Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENELITIAN KONFLIK SOSIAL

TERHADAP PENCULIKAN ANAK

Anggota kelompok:

1. Ade Wahyu L. (1)

2. Fitri Amalia F.Z (8)

3. Meri Dwi Cahyani (14)

4. Miratus Sholikhah (15)

5. M.Nur Faizin (16)

6. M.Fadhil Arroyan (18)

7. Riyan Shofi'i (25)

8. Siti Mafudhoh (30)

9. Siti Rohmawati (31)

10. Syahrul Niam (32)

SMA NEGERI 1 PAMOTAN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2023

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, aas semua kehendak-Nya, kami berhasil menyelesaikan laporan penelitian dengan tepat waktu yang
berjudul "Laporan Penelitian Konflik Sosial Pencurian Motor".

Penyusunan laporan penelitian ini ditulis berdasarkan wawancara langsung dengan narasumber kami
bapak Rupadi mengabdi sebagai TNI di Kecamatan Pancur. Isi dari laporan ini yaitu bertuliskan tentang
wawancara kami dengan bapak TNI tentang fenomena kabar penculikan anak. Penulis berharap, pemaparan
dalam isi penelitian sederhana ini bisa mempermudah pembaca untuk mengetahui tentang informasi terkait
konflik sosial penculikan anak yang sedang terjadi.

Kami menyadari bahwa hasil penelitian yang disusun masih jauh dari kata sempurna, dan memiliki
kekurangan dari berbagai aspek. Untuk itu, Kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan laporan penelitian ini melalui email fitriamalia213a@gmail.com menghubungi WA kami
+628172001639. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pamotan, 10 Maret 2023


DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

2.Rumusan Masalah

3.Tujuan Penelitian

4.Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

1.Lokasi Penelitian

2.Waktu Penelitian

3.Subjek Penelitian

4.Pedoman Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

1.Profil Informan

2.Kasus penculikan anak

3.Pelaku Penculikan

4.Sistem Keamanan Sosial

5.Dampak Terjadinya Penculikan anak

6.Siapa yang diuntungkan?


BAB V Penutup

1.Kesimpulan

2.Saran

Daftar Pustaka

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Anak ialah generasi penerus bangsa dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik dimasa depan, sudah
seharusnya negara bersama lembaga negara lainnya, bertanggungjawab untuk menjaga, melindungi, dan
mengawasi dalam pertumbuhannya. Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No : 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No : 35 Tahun 2014 Tentang perubahan
atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang UndangUndang Perlindungan Anak (selanjutnya disebut
Undang-Undang Perlindungan Anak ) disebutkan; perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.

Kasus penculikan anak sangat marak terjadi saat ini, dan hal ini telah menjadi bahan pemberitaan di TV.
Tindak terjadi kasus penculikan saat ini tidak hanya pada bayi yang baru lahir saja, tetapi juga pada anak-anak
di bawah umur pun menjadi korban. Kasus-kasus yang diberitakan berupa kasus motif penculikan yang di
latar belakangi oleh dendam, motif ekonomi yang meminta tebusan uang, dan motif karena persoalan
keluarga. Anak-anak yang diculik biasanya dieksploitasi untuk mendapatkan uang. Ada yang dijual, dijadikan
pengemis dan bahkan dieksploitasi secara seksual.

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian konflik sosial dan integrasi
tersebut adalah bagaimana proses penculikan anak itu terjadi dan alasan atau sebab apa yang mendasari
pelaku melakukan penculikan tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, diturunkan dalam beberapa
poin pertanyaan sebagai berikut;

⮚ Proses penculikan terjadi dan alasan serta sebab pelaku melakukan penculikan.

⮚ Waktu kejadian penculikan anak.


⮚ Lokasi kejadian pelaku melakukan kejahatan.

⮚ Motif pelaku dan tujuan pelaku melakukan aksi penculikan anak.

⮚ Dampak yang ditimbulkan usai kejadian.

3. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses penculikan itu terjadi dan alasan
atau sebab apa yang mendasari pelaku melakukan penculikan tersebut. Melalui tujuan tersebut, kami
berharap dapat memenuhi tugas mapel sosiologi serta untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian
tersebut sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan tentang konflik sosial, lingkungan sosial dan cara
menghindar dari konflik sosial.

4. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai alat untuk membangun pengetahuan dan memfasilitasi pembelajaran.

2. Untuk memahami berbagai masalah dan meningkatkan kesadaran publik

3. Sebagai cara untuk membuktikan kebohongan dan mendukung kebenaran.

4. Untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan
membuat keputusan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Tindak Pidana Penculikan. Menurut Moeljatno1 Kejahatan dalam bahasa Belanda disebut
misdrijven yang berarti suatu perbuatan yang tercela dan berhubungan hukum, berarti tidak lain dari pada
perbuatan melanggar hukum “ Mengenai definisi” kejahatan adalah merupakan bagian dari perbuatan
melawan hukum atau delik, bagian lainnya adalah pelanggaran. Pengertian kejahatan menurut G.W.
Bawengan2, dibedakan menjadi 3,yaitu:

1. Pengertian secara praktis.

Adalah setiap pelanggaran norma sosial yang ada di dalam masyarakat, dengan kata lain bahwa suatu
perbuatan dikatakan kebaikan bila dia berada dalam sisi garis yang telah ditetapkan oleh norma, di lain pihak
suatu perbuatan dikatakan kejahatan bila perbuatan itu telah lewat garis yang telah ditetapkan oleh norma.
2. Pengertian secara religius.
Dalam ajaran agama dikenal dikotomi kebaikan dan kejahatan, suatu perbuatan dikatakan kebaikan bila
perbuatan itu sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan sedangkan suatu perbuatan yang
dikatakan kejahatan bila perbuatan itu melanggar perintah Allah SWT dan tidak menjauhi larangannya,
perbuatan ini / kejahatan ini identik dengan dosa diancam dengan hukuman api neraka terhadap mereka
yang melakukan dosa.

1. Moeljatno. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm.71

2. Bawengan, G.W. 1991, Hukum Pidana dalam Teori dan Praktek, Pradnya Paramitha, Jakarta. Hlm. 6

3. Pengertian secara yuridis.

Pengertian “kejahatan secara yuridis dapat dilihat dalam KUHP”. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
membedakan antara perbuatan yang digolongkan sebagai suatu “pelanggaran” dan perbuatan yang
digolongkan sebagai suatu “kejahatan”. KUHP sendiri terdiri dari tiga buku yaitu : Buku pertama berisi
tentang peraturan umum, buku kedua berisikan tentang kejahatan, buku ketiga berisikan tentang
pelanggaran. Berdasarkan para ahli diatas dapatlah diambil garis besarnya bahwa kejahatan itu sebagai suatu
gejala sosial akan berkembang sesuai dengan perkembangan dinamika masyarakat. Bisa saja suatu waktu
suatu perbuatan dikatakan kejahatan. Perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai suatu kejahatan
berdasarkan hal tersebut diatas maka hanya perbuatan yang bertentangan dari pasal-pasal buku kedua
adalah perbuatan kejahatan. Selain Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita juga mengenal sumber
hukum pidana khusus, misalnya Undang-Undang Peradilan Anak, Hukum Pidana Militer, dan lain-lain.
Perbedaan antara kejahatan dengan pelanggaran adalah bahwa kejahatan merupakan delik hukum, yaitu
suatu peristiwa yang bertentangan dengan asas-asas hukum yang hidup di dalam keyakinan manusia dan
terlepas dari Undang-Undang. Sedangkan pelanggaran adalah perbuatan yang melanggar delik undang
undang, yaitu suatu peristiwa yang untuk kepentingan umum dinyatakan oleh Undang Undang sebagai hal
yang terlarang. Pengertian kejahatan ini dapatlah diketahui bahwa terdapat berbagai bentuk kejahatan salah
satu bentuk kejahatan tersebut adalah kejahatan penculikan. Kejahatan penculikan dalam Buku kedua KUHP
termasuk dalam bab yang mengatur tentang kejahatan terhadap kemerdekaan orang. Kejahatan penculikan
dikatakan sebagai kejahatan terhadap kemerdekaan seseorang karena dengan sengaja menarik, membawa
pergi atau menyembunyikan seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan secara melawan hukum
yang dapat merugikan beberapa pihak seperti korban maupun orang tua korban bahkan masyarakat luas
yang merasa tidak aman dan nyaman dengan tindakan si pelaku. Penculikan merupakan tindakan yang sudah
dianggap sebagai bentuk ketidakadilan, perampasan hak kebebasan atau kemerdekaan hidup seseorang.
Perampasan kemerdekaan dengan cara demikian telah ditetapkan sanksi hukumnya dalam pasal 328 KUHP
tentang penculikan.Mengenai pasal yang berkenaan dengan masalah kejahatan dalam kasus ini diatur dalam
KUHPidana, buku II Penculikan yaitu membawa pergi seseorang dari kediamannya dengan maksud atau
secara melawan hukum, hal ini tercantum dalam pasal 328 KUHPidana yang bunyinya : “Barang siapa
membawa pergi seseorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara dalam maksud
untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum dibawah kekuasaan orang lain, atau untuk
menempatkan dia dalam keadaan sengsara diancam karena penculikan dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun”. Perkembangan bentuk kejahatan di Indonesia baru dapat dicatat sistematis setelah tahun
1970. Bentuk kejahatan sebelum 1970-an masih bersifat tradisional ditinjau dari segi alat yang dipergunakan
dan modus operandi, waktu dan sasaran yang hendak diperoleh dari kejahatan tersebut.3Kejahatan saat ini
dapat dilakukan dengan berbagai sarana dan cara misalnya melalui jejaring sosial seperti facebook. 3 Romli
Atmasasmita. 1984. Bunga Rampai Kriminologi. Rajawali Pers. Jakarta. Hlm. 111.

Ada banyak hal yang melatarbelakangi terjadinya penculikan anak (modus operandi)4, diantaranya:
1. Uang tebusan
Pada kejadian ini, penculik meminta sejumlah uang tebusan pada orang tua atau keluarga korban. Jumlahnya
pun biasanya cukup fantastis.
2. Dendam
Penculikan anak pun bisa dilakukan karena pelaku menyimpan dendam pada orang tua korban. Hanya karena
pernah ditegur atau diberhentikan dari pekerjaan, maka anak pun dijadikan sasaran penculikan. Bisa disertai
dengan pemerasan (meminta uang tebusan) atau bahkan pembunuhan.
3. Menguasai harta benda
Tak jarang penculikan anak terjadi karena pelaku ingin menguasai perhiasan atau harta benda si anak, seperti
anting-anting, kalung, cincin, atau telepon seluler.
4. Perdagangan anggota tubuh
Penculikan anak, terutama dengan anak jalanan sebagai sasaran, dilakukan untuk mengambil organ tubuh
tertentu yang akan dijual dengan harga mahal kepada orang yang sangat membutuhkan organ tersebut.
Penculikan ini dilakukan dalam sebuah sindikat yang besar dan rapi karena pengambilan organ tubuh tak
dapat dilakukan oleh tangan yang tidak ahli.
5. Perdagangan anak (trafficking)
4http://www.anneahira.com/penculikan-anak.htm diakses tanggal 8 November 2012 pukul 19.47 WIB

Modus operandi ini pun cukup santer terdengar. Anak-anak di bawah umur diculik untuk diperjualbelikan.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan bagian yang cukup penting. Dengan penyajian metode penelitian ini, peneliti
memberikan pertanggungjawaban tentang cara-cara yang dipilih untuk memperoleh jawaban atas
problematika yang diajukan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Wawancara merupakan
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam mengumpulkan data. Teknik wawancara /interview yang
dimaksud adalah tata cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan / orang
yang diwawancarai. Dalam pelaksanaan wawancara, interviewer menggunakan pedoman wawancara dengan
pengembangan seperlunya.

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian oleh peneliti kali ini adalah di Koramil pancur, Kecamatan Pancur,
Kabupaten Rembang, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Alasan memilih tempat ini adalah karena lokasi yang
dekat dan maraknya kasus tersebut. Berikut ini adalah dokumentasi lokasi penelitian.
2. Waktu Penelitian

Durasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sekitar selama satu bulan lebih. Dalam waktu
tersebut, kami mulai menyusun rencana penelitian, melakukan proses penelitian, pelaporan penelitian dan
hingga publikasi. Lebih tepatnya dalam proses penelitian memerlukan waktu 1 hari, pelaporan penelitian
memerlukan waktu sekitar 3 minggu dan publikasi penelitian memerlukan waktu sekitar satu minggu.

3. Subjek Penelitian

Dalam wawancara penelitian kasus penculikan anak ini, yang dijadikan informan dan atau subjek dalam
penelitian adalah Bapak Rupadi,sedangkan objek penelitian ini adalah Kasus penculikan anak yang terjadi
pada Desa-desa yang terjadi penculikan. Berikut ini adalah dokumentasi saat kami melakukan wawancara
dengan informan.

4. Pedoman Wawancara

Sebelum melakukan wawancara, peneliti menyusun panduan wawancara yang dapat dipergunakan untuk
membantu mengarahkan pembicaraan ke topik penelitian dan rumusan masalah yang perlu digali
permasalahannya. Panduan wawancara bervariasi dari yang ditulis dengan sangat rinci hingga relatif longgar.
Tetapi itu semua pada dasarnya adalah untuk membantu mengetahui apa yang harus ditanyakan. Kami susun
pedoman pertanyaan dengan menggunakan urutan pertanyaan mulai dari; seperti apa, bagaimana
mengajukan pertanyaan, dan bagaimana mengajukan tindak lanjut. Dalam penelitian, wawancara sangat
berguna untuk mendapatkan cerita di balik pengalaman informan. Kami (pewawancara) menggali informasi
mendalam tentang topik pencurian sepeda motor. Berikut merupakan pedoman wawancara penelitian kami.

1. Berapa tahun hukuman kasus penculikan anak ?

2. Bagaimana proses terjadinya kasus penculikan anak ?

3. Untuk korbannya kira-kira umur berapa ?

4. Bagaimana cara mengatasi kasus penculikan anak ?

5. Bagaimana tanggapan bpk tentang kasus penculikan anak ?

6. Apakah di penculikan anak ?

7. Kapan terjadinya kasus penculikan anak ?

8. Bagaimana langkah selanjutnya yang bapak lakukan untuk menangani kasus penculikan anak ?

9. Bagaimana solusi bapak terkait maraknya kasus penculikan ?

10. Bagaimana proses pelaku diadili ?

5. Dokumentasi Wawancara

Berikut ini merupakan dokumentasi suasana Polsek Pancur dan hasil wawancara kelompok kami dengan
Kapolsek Pancur yang telah diunggah pada channel youtube dengan link https://youtu.be/WoOl4vX0SRg
Keterangan : Tampak para siswa sedang melakukan wawancara dengan informan (Sumber: Tangkapan layar
YouTube pada channel Muhammad Fadhil Arroyan).
BAB IV

HASIL PENELITIAN

1. Profil Informan

Selama bapak Rupadi mengabdi sebagai TNI di Kecamatan Pancur ini, bapak Rupadi mendengar berita
tentang kasus penculikan tersebut.Berdasarkan pernyataan dari Bapak Rupadi selaku narasumber dalam
wawancara kali ini,pelaku penculikan anak ini berinisial N.Pelaku tersebut merupakan warga yang belum
diketahui asal-usulnya.

2. Modus Penculikan Anak

Sebagai orangtua, kita tentu tidak bisa menemani anak terus menerus selama 24 jam. Tak dapat dipungkiri,
sekolah adalah waktu yang paling banyak dihabiskan oleh anak-anak usia sekolah. Bahaya penculikan anak
dan kekerasan di sekolah pun akan mengintai. Sebuah kondisi yang tentu saja sangat dikhawatirkan bagi para
orangtua. Upaya penculikan anak yang terjadi di beberapa daerah membuat khawatir semua orang tua.
Kasus penculikan anak harus dilihat secara menyeluruh dari berbagai aspek, sebab, dari setiap kasusnya,
penculikan anak bukan kasus yang berdiri sendiri. Ada juga yang dilakukan pelaku untuk korban diantaranya:
bisa mendekati korban saat sendirian, menarik perhatiannya menggunakan tutur kata memikat, biasanya
minta tolong atau dengan ajakan.

Jika ditolak pelaku bisa nekat menculik secara paksa, penculikan bisa terjadi dimana saja baik di sekolah atau
di lingkungan rumah. Pelakunya bisa siapa saja tetapi pelaku penculikan sudah dikenal oleh korban. Beberapa
penculik merayu dan mendekati anak-anak ketika mereka sedang tengah sendirian, di taman, di jalan, di mall,
di halaman rumah bahkan di sekolah. Biasanya penculik akan membawa sesuatu seperti gadget, mainan,
anak anjing, anak kucing atau makanan untuk memancing anak agar tertarik dan mendekat.Penculik akan
membiarkan anak bermain sejenak, lalu mengundang atau mengajak anak ke mobil atau ke lokasi lainnya.
Kepolosan anak sering kali jadi bumerang dan membuat mereka jadi korban penculikan anak.

3. Motif Penculikan Anak

Menurut bapak Rupadi saat kami menanyakan apa motif pelaku tersebut adalah faktor ekonomi yang
melandasi pelaku melakukan aksinya,terdesak ekonomi yang sedang turun.Pelaku tersebut tidak mempunyai
uang dan pekerjaan lalu ia melakukan aksi penculikan tersebut dan ketika ia sudah mendapatkan korban lalu
pelaku menjual organ tubuh dan mendapatkan uang untuk berfoya-foya.
4. Pelaku Penculikan Anak

Pak Rupadi berkata bahwa pelaku berjumlah 2 orang. Pelaku yang 1 bertugas mengendarai mobil dan pelaku
2 bertugas menggoda korban dengan mengiming imingi uang.Kemudian pelaku tersebut melakukan aksinya
disaat anak sedang pulang bermain.Setelah diusut dan diproses jalur hukum,hukuman untuk kasus
penculikan ini adalah pelaku dikenakan hukum pidana KUHP pasal 328 dan pasal 333 untuk korban anak.

5. Sistem Keamanan Sosial

Disinggung soal penjagaan di Desa tersebut, pak Rupadi mengatakan bahwa "sudah ada penjagaan di tiap
desa, siskamling juga, karena termasuk warga sendiri dari Desa tersebut,maka yang lain tidak curiga". Kata
Pak Rupadi,sebelumnya warga memang sudah siskamling, setelahnya jadi ditingkatkan, dari sebelumnya 3
orang menjadi 5 orang. Menurut pak Rupadi, setelah konflik penculikan anak ini tidak ada konflik lain, dan
keadaan masih kondusif. Pesan dan himbauan dari bapak TNI Pancur mengenai kasus ini adalah "Untuk para
orang tua agar selalu menghimbau anaknya untuk selalu berhati-hati dalam keadaan apapun".

6. Dampak Terjadinya Penculikan Anak

Dari peristiwa konflik sosial ini tentu saja berdampak pada masyarakat sekitar. Dampaknya adalah
masyarakat merasa resah dan khawatir dengan adanya kasus penculikan anak yang terus kiat meningkat.

7. Siapa yang diuntungkan ?

Dari kejadian ini tentu saja terdapat pihak yang diuntungkan dan dirugikan, pihak yang diuntungkan adalah
pelaku itu sendiri, dan dirugikan adalah orangtua korban.
BAB V

PENUTUP

1. SIMPULAN

1.) Tindak pidana penculikan anak merupakan tindakan menarik seseorang yang belum cukup umur dari
kekuasaan yang menurut undang undang ditentukan atas dirinya, atau dari pengawasan orang yang
berwenang untuk itu. Peraturan yang dapat dikenakan terhadap anak sebagai pelaku penculikan anak adalah
Pasal 76 F jo. Pasal 83 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Hal tersebut dikarenakan adanya asas “Lex specialis
derogat legi generali” dimana hukum yang bersifat lebih khusus (lex specialis)
mengalahkan/mengesampingkan hukum yang sifatnya lebih umum (lex generali)
2.) Pertanggungjawaban pidana anak yang melakukan tindak pidana penculikan anak pada prinsipnya sama
dengan pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana dewasa, yang membedakan adalah maksimal
ancaman pidana yang diberikan kepada anak, adapun ancaman maksimal yang bisa dikenakan adalah
setengah dari ancaman maksimal orang dewasa. Akan tetapi ada hal yang perlu diperhatikan yakni
implementasi unsur kesengajaan dalam melakukan tindak pidana penculikan anak yang dilakukan oleh anak
karena tindak pidana penculikan anak harus dilakukan dengan sengaja. Anak pelaku tindak pidana penculikan
dapat dimintai pertanggungjawaban pidana berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Sistem Peradilan
Pidana Anak.

2. SARAN

1.) Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak tidak memberikan pengertian yang jelas terkait dengan tindak
pidana penculikan anak, namun pada penjelasan Pasal yang mengatur tentang tindak pidana penculikan
tersebut dalam penjelasan pasalnya dicantumkan “cukup jelas” sehingga perlu adanya penafsiran lebih
terhadap pasal tersebut. Selain itu, terdapat penggunaan beberapa frasa yang menimbulkan terjadinya
ketidakjelasan unsur pasal sehingga beberapa frasa tersebut perlu dilakukan revisi.

2.) Pertanggungjawaban pidana anak dalam tindak pidana penculikan anak harus mendapatkan perhatian
dari aparat penegak hukum. Aparat penegak hukum harus membedakan subyek pelaku tindak pidana
penculikan anak yakni pelaku dewasa dan anak khususnya mengenai sanksi pidananya. Tujuan anak dalam
melakukan tindak pidana penculikan biasanya hanya didasarkan pada hal-hal sederhana sehingga tidak perlu
ancaman sanksi pidana melainkan lebih kepada sanksi tindakan. Selain itu, perlu diperhatikan pula
perlindungan hukum bagi anak yang melakukan tindak pidana penculikan karena adanya paksaan atau
tekanan dari orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

[1] M. Tarigan, “Jumlah Kasus Penculikan Anak Meningkat, Tilik Pesan KPAI Ini Gaya Tempo,” Tempo, 2018.
https://gaya.tempo.co/read/1381771/serba-gucci-berapa-harga-outfit-bts-saat-tampil-di-mtv-vma (accessed
Sep. 02, 2020).
[2] M. Z. Buchari, S. R. Sentinuwo, and O. A. Lantang, “Rancang Bangun Video Animasi 3 Dimensi Untuk
Mekanisme Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata, Komunikasi dan
Informasi,” J. Tek. Inform., vol. 6, no. 1, pp. 1–6, 2015, doi:10.35793/jti.6.1.2015.9964.
[3] J. Andi, “Pembangunan Aplikasi Child Tracker Berbasis Assisted – Global Positioning System ( A-GPS )
Dengan Platform Android,” J. Ilm. Komput. dan Inform., vol. 1, no. 1, pp. 1–8, 2015, [Online]. Available:
elib.unikom.ac.id/download.php?id=300375.
[4] A. Dennis, B. Wixom, and R. Roth, System analysis and design by alan dennis 5th edition. Don Fowley,
2012.
[5] E. Budiman, “Pemanfaatan Teknologi Location Based Service Dalam Pengembangan Aplikasi Profil Kampus
Universitas Mulawarman Berbasis Mobile,” Ilk. J. Ilm., vol. 8, no. 3, pp. 137–144, 2016, doi:
10.33096/ilkom.v8i3.81.137-144.

[6] L. S. Rahmawati and A. Y. Al Anshori, “Aplikasi Short Message Service (SMS) Gateway Pembelian Tiket
Pertandingan Klub Sepakbola Arema,” J. Ilm. Teknol. Inf. Asia, vol. 10, no. 1, pp. 70–80, 2016.
[7] S. I. Purnawan, F. Marisa, and I. D. Wijaya, “Aplikasi Pencarian Pariwisata Dan Tempat Oleh-Oleh Terdekat
Menggunakan Metode Haversine Berbasis Android,” J I M P - J. Inform. Merdeka Pasuruan, vol. 3, no. 2, pp.
9–16, 2018, doi: 10.37438/jimp.v3i2.166.

Anda mungkin juga menyukai