Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KEGIATAN STUDI LAPANG

DI KEBUN TEH TAMBI

Laporan Ini Disusun 


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah
Konsep Dasar IPS

DISUSUN   OLEH:
KELOMPOK SEJARAH KELAS RS19D
Donny Yoga Subronto 292020096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
21 Juni 2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga Laporan kegiatan Studi
Lapang di wisata kebun teh tambi Wonosobo yang dilaksanakan pada tanggal 21
Juni 2022, dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan dari penulisan Laporan Studi Lapang ini secara umum adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS SD, dan tujuan
secara khusus adalah untuk melakukan praktikum IPS dan mengembangkan
materi ajar yang kontekstual dalam penyusunan materi Konsep Dasar IPS SD.
Penulisan laporan dan kegiatan studi lapang ini tidak terlepas dari
bimbingan dosen Naniek Sulistya Wardani, S.Pd., M.Si. sebagai pengampu
mata kuliah Inovasi Pembelajaran di Kelas RS19D Oleh karena itu dengan tulus
dan penuh hormat disampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya.
Semoga laporan studi lapang ini bermanfaat bagi siapa saja yang
membutuhkan.

Temanggung, 21 Juni 2022


Penyusun Laporan

No NIM NAMA TANDA


TANGAN
1 292020096 Donny Yoga Subronto

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN STUDI LAPANG


DI WISATA KEBUN TEH TAMBI

Laporan Ini Disusun Oleh:


Donny Yoga Subronto

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Lingkungan yang ada disekitar siswa adalah salah satu sumber yang
dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar secara optimal.
Dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajarnya maka hal itu
akan lebih bermakna dan bernilai, sebab keadaan sebenarnya yang siswa
alami sehingga lebih nyata, lebih factual, dan kebenarannya lebih dapat
dipertangung jawabkan lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat
dipelajari siswa, memperkaya wawasannya. Tidak terbatas oleh tempat
dinding kelas dan kebenarannya lebih akurat (Ahmad, 2000:24)
Pembelajaran Konstektual sangat penting diterapkan dalam mwlakukan
belajar dengan bersumber pada lingkungan karena Pembelajaran Kontekstual
atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses
Pendidikan yang bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, social, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang secara fleksibel
dapat di dierapakan (ditransfer) dari satu permasalahn/konteks ke
permasalahan konteks lainnya
CTL merupakan suatu konsep belajar diman guru menghadirkan situasi
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakana bagi mahasiswa. Proses
pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan mahasiswa
bekerja dan mengalami bukan transfer transfer pengetahuan dari dosen ke
mahasiswa.
Bukit Cinta dan Rawapening Banyubiru Kabupaten Semarang
merupakan suatu daerah yang memiliki bentuk rupa bumi yang sangat
bervariasi yang terdiri dari gunung (gunung Sewu, gunung Merapi, bekas
gunung api Purba), dataran rendah, laut dan sungai serta dilengkapi dengan
laboratorium sehingga dapat mendorong mahasiswa untuk melakukan studi
lapang dan melakukan penelitian.
Danau Rawa Pening merupakan bagian dari sitem pengeloaan sumber
daya air, lingkungan serta kawasan konservasi. Selain itu danau ini juga
berfungsi dalam supply air Perusahaan Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok,
bagian interkoneksi litrik Jawa Bali, Irigasi pertanian sawah di Kabupaten
Semarang, Demak dan Grobogan, Pengendali banjir daerah hilir terutama di
Kabupaten Demak dan Grobogan, Kegiatan pariwisata air dan argowisata,
Kegiatan Perikanan darat baik alami maupun budidaya, penyedia air baku dan
air industri, Persawahan pasang surut, penghasil handicraft dari eceng gondok
dan penambang gambut sebagai bahan dasar pupuk organik dan darerah
budidaya jamur. (Tengah, 2011).
Potensi alam yang ada mendukung tumbuhnya beberapa objek wisata air
seperti Taman Bukit Cinta Rawapening, Wisata Agro Tlogo, Kolam Renang
Tirto Argo, Pemandian Muncul dan Taman Wisata Rawa Permai. Saat ini
keberadaan objek wisata tersebut sangat memprihatinkan dimana minat
pengunjung semakin lama semakin menurun. Menurunnya minat pengunjung
ini dirasa karena objek wisata tersebut belum memaksimalkan seluruh potensi
yang ada di kawasan Danau Rawapening. Selain potensi alam terdapat
potensi kerajinan enceng gondok, kesenian, wisata religi, legenda, dan sejarah
kawasan Rawapening.
Desa Bejalen ini mempunyai potensi perikanan dan pertanian dimana
hasil perikanan dan pertaniannya sangat melimpah dengan kualitas yang baik
sehingga sering dikirim untuk dijual di pasar bandungan. Selain itu
ditemukan potensi kesenian, kebudayaan dan arsitektur
tradisionalRawapening yang hampir menghilang dan mulai ditinggalkan oleh
penduduk setempat.Potensi kesenian yang ada adalah seni tari tradisional
Rawapening, yaitu kuda blarak, kuda debog suruhan, dan kuda kepang
cunthel yang merupakan tarian yang mengadopsi gerakan tari kuda lumping
dengan atribut yang sangat unik. Seiring dengan globalisasi yang ada seni tari
tradisional tersebut perlu untuk dilestarikan selain sebagai objek yang mampu
menarik minat wisatawan namun juga sebagai identitas kawasan dan apresiasi
terhadap budaya leluhur yang ada.
Upacara larung dan sedekah bumi merupakan potensi kebudayaan yang
masih dilestarikan sampai saat ini oleh masyarakat setempat. Kegiatan
tersebut menjadi nilai tambah budaya yang sangat menarik minat wisatawan
mancanegara maupun wisatawan lokal untuk semakin mencintai budaya
tanah air.

1.2 Tujuan dan Manfaat Studi Lapang


A. Kegiatan studi lapang ini bertujuan untuk :
1. Untuk melakukan praktikum IPS untuk disiplin Geografi, Sejarah,
Ekonomi, Sosiologi, Anthropologi, Hukum dan Psikologi Sosial.
2. Untuk melakukan praktek jarak, waktu, dan ketinggian suatu tempat.
3. Untuk melakukan praktek menentukan arah mata angin.
4. Untuk melakukan wawancara dengan pengunjung dan atau
masyarakat.
B. Manfaat Kegiatan studi lapang adalah :
1. Memperoleh pengalaman melakukan praktikum IPS yang terdiri dari
kegiatan pengukuran, pengamatan dan wawancara di sumber belajar
lingkungan,
2. Secara sepesifik studi lapangan memiliki pengaruh positif terhadap
memori jangka Panjang dan secara alami lingkungan alami
memperkuat memori
3. Studi lapang yang efektif dan pengalaman individual (local) dapat
mempengaruhi pertumbuhan individu dan peningkatan ketrampilan
social
4. Dapat meningkatkan ranah afektif serta menjembatani pembelajaran
tingkat tinggi.
5. Terampil dalam melakukan pengukuran, pengamatan, dan wawancara
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pembelajaran IPS


A. Hakekat Pembelajaran IPS
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dijelaskan bahwa:
“IPS merupakan bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah yang antara lain mencakup ilmu
bumi/geografi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya yang
dimasudkan untuk mengembangkan pengetahui, pemahaman, dan
kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.”
M. Numan Somantri (2001) menegaskan bahwa IPS merupakan
perpaduan cabang-cabang ilmu-ilmu Sosial dan humaniora termasuk di
dalamnya agama, filsafat, dan pendidikan,bahkan juga menyangkut aspek-
aspek ilmu kealaman dan teknologi.
IPS merupakan bagian dari kurikulum yang mempunyai tanggung
jawab untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahauan,
keterampilan, sikap, nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam
kehidupan masyarakat baik di tingkat lokal, nasioanl, maupun global
(Enok Maryani dan Helius Syamsudin, 2009: 5).
Djodjo Suradisastra dkk (1991: 4) mengatakan bahwa: “pada
dasarnya IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya”.
Hal ini berarti yang menjadi pokok kajian dari pelajaran IPS adalah
hubungan antar manusia dan lingkungan di dalam kehidupan nyata
manusia.
Terdapat perbedaan yang esensial antara ilmu-ilmu sosial (social
sciences) dengan ilmu pengetahuan sosial (social studies). Menurut
Norman MazKenzie ilmu-ilmu sosial (social sciences) dapat diartikan
sebagai semua bidang ilmu pengetahuan mengenai manusia dalam konteks
sosialnya atau sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan The committee on the social of the national education on
asociation’s and reorganisation of secondary education in 1916
menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan sosial (social studies) ialah mata
pelajaran yang menggunakan bahan ilmu-ilmu sosial untuk mempelajari
hubungan manusia dalam masyarakat dan manusia sebagai anggota
masyarakat. Pendidikan IPS ialah suatu program studi dan bukan disiplin
ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur
filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social sciences), maupun dalam
ilmu pendidikan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu sosial
berbeda dengan ilmu pengetahuan sosial, beberapa perbedaan tersebut
yaitu:
1. Aspek kehidupan manusia yang menjadi objek studi ilmu-ilmu sosial
terpisah, misalnya sosiologi objek studinya interaksi sosial,
antropologi objek studinya kebudayaan, ekonomi objek studinya
kebutuhan manusia, geografi objek studinya ruang atau interelasi
manusia dengan faktor alam pada ruang, ilmu politik objek studinya
kekuasaan, sejarah objek studiya waktu atau riwayat masa lampau,
psikologi sosial objek studinya proses mental manusia sebagai
makhluk sosial. Sedangkan, IPS bukan disiplin ilmu mandiri seperti
ilmu-ilmu sosial lainnya. IPS juga mengkaji manusia dalam konteks
sosialnya, namun, IPS mengkaji aspek kehidupan sosial manusia
sebagai satu kebulatan atau unidimensional.
2. Ilmu-ilmu sosial (social sciences) lebih dipusatkan pada pengkajian
ilmu murni. Kerangkan kerja ilmu-ilmu sosial lebih diarahkan kepada
pengembangan teori dan prinsip ilmiahnya. Setiap disiplin ilmu-ilmu
sosial (sosiologi, antropologi, sejarah, geografi, ilmu politik, ekonomi,
dan lain-lain) berusaha untuk mengembangkan kajiannya sesuai
dengan alur keilmuannya. Oleh sebab itu, ilmuilmu sosial tidak
menekankan aspek pendidikan, namun ilmu-ilmu sosial dirumuskan
sebagai disiplin akademik mengenai manusia dan konteks sosialnya
yakni berusaha mengetahui apa dan menjelaskan mengapa (to describe
and to explain). Sedangkan ilmu pengetahuan sosial (social studies)
lebih menekankan pada aspek pendidikannya. Oleh sebab itu, IPS
disebut juga Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS). Materi IPS
diambil dari ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan pendidikan dan
pengajaran.
B. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal pendidikan, di Indonesia
menerapkan program wajib belajar sembilan tahun (PP Nomor 47 Tahun
2008). Program wajib belajar ini dimulai dari tingkat sekolah dasar, yaitu
SD/MI. Selama mengikuti pembelajaran di sekolah dasar terdapat susunan
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Susunan mata
pelajaran tersebut dimuat dalam struktur kurikulum.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah struktur kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri. Delapan mata pelajaran tersebut
meliputi (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegraan, (3)
Bahasa Indonesia, (4) Matematika, (5) Ilmu Pengetahuan Alam, (6) Ilmu
Pengetahuan Sosial, (7) Seni Budaya dan Keterampilan, dan (8)
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari
SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui pembelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Agar pembelajaran IPS dapat
mengarah pada hal tersebut maka dalam pelaksanaanya harus memenuhi
apa yang diharapkan oleh tujuan pembelajaran IPS.
Bedasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, tujuan pembelajaran IPS di
tingkat sekolah dasar adalah sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2)
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial,
(3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional,
dan global.
Mutakin menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPS secara
keseluruhan adalah membantu setiap individu untuk meningkatkan aspek
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai keterampilan (Susanto,
2014: 10). Pada kesempatan yang lain, Mutakin juga menjelaskan bahwa
tujuan pembelajaran IPS di sekolah adalah: (1) memiliki kesadaran dan
kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman
terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat, (2) mengetahui
dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang
diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial, (3) mampu menggunakan model-
model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan
isu dan masalah yang berkembang di masyarakat, (4) menaruh perhatian
terhadap isu-isu dan maslah-masalah sosial, serta mampu membuat
analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat,
(5) mampu mengambangkan berbagai potensi, sehingga mampu
membangun diri sendiri yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat (Susanto, 2014: 10-11).

C. Pentingnya pembelajaran IPS

Kedudukan pengajaran IPS begitu unik karena harus mempersiapkan


dan mendidik anak didik untuk hidup dan memahami dunianya, dimana
kualitas personal dan kualitas sosial seseorang akan menjadi hal yang
sangat vital.

Menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan dibalik diajarkannya IPS


sebagai mata pelajaran di sekolah karena hal-hal sebagai berikut:

1. IPS memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekan


demokrasi.
2. IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan "dunianya".
3. IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara positif.
4. IPS membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar
(fundamental understanding) tentang sejarah, geographi, dan ilmu-
ilmu sosial lainnya.
5. IPS meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial.
Barr dan teman-temannya (Nelson, 1987; Chapin dan Messick,1996)
merumuskan tiga perspektif tradisi utama dalam IPS. Ketiga tradisi utama
tersebut ialah :
1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship
transmission).
2. IPS diajarkan sebagai ilmu-ilmu sosial.
3. IPS diajarkan sebagai reflektif inquiry (reflective inquiry).
Tujuan pendidikan IPS di tingkat Sekolah Dasar (SD) ditujukan untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar siswa yang berguna
untuk kehidupan sehari harinya. IPS sangat erat kaitannya dengan
persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi dalam
pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia
(global society). IPS harus dilihat sebagai suatu komponen penting dari
keseluruhan pendidikan kepada anak. IPS
memerankan peranan yang signifikan dalam mengarahkan dan
membimbing anak didik pada nilai-nilai dan perilaku yang demokratis,
memahami dirinya dalam konteks kehidupan masa kini, memahami
tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat global yang
interdependen.

Siswa membutuhkan pengetahuan tentang hal-hal dunia luar yang luas


dan juga tentang dunia lingkungannya yang sempit. Siswa perlu
memahami hal-hal berkaitan dengan individunya, lingkungannya, masa
lalu, masa kini, dan masa datang. Kesadaran akan pentingnya hubungan
antara bahan IPS (social studies content), ketrampilan, dan konteks
pembelajaran (learning contexs) dapat membatu kita untuk
mengembangkan suatu IPS yang kuat kadar inquiri sosialnya.

2.2 Karakteristik Pembelajaran IPS

Pengetahuan (mengingat) adalah perilaku kognitif yang paling sederhana.


Penggunaan istilah-istilah dalam pelajaran IPS memang tidak dapat dihindari,
bahkan dapat dikatakan pelajaran IPS kaya dengan istilah, oleh karena itu
istilah-istilah dalam IPS harus siap dipanggil kembali dari memori siswa.
Untuk mempermudah memori tersebut mudah dipanggil kembali maka
pembelajarannya harus ada keterkaitan dengan dunia anak. Cara yang bisa
dilakukan ialah dengan mnemonic, membuat web, graphic organizer, dan
jalinan sebab akibat.

Untuk melatih tingkat kognitif yang levelnya lebih tinggi dapat


digunakan pembelajaran dengan inquiry. Pembelajaran dengan inquiry adalah
pengajaran yang membantu siswa untuk menguji pertanyaan-pertanyaan,
issu-issu, atau masalah yang dihadapi siswa dan sekaligus menjadi perhatian
guru. Inquiry dapat dilakukan dengan cara: percobaan (experiment), studi
kepustakaan (library research),wawancara (interview), dan penelitian produk
(product investigation).

Pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran


dimana secara teknik menggunakan asas kerjasama dalam sebuah kelompok
belajar . Teknik pembelajaran ini diterapkan dalam kelas dimana siswa dalam
satu kelas dibagi kedalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang atau lebih saling
berpasangan untuk bertukar pendapat sertasaling membantu satu sama lain
dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan.Pembelajaran
kooperatif memiliki karakteristik di antaranya adalah :

Siswa bekerja di dalam suatu kelompok untuk belajar materi akademis.


Setiap anggota diatur terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan berbeda-

a. Beda ( seperti rendah,sedang dan tinggi ) serta memiliki rasa saling


ketergantungan satu sama lain.
b. Siswa aktif berinteraksi satu sama
lain,berkomunikasi,berdiskusi,berdebat atau saling menilai pengetahuan
dan pemahaman satu sama lain secara kerjasama.
c. Siswa dilatih untuk bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.
d. Siswa dituntut dapat memilki keterampilan berkomunikasi, seperti
menyampaikan pendapat /berargumen.
Model pembelajaran yangdibahas di atas menyangkut model Jigsaw,
Team GamesTournament (TGT), dan Student Teams Assignment Division
(STAD).Salah satu prinsip kegiatan pembelajaran harus joyful learning.
Prinsipjoyful ini tidak hanya ada dalam pembelajaran lewat games saja, tetapi
semua kegiatan pembelajaran anak SD harus memiliki muatan menyenangkan
buat anak. Pembelajaran dengan permainan berbeda dengan
simulasi,walaupun kedua-duanya sama-sama menyenangkan buat anak.Nilai
merupakan sesuatu yang dipandang berharga atau berguna, bersifat abstrak,
dan dijadikan sebagai standar berperilaku.Strategi Pembelajaran Nilai dan
Ketrampilan Sosial Teori sosiobiologi menyatakan bahwa banyak perilaku
prososial didasarkan pada nilai-nilai moral pada dasarnya berakar pada
warisan genetik manusia. Teori psikoanalisameyakini bahwa anak-anak
memperoleh nilai atau moralitas secara langsung dari orang tua mereka dan
bertindak sesuai dengan petunjuk moral untuk menghindari perasaan bersalah
yang menghukum. Teori belajar social menyatakan bahwa anak-anak
memperoleh perilaku bernilai atau bermoral melalui contoh (modeling) dan
penguatan (reinforcement). Teori belajar sosial dan juga teori psikoanalisa
merujuk terutama pada transmisi (pewarisan) moral, norma, dan nilai dari
masyarakat kepada seorang anak.
Teori perkembanganmeyakini bahwa individu berkembang untuk
bermoral melalui konstruksiatau pembentukan makna moral, bukan sekedar
secara sederhana menginternalisasi aturan dan harapan yang telah ada.Teori
ini memandang perolehan nilai dari sudut pandang konstruktivisme yang
lebih menekankan pada peran individu dalam memperoleh nilai atau moral
Menurut Lickona tujuan pendidikan di sekolah bukan hanya mendorong
peserta didik untuk menjadi cerdas, tetapi juga mendorong mereka menjadi
pribadi-pribadi yang baik. Sementara itu, Beck juga menyataan bahwa
pendidikan nilai di sekolah mempunyai beberapa unsur positif. Para ahli IPS
sepakat bahwa bahwa IPS mesti membantu siswa mengembangkan
pengetahuan, pengertian, keterampilan, dan nilai yang esensial bagi warga
negara dalam suatu bangsa yang demokratis. Mereka sepakat bahwa nilai
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari IPS. Dalam kurikulum standar
untuk social studies (NCSS, 1994), pentingnya nilai ini dinyatakan secara
jelas. Standar tersebut menyatakan bahwa proses belajar mengajar IPS
memiliki kekuatan (powerful) jika bermakna, terpadu, berbasis nilai,
menantang, dan aktif.
Senninga mengkalisifikasikan pendekatan dalam pendidikan nilai atau
moral ke dalam pendekatan langsung (direct approach) dan tidak langsung
(indirect approach). Mengajarkan pendidikan nilai secara langsung berarti
menekankan nilai atau sifat-sifat karakter tertentu selama rentang waktu
khusus atau mengintegrasikan nilai dan sifat-sifat karakter tersebut ke
keseluruhan kurikulum. Sementara itu, pendidikan nilai secara tidak langsung
mendorong siswa untuk mendefinisikan atau menentukan nilai mereka sendiri
dan nilai orang lain dan membantu mereka mendefinisikan perspektif moral
yang mendukung nilai-nilai tersebut.Jensen and Knight menyatakan bahwa
pengajaran moral secara langsung melibatkan penyajian konsep melalui
contoh dan definisi, diskusi kelas dan bermain peran, atau dengan memberi
hadiah kepada siswa terhadap perilaku yang sesuai. Metode indoktrinasi dan
inkulkasi (penanaman nilai) dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan
langsung pada pendidikan moral. Sementara itu, klarifikasi nilai (value
clarification), pendidikan moral cognitive (cognitive moral education), dan
inkuiri nilai dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan tidak langsung pada
pendidikan moral. Dalam praktek pendidikan nilai di sekolah, kedua
pendekatan pendidikan nilai di atas sebenarnya bisa dipadukan, dengan
memaksimalkan kebaikan dan meminimalkan kelemahannya masing-masing
Keterampilan (skill) merupakan salah satu yang harus dikembangkan
dalam mata pelajaran IPS.Keterampilan dalam IPS antara lain meliputi: 1)
keterampilan berfikir, 2) keterampilan peta dan globe, 3)keterampilan waktu
dan kronologi, dan 4) keterampilan sosial.
James Bank mengemukakan beberapa macam keterampilan berfikir yang
harus dikuasai siswa melalui pelajaran IPS meliputi keterampilan:
mendeskripsikan (describing), membuat kesimpulan (making inferences),
menganalisis informasi, konseptualisasi, generalisasi, dan mengambil
keputusan.
2.3 IPS dalam Kurikulum 2013
A. Tujuan IPS
Tujuan pendidikan IPS adalah “untuk menghasilkan warga negara
yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan
bangsanya, religius, jujur, demokratif, kreatif, kritis, analitis, senang
membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan
lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan
kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi serta produktif.”
Pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat adalah
pengetahuan penting yang memberikan wawasan kepada peserta didik
mengenai siapa dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan perkembangan
kehidupan kebangsaan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan
datang.
Sikap religius, jujur, demokratis adalah sikap yang diperlukan oleh
seorang warganegara di masa kini maupun masa depan. Kebiasaan
senang membaca, kemampuan belajar, rasa ingin tahu merupakan
kualitas yang diperlukan untuk belajar seumur hidup.
Kepedulian terhadap lingkungan sosial dan fisik memberikan
kesempatan kepada siswa mata pelajaran IPS untuk selalu sadar dan
berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Kualitas lain yang
tidak kalah pentingnya adalah kemampuan berkontribusi terhadap
pengembangan kehidupan sosial dan budaya.
Komunikasi adalah kemempuan penting untuk kehidupan abad ke-21
(Dyer, 2006). Kemampuan komunikasi mendasariinteraksi sosial yang
tak dapat dihindari, semakin baik kemampuan berkomunikasisemakin
baik interaksi yang terjadi.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikanmulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS
memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokrasi dan bertanggungjawab, serta warga dunia
yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006).
Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar dengan cara : a. mengamati, b. menanya,
dan c. mencoba Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
 Kompetensi
a. Menunjukkan perilaku sosial dan budaya yang mencerminkan
jatidiri bangsa Indonesia.
b. Mengenal konsep ruang, waktu, dan aktifitas manusia dalam
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
c. Menceritakan hasil eksplorasi mengenai kehidupan bangsa
Indonesia.
d. Menceritakan keberadaan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi
dan politik dalam masyarakat.
e. Menunjukkan perilaku sosial dan budaya yang mencerminkan
jati diri dirinya sebagai warga negara Indonesia.
f. Menjaga kelestarian lingkungan hidup secara bijaksana dan
bertanggung jawab.
g. Meneladani tindakan heroik pemimpin bangsa, dalam kehidupan
sosial dan budaya bangsa Indonesia.
h. Menceritakan hasil eksplorasi mengenai kehidupan bangsa
Indonesia.
 Ruang Lingkup Materi
a. Manusia, tempat, dan lingkungan Wilayah geografis tempat
tinggal bangsa Indonesia.
b. Konektivitas dan interaksi sosial kehidupan bangsa di wilayah
negara Indonesia.
c. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan Perkembangan kehidupan
bangsa Indonesia dalam waktu sejak masa praaksara hingga
masa Islam.
d. Sistem sosial dan budaya Kehidupan manusia dan kelembagaan
sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya masyarakat dan bangsa
Indonesia.
e. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Kehidupan ekonomi
masyarakat Indonesia yang bertanggung jawab.
f. Manusia, tempat, dan lingkungan Konektivitas antar ruang dan
penanggulangan permasalahan lingkungan hidup secara
bijaksana dalam kehidupan bangsa Indonesia.
g. Waktu, keberlanjutan,dan perubahan Perkembangan kehidupan
bangsa Indonesia dari masa penjajahan, masa pergerakan
kemerdekaan sampai awal Reformasi dalam menegakkan dan
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
h. Sistem sosial dan budaya. Norma, lembaga, dan politik dalam
kehidupan sosial dan budaya bangsa Indonesia.
i. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Kehidupan Perekonomian
masyarakat dan negara Indonesia sebagai perwujud an rasa
nasionalisme.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka
prinsip pembelajaran yang digunakan :

1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari


tahu;

2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar


berbasis aneka sumber belajar;

3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan


penggunaan pendekatan ilmiah;
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasis kompetensi;

5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju


pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi
dimensi;

7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal


(hardskills) dan keterampilan mental (softskills);

9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan


pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang
hayat;

10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi


keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan
(ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di


masyarakat;

12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah


guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah
kelas;

13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk


meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya


peserta didik.
Terkait dengan prinsip tersebut, maka dikembangkan standar
proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran, sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor
22 Tahun 2016.
B. Instrumen Penilaian

Pasal 14

1. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk


penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau
kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
2. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam
bentuk penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi
persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti
validitas empirik.
3. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk
UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan
memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat
diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.

C. Sejarah ilmu sejarah

Sejarah merupakan kejadian yang terjadi pada manusia yang


berlangsung di masa lampau tapi tidak semua hal yang terjadi di masa
lampau itu di catat dalam sejarah karena yang berkaitan dengan sejarah
adalah hal-hal atau kejadian-kejadian penting yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia itu sendiri baik pada masanya, masa sekarang
ataupun pada masa yang akan datang. Ilmu Sejarah bukanlah fiktif atau
hal yang di sengaja di buat-buat tetapi factual yang terjadi di masa lalu
bisa di uji dengan melakukan rangkaian penelitian yang sistematisa
berdasarkan pada prosedur yang di tentukan. Kemudian di susun secara
kronologis berdasarkan urutan kejadian di masa itu.
 Pengertian sejarah :
1. Filsuf Yunani Aristoteles menyatakan bahwa sejarah itu berasal
dari kata Istoria yang berarti sesuatu pertelaan sistematis
menegenai seperangkat gejala alam, entah susunan kronologi
merupakan factor atau tidak di dalam suatu pertelaan. Pertelaan
itu, meskipun jarang masih tetap hidup di dalam bahasa inggris
yang disebut natural historia dan sejarah itu tidak dapat di
rekonstruksi.
2. Mohammad Hatta mengungkapkan arti sejarah di dalam
bukunya “Pengantar ke Jalan Ilmu Pengetahuan” bahwa sejarah
wujudnya memberi pengetahuan dari pada masa yang lalu”. Ia
menggambarkan suatu ideal tipe bentuk rupa dari masa itu
bukan gambaran yang di mudahkanya tetapi supaya kita
mengenali rupanya.
3. Roeslan Abdul Gani di bukunya yang berjudul “Sosialisme
Indonesia” cetakan ke V memaparkan arti dari sejarah ialah
suatu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara
sistematis dan keseluruhan perkembangan masyarakat serta
kemanusiaan di masa lampau, beserta segala kejadian-
kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara
kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan, untuk akhirnya
di jadikan pembendaharaan pedoman bagi penilaian dan
penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan.
4. Moch. Yamin menjelaskan bahwa sejarah itu ilmu penegtahuan
yang disusun atas hasil peneyelidikan beberapa peristiwa yang
dapat di buktikan dengan bahan kenyataan (sumber sejarah -
standar sejarah)
5. Wilhelm Beur dan Einfuhrung di dalam In Das Stadium Der
Geschte mengungkapkan bahwa sejarah adalah ilmu yang
menggambarkan penegelihatan singkat untuk merumuskan
fenomena kehidupan yang berhubungan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi karena hubungan manusia dalam
masyarakat, memilih fenomena tersebut dengan memperhatikan
akibat-akibat pada zamannya serta bentuk kualitasnya dalam
memusatkan perubahan-perubahan itu sesuai waktunya serta
tidak akan terulang lagi.

D. Perilaku Sejarah

Hal ini dijelaskan berdasarkan pemikiran Prof. J. M. Romein yang


berkata bahwa tugas dari teori sejarah ialah menyusun kembali kepingan-
kepingan masa silam sehingga dapat dikenali kembali. Pernyataan itu
memang tak bisa dipungkiri. Tetapi, Romein tidak berhasil menarik garis
perbatasan dengan filsafat sejarah di satu sisi dan pengkajian sejarah di
sisi lain. Muncul masalah-masalah yang menurut pendapatnya, bidang
teori sejarah ternyata selalu merupakan masalah filsafat sejarah atau
masalah pengkajian sejarah, sehingga cukup beralasan bahwa teori
sejarah seperti pendapat Romein tidak dapat mandiri, karena bidang teori
sejarah selalu merupakan masalah filsafat sejarah. Maka dari itu, lebih
baik melepaskan kedua konsep tersebut dan hanya mempertahankan
istilah filsafat sejarah.
Selain itu, ada tiga unsur filsafat sejarah, yakni filsafat sejarah yang
deskriptif, filsafat sejarah yang spekulatif, dan filsafat sejarah kritis.
Filsafat sejarah yang deskriptif terkait apa yang ditulis oleh ahli sejarah,
yang biasa kita tahu dengan historiografi. Lalu, filsafat sejarah yang
spekulatif memandang arus sejarah faktual guna menemukan suatu
struktur dasar dalam yang tersembunyi dalam arus itu. Sedangkan filsafat
sejarah kritis menyangkut penelitian masa silam yang dilukiskan
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
E. Ruang Lingkup Sejarah

1. Sejarah SebagaiPeristiwa
Adalah sesuatu yang terjadi pada masyarakat manusia di masa
lampau. Para ahli pun mengelompokkan sejarah agar dapat
memudahkan kita untuk memahaminya yaitu:

a. Pembagian sejarah secara sistematis, yaitu pembagian sejarah


atas beberapa tema. Contoh : sejarah sosial, politik, sejarah
kebudayaan, sejarah perekonomian, sejarah agama, sejarah
pendidikan, sejarah kesehatan, sejarah intelektual,
dansebagainya.

b. Pembagian sejarah berdasarkan periode waktu. Contoh: sejarah


Indonesia, dimulai dari zaman prasejarah, zaman pengaruh
Hindu-Buddha, zaman pengaruh Islam, zaman kekuasaan
Belanda, zaman pergerakan nasional, zaman pendudukan
Jepang, zaman kemerdekaan, zaman Revolusi Fisik, Orde
Lama, Orde Baru, dan OrdeReformasi.

c. Pembagian sejarah berdasarkan unsur ruang. Dalam sejarah


regional dapat menyangkut sejarah dunia, tetapi ruang
lingkupnya lebih terbatas oleh persamaan karakteristik, baik
fisik maupun sosial budayanya.Contoh: Sejarah Eropa, sejarah
Asia, Tenggrara, sejarah Afrika Utara,dan sebagainnya.

2. Sejarah Sebagai Ilmu

Sejarah dikategorikan sebagai ilmu karena dalam sejarah pun


memiliki “batang n” (the body of knowledge), metodologi yang
spesifik. Sejarah pun memiliki struktur keilmuan tersendiri, baik
dalam fakta, konsep, maupun generalisasinya (Banks,1977:211-
219;Sjamsuddin, 1996:7-19).
3. Sejarah SebagaiCerita/kisah
Pengertian sejarah sebagai kisah secara umum yaitu mengenai
penulisan peristiwa oleh seseorang yang idenya diambil dari
sejarah. Sejarah adalah rangkaian cerita dan kisah berupa narasi
yang disusun berdasarkan ingatan , tafsiran manusia ataupun kesan
tentang kejadian yang terjadi dimasa lalaucontoh sejarah sebagai
kisah misalanya: buku tentang sejarah wali songo, ceramah
pemuka agama tentang sejarah agama islam , artikel mengenai
terbentuknya ASEAN atau publikasi dan kisah sejarah yang lain.

4. Sejarah sebagai seni


Pengertian sejarah sebagai seni secara umum yaitu mengenai
sejarah yang ditulis dan diceritakan kembali sesuai faktanya
namun bersifat seni. Meski sejarah disusun berdasarkan bahan-
bahan ilmiah , akan tetapi penyajiannya menyangkut soal
keindahan, bahasa dan seni penulisnya. Sejarah bisa dikategorikan
sebagai seni karena perlunya intuisi, imajinasi, emosi dan gaya
bahasa yang termasuk sebgai karya seni dalam menuliskan sejarah
supaya menjadi menarik. Tetapi sejarah tidak benar-benar seni
secara mutlak karena dalam proses penelitiannyaa dilakukan secara
ilmiah. Contoh sejarah sebagai seni misalnya, seni pahat di candi,
relief disitus bersejarah, patung-patung di kuil dan seni sejarah
lainnya.

F. Konsep Dasar Sejarah


1. Konsep sejarah terdiri dari:
a. Masa lampau (tidak dapat diulang kembali)
b. Obyek bisa berupa benda, peristiwa, riwayat, pengalaman
c. Digambarkan atau dinarasikan sebagai fakta
d. Semua obyek dianalisis atau ditafsirkan/ diteliti menggunakan
metode tertentu yang sesuai.
G. Cara melakukan kegiatan praktkum
1. Cara Mengukur Jarak, Waktu Dan Ketinggin Suatu Tempat.
Pengukuran merupakan sebuah ilmu, seni dan teknologi untuk
menentuan posisi relatif, suatu titik di atas, atau di bawah permukaan
bumi. Dalam arti yang lebih umum, survey (geomatik) dapat
didefenisikan; sebuah disiplin ilmu yang meliputi semua metode
untuk mengukur dan mengumpulkan informasi tentang fisik bumi
dan lingkungan, pengolahan informasi, dan menyebarluaskan
berbagai produk yang dihasilkan untuk berbagai kebutuhan. Survei
memiliki peran yang sangat penting sejak awal peradaban manusia.
Diawali dengan melakukan pengukuran dan menandai batas-
batas pada tanah-tanah pribadi. Dengan berlalunya waktu,
kepentingan akan bidang survei terus meningkat dengan
meningkatnya permintaan untuk berbagai peta dan jenis spasial
terkait informasi lainnya dan memperluas kebutuhan untuk
menetapkan garis yang akurat. Pada saat ini peran pengukuran dan
pemantauan lingkungan kita menjadi semakin penting, hal itu
disebabkan semakin bertambahnya populasi manusia, semakin
tingginya harga sebidang tanah, sumber daya alam kita semakin
berkurang, dan aktivitas manusia yang menyebabkan menurunnya
kualitas tanah, air, dan udara kita. Di zaman modern seperti saat ini,
dengan bantuan komputer dan teknologi satelit surveyor dapat
mengukur, memantau bumi dan sumber daya alam secara global.
Begitu banyak informasi yang telah tersedia untuk seperti; membuat
keputusan perencanaan, dan perumusan kebijakan dalam berbagai
penggunaan lahan pengembangan sumber daya, dan aplikasi
pelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya kebutuhan akan jasa
survey dan pemetaan, Ikatan Surveyor Internasional (IFS) telah
mengadopsi definisi berikut; “Surveyor adalah orang yang
professional dengan kualifikasi pendidikan dan keahlian teknis untuk
melakukan aktivitas satu, atau lebih, kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
a. Untuk menentukan, mengukur dan mengetahui permukaan
tanah, benda tiga dimensi. Titik di lapangan, dan lintasan
b. Untuk mengumpulkan dan menafsirkan kondisi permukan tanah
dan informasi geografis dan informasi ekonomi.
c. Menggunakan informasi untuk perencanaan dan efisiensi
administrasi dan manajemen tanah, laut dan seluruh struktur.
d. Untuk melaksanakan pembangunan perkotaan dan pedesaan dan
pengelolaan lahan
e. Untuk melakukan penelitian dan pengembangan.

2. Cara Menentukan Arah Mata Angin

Caranya adalah dengan meletakkan kompas yang Anda bawa


ke permukaan yang datar. Kemudian tunggu saja sampai jarum
yang ada di kompas tersebut sudah tenang dan tak bergerak lagi.
pada saat jarum sudah terdiam maka dengan otomatis jarum yang
ada di kompas akan menunjukkan arah selatan dan juga
utara.Untuk arah yang lain, dengan melihat dial kompasnya. Garis
dan angka yang terdapat pada dial adalah besaran yang bisa
menunjukkan arah.

3. Cara terampil dalam menentukan letak


geografis :

Letak geografis adalah letak suatu daerah yang dilihat dari


kenyataannya di bumi dan semua tempat, termasuk Indonesia
punya letak geografis. Letak geografis menentukan letak posisi
suatu daerah dengan daerah yang lain. Letak geografis merupakan
salah satu determinan yang menentukan masa depan dari suatu
negara dalam melakukan hubungan internasional. Meski untuk
sementara waktu diacuhkan, kondisi geografis suatu negara sangat
menentukan peristiwa-peristiwa yang memiliki pengaruh secara
global. Robert Kaplan menuturkan bahwa geografi secara luas akan
menjadi determinan yang mempengaruhi berbagai peristiwa lebih
dari pada yang pernah terjadi sebelumnya.

4. Cara melakukan wawancara dengan pengunjung atau masyarakat :

Dalam melakukan wawancara ada beberapa langkah yang


harus diperhatikan bagi pewawancara. Berikut ini beberapa langkah
yang harus dilakukan oleh pewawancara

1. Tentukan Narasumber dan Waktu Pelaksanaan Wawancara.

Sebelum wawancara dilakukan buat kesepakatan


bersama dengan narasumber perihal kapan waktu
pelaksanaan wawancara bisa dilakukan. Terlebih lagi,
narasumber merupakan orang yang penting, maka harus
melakukan perjanjian terlebih dahulu sebelum jauh – jauh
hari.

2. Tentukan Topik dan Tujuan Wawancara

Pewawancara harus mengetahui apa tujuan dilakukan


wawancara tersebut dan mengapa wawancara harus
dilakukan. Hal ini dilakukan agar pewawancara tidak
melakukan kesalahan dalam wawancara.

3. Susun Daftar Pertanyaan dan Kuasai Pertanyaan

Tersebut Pastikan pertanyaan yang dibuat terbuka


sehingga informasi yang didapatkan akan lebih mendalam.
pertanyaan terbuka disini maksudnya adalah pertanyaan
yang memungkinkan narasumber untuk leluasa bercerita,
tidak sekedar menjawab ya/tidak.

4. Siapkan Keperluan Dalam Wawancara

Ada beberapa peralatan atau perlengkapan yang sangat


penting menyangkut wawancara. Salah satunya adalah
peralatan alat tulis untuk mencatat informasi – informasi
penting. Bila perlu recorder digunakan untuk merekam
percakapan yang dilakukan.

5. Siapkan Data Diri

Apabila melakukan wawancara dengan orang penting,


siapkan data diri beserta surat tugas. Biasanya data diri
yang dimaksud adalah identitas dari pewawancara tersebut,
tujuan dilakukan wawancara dan masih banyak lagi.

BAB III
METODOLOGI STUDI LAPANG
3.1 Setting dan Kegiatan Studi Lapang
Studi lapang dilaksanakan di Bukit Cinta Rawa Peing,Ambarawa pada
hari sabtu tanggal 27 Febuari 2020
A. Lokasi Studi Lapang
1. Bukit Cinta Rawa Pening untuk melakukan pengamatan sejarah
Bukit Cinta Rawa Pening
2. Bukit Cinta untuk melakukan pengamatan benda-benda bersejarah
yang ada di Bukit cinta, Rawa Pening, seta mengamati pengunjung
yang datang.
3. Pengamatan Rawa Pening yang meliputi :
a. Mengamati air Rawa Pening
b. Mengamati asal Rawa Pening
c. Mengamati nama Rawa Pening
d. Mengamati dan wawancara warga sekitar tentang Rawa Pening
e. Mengamati enceng gondok Rawa Pening
f. Mengamati perahu nelayan yang ada di Rawa Pening
g. Mengamati kondisi alam disekitar Rawa Pening
h. Mengamati orang yang berjualan di area Rawa Pening

B. Jadwal Kegiatan
Tabel jadwal kegiatan study lapang Bukit Cinta Rawa Pening
No Kegiatan Jam Keterangan
1. Pemberangkatan 05.30 – Mahasiswa kumpul di depan GKJ
mahasiswa 06.00
2. Pembukaan 06.30 – 7.30 Dalam acara ini dosen melakukan doa
serta pengarahan kepada mahasiswa dalam
melakukan praktikum study lapanagan
3. Penjelasan 7.30 - 8.30 Dosen melakukan penjelasan mengenai
materi Rawa Pening dengan langsung
menunjukkan kondisi yang ada di Rawa
Pening.
4. Praktikum 8.30 – 11.30 Mahasiswa melakukan praktikum
lapangan serta lapangan dan selanjutnya berdiskusi
pembahasan kepada desen menegenai hasil yang telah
di dapatkan oleh mahasiswa.
5. Istirhat 11.30 – Makan Bersama yang dilakukan dosen
12.00 Bersama mahasiswanya.
6. Pemberangkatan 12.00 – Melakukan perjalanan pulang dengan
pulang ke 12.30 transportasi yang sudah disediakan
kampus UKSW

3.2 Instrumen Praktikum


Pengumpulan data sebuah penelitian yang dilakukan dengan
berbagai metode-metode penelitian seperti observasi, wawancara, studi
pustaka dan dokumentasi, memerlukan alat bantu sebagai instrumen.
Instrumen yang dimaksud yaitu kamera, telepon genggam untuk recorder,
pensil, ballpoint, buku dan buku gambar. Kamera digunakan ketika penulis
melakukan observasi untuk merekam kejadian yang penting pada suatu
peristiwa baik dalam bentuk foto maupun video. Recorder, digunakan
untuk merekam suara ketika melakukan pengumpulan data, baik
menggunakan metode wawancara, observasi, dan sebagainya. Sedangkan
pensil, ballpoint, buku, dan buku gambar digunakan untuk menuliskan
atau menggambarkan informasi data yang didapat dari narasumber.
Instrumen yang digunakan adalah melalui observasi dan wawancara.
Observasi yang dilakukan peneliti meliputi apa saja fokus kajian yang
diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Karya seni, semua ekspresi seni yang dihasilkan atau diapresiasi,
serta medium dan peralatan yang digunakan menjadi fokus kajian.
2. Ruang atau tempat, setiap gejala (benda, peristiwa, tindakan, dan
orang) selalu berada dalam ruang dan tempat tertentu
memungkinkan adanya pengaruh terhadap gejala-gejala yang
diamati.
3. Pelaku, memiliki ciri atau peran tertentu terhadap suatu aktivitas
yang dilakukan akan mempengaruhi apa yang diamati.
4. Kegiatan, dalam ruang dan tempat para pelaku melakukan kegiatan
atau tindakan yang dapat mewujudkan interaksi.
5. Waktu, setiap kegiatan selalu berada dalam tahap-tahap waktu yang
berkesinambungan. Seorang peneliti harus memperhatikan waktu
dan urutan-urutan dari suatu tahap kegiatan, tetapi juga mungkin
hanya memperhatikan kegiatan tersebut dalam satu jangka waktu
tertentu saja secara parsial (keseluruhan).
6. Peristiwa, kejadian yang berlangsung yang melibatkan pelaku-pelaku
yang diamati, baik bersifat rutin maupun biasa. Seorang peneliti
yang baik harus memperhatikan setiap peristiwa yang diamatinya
secara cermat.
7. Tujuan, dalam kegiatan yang diamati dapat juga terlihat tujuan-
tujuan yang ingin dicapai oleh para pelaku, seperti bentuk tindakan,
ekspresi wajah, dan ungkapan bahasa.
8. Perasaan, para pelaku dalam kegiatannya mungkin juga menunjukan
perasaan atau memperlihatkan ungkapan perasaan dan emosi dalam
bentuk tindakan, perkataan, ekspresi wajah, dan gerak tubuh.
Sedangkan melalui wawancara/interview, peneliti mempersiapkan
beberapa pertanyaan untuk dijadikan bahan data atau sumber yang relevan
dalam penelitian tersebut. Pertanyaan wawancara/interview ini antara lain
sebagai berikut :
Tabel
No Indikator Pertanyaan Subyek
Pengamatan
1. Komunikasi lisan 1. Bagaimana sejarah atau Pengamatan
antar individu asal usul Rawa Pening ? dilakukan dengan
2. Apakah Rawa Pening mewawancarai
memiliki mitos tertentu ? tokoh dareah atau
3. Apakah adat istiadat yang juru kunci yang
sering dilakukan pada bernama Mbah
masyarakat rawa pening ? Midi
4. Apakah kesenian atau
budaya yang dimiliki
Rawa Pening ?

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Berdasarkanpada jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis dokumen,
observasi, dan wawancara. Teknik dan cara ini diperlukan unntuk
mengumpulkan dan mengolah data yang didapat dari lapangan sehingga
diharapkan penelitian ini berjalan dengan lancer dan sistematis.Dalam
penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Pengamat berperan serta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu
sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok
yang diamatinya (Moleong,2007: 176). Observasi atau pengamatan
merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting.
Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan. Pengamatan dapat
diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta, pada
pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu fungsi,
yaitu mengadakan pengamatan. Teknik observasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah untuk mengamati penentuan arah mata
angin, penentuan lokasi geografi, pengukuran air rawa pening .

2. Wawancara
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian
yang sangat penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai
alasan. Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui
cara berperan serta, pada pengamatan tanpa peran serta pengamat
hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Teknik
wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannnya pun telah disiapkan. Supaya setiap pewawancara
mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada
calon pewawancara (Sugiyono, 2009: 73).

3. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang
palaksanaan hubungan industrial di PT. Gunung
MasGondanglegiMalang. Dokumentasi digunakan untuk mempelajari
berbagai sumber dokumentasi terutama yang berada di perusahaan itu
sendiri dan didukung oleh sumber-sumber yang
representatif.Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian
sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai
sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk
meramalkan (Moleong,2007: 217). Dokumen digunakan untuk
keperluan penelitian menurut Guba dan Licoln dalam Moleong (2007:
217), karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawaban seperti :
1) Dokumen dan rekaman digunakan karena merupakan sumber yang
stabil, kaya, dan mendorong, 2) Berguna sebagai bukti untuk suatu
pengujian, 3) Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian
kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir,
dan berada dalam konteks, 4) rekaman relatifmurah dan tidak sukar
dipoeroleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan dengan teknik
kajian isi, 6) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk
lebih memperluas ilmu pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

3.4 Teknik Analisis Data


Menurut Patton, analisa data merupakan proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, suatu uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Beberapa tahapan model analisis interaktif Miles dan
Herberman melalui empat tahap, yakni pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan:

1. Pengumpulan data (data colection)


Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua
aspek, yaitu deskripsi dan refleksi. Catatan deskripsi merupakan data
alami yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan
dialami sendiri oleh penelitian tanpa adanya pendapat dan penafsiran
dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai. Sedangkan catatan
refleksi yaitu catatan yang memuat kesan, komentar tafsiran peneliti
tentang temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana
pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Untuk mendapatkan
catatan ini peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan.

2. Reduksi data (data reduction)


Reduksi data merupakan proses seleksi, penyederhanaan, dan
abstraksi. Cara mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi,
membuat ringkasan atau uraian singkat, menggolong-golongkan ke
pola-pola dengan membuat transkip, penelitian untuk mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuat bagian yang tidak penting
dan mengatur agar dapat ditarik kesimpulan.

3. Penyajian Data (data display)


Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun sehingga
memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Agar sajian data tidak menyimpang dari pokok
permasalahan maka sajian data dapat diwujudkan dalam bentuk
matrik, grafis, jaringan atau bagan sebagai wadah panduan informasi
tentang apa yang terjadi. Data disajikan sesuai dengan apa yang
diteliti.

4. Penarikan kesimpulan (conclusion)


Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau
memahami makna, keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat
atau proporsi. Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara
melihat dan mempertanyakan kembali sambil melihat catatan
lapangan agar memperoleh pemahaman yang lebih tepat. Selain itu
juga dapat dilakukan dengan mendiskusikan. Hal tersebut dilakukan
agar data yang diperoleh dan penafsiran terhadap data tersebut
memiliki validitas sehingga kesimpulan yang ditarik menjadi kokoh
(Burhan Bungin, 2010: 70).

BAB IV
HASIL STUDI LAPANG DAN PEMBAHASAN

1.1 Perjalanan Studi Lapang


Perjalanan studi lapang dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2020,
rombongan studi lapang berangkat pukul 05.47 WIB dengan kendaraan bus
Izuzu. Perjalanan studi lapang diawali dengan do’a bersama yang dipimpin
oleh Ibu Naniek. Perjalanan bus dari Salatiga menuju Banyubiru dengan
tujuan Rawa Pening. Rute yang ditempuh yaitu Salatiga tepatnya depan
kampus UKSW menuju jalan raya Jetis , kemudian terminal Bawen yang
merupakan jalan kabupaten. Keadaan jalan ramai karena masih pagi dan
banyak yang berkegiatan., kondisi jalan relatif datar dan bagus karena
merupakan jalan kabupaten. Perjalanan dari Bawen ke rawa merupakan
jalan Kabupaten suasana sudah mulai ramai, jalan relatif berkelok-kelok
dan sudah menemukan kendaraan seperti bus kecil, juga kendaraan
bermotor. Perjalanan dari Salatiga ke Rawa Pening merupakan jalan
Kabupaten sehingga angkutan yang lewat mulai bervariasi dari mulai bus
kecil, bus sedang, angkutan umum, suasana jalan sudah mulai ramai. Karena
merupakan jalan kabupaten sehingga jalan sedikit rusak, jalannya masih ada
yang berlubang, dan banyak ditemukan mobil angkutan umum.
1.2 Pengamatan di Bukit Cinta
Sesampainya di rawa, rombongan studi lapang berfoto bersama terlebih
dahulu. Setelah itu, rombongan studi lapang masuk ke area bukit cinta dan
mengamati area tersebut. Bukit cinta merupakan sebuah kawasan perbukitan
yang terletak dipinggir danau Rawa Pening.
Disebelah kiri terdapat banyak penjual atau pedagang yang menjual
berbagai jenis makanan atau jajanan berupa oleh-oleh atau makanan khas di
Rawa pening, maupun kuliner khas yaitu ikan panggang. . Sedangkan
sebelah kanan yaitu rawa. waktu pengamatan yang dimmulai dari jam 06.05
sampai jam 08. 30 kelompok ekonomi mengamati berbagai jenis kegiatan
ekonomi yang ada di Bukit Cinta, Rawa Pening. Ada berbagai macam jenis
kegiatan ekonomi yatiu sebagai mata pencaharian masyarakat sekitar rawa
pening seperti, pedangan makanan atau jajanan, petugas kebersihan, petugas
peñata parkir atau satpam, petugas penjual tiket, petugas pembersih rawa,
tambak ikan, karamba, penyewa perahu serta pengrajin eceng gondok. Di
bukit cinta sendiri ketika pengunjung masuk dan menaiki anak tangga
menuju bukit, disebelahn kiri terdapat patung kepala naga sedangakan di
bagian kanan terdapat bagian ekor naga, dimana naga tersebut mengelilingi
atau melilit bukit tersebut. Ketika menaiki anak tangga pengunjung bisa
melihat secara langsung keindahan alam berupa rindangnya pohon-pohon
pinus yang menjulang tinggi, dan ditengah-tengah bukit tersebut ada sebuah
aula yang digunakan untuk berteduh atau beristirahat sembari melihat
pemandangan disekitar. Di samping kiri aula terdapat taman bermain untuk
anak-anak dimana ada jungkat-jungkit, dan ayunan serta beberapa kursi
taman. sedangakn diba kanan aula terdapat kursi-kursi taman yang
digunakan untuk bersantai sambil melihat keindahan rawa. Dibagian
belakang terdapat taman dan halaman untuk bersantai bersama.
1.3 Wawancara Aktivitas Perekonomian Di sekitar Bukit Cinta
Setelah melakukan pengamatan dibukit cinta, kelompok ekonomi
melakukan wawancara terlebih dahulu kepada petugas penjual tiket.
Aktivitas perekonomian dari penjual tiket yaitu para petugas yang bekerja di
Rawa Pening berangakt pukul 06.00 pagi. Biasanya wisata rawa pening di
buka dari hari senin sampai minggu jam 06.00 pagi dan ditutup jam 18.00
sore. Untuk harga tiket, hari senin-jumat Rp. 10.000 perorang dan hari sabtu
sampai minggu Rp 15.000 perorang. Adanya perbedaan harga tiket tersebut
dikarenakan perbedaan jumlah pengunjung. Jumlah pengunjung yang
datang pada hari sabtu- minggu lebih banyak dibandingkan pengunjung
yang datang pada hari senin-jumat. Untuk proses pembayaran dilakukan
secara cash atau tunai. Selanjutnya kelompok mewawancarai para pedagang
atau penjual oleh-oleh. Mereka menjual berbagai macam oleh-oleh atau
makanan khas rawa pening yaitu keripik ikan atau cedol yang dijual 1 kg
Rp. 100.000, setengah koli Rp. 50.000 , dan seperempat kilo Rp 25. 000.00.
ada juga keripik belut yang merupakan keripik yang paling mahal harganya
1 kg Rp.140.000. untuk bangunan atau toko tempat mereka berdagang
sendiri merupakan bangunan yang disewakan oleh pemerintah Semarang.
Untuk mata pencaharia penduduk sekitar ada penyewaan perahu mesin yang
merupakan milik pribadi yang disewakan kepada pengunjung.ada sekitar 30
perahu. untuk harga satu perahu yang mengangkut 6 orang adalah
Rp100.000 dengan waktu 30. Menit mengelilingi rawa. Selain perahu
mesin ada perahu dayung yang harga sewanya untuk 6 orang Rp.60.000
setiap 30 menit. Terdapat 6 orang petugas, 1 orang PNS, 5 orang petugas
serabutan, yang bekerja di Rawa pening. Gaji untuk petugas PNS dibayar
oleh pemerintah daerah Kabupaten Semarang yaitu Rp.2.230 /bulan,
sedangkan petugas yang lain bekerja sebagai serabutan gajinya dibayar
perhari sesuai dengan jam kerjanya. Sementara itu untuk mata pencaharian
seperti nelayan, setelah selesai memancing ikannya langsung dijual ke
pengepu dengan harga yang berbeda sesuai dengan jenis ikan. Adapula
pengrajin e ceng gondok yang hasil kerajinannya dijual?
1.4 Diskusi
Selesai melakukan wawancara rombongan berkumpul bersama dibukit
cinta tepatnya diaula dan berdiskusi bersama tentang informasi apa yang
diperoleh dari kegiatan pengamatan dan wawancara. Setiap kelompok saling
melaporkan informasi apa yang diperoleh dan diskusikan bersama. Setelah
itu mendengarkan penjelasan dari Bu Naniek tentang informasi yang sudah
didapat dari setiap kelompok.
1.5 Makan Siang
Selesai melakukan wawancara dan berdiskusi rombongan makan siang
bersama diawali dengan doa yang pimpin oleh Ibu Naniek, kemudian makan
bersama.
1.6 Perjalanan Pulang Banyubiru-Salatiga
Selesai makan siang bersama rombongan bersiap-siap untuk pulang.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil kegiatan studi lapang yakni:
1. Kesimpulan dari praktikum IPS untuk disiplin Sejarah
Sejarah adalah rangkaian cerita dan kisah berupa narasi yang
disusun berdasarkan ingatan , tafsiran manusia ataupun kesan tentang
kejadian yang terjadi di masa lalu. Meski sejarah disusun berdasarkan
bahan-bahan ilmiah , akan tetapi penyajiannya menyangkut soal
keindahan, bahasa dan seni penulisnya. Sejarah bisa dikategorikan
sebagai seni karena perlunya intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa
yang termasuk sebagai karya seni dalam menuliskan sejarah supaya
menjadi menarik
2. Simpulkan materi ajar yang diperoleh di sumber belajar
Studi lapang merupakan kegiatan untuk melakukan pengamatan.
pengukuran dan praktikum langsung di lapangan. Pengukuran jarak
adalah pengukuran yang dilakukan dengan spidometer untuk mengukur
kecepatan dan jarak yang ditempuh menggunakan kendaraan bermotor.
Pengukuran waktu adalah pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan stopwatch ( jam) untuk mengukur waktu yang diperlukan
dari depan kampus UKSW ke lokasi bukit cinta rawa pening dan
pegukuran ketinggian suatu tempat dengan menggunakan meteran
untuk mengukur ketinggian bukit cinta dari permukaan air.
Lokasi Bukit dapat dilihat dari arah mata angin. Penentuan arah mata
angin menggunakan pengamatan terbitnya sinar matahari di pagi hari
dari arah timur, menggunakan mushola bahwa pintu mushola
menghadap barat, menggunakan hp dengan menentukan tiitik 0 derajat.
Letak geografi Bukit Cinta adalah letak yang ditentukan oleh batas-
batas alam. Bukit Cinta sebelah utara dibatasi oleh kecamatan
ambarawa. Bagian timur dibatasi oleh kecamatan tuntang desa
kebondowo, kecamatan banyu biru, kabupaten semarang. Bagian
selatan dibatasi oleh daerah penyangga, dibawah gunung merbabu
permukaan lereng dan bagian barat di batasi oleh rentetan gunung
merbabu kecamatan ambarawa.
Pengunjung dan masyarakat yang diwawancarai dapat bekerja sama
dengan baik, yakni baik pengunjung maupun masyarakat, bersedia
menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dengan baik dan jujur
Konsep dasar disiplin Geografi meliputi :
a. Konsep Lokasi Lokasi disebut juga letak. Lokasi dapat dibedakan
menjadi lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut
menunjukkan letak yang tetap terhadap sistem grid atau kisi-kisi
atau koordinat. Untuk menentukannya digunakan sitem koordinat
garis lintang dan garis bujur yang telah disepakati bersama dan
derajatnya dihitung dari garis ekuator (untuk garis lintang) dan
garis meridian yang melalui Kota Greenwich (meridian nol). Letak
ini bersifat tetap dan biasa disebut letak astronomis. Lokasi relatif
memiliki arti yang berubah-ubah berkaitan dengan keadaan daerah
sekitarnya. Lokasi ini biasa disebut lokasi geografis.
b. Konsep Jarak Jarak mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial,
ekonomi, maupun pertahanan. Jarak dapat merupakan faktor
pembatas alami, sekalipun arti pentingnya bersifat relatif sejalan
dengan kemajuan kehidupan dan teknologi. Jarak berkaitan erat
dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan, pengangkutan
barang, dan penumpang. Jarak tidak hanya dinyatakan dengan
ukuran jarak lurus di udara, tetapi dapat pula dinyatakan sebagai
jarak tempuh, baik yang dikaitkan dengan waktu perjalanan yang
diperlukan maupun satuan biaya angkutan.
c. Konsep Keterjangkauan Keterjangkauan (accessibility) tidak selalu
berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi
medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang
dapat dipakai. Konsep ini tidak hanya berlaku bagi wilayah, tetapi
berlaku juga bagi individu. d. Konsep Pola Pola berkaitan dengan
susunan bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang di muka
bumi, baik fenomena alami maupun sosial budaya. Geografi
mempelajari pola-pola bentuk dan persebaran fenomena,
memahami makna atau artinya, serta berupaya untuk 14
memanfaatkannya dan dimana mungkin juga mengintervensi atau
memodifikasi pola-pola guna mendapatkan manfaat yang lebih
besar.
e. Konsep Morfologi Morfologi menggambarkan perwujudan daratan
muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah
(secara geologi) yang lazimnya disertai erosi dan sedimentasi.
Morfologi juga menyangkut bentuk lahan yang terkait dengan erosi
dan pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air,
dan jenis vegetasi yang dominan. f. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat
mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit yang paling
menguntungkan, baik mengingat kesejenisan gejala maupun
adanya faktor-faktor umum menguntungkan.
g. Konsep Nilai Kegunaan Nilai kegunaan fenomena atau sumber-
sumber di muka bumi bersifat relatif, tidak sama bagi semua orang
atau golongan penduduk tertentu.
h. Konsep Interaksi/Interdependensi Interaksi merupakan peristiwa
yang saling mempengaruhi dayadaya, objek, atau tempat satu
dengan yang lain. Setiap tempat dapat mengembangkan potensi
sumber dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa yang ada
di tempat lain. Dan teruskan dengan
a. Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji/menstudi tentang
masyarakat ataupun kehidupan sosial. Karena semua ilmu
sosial mempelajari tentang pola tingkah laku yang lazim ada
pada kelompok-kelompok manusia. Sosiologi berasal dari kata
socius, artinya kawan ataupun masyarakat. Sedangkan logos,
artinya ilmu pengetahuan/pikiran. Berarti secara sederhana
sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat.
b. Antropologi
Seperti halnya sosiologi, terdapat beberapa pengertian
tentang antropologi. Isinya meliputi archeology, antrologi
ragawi,sejarah kebudayaan, beberapa bagian linguistic serta
berbagai kajian tentang berbagai aspek kemanusiaan.
Antropologi memiliki keterkaitan dengan ilmu pengetahuan
alam, khususnya biologi(Spencer, 1982). Subjek antropologi
adalah budaya dengan berbagai sistem simbulnya, meliputi
bahasa dan kepercayaan.
c. Psikologi
Psikologi sering disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang
diri manusia, meliputi proses mental, kemauan, mental,
kecerdasan, dan emosional. Semuanya bukan hanya
dipengaruhi oleh proses kejiwaan, namun juga oleh warisan
biologi dan lingkungan (Spencer, 1982).
d. Ilmu Politik
Sekitar 30 atau 40 tahun yang lalu, ilmu politik selalu
menekankan pada upaya bagaimana menjadikan pemerintahan
itu stabil dan lebih efisien, tetapi saat ini telah berubah kea rah
menuju politik social, artinya saat ini lebih menekankan
kepada tingkah laku politik suatu golongan masyarakat, latar
belakang sosial politik, dan bagaimana kesadaran politik
timbul dari suatu kelompok masyarakat (Spencer, 1982).

e. Ilmu Sejarah
Setiap orang tentu memahami tentang sejarah
merupakan kajian masa lampau. Dengan ilmu sejarah
diharapkan dapat menghadirkan kembali peristiwa masa
lampau secara hidup dan benar. Ilmu sejarah berbeda
dengan ilmu sosial lain, karena dalam sejarah bukan
mencari generalisasi suatu peristiwa melainkan hendak
mencatat secara detail, menggambarkan seolah-olah cerita
itu terulang lagi untuk kita hayati.
f. Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi lebih menekankan kepada faktor
produksi dan distribusi barang serta jasa. Sajian yang lain
dari ilmu ekonomi adalah untuk menganalisis arah
pertumbuhan keuangan dan kaitannya dengan harga.
Banyak pula ahli ekonomi yang memusatkan
perhatiannyakepada ketenagakerjaan serta kesejahteraan
yang dapat dicapai oleh setiap individu.
Rawa pening memiliki kisah atau legenda yang dipercayai
oleh warga sekitar. Cerita tersebut menceritakan tentang kisah
seorang anak yang meminta makanan kepada penduduk desa
namun ia malah diusir, kemudian ada seorang nenek yang baik
hati yang memberinya makanan. ia kembali lagi ke kampung
sebelum nya dan meminta makanan, tetapi tetap diusir.
kemudian anak tersebut menancapkan lidi ke tanah dan
mencabut nya kembali ketika tidak ada orang yang bisa
mencabut nya. kemudian keluarlah air dari dalam tanah tersebut
dan jadilah sebuah rawa yang dinamakan rawa pening. Memiliki
luas sekitar 2.670 hektar, Danau Rawa Pening berada di empat
kecamatan Kabupaten Semarang, yakni Ambarawa, Bawen,
Tuntang, dan Banyubiru. Rawa Pening biasanya dijumpai oleh
mereka yang mengadakan perjalanan Solo-Semarang atau
sebaliknya melalui jalan utama non-tol ketika sampai
Kecamatan Tuntang.
5.2 Saran
Dengan terselesainya laporan studi lapang, ingin mengemukakan
beberapa saran yang kiranya berguna bagi pembaca. Adapun sarannya
yaitu :
1. Pada waktu melaksanakan kunjungan di Rawa Pening hendaknya
mencatat, merekam, dan memfoto hal penting yang ada di objek
2. Lebih mengeksplore semua tempat dan detail yang ada di Rawa
Pening agar mendapat semua informasi penting
3. Mengikuti semua tata tertib yang ada di Rawa pening.
4. Memperbanyak kunjungan ke tempat-tempat bersejarah lainnya, agar
wawasan mahasiswa menjadi bertambah, tidak hanya di bukit cinta
tetapi perlu mengadakan kunjungan kebeberapa tempat bersejarah
lainnya yang ada didaerah-daerah tertentu.
5. Mengaktifkan kembali kegiatan mahasiswa melalui kegiatan studi
lapangan sebagai media pembelajaran dan praktik mahasiswa untuk
menambah wawasan dan pengetahuan yang dimulai dari lingkup
daerah sekitar didampingi dosen-dosen pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

 Enok Maryani dan Helius Syamsudin. (2009). “Pengembangan Program


Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial”. Jurnal
Penelitian. Vol. 9. No. 1, 5.

Djodjo Suradisastra, dkk. (1991). Pendidikan IPS III. Jakarta: Depdikbud.

Somantri, M. N. (2001). Mengagas pembaharuan pendidikan IPS. Bandung: PT.


rosda karya.

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Supardi. (2011). Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak

Sejarah, T. P. J. P. (2013). Pengantar Ilmu Sejarah. Makassar: Universitas


Negeri Makassar.
https://abstrak.uns.ac.id/wisuda/upload/K7112127_bab1.pdf
https://docplayer.info/31659102-Pengembangan-pendidikan-ips-sd-pjj-s1-
pgsd.html

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11000/2/T1_292012227_BAB
%20II.pdf

Lampiran

Peserta Studi Lapang RS19D dan RS19A Di Rawa Pening

Anda mungkin juga menyukai