melakukan apa saja. Proses
percepatan pembuatan SIM ini yang merusak sistem yang berlaku.

4. Korupsi menciptakan ketidakadilan

Adanya perlakuan tidak sama dalam proses penegakan hukum adalah salah satu bukti
ketidakadilan. Salah satu contoh ketidakadilan adalah perlakuan di dalam penjara
yang dibedakan oleh petugas penjaga.

5. Korupsi membodohi rakyat.

Biaya politik di Indonesia luar biasa mahal. Ongkos politik ini merupakan umpan
untuk mengambil suara rakyat. Ketika suara itu telah diperoleh dan jabatan telah
riraih, maka ia akan sangat berpotensi untuk mengembalikan kekayaannya dengan
menjarah uang rakyat dalam kedudukannya sebagai pejabat negara.

6. Korupsi mengandung kecurangan

Hal ini terlihat dari adanya kebijakan-kebijakan yang tidak prorakyat. Misalnya
pembukaan lahan industri yang berpotensi merusak lingkungan hidup. Maraknya
industri tambang yang abai akan kewajibannya untuk memulihkan kondisi lingkungan
di sekitar tambang adalah bukti nyata terjadinyapersekongkolan antara penyelenggara
negara dengan pemilik modal.
7. Korupsi merupakan penghianatan publik

Janji-janji yang akan diberikan kepada masyarakat seringkali diingkari ketika mereka
telah memegang kekuasaan

8. Korupsi dapat menghancurkan nilai-nilai kebaikan

Orang yang baik yang hidup dalam lingkungan perkorupsian akan mendapatkan
negatif pula dari kegiatan tersebut. Jika tidak, ia bisa saha hanya diam menyaksikan
lingungannya yang marak akan korupsi tanpa dapat berbuat sesuatu untuk
membersihan linggkungan yang kotor karena perbuatan tersebut.

9. Korupsi menghalalkan segala macam cara

Korupsi selalu menghalalkan berbagai macam cara untuk melemahkan penegakan


hukum oleh lembaga antikorupsi.

C. Motif dan penyebab korupsi

Motif adalah sesuatu yang menggambarkan latar belakang atau sebab-sebab yang
menerangkan terjadinya tindakan korupsi.

Motif pada dasarnya itu tidak dapat diukur secara langsung dengan mengamati tindakan-
tindakan seseorang, akan tetapi motif itu dapat disimpulkan dari penghimpunan atau
akumulasi dari perilaku yang ditunjukkan oleh orang tersebut. Setiap tindakan pasti di
dasari oleh tujuan- tujuan tertentu yang melandasi tindakan tersebut.

Motif yang mendasari segala tindakan dalam istilah Marx Weber disebut dengan in order
to motive (motiv tujuan), sedangkan dalam kajian Alferd Schultz disebut dengan because
motive (motif penyebab). Motif tersebut selalu melibatkan kesadaran yang pada akhirnya
menghasilkan tindakan,sehingga dikenal first type of movie yang berkaitan dengan in
order to movie dan second type of movie yang berkaitan dengan because movie. Because
movie selalu berkaitan langsung dengan penyebab pada saat tindakan dilakukan,
sedangkan in order to movie adalah proyeksi yang di hasilkan pada saat tindakan selesai
dilakukan.
Dalam kaitannya dengan ayat ayat yang disebutkan memiliki makna yang sama dengan
korupsi, terdapat dua motif yang berbeda yang disebutkan al- quran untuk menunjukkan
ketentuan- ketentuan tersebut. Term al –ghulul dan al-hurabah di sebutkan dalam konteks
yang berhubungan dengan harta benda dan berhubungan langsung dengan hak milik orang
lain.
Al-Ghulul dalam Q.S Ali Imran (3): 161, berkenaan dengan peristiwa hilangnya selendang
sutra merah yang merupakan hasil dari rampasan perang (ghanimah) uhud. Beberapa
kalangan kemudian menuduh Nabi sebagai orang yang bertanggung jawab atas kehilangan
tersebut. Nabi yang berposisi sebagai pemimpin kaum memiliki tanggung jawab atas
segala harta yang didapatkan umat islam pada waktu itu.

Muhammad Mutawalli al-Sha’rawi memiliki pandangan bebeda dalam memahami


penyebab turunnya ayat tersebut. Menurutnya, para pemanah yang ikut dalam perang uhud
khawatir ghanimah dalam perang tersebut tidak di bagikan, sehingga mereka berlomba
lomba untuk mendapatkan harta tersebut. Mereka juga menganggap bahwa aturan yang
diterapkan Nabi dalam perang badar berlaku juga dalamm perang uhud. Nabi memberikan
aturan dalam hal rampasan perang badar, bagi yang berhasiil membunuh, maka harta yang
dimiliki orang yang terbunuh menjadi hak yang membunuh. Penyebab tutunnya ayat
tersebut ditujukan bagi orang-orang yang serakah dalam permasalahan harta, sehingga
penghianatan atas tanggung jawab dapat disebabkan karena ada unsur keserakahan.
Keserakahan dalam ayat tersebut menjadi penyebab langsung (because motive) dari
perbuatan ghulul.

Menurut al-Sha’rawi, ayat ini juga menjadi indikasi kuat bahwa potensi untuk melakukan
korupsi dapat dilakukan oleh semua orang kecuali Nabi. Seseorang akan memiliki
kecenderungan untuk melakukan penghianatan terhadap apa yang telah diamanahkan
kepadanya, terlebihyang di amanatkan adalah harta. Al-Sha,rawi mengutip satu peristiwa
yang terjadi di masa khalifah Umar bin Khattab. Pada masa itu, terdapat utusan dari kisra
yang mengadukan satu perkara ke umar. Umar kemudian menyangka bahwa perkara yang
akan diadukan terkait dengan penghianatan.

Motif yang hampir sama dapat ditemukan dalam penggunaan term (ketentuan) al-hurabah
dalam Q.S al-maidah(5):33. Al hurabah didasari oleh motif untuk memiliki harta orang
lain yang pada dasarnya tidak ada permusuhan terhadap orang yang dirampas hartanya.
Perampasan yang terkandung dalam makna kata ini, berbeda dengan term (ketentuan) al-
sariqah. Al-sariq dalam Q.S Al- maidah(5):38, mengandung pengertian tindakan yang
dilakukan secara samar dan tersembunyi untuk mengambil barang berharga milik orang
lain yang disimpan oleh pemiliknya pada tempat yang wajar, dan orang yang mencuri
tidak diizinkan masuk ke dalam tempat tersebut, sehingga al-sariqah tidak masuk dalam
pengertian korupsi yang status hartanya merupakan amanah. Sedangkan al-harabah adalah
perampasan harta milik orang lain yang dilakukan secara terbuka dengan harta yang telah
diamanahi untuk dikelola.
Dalam kronologi turunnya, sebagaimana penjelasan sebelumnya, terdapat motif lain yang
ditemukan dalam perilaku suku al-urainiyyin selain untuk masuk islam. Ia menginginkan
hadiah yang pada dasarnya hanya diamanahkan kepada mereka untuk diambil
kemanfaatannya. Keinginan untuk mengambil barang tersebut kemudian menyebabkan
mereka membunuh pengembala, sehingga unta yang dititipkan menjadi hak milik penuh
suku ukal dan ‘uraynah. Motif semacam ini juga dapat ditemukan dalam perilaku korupsi.

Adanya motif yangberhubungan langsung dengan tindakan korupsi menyebabkan korupsi


sebagai salah satu tindakan yang bersifat sistemik. Hal ini berarti, terdapat system yang
memungkinkan untuk melahirkan tindakan ini. Untuk mencegahnya. Al-qur’an
mengisyaratkan penyebutan ancaman terhadap para pelakunya. Hal ini dimaksudkan agar
dengan mengetahui akibat dari perbuatan, seseorang akan dituntut untuk memikirkan
kembali dalam melakukan tindakan tersebut. Begitu juga dengan term (ketentuan) al-suht
yang terdapat indikasi kecurangan dalam hal penimbangan. Jika makna term ini
terkandung dalam Q.S al-mutaffifin (83): 1-3, dipahami dalam konteks sekarang, maka
pengurangan atas timbangan terjadi pada perilaku pemotongan terhadap bantuan ataupun
pelaksanaan program. Kebiasaan ini di pengaruhi oleh keinginan untuk mendapatkan
bagian atas harta yang seharusnya menjadi milik orang lain.

Berbeda dengan penggunaan istilah al-idla’ dalam Q.S al-baqarah (2):188. Al-idla’ dalam
ayat tersebut mengandung tindakan proyektif yang akan dihasilkan setelah tindakan
tersebut selesai dilakukan, sehingga motif yang dituju adalah in order to motive . tujuan
yang diharapkan dengan adanya penyogokan adalah untuk menguasai hak milik orang lain
melalui hakim.
Perilaku korupsi dengan penyogokan dilakukan untuk meloloskan aturan tertentu yang
dapat mendorong motif pengambilan harta milik orang lain dianggap sah.
Penyebutan term (ketentuan) al-ghulul, al-hirabah, dan suht dalam al-quran didorong
secara langsung oleh satu peristiwa yang mempengaruhi tindakan tersebut. dalam konteks
peperangan badar dalam Q.S Ali Imran (3):161, memberikan pengaruh terhadap persepsi
para pemanah yang dituju oleh ayat tersebut. begitu juga, dalam konteks korupsi, perilaku
yang ditunjukkan oleh pengalaman masa lalu dari birokrasi dapat mendorong generasi
setelahnya melakukan tindakan korupsi. Pengetahuan terhadap perilaku masa lalu
memberikan sumber pengetahuan bagi orang yang hidup di masa setelahnya untuk
melakukan hal yang sama.

Sedangkan dalam konteks Q.S al-baqarah (2):188, term (ketentuan) al-idla’ menunjuk
pada motif jangka panjang yang diinginkan oleh pelaku untuk terealisasi. Dalam ayat
tersebut ditunjukkan untuk mendapatkan harta orang lain dengan melakukan tindakan
untuk mencapai keinginan yang sudah diproyeksikan. Keinginan ini melibatkan maksud,
rencana, antisipasi, dan prediksi. Harapan ini terikat erat dengan keinginan pelaku untuk
merealisasikan maksud dan tujuan yang diinginkan. Motif ini yang menjadi penyebab dari
tindakan korupsi yang massif dan tersistem.

Penyebab terjadinya korupsi antara lain:


1. Gaji yang rendah atau tidak memadai. Hal ini diperkuat dengan pendapat palmier
yang berhasil mengidentifikasi bahwa rendahnya gaji pegawai merupakan penyebab
penting terjadinya praktik korupsi.
Rendahnya tingkat gaji yang menyebabkan terjadinya praktik korupsi terlihat dari kasus
yang terjadi di Mongolia, dimana banyak dijumpai pegawai negeri dan pemimpin
politik melakukan korupsi. Hal ini ditunjukkan melalui data mengenai jumlah
pendapatan yang diterima, seperti pendapatan bulanan presiden sebesar 71 us dollar
pada tahun 1998 menjadi 761 us dollar pada tahun 2010, namun jumlah tersebut masih
jauh di bawah standar gaji internasional seorang presiden. Gaji yang diterima oleh
pegawai public dii Mongolia merupakan gaji di bawah standar internasional yang
bahkan tidak mampu untuk memenuhi kenaikan biaya hidup di Mongolia.

2. Penyebab korupsi yang kedua adalah adanya kesempatan untuk melakukan korupsi
dan red tape. Korupsi dalam hal ini berkaitan dengan sector administrasi public yang
didalamnya terdapat boroksasi yang cenderung korup dikarenakan adanya system
administrasi yang kurang bijaksana sehingga menciptakan regulasi terhadap akses
barang dan jasa seringkali dieksploitasi bagi kepentingan individu maupun kelompok
melalui rent-seeking
Di Indonesia, kajian yang dilakukan oleh Donald P.Warwick menemukan hal menarik
yang dilekatkan kepada pegawai negeri sipil (PNS) yang dibagi kedalam lembaga
“basah” dan lembaga “kering”. Yang dimaksud sebagai lembaga “basah” ialah agensi-
agensi pemerintahan yang memiliki peluang terkorup karena besarnya peluang terjadi
korupsi dalam agensi tersebut seperti di sector pajak, imigrasi, pendapatan internal, dan
kepolisian. Sedangkan yang dimaksud lembaga “kering” meliputi agensi-agensi
pemerintahan yang intensitas interaksi dengan public cenderung sedikit yaitu seperti di
sector penelitian dan departemen administrasi.

3. Penyebab ketiga terjadinya korupsi ialah rendahnya risiko pendeteksian dan


hukuman bagi mereka yang melakukan korupsi. Hal ini terjadi karena sebagian besar
Negara-negara asia menganggap bahwa korupsi adalah perbuatan yang illegal namun
berbandng terbalik dengan sikap mereka terhadap praktik korupsi yang terkesan
dibiarkan melalui regulasi hukuman yang cenderung tidak sesuai dengan perbuatan
korupsi yang menyebabkan kerugian besar pada keuangan Negara.

4. Penyebab korupsi selanjutnya di Negara-negara asia ialah karena factor kebudayaan


orang asia yang cenderung melihat korupsi sebagai sebuah kebudayaan yang dianggap
wajar terjadi. Di Thailand, pemberian hadiah kepada pegawai public tidak dianggap
sebagai korupsi melainkan dikenal dengan istilah sin nam jai atau pemberian hadiah
sebagai niat baik,selain itu masyarakat thai juga mengklaim bahwa selama tidak
menyakiti orang lain itu bukanlah bentuk dari praktik korupsi sehingga penerimaan
masyarakat Thai terhadap toleransi dalam pemberian hadiah yang sebenarnya termasuk
kategori korupsi menjadikan praktik korupsi di kalangan pegawai public, pemimpin
militer, dan politisi merupakan hal yang wajar.
5. Penyebab terakhir terjadinya korupsi ialah kurangnya niat politik yang baik untuk
membatasi terjadinya praktik korupsi. Dalam mengurangi tingkat korupsi sebuah
Negara maka komitmen pemerintah terhadap pemberatasan korupsi harus serius baik
melalui pembentukan lembaga antikorupsi maupun melalui regulasi yang berat
terhadap pelaku korupsi.

D. Bahaya korupsi bagi kehidupan

1. Dampak korupsi di bidang ekonomi


Korupsi berdampak buruk pada perekonomian sebuah Negara. Salah satunya
pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat dari multiplier effect rendahnya tingkat
investasi. Hal ini terjadi akibat investor enggan masuk ke Negara dengan tingkat
korupsi yang tinggi. Ada banyak cara orang untuk tahu tingkat korupsi sebuah
Negara. Salah satunya lewat indeks persepsi korupsi (IPK).

Korupsi juga menambah beban dalam transaksi ekonomi dan menciptakan system
kelembagaan yang buruk. Adanya suap dan pungli dalam sebuah perekonomian
menyebabkan biaya transaksi ekonomi menjadi semakin tinggi. Hal ini menyebabkan
inefisiensi dalam perekonomian.

Melambatnya perekonomian membuat kesenjangan social semakin lebar. Orang kaya


dengan kekuasaan, mampu melakukan suap, akan semakin kaya. Sementara orang
miskin akan semakin terpuruk dalam kemelaratan.

Tindakan korupsi juga mampu memindahkan sumber daya public ke tangan para
koruptor, akibatnya uang pembelanjaan pemerintah menjadi lebih sedikit. Ujung-
ujungnya rakyat miskin tidak akan mendapatkan kehidupan yang layak, pendidikan
yang baik, atau fasilitas kesehatan yang mencukupi.

2. Dampak korupsi dibidang kesehatan.


Di masa pandemic COVID-19 seperti sekarang, korupsi di bidang kesehatan akan
semakin terasa dampaknya. Korupsi proyek den anggaran kesehatan kerap terjadi
diantara pejabat pemerintah, bahkan menteri. Sudah dua mantan menteri kesehatan
Indonesia ditahan karena korupsi, yaitu Achmad Suyudi dan Siti Fadilah Supari.

Menurut catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), korupsi jadi biang keladi
buruknya pelayanan kesehatan , dua masalah utama adalah peralatan yang tidak
memadai dan kekurangan obat. Korupsi juga membuat masyarakat sulit mengakses
pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Dampak dari korupsi bidang kesehatan adalah secara langsung mengancam nyawa
masyarakat. ICW mencatat, pengadaan alat kesehatan dan obat merupakan dua sector
paling rawan korupsi. Perangkat medis yang dibeli dalam proses korupsi berkualitas
buruk, pelayanan purnajualnya juga jelek, serta tidak presisi. Begitu juga dengan obat
yang pembeliannya mengandung unsur korupsi, pasti keampuhannya dipertanyakan.

3. Dampak korupsi terhadap pembangunan


Salah satu sector yang paling banyak dikorupsi adalah pembangunan dan
infrastruktur. Salah satu modus korupsi di sector ini, menurut Studi World Bank,
adalah mark up yang sangat tinggi mencapai 40 persen. KPK mencatat, dalam sebuah
kasus korupsi infrastruktur, dari nilai kontrak 100 persen, ternyata nilai riil
infrastruktur hanya tinggal 50 persen, karena sisanya dibagi-bagi dalam proyek
bancakan para koruptor.

Dampak dari korupsi ini tentu saja kualitas bangunan yang buruk sehingga dapat
mengancam keselamatan public. Proyek infrastruktur yang sarat korupsi juga tidak
akan bertahan lama, cepat rusak, sehingga harus dibuka proyek baru yang sama untuk
dikorupsi lagi.

Kpk mencatat, korupsi di sector ini terjadi dari tahapan perencanaan, proses
pengadaan, hingga pelaksanaan. Ditahap perencanaan, koruptor sudah mencari celah
terkait kepastian anggaran, free proyek, atau cara mengatur pemenang tender. Pada
pelaksanaan, terjadi manipulasi laporan pekerjaan atau pekerjaan fiktif, menggerogoti
uang Negara.

4. Korupsi meningkatkan kemiskinan

Kemiskinan berdasarkan klasifikasi Badan Pusat Statistik dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Kemiskinan absolut
Warga dengan pendapatan dibawah garis kemiskinan atau tidak cukup memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan bekerja dengan layak.
b. Kemiskinan relative
Merupakan kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan yang dapat
menyebabkan ketimpangan pendapatan. Standar kemiskinan relative ditentukan
dan diterapkan secara subyektif oleh masyarakat.
c. Kemiskinan kultural
Merupakann kemiskinan yang disebabkan oleh factor adat atau budaya yang
membelenggu sehingga tetap berada dalamm kondisi miskin.
d. Kemiskinan structural
Merupakan kemiskinan yang terjadi akibat ketidakberdayaan seseorang atau
kelompok masyarakat tertentu terhadap system yang tidak adil sehingga mereka
tetap terjebak dalam kemiskinan.

Korupsi yang berdampak pada perekonomian menyumbang banyak untuk


meningkatnya kemiskinan masyarakat di sebuah Negara. Sementara dampak
korupsi terhadap ketimpangan pendapatan memunculkan kemiskinan relative

Alur korupsi yang terus menerus akan semakin memunculkan kemiskinan


masyarakat. Korupsi akan membuat masyarakat miskin menderita, dengan
mahalnya harga pelayanan public dan kesehatan. Pendidikan yang buruk akibat
korupsi juga tidak akan mampu membawa masyarakay miskin lepas dari jerat
korupsi.

5. Dampak korupsi terhadap budaya


Korupsi juga berdampak buruk terhadap budaya dan norma masyarakat. Ketika
korupsi telah menjadi kebiasaan, maka masyarakat akan menganggapnya sebagai hal
lumrah dan bukan sesuatu yang berbahaya. Hal ini akan membuat korupsi mengakar
ditengah masyarakatsehingga menjadi norma dan budaya.

Beberapa dampak korupsi terhadap budaya pernah diteliti oleh Fisman dan Miguel
(2008), Barr dan Serra (2010). Hasil penelitian fisman dan Miguel tingkat korupsi
tinggi cenderung lebih banyak melakukan pelanggaran parker dibanding diplomat
dari Negara dengan tingkat korupsi rendah. Perilaku ini dianggap sebagai indikasi
budaya.
Sementara hasil penelitian Barr dan Serra (2010) menunjukkan bahwa data di
inggris memberikan hasil serupa yaitu adanya hubungan positif antara tingkat
korupsi di Negara asal dengan kecenderungan para imigran melakukan penyogokan.
Ketika masyarakat permisif terhadap korupsi, maka semakin banyak individu yang
melanggar norma antikorupsi atau melakukan korupsi dan semakin rendah rasa
bersalah.

E. Menumbuhkembangkan Budaya Anti Korupsi

Mayoritas rakyat Indonesia sudah paham dan sudah mengetahui hampir semua jenis
jenis korupsi, suap, pemerasan, pajak, dll bahwa semua hal tersebut merupakan suatu
kegiatan yang melawan hukum dan bukan digolongkan dengan suatu perbuatan yang
wajar. Permasalahan seperti korupsi yang saat ini memang banyak terjadi apalagi pada
kalangan orang yang tergolong membawa sebuah kepercayaan Negara memang menjadi
suatu permasalahan menta baik dari segi nilai agama dan nilai nilai moral. Banyak dari
nilai nilai agama dan nilai nilai moral yang memang sudah diberlakukan sejak dahulu itu
terabaikan dan lebih dipenuhi oleh masalah masalah yang memang materialistic. Ketika
hal tersebut terus menerus terjadi dalam suatu lingkungan pemerintah, maka yang akan
terjadi selanjutnya adalah kehancuran dalam sebuah Negara.
Kasus kasus yang memang dapat merusak Negara jika terlalu lama dibiarkan salah
satunya adalah kasus korupsi. Kasus korupsi ini menjadi sorotan masyarakat, karena
semakin lama semakin banyak juga orang yang tertarik melakukan tindakan yang
melawan hukum ini. Bahkan tidak jarang ditemukan para pejabat Negara, dimana mereka
merupakan orang orang yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap Negara dan
mereka telah bersumpah terhadap Negara tetapi mereka justru mengingkari dan melakukan
korupsi semata mata hanya untuk kesenanangan pribadinya. Karena kekhawatiran
terhadap bangsa Negara nya inilah banyak juga elemen masyarakat yang merasa peduli
terhadap bangsanya dan mencoba untuk mencari solusi nya.

Solusi yang ditemukan salah satunya adalah melalui dunia pendidikan. Dunia
pendidikan ini merupakan suatu pilar penting dalam pemangunan manusia. Maka untuk
menumbuh kembangkan budaya anti korupsi pada generasi generasi muda ini dalam dunia
pendidikan sudah memaskka pendidikan anti korupsi di kurikulum SMP. Dan pendidikan
harus bisa menjadi instrument masyarakat agar kelakuan kelakuan menyimpang seperti
korupsi ini bias disingkirkan. Sebagai salah satu instrument yang dapat dilakukan adalah
pendidikan sebagai empowerment dan transformation

F. Studi kasus korupsi BPJS kesehatan pada canal youtube CNN Indonesia.com

Dua wanita yang salah satunya merupakan oknum dokter yang menjabat kepala UPT
rumah sakit umum daerah Lembang, diringkus petugas direktorat reserse kriminal khusus
polda Jawa Barat. Kedua wanita tersebut ditangkap setelah menyalahgunakan dana klaim
BPJS kesehatan di rumah sakit umum daerah Lembang Kabupaten Bandung Barat, sebesar
Rp 11,4 milyar.

Analisis kasus korupsi BPJS kesehatan

Transkip Vidio “Oknum Dokter Korupsi Dana BPJS Kesehatan”

presenter :
sementara itu 2 wanita yang salah satunya merupakan tokoh penemu dokter yang menjabat
diringkus petugas Direktorat reserse kriminal khusus Polda Jawa Barat kedua wanita
tersebut ditangkap setelah menyalahgunakan dana klaim BPJS Kesehatan di rumah sakit
umum daerah Lembang Kabupaten Bandung Barat besar 11,4 miliar rupiah

Voice Over:
Inilah dokter Eva dan m/s sesaat setelah diringkus petugas Direktorat reserse kriminal
khusus Polda Jawa Barat kedua wanita yang merupakan mantan kepala dan daerah
Lembang Kabupaten Bandung Barat tersebut ditangkap setelah sebelumnya terbukti
melakukan penyelewengan anggaran BPJS Kesehatan kedua pelaku melakukan aksinya
sejak 2017-2018. dana klaim BPJS Kesehatan yang dikeluarkan ke wanita ini mencapai
11,4 miliar rupiah, uang tersebut digunakan untuk membeli perabotan rumah tangga
belasan tas bermerek bernilai ratusan juta rupiah serta sebidang tanah dan sebuah rumah
mewah di kawasan Paal Lima Kota Baru Jambi.

selain diberhentikan dengan tidak hormat pencatatannya sebagai kepala dan bendahara
RSUD Lembang 10 pelaku juga diatur dengan pasal tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara dibangun Bandung Jawa
Barat

Penjelasan Vidio “Oknum Dokter Korupsi Dana BPJS Kesehatan”

Kecurangan (fraud) dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan


Berdasarkan pasal 1 angka 24 peraturan presiden nomor 82 tahun 2018 tentang jaminan
kesehatan kecurangan adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan
keuntungan finansial dari program jaminan kesehatan dalam system jaminan social
nasional melalui perbuatan curang yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Kecurangan (fraud) berdasarkan pasal 92 peraturan presiden nomor 82 tahun 2018 tentang
jaminan kesehatan, dapat dilakukan oleh:
1. Peserta
2. Bpjs kesehatan
3. Fasilitas kesehatan atau pemberi pelayanan kesehatan
4. Penyedia obat dan alat kesehatan
5. Pemangku kepentingan lainnya

Penanganan kecurangan (fraud) dalam program jaminan kesehatan


Berdasarkan pasal 6 peraturan menteri kesehatan nomor 16 tahun 2019 tentang
pencegahan dan penanganan kecurangan serta pengenaan sanksi administrasi terhadap
kecurangan dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan bahwa dalam rangka
pengawasan, menteri, kepala dinas kesehatan provinsi, kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dapat memberikan sanksi administratif bagi setiap orang atau korporasi
sebagaimana tersebut diatas yang melakukan kecurangan.

Adapun menteri yang di maksud adalah menteri yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang kesehatan.

Sanksi administratif berupa:


1. Teguran lisan
2. Teguran tertulis dan atau
3. Perintah pengembalian kerugian akibat kecurangan (fraud) kepada pihak yang
dirugikan

Komentar dalam Video “Oknum Dokter Korupsi Dana BPJS Kesehatan”

NO NAMA AKUN KOMENTAR

1 @Mom’s Debby Hafidz sita rumah, habisin kekayaan, jual kembali


untuk membayar ganti rugi yang telah
mereka ambil
astaghfirullahaladziim buu… bu…
perbuatan mu tak senonoh dengan
pakaian mu, kasihan mereka yang bayar
BPJS karena pengen sehat kalian yang
enak enak berpoya-poya 😭😭😭

2 @Muhammad Iranto profesi apapun yang kita miliki harus di


topang dengan kejujuran… Allah SWT
melihat hambanya dari taqwa nya…

3 @Mukhammad Muhyiddin pengen nangis rasanya, kenapa banyak


orang yg g bersyukur😭

4 @Duni Aplod09 jangan hanya bandar narkoba yang


dihukum mati pelaku korupsi jg hrus
dihukum mati karena selain merugikan
negara ia juga merugikan rakyat
indonesia…

5 @Maul Ma’ruf (Lavender) salfok sm wartawan nya “bu sedih bu? ibu
kok sedih bu…” perhatian sekali

6 @Naing febriana astaghfirullahaladzim,,, itu uang buat


orang yang tidak mampu,,, malah di
korupsi yaaa Allah,,, berilah hidayah
kepada mereka yang suka korupsi yaaa
Allah,,,, berilah mereka kemiskinan yang
semiskin miskinnya biar tau bagaimana
jadi orang yang tidak mampu

KESIMPULAN

Korupsi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberi keuntungan yang
tidak sesuai dengan tugas resmi atau tugas yang memang benar benar diberikan
atau tidak sesuai dengan hak orang lain.Mereka yang terlibat korupsi adalah
mereka yang menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan mereka yang
mampu mempengaruhi keputusan-keputusan .

Salah satu jenis dari korupsi penggelapan dalam Jabatan Adalah segala tindakan
dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga, melakukan pemalsuan
pada buku atau daftar khusus yang berkaitan dengan administrasi, mengahancurkan
barang bukti suap untuk melindungi kegiatan suap menyuap, dan hal hal lain yang
memang menyimpang dari segala ketentuan yang berlaku.

Terdapat ketentuan tentang hukum bagi orang yang melakukan tindak pidana
korupsi sesuai dengan KUHP baru pada Pasal 603-606 tindak pidana korupsi
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
dua tahun dan paling lama 20 tahun penjara.

Hal ini terjadi karena sebagian besar Negara-negara asia menganggap bahwa
korupsi adalah perbuatan yang ilegal namun berbanding terbalik dengan sikap
mereka terhadap praktik korupsi yang terkesan dibiarkan melalui regulasi hukuman
yang cenderung tidak sesuai dengan perbuatan korupsi yang menyebabkan
kerugian besar pada keuangan Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, H. Muhamad. 2014. Pendidikan Anti Korupsi . Yogyakarta : AR-RUZZ


MEDIA

R Ka'bah - Jurnal Hukum & Pembangunan, 2007 - scholar.archive.org


Siroj, A. maltuf dan Ismail Marzuki. 2018. Pendidikan Antikorupsi . Malang : Madani
Media
http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/alihkam/article/view/1038/808
KPK . 2022 . “Kenali Bahayanya Dampak Korupsi di Berbagai Bidang Ini” .
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220520-kenali-bahayanya-
dampak-korupsi-di-berbagai-bidang-ini . diakses pada tanggal 31 Januari 2023
pukul 15.00.

https://heylawedu.id/blog/penanganan-kecurangan-fraud-dalam-pelaksanaan-program-
jaminan-kesehatan
https://www.hukumonline.com/klinik/a/bentuk-bentuk-korupsi-dan-aturannya-di-
indonesia-lt5e6247a037c3a
Lestari, Sri Yeni . 2017 . “KORUPSI : Suatu Kajian Analisis dinegara Maju dan
Negara Berkembang” . http://jurnal.utu.ac.id/jcommunity/article/view/129 .
diakses pada tanggal 31 Januari 2023 pukul 21.00

Basid, Abd . 2020 . “Peningkatan Tarif Hidup Layak Melalui Produktivitas Bekerja
Perspektif Al-
Qur’an”.https://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/alquran/article/view/2101-
09 , di akses pada 30 Januari 2023 pukul 11.00.

Anda mungkin juga menyukai