Anda di halaman 1dari 49

TUMPENG PESISIRAN IBU SUMINI

(Laporan Penelitian Dalam Rangka Implementasi


Penguatan Karakter Profil Pelajar Pancasila)

DISUSUN OLEH :
1) AMANDA ZAHROTUN NISA / X7 / 03
2) ASHA SALSA BERLIANI / X7 / 04
3) BUNGA INDAH LESTARI / X7 / 07
4) DHAYU MANIK KINANTI / X7 / 08
5) JOHAN ZULFIKAR AZAZ / X7 / 10
6) JONI PRASETYO / X7 / 11
7) MOH. DHYAUR ROHMAN / X7 / 14
8) NAILA SILVIANA / X7 / 21
9) RATNA DWI LESTARI / X7 / 27

SMA N 1 PAMOTAN
TAHUN PELAJARAN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penyusun dapat
membuat Laporan Penelitian Sosial Tumpeng Pesisiran ini. Walaupun
demikian, penyusun berusaha dengan semaksimal mungkin demi
kesempurnaan penyusunan laporan ini baik dari hasil kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
Pada laporan ini kami akan sedikit mendeskripsikan tentang kegiatan
learning tour tumpeng pesisiran di Desa Dasun Kec. Lasem Kab. Rembang
pada hari Rabu 15 Maret 2023 yang sudah kita laksanakan berupa latar
belakang, rumusan masalahnya, tujuan penelitian hingga manfaat
penelitian, pedoman pengamatan, pedoman wawancara, hasil penelitian,
pembahasan, simpulan, dan yang terakhir adalah penutup. Semoga
dengan adanya laporan ini dapat memberikan manfaat.
Saran dan kritik yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh
penyusun demi kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya. Dalam
kesempatan ini, Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata pelajaran Sosiologi. Terlebih dahulu,
saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Indarti P.N, S.Pd dan Bapak
Suhadi, M.Pd, selaku guru Sosiologi dasar yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni ini.
Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat membantu bagi kemajuan serta perkembangan SMA
N 1 PAMOTAN. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak
yang telah membantu, semoga Allah Swt. membalas semua kebaikan
kalian. Amin.

Pamotan, 27 Maret 2023


Penyusun
ABSTRAK

Tumpeng pesisiran desa dasun merupakan kuliner khas yang terdiri dari
nasi tumpeng, lauk pauk, dan masakan pelengkap lainnya. Untuk
membuat nasi tumpeng di butuhkan bahas diantaranya; beras, santan
instan, garam, dan air untuk mengukus. Untuk membuat laut
menggunakan bahan ikan bandeng, ikan cumi-cumi, telur ayam untuk
balado, sate keong, urap daun singkong, kecambah, bihun kecap, udang,
dan ikan bandeng. Adapun bahan pelengkap dari tumpeng pesisiran desa
dasun adalah daun pisang untuk alas, kacang panjang untuk hiasan, tusuk
gigi secukupnya, cabe merah secukupnya untuk hiasan, mentimun
secukupnya untuk hiasan, daun selada secukupnya untuk
hiasan/bawahan, dan tomat secukupnya untuk hiasan.
Kata kunci: tumpeng pesisiran, lauk-pauk, laut.
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
BAB LLL. METODE PENELITIAN
BAB LV. HASIL PENELITIAN
BAB V. PEMBAHASAN
A. BAHAN TUMPENG PESEISIRAN
B. PROSES MEMASAK TUMPENG PESISIRAN
C. MODEL REKAYASA PEMAJUAN DESA DENGAN TUMPENG
PESISIRAN
BAB VL. PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN PENDUKUNG
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Budaya makanan Indonesia dibentuk oleh beberapa faktor seperti
alam, sejarah, dan budaya. Menurut Soemardjan (1985) perkembangan
gaya kuliner kita dipengaruhi oleh budaya lokal, agama dan perdagangan.
Dengan keanekaragaman geografis dan budaya yang sangat besar
di Nusantara, terbukti masakan Indonesia kaya akan variasi dan
rasa. Karena beragamnya jenis dan gaya kuliner di Indonesia, sulit
untuk menentukan makanan mana yang bisa dipilih untuk mewakili
Indonesia secara keseluruhan.
Pada tahun 2012 Pemerintah Indonesia meluncurkan Tumpeng sebagai
ikon makanan tradisional Indonesia (Kemenparekraf RI, 2012) karena
dapat mewakili budaya dan cara hidup masyarakat Indonesia melalui
bahan, warna,bentuk dan teknik penyajiannya. Tumpeng adalah
makanan berbahan dasar nasi berbentuk kerucut yang biasa disajikan
dengan lauk seperti sayuran, daging, ayam, dan telur dalam
upacara adat Jawa. Dalam khasanah Jawa, ragam tumpeng dapat
dikenal mulai dari tumpeng kuning (kuning), putih (putih), robyong,
gundhul, kencana, ropoh, bango tulak, panggang, dhuplak, kendhit,
megono, urubing damar dan pangkur (Amangkunegara, 1986).
Salah satu khasanah tumpeng yang belum banyak dikenal secara luas
adalah Tumpeng Pesisiran. Tumpeng ini tidak melulu didominasi ornamen
gunungan dan berlauk daging dari hewan yang hidup di darat. Tumpeng
pesisiran adalah tumpeng dengan gaya orang pesisir yang berdaulat
dengan lauk dari hewan yang hidup di air laut atau tambak, dan sayuran
dari tanaman pantai.
Melalui tumpeng, dapat dijadikan simbol persatuan sosial (Radix, 2014)
dalam merajut kenusantaraan dengan tetap daulat gizi seimbang
(Soekirman, 2011). Harapan kedepan, Tumpeng Pesisiran dapat gunakan
untuk ruang dialog dalam pemajuan desa-desa di Kawasan Pesisir melalui
kuliner yang ikonik dan ke-Indonesia-an.
Sehubungan dengan hal tersebut, tumpeng pesisiran memiliki keunikan
dari sisi objek maupun subjek. Dari sisi objek, keunikan tumpeng pesisiran
terletak pada materi makanan yang didalamnya mengandung nutrisi
seimbang yang diperlukan untuk asupan gizi setiap orang. Dan dari sisi
subjek, keunikan tumpeng pesisiran terletak pada ketersediaan bahan,
proses membuatnya, hingga kegiatan sosial-tradisi yang berdampingan.
Dengan keunikan tersebut, tumpeng pesisiran menjadi menarik ketika
digunakan untuk objek dan subjek penelitian sosial.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasar latar belakang tentang tumpeng, masalah dalam pembelajaran
kali ini tentang para siswa memahami dan mempraktikkan materi
penelitian sosial melalui tumpeng pesisiran. Dengan demikian maka
rumusan masalah dalam pembelajaran ini adalah bagaimana membuat
tumpeng pesisiran. Rumusan pertanyaan ini kemudian diturunkan menjadi
beberapa pertanyaan sebagai berikut.
1) Apa dan dari mana bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat
tumpeng pesisiran?
2) Bagaimana proses membuat tumpeng pesisiran?
3) Bagaimana model rekayasa pemajuan desa dengan tumpeng
pesisiran?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dalam
penelitian sosial ini adalah sebagai berikut;
1) Untuk mengetahui apa dan dari mana bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam membuat tumpeng pesisiran.
2) Untuk mengetahui bagaimana proses membuat tumpeng pesisiran.
3) Untuk mengetahui model rekayasa pemajuan desa dengan
tumpeng pesisiran.

D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut; 
Untuk penulis: Dapat mengetahui secara dalam tentang tumpeng
Pesisiran, Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Untuk sekolah: Menjadikan anak didik yang mandiri, mampu bertanggung
jawab, dan pastinya kreatif yang mampu mengangkat derajat sekolah dan
mengharumkan nama baik sekolah.
Untuk masyarakat: Dapat membuat usaha sendiri mengenai tumpeng
Pesisiran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Tulisan ini berisikan kajian awal tentang tumpeng pesisiran, atau


tepatnya tentang tumpeng itu sendiri. Tulisan ini dibangun dari kajian
dokumen yang telah tersebar di ragam jurnal dalam dan luar negeri. Dari
kumpulan dokumen kajian tumpeng tersebut kemudian diolah sedemikian
rupa dalam rangka memvisualkan secara deskriptif tentang apa itu
tumpeng, makna tumpeng, relasi tumpeng dengan media pembelajaran
ilmu pengetahuan, media tumpeng untuk komoditi sosialisasi program
pemerintah, serta diskursus tumpeng untuk kesejahteraan sosial.
Akhir dari tulisan ini tidak lain adalah untuk mengajak para
pembaca untuk berekspresi dalam konteks sosiologis tentang apa dan
bagaimana aksi sosial kita dalam berinteraksi dengan tumpeng yang telah
menjadi ikon kuliner nusantara.
Lestari (2016) dalam tulisannya yang berjudul Nasi Tumpeng, A
Way To Convey The Message Through Meaningful Signs. International
Review of Humanities Studies, memaparkan dengan apik tentang
bagaimana mengenal tumpeng dari cerita tutur. Ada banyak pendapat
tentang kata tumpeng. Ada yang berpendapat bahwa tumpeng berasal
dari kata tumpeng berasal dari tumumpang ing… dan sakkupeng ing….
Kata tumumpang ing… mengacu pada nasi berbentuk kerucut yang
berada di atas sedangkan sakkupeng ing… mengacu pada lauk pauk yang
ada di sekitar nasi berbentuk kerucut (Lestari, 2016:41).
Dalam hal bentuk, Rodhi (2007) menginformasikan bahwa setiap
tumpeng terdiri dari tumpeng kerucut dan tumpeng parabolik. Namun
menurut Alfajria & Sudjudi (2015) bentuk tumpeng tidak selalu demikian,
dimana tumpeng selalu muncul dalam beragam bentuk dan kelengkapan.
Keragaman bentuk tumpeng inilah, menurut Sugiman (2019) telah
menjadi ekspresi nilai estetika masyarakat Jawa dalam menghias
makanan.
Makna tumpeng kerapkali dihubung-hubungkan dengan ruang kebatinan
masyarakat Jawa. Makna klasik yang melangit itu.
kemudian tidak mudah dijangkau oleh generasi muda. Beberapa
studi tumpeng yang berhubungan dengan makna klasik dapat dilihat pada
studi Sutiyono (1998) dan Rondhi (2007). Menurut Sutiyono (1998:2)
tumpeng dan gunungan dalam kebudayaan masyarakat Jawa menjadi
simbol dari berbagai fenomena, antara lain keselamatan, kedamaian, dan
keseimbangan alam. Begitu halnya dengan Rodhi (2007) Ia memaknai
tumpeng dalam sudut pandang alam kebatinan seks orang Jawa. Menurut
Rodhi, makna tumpeng kerucut adalah simbolisasi dari kelamin laki-laki
(kerucut) dan tumpeng parabolik merupakan simbolisasi dari perut atau
rahim seorang perempuan. Hal senada juga disampaikan Suparman
(2019:75) dimana tumpeng masih digunakan untuk dipersembahkan
kepada pasangan pengantin saat ritual suci keagamaan. Bahkan dalam
studi terbaru yang dilakukan Fitriana (2021) tumpeng juga masih
direpresentasikan dengan ritual peneguhan mereka pada roh yang telah
menjaga desa. Sulastri & Apriyani (2021) tumpeng masih digunakan
struktur sosial sebagai alat pengesahan pranata pranata dan lembaga
kebudayaan, sebagai alat pendidikan (pedagogical device), dan sebagai
alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu
dipatuhi anggota.
Penelitian-penelitian tentang tumpeng ternyata tidak sebatas pada
kajian makna saja. Beberapa peneliti telah mengkaji hubungan tumpeng
dengan kajian ilmu pengetahuan yang lain. Penelitian tumpeng yang
berhubungan dengan kajian ilmu pengetahuan dapat dilihat dari penelitian
tumpeng juga dihubungkan dengan potensi dan pengenalan tempat
tinggal. Studi tersebut dapat dilihat pada Lestari (2016) dimana ia telah
memaparkan bahwa pesan yang bisa ditangkap dari sebuah tumpeng
adalah tentang lokasi tempat tinggal mereka. Melalui tumpeng, mereka
mencoba mengungkapkan bahwa ada dua dunia, darat dan laut yang
dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia.
Masyarakat menyadari bahwa lokasi yang sangat strategis dan
bermanfaat. Masyarakat perlu menjaga lingkungan hidup sekaligus
menjaga Kesehatan. Masyarakat melihat bahwa mereka bisa tidak hidup
sendiri sehingga harus menjaga kesadaran sosial terhadap masyarakat
dan lingkungan, sebagai klimaks untuk menyampaikan pesan hubungan
manusia dan pencipta.
Penelitian tumpeng yang cukup maju juga telah dilakukan oleh
Thamrin, Santoso & Prayitno (2017:12), Ferdiana & Nasir (2017), dan
Kurnia, Susilo & Mardiana (2018) dimana penelitian tersebut sepakat
bahwa tumpeng telah digunakan ikon simbolik untuk pendidikan gizi anak
yang terbukti mampu mempengaruhi anak dalam pengenalan gizi
Seimbang terhadap pengetahuan gizi dan pola makan anak. Masih dalam
tema penelitian tumpeng untuk pengembangan ilmu pengetahuan, hal
menarik juga dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan Himmah dkk
(2019) dimana bahan, bentuk, dan aktivitas tumpeng dapat
ditransformasikan dalam abstraksi matematika etnis. Sebuah terobosan
yang menarik untuk dikembangkan.
Dalam penelitian Alfath dan Permana (2016:168) tumpeng
memiliki tiga dimensi dalam pemanfaatannya. Pertama, tumpeng
pelestarian tradisi dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
Kedua, tumpeng untuk promosi pariwisata setelah menurunnya jumlah
wisatawan setelah letusan tahun 2014. Ketiga, tumpeng untuk media
komoditas politik teritorial terkait dengan sengketa dengan wilayah. Hal
senada juga dapat dilihat penelitian yang dilakukan Rusdiana (2019) yang
telah melangkah lebih jauh tentang pemaknaan fungsi tumpeng, dimana
tumpeng telah digunakan untuk sumber ide penciptaan motif batik untuk
busana pesta wanita. Terlebih penelitian yang dilakukan Siregar
(2018:378) dan Putra, Kartini, & Dewi (2020:98) tumpeng telah dijadikan
media dalam program pemberdayaan masyarakat miskin, dimana
kelompok masyarakat mendapatkan pendampingan membuat tumpeng
untuk dipasarkan secara luas guna meningkatkan kesejahteraan kelompok
sosial yang rawan.
Walaupun demikian, reaksi keras terhadap kecemasan
tersingkirnya kuliner tradisional telah disampaikan oleh Krisnadi (2020:39)
dalam penelitiannya yang berjudul Tumpeng in The Era Of Globalization.
Krisnadi mencoba mengembalikan ingatan kita tentang tumpeng yang
selalu dihidangkan pada acara merayakan hari ulang tahun, syukuran,
yang bersifat non-formal maupun formal. Namun di era globalisasi dalam
bidang kuliner dengan masuknya kuliner tradisional dari negara Asia,
Timur Tengah, dan Barat ketenaran kuliner asing tersebut telah berhasil
menggeser kedudukan tumpeng sebagai kuliner tradisional dan identitas
bangsa. Melalui penelitiannya tersebut, Ia mengajak kita semua untuk
bagaimana caranya dalam membangkitkan ketenaran dan kesakralan
tumpeng di masa lalu, kepada masyarakat khususnya generasi muda, dan
menanamkan rasa bangga dan mencintai tumpeng sebagai kuliner
tradisional Indonesia. Hal demikian juga senafas dengan pandangan
Setyonugroho (2020) tentang apa dan siapa saja yang ada di desa harus
memiliki visi untuk kemajuan desanya. Hanya saja Krisnadi dan
Setyonugroho belum memberi resep tentang langkah-langkah strategis
apa yang dilakukan agar tumpeng menjadi pilihan kuliner yang tidak
lekang oleh generasi zaman. Kajian yang terkesan lebih maju dalam hal
menggunakan produk kearifan lokal untuk pemajuan desa terlihat telah
dilakukan oleh Hermansah (2021) dimana Ia dengan tegas memilih jalan
daya sosial dan budaya dapat digunakan untuk memajukan desanya.
Namun ketegasan Hermansah belum disertai dengan bagaimana skema
yang apik dalam menyusun rekayasa pemajuan kebudayaan desa melalui
tumpeng. Lantas bagaimana dengan reaksi kalian?
Budaya makanan Indonesia dibentuk oleh beberapa faktor
seperti alam, sejarah, dan budaya. Menurut Soemardjan (1985)
perkembangan gaya kuliner kita dipengaruhi oleh budaya lokal, agama
dan perdagangan. Dengan keanekaragaman geografis dan budaya
yang sangat besar di Nusantara, terbukti masakan Indonesia kaya
akan variasi dan rasa. Karena beragamnya jenis dan gaya kuliner di
Indonesia, sulit untuk menentukan makanan mana yang bisa dipilih
untuk mewakili Indonesia secara keseluruhan.
Pada tahun 2012 Pemerintah Indonesia meluncurkan Tumpeng
sebagai ikon makanan tradisional Indonesia (Kemenparekraf RI, 2012)
karena dapat mewakili budaya dan cara hidup masyarakat Indonesia
melalui bahan, warna,bentuk dan teknik penyajiannya. Tumpeng adalah
makanan berbahan dasar nasi berbentuk kerucut yang biasa disajikan
dengan lauk seperti sayuran, daging, ayam, dan telur dalam
upacara adat Jawa. Dalam khasanah Jawa, ragam tumpeng dapat
dikenal mulai dari tumpeng kuning (kuning), putih (putih), robyong,
gundhul, kencana, ropoh, bango tulak, panggang, dhuplak, kendhit,
megono, urubing damar dan pangkur (Amangkunegara, 1986).
Salah satu khasanah tumpeng yang belum banyak dikenal secara
luas adalah Tumpeng Pesisiran. Tumpeng ini tidak melulu didominasi
ornamen gunungan dan berlauk daging dari hewan yang hidup di darat.
Tumpeng pesisiran adalah tumpeng dengan gaya orang pesisir yang
berdaulat dengan lauk dari hewan yang hidup di air laut atau tambak, dan
sayuran dari tanaman pantai.
Melalui tumpeng, dapat dijadikan simbol persatuan sosial (Radix,
2014) dalam merajut kenusantaraan dengan tetap daulat gizi seimbang
(Soekirman, 2011). Harapan kedepan, Tumpeng Pesisiran dapat gunakan
untuk ruang dialog dalam pemajuan desa-desa di Kawasan Pesisir melalui
kuliner yang ikonik dan ke-Indonesia-an.
Sehubungan dengan hal tersebut, tumpeng pesisiran memiliki
keunikan dari sisi objek maupun subjek. Dari sisi objek, keunikan tumpeng
pesisiran terletak pada materi makanan yang didalamnya mengandung
nutrisi seimbang yang diperlukan untuk asupan gizi setiap orang. Dan dari
sisi subjek, keunikan tumpeng pesisiran terletak pada ketersediaan bahan,
proses membuatnya, hingga kegiatan sosial-tradisi yang berdampingan.
Dengan keunikan tersebut, tumpeng pesisiran menjadi menarik ketika
digunakan untuk objek dan subjek penelitian sosial.
BAB III
METODE PENELITIAN

Awal mulanya asal usul munculnya program leaning tour


penelitian sosial, pada tanggal 25 Desember 2022 yang tepat di mana
tahun lalu, yang di mana Bu Indarti memberitahu kepada kami (murid
murid), tentang semester 2, mapel sosiologi ada materi tentang penelitian
sosial. rencana Bu In di sini dan Pak Suhadi akan mengadakan penelitian
sosial, yang dikemas dengan jalan-jalan yang yang diberi nama, dengan
leaning Tour. yang di mana isi dari leaning tour tersebut adalah pokok
kajian yang akan dipelajari bertemakan kuliner dengan tempatnya di Desa
dasun, jawa tengah, kab Rembang. Awal mula Bu in dan Pak Suhadi akan
mengadakan leaning Tour, Pada sore jam 15.00 untuk berangkat ke
Dasun, menuju rumah penduduk belanja kebutuhan acara, untuk
memasak, malam menginap di rumah penduduk sembari berbincang-
bincang Bagaimana proses nanti membuat tumpeng, membagi tugas siapa
yang memasak, membuat artikel, memfoto dan memvideo semua proses
dari mulai awal sampai akhir. Pagi menjelang siang presentasi tumpeng
yang sudah dibuat setelah itu makan bersama dan pulang bersama-sama.
Tapi hal semula yang sudah direncanakan tidak sesuai ekspektasi. Bu In
dan Pak Suhadi merancang kembali apa rencana-rencana agar leaning
tour ini bisa pelajaran lancar, Bu In dan Pak Suhadi memberitahukan lagi
kepada murid-murid tentang info untuk leaning tour ke Daun. Bahwa
murid-murid tidak jadi menginap di rumah para penduduk-penduduk desa
di Desa dasun, dan jadwal berangkatnya adalah pagi hari ke desa dasun,
dan langsung ke rumah penduduk, yang di mana Di rumah penduduk itu
sudah disiapkan barang-barang, dan bahan-bahan, apa saja yang akan
diproses, untuk pembuatan tumpeng, setelah selesai membuat tumpeng
tepatnya pada jam 14.00 kami sudah disarankan untuk selesai membuat
tumpeng pesisiran, untuk dibawa ke aula, untuk dimakan bersama-sama.
Setelah semuanya selesai semua orang beres-beres dan pulang bersama-
sama.
Sebelum kita melakukan learning tour penelitian sosial semua
siswa selalu berkumpul di ruang musik dan juga di Aula dengan ditemani
Pak Suhadi dan Bu Indarti. Semua siswa diberikan penjelasan agar pada
saat di dasun tidak terjadi masalah. Pak Suhadi dan Bu Indarti
memberikan penjelasan cara mewawancarai ibu pendamping di dasun,
dimulai dari asal usul desa dasun, aktivitas masyarakat di dasun, cara
pembuatan tumpeng pesisiran, dan semua yang berhubungan dengan
tumpeng yaitu dari rempah apa saja yang digunakan, bumbu, lauk pauk,
dan lainnya. Pada hari Rabu,15 Maret 2023 semua kelas 10 melakukan
program learning tour penelitian sosial di desa dasun, kecamatan Lasem,
kabupaten Rembang. Sebelum kita ke desa dasun semua siswa berkumpul
di lapangan sekolah. Sambil menunggu bus datang, semua siswa
diberitahu persiapan sebelum ke desa dasun. Bapak Suhadi memberikan
penjelasan kepada semua siswa saat berada di di rumah pendamping.
Semua siswa harus sopan santun kepada ibu pendamping di dasun dan
bekerjasama membantu untuk membuat tumpeng pesisiran. Dan setelah
itu semua siswa berdoa bersama dengan dipimpin oleh Bapak Khamid.
Kita mendapatkan arahan untuk menaiki Bus, yang mana disana ada 4
Bus ban dobel dan 8 Bus kecil. Sedikit saran dari kami yang mewakili
perasaan sebagian murid kelas X untuk bus yang digunakan alangkah
baiknya menggunakan bus yang sama agar tidak muncul perasaan murid
yang merasa tidak adil yang diberikan untuk memfasilitasi murid-
muridnya. Seminggu sebelum hari Rabu kami sudah diberi tahu untuk
membuat ID card dengan foto di studio SMA NEGERI 1 PAMOTAN dengan
2 sesi. Sesi pertama adalah foto bersama dengan anggota kelompok dan
sesi ke-2 foto satu-satu anggota kelompok.
Di Desa Dasun Kec.Lasem Kab.Rembang pada hari Rabu 15 Maret
2023 kita berangkat dari sekolah jam 7 (rencana awal) menunggu bus
datang dan mendapatkan pengarahan dari Bapak Suhadi kurang lebih
sampai jam set 9 kami berangkat ke Dasun bersama-sama. Sampai di
rumah Ibu pendamping yaitu Bu Dewi Susilowati Rt.1. Setelah acara
selesai kami pulang bersama-sama kurang lebih jam 16.00 sampai rumah.
Malam hari sebelum berangkat ke Dasun, kelompok kami
mendapatkan Whatsapp dari ibu pendamping kami untuk membawa pisau
4, mungkin agar pengerjaan pembuatan tumpeng cepat selesai. Tidak
hanya mendapatkan Whatsapp dari Bu Dewi saja, tetapi kami
mendapatkan informasi bahwa setiap kelompok membawa 1 tikar untuk
digunakan saat makan bersama di Gedung Serbaguna Dasun. Sambil
membantu Bu Dewi masak kami disana sedikit demi sedikit mengajukan
beberapa pertanyaan kepada Bu Dewi diantaranya:
1. Buk, asal usul masyarakat dasun niku pripun asli nopo pendatang kaleh
sejarah saget diwastani desa dasun niku pripun buk? Bu Dewi menjawab
bahwa masyarakat disini mayoritasnya adalah penduduk asli, dan yang
sejarah Desa Dasun kok bisa dinamakan Dasun Bu Dewi menjawab " Maaf
mbak saya kurang tahu mengenai hal itu "
2. Buk, niku aktivitas masyarakat mriki pripun sangking nelayan,tambak
garam, kalih tambak bandeng kawit enjing ngantos dalu lan alat alat nopo
mawon ingkang diagem? Kata Bu Dewi bahwa nelayan sudah berangkat
untuk bekerja pada jam 3 pagi dengan membawa alat yang namanya
sotok. Pada musim kemarau petambak garam waktunya bekerja. Untuk
petambak bandeng menggunakan alat yang namanya jaring.
3. Buk, rempah ingkang diagem niku nopo mawon, kantuk e rempah niku
sangking pundi buk kok milih rempah niku sebabe nopo lan fungsine
kangge tumpeng pripun? Bu Dewi menjawab bahwa bahan yang
dibutuhkan adalah bahan utama seperti Cabai, bawang merah, bawang
putih, garam, kemiri, mrica, ketumbar, dll. Bu Dewi sendiri mendapatkan
bahan-bahan yang dibutuhkan ini dari pasar. Bahan-bahan ini sudah
melekat saat kita mau membuat tumpeng fungsinya untuk menambah cita
rasa tumpeng yang khas dan enak.
4. Sayuran ingkang dibutuhake niku nopo mawon? Bu Dewi menjawab
bahwa sayurannya sesuai dengan selera, yang Bu Dewi gunakan saat itu
antara lain kacang panjang, daun pepaya, kol, daun bawang, tomat, dll.
5. Tumpeng niku macame wonten kalih nggeh buk,tumpeng sekul kuning
kalih tumpeng sekul putih. Nah cara damele niku wonten bedane nopo
mboten buk? Bu Dewi menjawab lagi bahwa tumpeng nasi kuning dan
tumpeng nasi putih berbeda. Dari nasinya, kalau tumpeng nasi putih
menggunakan beras biasa tetapi kalau tumpeng nasi kuning
menggunakan beras ketan dan santen. Cara memasaknya juga berbeda,
tumpeng nasi kuning terdapat campuran kunyit sebagai pewarna
kuningnya sedangkan pada tumpeng nasi putih tidak ada campuran
kunyit.
6. Lauk pauk ingkang dibutuhake damel tumpeng niku nopo mawon
buk,bahan bahan kangge masak lauk pauk niku ngagem nopo mawon
kaleh cara masak lauk pauk niku pripun? Lagi dan lagi Bu Dewi menjawab
pertanyaan dari kami dengan baik dan penuh senyuman bahwa lauk pauk
yang digunakan sesuai selera masing-masing. Kebetulan tumpeng yang
kami buat adalah tumpeng pesisiran, maka lauk pauk yang digunakan Bu
Dewi yaitu ikan. Ikan nus dan Ikan Bandeng sangat enak sekali. Disini
ikan bandeng dibuat acar bandeng. Bahan-bahan yang dibutuhkan kurang
lebihnya ada kunyit, cabai, bawang merah dan bawang putih, sedikit
garam dan gula, dll.
7. Tumpeng natane pripun buk, didamel pas acara nopo mawon. Umpami
pas acara mboten ndamel tumpeng pripun buk? Bu Dewi menjawab
bahwa tumpeng dibuat dengan nasi di taruh di tengah dan dikelilingi oleh
lauk pauk yang sudah dibuat. Tumpeng dibuat saat ada acara-acara
diantaranya acara ulang tahun, saat bangun rumah, sedekah bumi,
syukuran, dll.
8. Cara damel tumpeng kawet biyen ngantos sakniki niku berubah nopo
mboten? Kalih niku bu masyarakat mriki wonten sing nentang mboten
ndamel tumpeng? Kata Bu Dewi bahwa cara memasak tumpeng tidak
pernah berubah dari dulu hingga sekarang cuman mungkin sekarang
terdapat variasi yang dulu tidak ada contohnya tumpeng nasi putih
dengan pucuk tumpeng nasi kuning. Dan pada warga Dasun tidak ada
yang menentang membuat tumpeng.
Alhamdulillah kita semua sudah sampai di lapangan Desa Dasun
dengan keadaan selamat dan dengan personil yang lengkap. Disana kita
baris sesuai dengan kelompok untuk menemui pendamping kelompok
yang dari warga. Sesudah kita ketemu dengan pendamping, kami
bersalaman dan diajak menuju rumah beliau. Penyambutan yang
menghangatkan dan disambut dengan ramah yang penuh senyuman
membuat kami merasa nyaman. Di rumah Bu Dewi kami disuguhi dengan
jajan yang beranekaragam. Setelah itu kami bergegas untuk
melaksanakan tugas kami membantu bu Dewi membuat tumpeng. Mulai
dari bahan-bahan yang digunakan kita kelupas, mencuci ikan bandeng
dan ikan nus (cumi-cumi), dan pembuatan hiasan untuk menghias
tumpeng yang akan dibuat. Bahan-bahan yang digunakan untuk memasak
lauk pauk berbeda Mulai dari bumbu acar bandeng, bumbu mie, bumbu
daun pepaya dan teri, bumbu cumi, bumbu kering tempe, dan bumbu
urap. Kata Bu Dewi "Bumbune sami mba tapi wonten bedane senajan
bedane mok sitik" yang intinya bumbunya itu berbeda sedikit. Disini kami
juga membantu Bu Dewi memotong cabai, bawang merah, bawang putih,
memotong kacang panjang, tomat, dan bahkan kami juga membantu
menghaluskan bumbu yang dibutuhkan untuk membuat lauk pauk. Kita
juga membantu memarut kelapa untuk nantinya dijadikan urap-urapan,
menanak nasi dan menggoreng lauk pauk. Disini kami tidak diperbolehkan
Bu Dewi (kami juga tidak berani) untuk memasak ikan bandeng
dikarenakan saat penggorengan biasanya minyaknya akan memercik
keluar yang mengakibatkan kulit yang terkena bisa melepuh. Setelah
semua lauk pauk dan bahan yang dibutuhkan sudah siap, kita segera
membuat tumpeng dan menghiasnya. Hiasan untuk menghiasi tumpeng
ini dibuat oleh kelompok kami sendiri yang laki-laki. Jadi kelompok kami
memiliki kerja sama yang bagus dalam kegiatan learning tour ini.
Kemudian tumpeng yang sudah jadi tadi dibawa ke gedung serbaguna
Dasun. Disini tumpeng yang kami buat dinilai dan terdapat 5 juara dari 32
peserta. Walaupun kelompok kami belum berkesempatan mendapatkan
juara itu, kami sudah senang dikarenakan kami merasa bahwa dalam
melaksanakan pembuatan tumpeng kami bisa bekerja sama yang mana
dapat menambah rasa persahabatan kami dan juga sikap dari
pendamping warga kami yang baik hati dan ramah kepada kami.
Tumpeng yang sudah dinilai dimakan bersama-sama.
Menggunakan teknik wawancara. Dengan cara mengajukan
pertanyaan oleh pewawancara yang nantinya akan dijawab oleh
narasumber atau informan sambil bertatap muka pada sela sela waktu
memasak. Sebelum melakukan wawancara, pengumpulan data dimulai
dari menentukan informasi yang ingin dikumpulkan, menetapkan jangka
waktu, menentukan metode pengumpulan data, melakukan pengumpulan
data dan diakhiri dengan analisis data, serta menyiapkan pertanyaan -
pertanyaan yang ingin diajukan dalam metode tanya jawab .
Pembuatan laporan penelitian sosial kegiatan learning tour
tumpeng pesisiran ini didampingi penuh oleh Bapak Suhadi. Setiap
kelompok diwakili 2 anak untuk kumpul di Ruang Pameran SMA NEGERI 1
PAMOTAN untuk mendapatkan penjelasan perkelas dari Bapak Suhadi
dengan sangat jelas dan mudah. Banyak hal yang sudah ada dan kita
tinggal nyalin dan tinggal menambahkan yang belum ada. Hal yang sudah
ada dan tinggal disalin itu antara lain daftar pustaka, Latar belakang,
rumusan masalah, dll. Pendampingan ini sangat membantu dalam
kemudahan kami membuat laporan. Setelah laporan selesai, laporan kami
semua di revisi lagi setelah itu kami menindak lanjuti laporan yang sudah
di revisi. Oh ya, pencetakan laporan ini atau nge print laporan ini di print
kan oleh pihak sekolah. Hal ini sangat membantu untuk memudahkan
kami.
Waktu sampai di rumah ibu sumini kita langsung wawancara, kita
mewawancarai ibu sumini ibu sumini sangat baik bangt dangan jawaban
yang sangat jelas dan sangat kita fahami, ibu sumini yang sangat ramah
dengan menjawab dengan bahasa yang halus disertai dengan bahasa
Indonesia setiap kata ibu sumini diakhiri dengan senyuman, saya sangat
senang sekali bisa mendapatkan pendamping seperti ibu sumini, kita
banyak belajar mengenai masak-masak dengan ibu sumini, Terima kasih
bu sudah sabar dan sayang kepada kelompok 25
Ini waktu memasak/atau menumis kita menumis bumbu-bumbu
untuk lauk pauk tumpeng nya kita membagi tugas ada yang menggoreng,
menumis, memotong cabai dll, ada yang membuat ibu sumini di dapur 1
nya ada juga yang menghalus kan bumbu di cobek, ada juga yang
mendominasi kan kegiatan ini, kita juga menggoreng ikan, ada ikan
bandeng, cumi, udang, dan kepng, keong kita sate dan di kasih bumbu
kecap.

Pada hari kamis 6 april 2023 kita ke sekolah jam 8 kita ada
kegiatan mengenai penelitian sosial kita juga diberi pengarahan mengenai
penulisan laporan, kita disini mendapatkan banyak sekali masukan-
masukan tentang penulisan laporan, kita di dampingi oleh bapak suhadi
dan ibu indarti dan setelah kita selesai kegiatan ini kita juga disuruh
menulis pesan kesan dan di kirim di grup sosiologi kelas masing-masing
setelah selesai kita juga ada sesi foto bersama kelompokku tidak lengkap
karena ada kendala yang tidak bisa menghadiri kegiatan ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Kami dari kelompok 25 ingin menceritakan sedikit pengalaman


yang kami dapatkan dari kegiatan learning tour di Desa Dasun Kec.Lasem
Kab.Rembang pada hari Rabu 15 Maret 2023. Kelompok 25 ini didampingi
oleh ibu eko salah satu guru geografi di SMA Negeri 1 PAMOTAN dan
pendamping dari warga yaitu Bu Sumini . Di kegiatan tersebut kita diajak
untuk mengamati, menghasilkan, dan menanyakan hal-hal yang
bersangkutan dengan tumpeng pesisiran.

Kita semua merasa senang atas kegiatan learning tour yang


diadakan oleh sekolah. Untuk mengikuti kegiatan kali ini, kami
mempersiapkan segalanya dengan matang agar kami dapat mengikuti
dengan baik dan mendapat manfaat yang diharapkan.
Apel pagi di sekolah, sebelum berangkat ke Dasun kita menunggu
teman kita yang belum datang dan berbasis. Kita dapat pengarahan oleh
pak suhadi setelah dapat pengarahan kita langsung menuju ke bis yang
sudah disediakan oleh sekolah, kita dibagi bisa nya bisa nya kira-kira ada
8 buah bis jadi satu kelas iku 1 bis ada juga yang 2 bis karena bis nya
kecil, hati yang paling kecil kita mengatakan kita juga tidak gelisah karena
rasa takut untuk mengikuti kegiatan ini, takut tidak sesuai dengan
ekspektasi kita.

Kita sudah mendapatkan bisa kita langsung duduk di bangku dan


sesuai bisanya, sambil bercanda kita di dalam bisa dan membayangkan
kita saat di Dasun nanti, setelah sampai di lasem berhenti di lampu merah
kita melihat badut badut, di sepanjang jalan kita sangat menikmati
perjalanan ke desa dasun di sepanjang jalan kita juga bercanda ria
dengan teman-teman di bis dan sambil bernyanyi kita sangat gembira
karena kegiatan yang kita tunggu-tunggu akhirnya sudah tiba.

Setelah sampai di lapangan Dasun kita langsung foto dan berbaris


sesuai kelompok kita di absen dulu sambil menunggu ibu pendamping di
desa Dasun. Setelah di absen kita langsung menuju di rumah ibu
pendamping kita, kelompok kami sedikit kebingungan karena kita tidak
dijemput jadi kita kebingungan, jadi kita di tunjukan rumah bu Sumini oleh
kepala desa dasun.
Setelah kita sampai di rumah nya kita sedikit wawancara dengan
ibu pendamping kita. Ibu pendamping kita sangat ramah dan baik banget
awal kita ketemu kita sudah sangat senang sekali dapat ibu pendamping
seperti ibu Sumini, awal nya kita radak jengkel karena kita waktu di
lapangan kita tidak di jemput. Tapi kita sangat bersyukur mendapatkan
ibu pendamping seperti ibu Sumini.

Setelah kita wawancara kita langsung memasak dan lain


sebagainya. Kita juga di arah kan oleh ibu pendamping kita dan kita di
beri tugas masing- masing, ada yang bertugas membantu ibu sumini
mengerjakan nasi ada juga yang bertugas memotong, menggoreng, dan
menghalus kan bumbu-bumbu kita sangat gembira dan bercanda-canda
saat mengerjakan/memasak kita juga datang kerumah kelompok lain
untuk melihat-lihat.

Ini sesi memotong cabai untuk memasak keong, kita juga


memotong cabai untuk memasak bahan-bahan lainnya kita juga memarut
kelapa untuk dijadikan santan,santan ini kita masak untuk es dawet. Di
sini adalah bagian tugas laki-laki kelompok kami, kami tidak menyangka
orang yang saat di kelas kerjanya cuman tidur tapi disaat ada kegiatan
memasak dia sangat aktif sekali.
Ini kita sedang menumis bumbu-bumbu untuk bahan-bahan lauk
pauk tumpengnya, kita dapat tugas masing-masing ada yang mengoreng
dan ada yang memotong-motong dan ada yang membantuk ibu
pendamping di dapur belakang. Ini adalah bagian perempuan kita juga
tidak menyangka kita bisa menggoreng dan lain sebagainya, kita
berterima kasih atas kegiatan ini yang saya kira memasak itu menakutkan
tapi ternyata salah memasak itu menyenangkan sekali.
Ini ada dua kompor kita membagi tugas ada yang menggoreng
udang dan ada yang menggoreng ikan bandeng setelah kita menggoreng
udang kita juga menggoreng cumi. Setelah kita goreng semuanya kita
meniriskan udan, bandeng, dan cumi. Kita juga sedikit takut saat
menggoreng ikan bandeng di saat menggoreng minyak nya muncrat-
muncrat kemana-mana teman-teman lain nya tertawa melihat saya
ketakutan dengan minyak saya juga mengakal kan menutupi wajah saya
dengan tutup penggorengan.

Setelah lauk pauk nya sudah matang kita langsung menghiasnya


kita juga membagi tugas saat sesi menghias tumpeng nya. Selalu sampai
di gedung nya kita langsung foto bersama hasil tumpengnya hati kita
sangat senang ketika tumpeng kita sudah selesai, walaupun kita tidak
meneng tapi kita puas dengan hasil tumpeng yang kita buat.
Setelah sampai di gedung kita langsung foto, hati kita sangat
senang sekali dengan hasil yang kita bikin, walaupun kita tidak menang
tapi kita bangga dengan hasil tumpeng kita. Disini kita sudah sangat
kecapean karena kita membawa tumpeng kita ke gedung ini dengan jalan
kaki tapi saat kita perjalan menuju gedung kita bercanda-canda dengan
teman kita yang membawa tumpeng nya karena dia keberatan membawa
tumpeng. Itu kenangan kelompok 25 yang kita tidak pernah lupakan.
Ini waktu sesi penilaian kita sangat resah dan takut Ketika sesi
penilaian ini,di sela-sela penilaian kita berdoa Bersama dan ternyata sudah
di umumkan siapa pemenang nya, dan kelompok kita tidak mendapatkan
juara tapi tidak papa kita sangat bangga sekali dengan dengan hasil
tumpen yang kita buat.

Setelah selesai penilaian dan sudah diumumkan siapa


pemenangnya kita langsung memakan hasil tumpeng kita kita sangat
bangga dengan hasil tumpengnya, di waktu ini kita sudah sangat
kecapean waktu makan pun kita tidak habis akhirnya kita membungkus
nya dan membawa pulang, setelah di perjalanan pun rasa lelah itu hilang
seketika karena ada teman-teman yang saling memberi semangat dan
bercanda-canda di dalam bis.
Terima kasih kepada Bu Sumini yang telah sabar menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan dan dengan jawaban ibuk
yang disertai dengan senyuman membuat kami mudah menyerap apa
yang ibu sampaikan. Terimakasih juga kepada SMA NEGERI 1 PAMOTAN
terkhusus kepada guru sosiologi Bu Indarti dan Pak Suhadi, tanpa kalian
mungkin kami tidak mengenal Bu Sumini . Terimakasih juga kepada Pak
eko telah mendampingi kelompok kami dengan penuh kesabaran dan
guyonan yang membuat kami tidak tegang.
BAB V
PEMBAHASAN

A. BAHAN TUMPENG PESISIRAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang tumpeng pesisiran, berikut ini


adalah ulasan ringkasnya.
Bahan nasi tumpeng putih:
1. Beras.
2. Santan instan.
3. Garam.
4. Air untuk mengukus.

Bahan lauk pauk:


1. Ikan Bandeng.
2. Ikan cumi-cumi.
3. Telur ayam untuk Balado.
4. sate keong.
5. Urap daun singkong dan kecambah.
6. bihun kecap.
7. udang.
8. ikan bandeng.

Bahan pelengkap:
1. Daun pisang untuk alas.
2. Kacang panjang untuk hiasan.
3. Tusuk gigi secukupnya.
4. Cabe merah secukupnya untuk hiasan.
5. Mentimun secukupnya untuk hiasan.
6. daun selada secukupnya untuk hiasan/bawahan.
7. Tomat secukupnya untuk hiasan.

B. PROSES MEMASAK TUMPENG PESISIRAN

1. Pertama - tama cuci terlebih dahulu berasnya...


2. Masak beras bersama air dalam dandang hingga matang & pulen
terlebih dahulu. Sambil menunggu siapkan nampah yang dilapisi
lipatan daun pisang.
3. Cetak nasi putih pulen pada cetakan tumpeng. Versi aku : Beri nasi
putih pulen yang dicetak bulat menggunakan wadah makan sebagai
dasar. Lalu tumpuk atasnya dengan nasi putih yang dicetak
menggunakan kerucut seng. (Note: lapisi daun pisang pada cetakan
kerucut dan pada alas tampah yang digunakan untuk tempat
Tumpeng).
4. Tata lauk pauk, yakni ikan, telur dan tempe di sisi kiri dan kanan nasi
tumpeng. Lapisi dengan beberapa lembar daun selada sebelum
menuang lauk pauk. Note : ini hanya versi saya saja ya menatanya.
Silahkan menata & berkreasi sesuai selera.
5. Isi bagian yang masih kosong dengan sayuran dan bumbu urap secara
terpisah. Tata sesuai selera dan kreasi supaya cantik, menarik &
menggugah selera.
6. Sajikan dan nikmati tumpeng bersama orang-orang terkasih. Tumpeng
sebagai salah satu wujud syukurku terhadap segala hal yang telah
Allah beri hingga saat ini.

C. MODEL REKAYASA PEMAJUAN DESA DENGAN TUMPENG


PESISIRAN

Tumpeng pesisiran ini sudah melekat pada Dasun dikarenakan


letak Dasun yang memiliki laut yang memudahkan masyarakat untuk
mendapatkan bahan bahan tumpeng pesisiran. Masyarakat Dasun sangat
melestarikan tumpeng ini dilihat dari kegiatannya yang melibatkan
tumpeng didalamnya. Dengan tumpeng ini masyarakat tahu oh ini
tumpeng pesisiran Dasun, nah dari itu Desa Dasun bisa terkenal dan bisa
menjadikannya sebagai penghasilan desa yang menguntungkan. Dilihat
bahwa warga Dasun ini dapat bekerjasama yang baik membuat
kegiatannya bisa terlaksanakan dengan lancar.
BAB VI
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, laporan penelitian


ini dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Tumpeng pesisiran desa dasun merupakan kuliner khas
masyarakat yang dibuat dengan bahan-bahan yang berasal dari
laut, tampak, dan bahan yang ada di sekitar pantai.
2. Tumpeng pesisiran masyarakat desa dasun merupakan kuliner
yang dimasak sendiri dengan teknik konvensional.
3. Masyarakat desa dasun masih melakukan pelestarian aktif
dalam membuat tumpeng pesisiran.
B. SARAN

Demikianlah laporan penelitian ini kami buat. Semoga laporan ini


dapat diterima dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Tidak lupa kami
ucapkan syukur kepada Tuhan YME karena atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Dan tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok 19
yang telah ikut membantu dalam pembuatan proposal ini.
Segala saran dan kritik yang membangun sangatlah kami
harapkan dari semua pihak, karena kami menyadari bahwa laporan kami
masih jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik tersebut semoga saja
dapat menjadi acuan atau pelajaran bagi kami semua untuk dapat
menjadi lebih baik lagi dihari esok. Atas segala waktu dan perhatiannya
kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Alfajria, N., & Sudjudi, I. (2015). Ensiklopedia tumpeng. Visual


Communication Design, 4(1), 180630.
Alfath, E. D., & Permana, Y. S. (2016). Festival 1000 Tumpeng:
Komodifikasi tradisi, pariwisata, dan ‘territoriality’di Gunung
Kelud The Festival of 1000 Tumpeng: Commodification of
tradition, tourism, and ‘territoriality’in Kelud Mountain.
Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, 29(4), 169-180.
Amangkunegara III. (1986), Serat Centhini (Suluk Tambangraras) Jilid II,
Yayasan Centhini, Yogyakarta.
Cahyono, A. E. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Authentic Assessment
Berdasarkan Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Ekonomi di
SMA Islam Al-Hidayah Jember. EQUILIBRIUM: Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan Pembelajarannya, 5(1), 1-13.
Ferdiana, S., & Nasir, M. (2017). Penerapan Media Tumpeng Gizi
Seimbang Terhadap Pengetahuan Gizi Siswa Kelas 5-6 di SDN
11/262 Semolowaru. Infokes, 7(02), 17-21.
Fitriana (2021). Tumpeng Sewu Culinary Festival in Rituals of Bersih
Desa Kemiren as Tourism Object 2015-2019. Jurnal Historica Vol
5 No 1.
Hermansah, Angga. (2021). Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun.
Yogyakarta: Lintas Nalar
Himmah, F., Monalisa, L. A., Pambudi, D. S., & Trapsilasiwi, D. (2019).
Ethnomathematics Of Tumpeng And Banyuwangi Tumpeng Sewu
Rituals As Students’ Worksheets. Pancaran Pendidikan, 8(1).
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (2012), “Nasi Tumpeng
Dipilih Menjadi Andalan Ikon Kuliner Tradisional Indonesia”,
tersedia di: www.travel.detik.com/travel-news/d-2124932/nasi-
tumpeng-jadi-pendorong-wisata-kuliner-indonesia (diakses 03
Maret 2023).
Krisnadi, A. R. (2020). Tumpeng Dalam Kehidupan Era Globalisasi
Tumpeng In The Era Of Globalization. Jurnal Hospitality dan
Pariwisata, 1(2).
Kurnia, A. R., Susilo, M. T., & Mardiana, M. (2018). Developing Balanced
Nutrition Snakes and Ladders as Educational Media for Balanced
Nutrition Tumpeng on Elementary School Student. Jurnal Dunia
Gizi, 1(2), 65-70.
Lestari, N. S. (2016). Nasi Tumpeng, A Way To Convey The Message
Through Meaningful Signs. International Review of Humanities
Studies, 1(1).
Mustikarani, W., & Ruhimat, M. (2018). Kelemahan dan Keunggulan
Implementasi Authentic Assessment dalam Pembelajaran
Geografi. Jurnal Geografi Gea, 18(2), 147-153.
Putra, I. N. T. A., Kartini, K. S., & Dewi, L. G. K. (2020). Pelatihan
Pembuatan Tumpeng Upakara sebagai Upaya Peningkatan
Omset UKM Adi Upakara. WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer,
2(3), 93-98.
Radix AP Jati, I. (2014). Local wisdom behind Tumpeng as an Icon of
Indonesian Traditional Cuisine. Nutrition & Food Science, 44(4),
324-334.
Rondhi, M. (2007). Tumpeng: Sebuah Kajian dalam Perspektif Psikologi
Antropologi. dalam Jurnal Imajinasi, 3 (1).
Rusdiana, E. Y. (2019). TUMPENG ROBYONG SEBAGAI SUMBER IDE
PENCIPTAAN MOTIF BATIK UNTUK BUSANA PESTA WANITA.
Ornamen, 16(1).
Setyonugroho, Exsan Ali. (2020). DASUN Jejak Langkah Dan Visi
Kemajuannya. Yogyakarta: CV Lintas Nalar
Siregar, O. M. (2018). Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Kelompok
Keluarga Miskin Untuk Menambah Penghasilan Melalui Pelatihan
Pembuatan Tumpeng Mini Di Kelurahan Pulo Brayan Bengkel
Medan. Abdimas Talenta: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
3(2), 378-382.
Soekirman (2011), “Mengambil sejarah gizi Indonesia untuk melompat
menuju generasi masa depan yang lebih baik: pengembangan
pedoman gizi Indonesia”, Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition,
Vol. 20 No.3, hlm.447-451.
Soemardjan, S. (1985), “Pengaruh Budaya Terhadap Pangan Dan Gizi:
Kasus Indonesia”, dalam Biswas, N. dan Pinstrup-Andersen, P.
(Ed), Nutrition and Development, Oxford University Press,
Oxford, hlm.163-181.
Sugiman. (2019). Nilai Estetika Tumpeng Jawa. Widya Aksara : Jurnal
Agama Hindu, 22(1).
https://doi.org/10.54714/widyaaksara.v22i1.21
Sulastri, Y., & Apriyani, T. (2021). Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon
Desa Mangunweni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen: Kajian
Folklor. MIMESIS, 2(2), 138-146.
Suparman, I. N. (2019). BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA TRADISI NGEJOT
TUMPENG. Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan
Kebudayaan Hindu, 10(2), 75-85.
Sutiyono, S. (1998). Tumpeng Dan Gunungan: Makna Simboliknya Ipa1,
lkm Kehidupan Masyarakat Jawa. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
2(2).
Thamrin, H., Santoso, S., & Prayitno, A. (2017). Pengaruh Media Puzzle
Tumpeng Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan Gizi dan Pola
Makan Anak Taman Kanak–Kanak. Jurnal Gizi Dan Kesehatan,
1(1), 12-23.
Utami, B. (2009). Pengaruh strategi peta konsep dan diagram vee
terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan larutan
penyangga yang diukur dengan authentic assessment (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Malang).
Wardah, F. (2018). Pengembangan instrumen authentic assessment
berupa penilaian proyek untuk mengukur kompetensi
keterampilan siswa (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).
Wijaya, S. (2019). Indonesian food culture mapping: a starter
contribution to promote Indonesian culinary tourism. Journal of
Ethnic Foods, 6(1), 1-10.
Winasis, S. (2010). Penerapan metode student teams achievement
divisions (stad) disertai authentic assessment untuk
meningkatkan partisipasi dan penguasaan konsep dalam
pembelajaran biologi siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Nguter.
Wiyarsi, A. (2009). Penilaian proyek sebagai implementasi authentic
assessment untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja
ilmiah mahasiswa. Jurnal Pendidikan Kimia FMIPA UNY.
Yogyakarta: UNY.
LAMPIRAN
Lampiran Pedoman Pengamatan dan Wawancara
Pedoman Pengamatan

● Mengamati aktivitas keseharian masyarakat yang kamu kunjungi


mulai dari pagi, siang, dan malam ( fokusnya masyarakat Dasun )
● Mengamati alat yang digunakan masyarakat dalam melakukan
aktivitas keseharian.
● Mengamati produk unggulan apa yang dimiliki masyarakat.

● Mengamati cara dalam pembuatan produk

● Mengamati berbagai bahan yang digunakan dalam produk

● Mengamati cara penyajiannya agar lebih terlihat menarik

Pedoman Wawancara

● Menanyakan asal usul masyarakat yang dikunjungi

● Menanyakan asal-usul atau sejarah masyarakat yang kamu


kunjungi.
● Menanyakan aktivitas keseharian masyarakat yang kamu kunjungi.

● Menanyakan alat-alat yang digunakan masyarakat dalam aktivitas


kesehariannya.
● Menanyakan apa saja produk unggulan masyarakat yang kamu
kunjungi.
● Menanyakan asal usul tradisi tumpengan ada di masyarakat.

● Menanyakan rempah apa saja yang digunakan membuat tumpeng


pesisiran.
● Menanyakan dari mana resep rempah didapatkan.

● Menanyakan bagaimana bentuk dan karakteristik rempah yang


digunakan membuat tumpeng pesisiran.
● Menanyakan dari mana mendapatkan rempah yang digunakan
membuat tumpeng pesisiran.
● Menanyakan mengapa menggunakan rempah tersebut, dan apa
fungsinya dalam makanan.
● Menanyakan rempah yang digunakan membuat tumpeng pesisiran

● Menanyakan bahan daging hewan yang hidup di darat.

● Menanyakan bahan daging yang hidup di air.

● Menanyakan sayuran yang digunakan.

● Menanyakan jenis tumpeng yang dibuat (tumpeng kuning/


tumpeng putih).
● Menanyakan cara membuat tumpeng nasi kuning.

● Menanyakan cara membuat tumpeng nasi putih.

● Lauk pauk yang digunakan.

● Menanyakan bahan-bahan yang digunakan memasak lauk-pauk.

● Menanyakan cara memasak lauk pauknya.

● Menanyakan cara menata tumpeng.

● Menanyakan tempat sajian tumpeng yang digunakan.

● Menanyakan pada acara apa warga membuat tumpeng.

● Menanyakan bagaimana prosesi tumpengan berlangsung.

● Menanyakan apa yang dirasakan warga pada saat membuat


tumpeng.
● Menanyakan apa yang dirasakan warga setelah tumpengan.

● Menanyakan apa yang dirasakan warga ketika tidak melakukan


tumpengan.
● Menanyakan apakah tradisi tumpeng masih ada sampai sekarang.
● Menanyakan apakah terjadi perubahan perubahan menggunakan
tumpeng pada saat acara tertentu.
● Menanyakan apakah terjadi perubahan bahan dan cara memasak
tumpeng.
● Menanyakan apakah terjadi perubahan tampilan tumpeng.

● Menanyakan apakah ada warga yang ingin mengubah atau


menghilangkan tradisi tumpengan.
● Menanyakan apakah terjadi penolakan dalam menggunakan
tumpeng.
● Menanyakan kelanjutan tumpeng di masa yang akan mendatang.
LAMPIRAN
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK 25

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Halo semuanya, perkenalkan kami kelompok 25 yang telah mengikuti
kegiatan learning tour yang diselenggarakan oleh sekolah kami yaitu SMA
N 1 Pamotan. Di blog ini kami akan menceritakan sedikit pengalaman
kegiatan learning tour tumpeng pesisiran yang dilaksanakan di Desa
Dasun, Kecamatan Lasem Kab. Rembang.
Kelompok 25/X7
Anggota:
Amanda zahrotun nisa
Asha salsa berliani
Dhayu manik kinanthi
Naila Silviana
Joni Prasetyo
Johan zufikar azaz
M dhiyaur Rohman
Ratna dwi lestari
Bunga indah lestari
PESAN DAN
NO FOTO NAMA TTL ALAMAT
KESAN

AMANDA REMBANG, SUMBERAN Saya sangat senang


ZAHROTUN melakukan learning
21/11/2007
tour tumpeng
NISA
pesisiran di desa
dasun. Di sana
sangat seru dan
mendapatkan
pelajaran dan
pengalaman yang
belum pernah di
dapatkan.

ASHA REMBANG, RINGIN Saya sangat


bersyukur dengan
SALSA 06/08/2006
adanya kegiatan
BERLIANI Learning Tour ini.
Perjalanan menuju
ke lokasi ditempuh
dengan
menggunakan bis
mini. Dan pada saat
sampai di lokasi
langsung ke rumah
ibu pendamping
untuk proses
memasak Tumpeng
Pesisiran.
Adanya Learning
Tour ini membuat
saya menambah
PESAN DAN
NO FOTO NAMA TTL ALAMAT
KESAN

pengalaman baru,
saya begitu sangat
senang melakukan
aktivitas Learning
Tour ini, ibu
pendampingnya juga
sangat ramah, dan
mendoakan agar
menjadi orang
sukses semua.

DHAYU REMBANG; CANDI SARI Selama melakukan


learning tour kali ini,
MANIK 29/10/2007
saya merasakan
KINANTI kebersamaan yang
erat karena tugasnya
dibuat berkelompok.
Pada awalnya, saya
pikir kegiatan ini
akan membebankan
murid yang tidak
dapat memasak,
namun ternyata para
guru dan warga
pendamping sangat
membantu dalam
pelaksanaan
kegiatan tersebut

NAILA REMBANG, KARAS Saya sangat senang


GEDE mengikuti Learning
SILVIANA 18/05/2007
Tour Tumpeng
Pesisiran Di Desa
PESAN DAN
NO FOTO NAMA TTL ALAMAT
KESAN

Dasun.
Dari adanya Kegiatan
Learning Tour
Tumpeng Pesisiran di
Desa Dasun, Saya
dapat Pelajaran dan
Pengalaman.
Sangat bersyukur
juga mendapatkan
warga pendamping
yang sangat ramah,
baik hati, dan
mendoakan saya dan
teman satu kelompok
saya.

JONI REMBANG, KALI saya begitu senang


PRASETYO TENGAH banget ketika
10/06/2005
melakukan learning
tour di Desa Dasun,
pengalaman yang
saya dapat dari sana
begitu banyak
contohnya tau cara
membuat tumpeng
dan bumbu"kas
tumpeng pesisir desa
Dasun pendamping
kelompok saya
begitu tua namun
orang baik banget.
PESAN DAN
NO FOTO NAMA TTL ALAMAT
KESAN

MOH REMBANG, PALAN Pesan : semoga


DHAYAUR learning tour
17/03/2006
kedepanya lebih baik
ROHMAN
dari sekarang dan
lebih seru
Kesan : bisa
berkumpul bersama
teman² dan bisa
memasak bersama
teman² dan
penduduk desa.

JOHAN REMBANG, CIKALAN Pesan: saya


ZULFIKAR berharap learning
06/04/2007
tour yang
AZAZ
selanjutnya
menyenangkan dan
tidak membosankan
Kesan: saya bisa
berkunpul dengan
teman² dan
bersenang bersama
sama

BUNGA REMBANG, GEMBLENG Saya sangat senang


bisa mengikuti
INDAH 23/08/2007 MULYA
learning Tour di
PESAN DAN
NO FOTO NAMA TTL ALAMAT
KESAN

LESTARI dasun karna saya


bisa mendapat
pelajaran dan
pengalaman yang
sebelumnya tidak
saya ketahui tentang
bagai mana cara
memasak tumpeng

RATNA REMBANG, SALE Saya kira learning


tour itu bikin capek
DWI 22/06/2007
dan segala macam
LESTARI tapi ternyata tidak
saya sangat sangat
seneng sekali dengan
kegiatan learning
tour ini saya dapat
pengetahuan baru
tentang memasak
saya ternyata bisa
menggoreng den lain
sebagainya walaupun
kegiatan ini bikin aku
cape tapi saya
sangat puas sekali
PESAN DAN
NO FOTO NAMA TTL ALAMAT
KESAN

dengan hasil
tumpeng nya, ibuk
pendamping nya.
AN

Anda mungkin juga menyukai