PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
KRISMA FEBRI CAHYANINGTYAS
NIM 160141600632
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan meskipun masih jauh dari kata
sempurna. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya kebenaran kepada
umatnya.
Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri
Malang. Selama penyusunan proposal skripsi ini banyak pihak yang telah
membantu. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada pihakpihak
yang telah membantu terwujudnya proposal skripsi ini. Pihak-pihak tersebut antara
lain:
1. Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang yang telah memberi izin untuk
melakukan penelitian.
2. Dr. Zulkarnain, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang
telah memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan proposal skripsi
ini.
3. Drs. Moh Ishom, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan mengarahkan atas selesainya proposal skripsi ini.
4. Dr. Endang Sri Redjeki, M.S sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan atas selesainya proposal skripsi ini.
5. Sopingi, S.Sos, M.Pd sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Seminar
Proposal Skripsi.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Konteks Penelitian..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................5
D. Kegunaan Penelitian.......................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................7
A. Partisipasi Masyarakat....................................................................................7
B. Proses Partisipasi Masyarakat dalam Mengembangkan Kampung Wisata..17
C. Konsep Kampung Wisata.............................................................................18
BAB III METODE PENELTIAN...........................................................................20
A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian..................................................20
B. Kehadiran Peneliti........................................................................................21
C. Lokasi Penelitian..........................................................................................22
D. Sumber Data.................................................................................................22
E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................23
F. Analisi Data..................................................................................................24
G. Pengecekan Keabsahan Data........................................................................25
H. Tahap Penelitian...........................................................................................25
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini secara berturut-turut dibahas mengenai (a) konteks penelitian,(b)
focus penelitian, (c) tujuan penelian, (d) kegunaan penelitian
A. Konteks Penelitian
Kampung wisata merupakan salah satu contoh dari Pariwisata berbasis
masyarakat (Community Based Tourism) yang mana perkembangan dan
pengelolaannya dikontrol oleh masyarakat lokal, dimana bagian terbesar dari
manfaat yang dihasilkan kepariwisataan tersebut dinikmati oleh masyarakat lokal,
baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kepariwisataan
tersebut. (Hausler dan Stradas, 2003:3). Melihat dari prinsipnya, Konsep
Pariwisata Berbasis Masyarakat juga termasuk kedalam pengembangan masyarakat
lokal (Locality Development) sebagaimana yang diungkapkan Rothman dalam
(Suharto, 2009): “Pengembangan masyarakat lokal (Locality Development)
merupakan proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan
ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota
masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien
yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi,
hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.” Berdasarkan
pemaparan tersebut terlihat bahwa Pengembangan masyarakat merupakan kegiatan
pembangunan dimana masyarakat itu sendiri memiliki peran yang sangat penting
dalam terwujudnya keberhasilan dan tercapainya tujuan dari suatu program
pembangunan karena masyarakat lah yang memiliki potensi dan partisipasi aktif
dari masyarakat dalam menciptakan aktivitas atau kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi tersebut merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan dari pengembangan masyarakat. Pentingnya Peran serta aktif masyarakat
dalam program pengembangan masyarakat juga disebutkan dalam pengertian
Pengembangan Masyarakat (Community Development) menurut PBB (1955):
“Pengembangan masyarakat didefinisikan sebagai suatu proses yang dirancang
untuk menciptakan
2
2
3
kemajuan kondisi ekonomi dan sosial bagi seluruh warga masyarakat dengan
partisipasi aktif dan sejauh mungkin menumbuhkan prakarsa masyarakat itu
sendiri.” Dalam sebuah program pengembangan masyarakat seperti Kampung
Kreatif, keikutsertaan masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk
mewujudkan perubahan yang dikehendaki melalui program tersebut. Sebagaimana
tujuan dalam pengembangan masyarakat hanya bisa tercapai apabila ada partisipasi
penuh dari masyarakat. Proses pengembangan masyarakat juga tidak dapat
dipaksakan dari luar dan tidak dapat ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan
perwakilan ataupun instansi pemerintahan. Proses pengembangan masyarakat
adalah suatu proses yang harus dilaksanakan dan dikuasai oleh masyarakat itu
sendiri (Ife, 2006:348).
Hasil penelitian sejenis oleh Rasiman dkk pelaksanaan kegiatan IbM ini
dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan aneka makanan dari lele
dan tepung mocaf dapat dihasilkan kreasi: 1) abon lele,2) mie, lapis legit, dan kue
cucur dari tepung mocaf. Kegiatan penyuluhan nutrisi pada balita di posyandu
yaitu dengan diberikannya PMT (Program Makanan Tambahan) yang berupa
kacang hijau dan biscuit untuk balita. Sedangkan hasil sarasehan bersama warga,
disepakati bahwa akan menjalin informasi dan komunikasi antar warga, dan
menumbuhkan sikap positif sebagai tuan rumah pembangunan kepariwisataan.
Selain dari hasil penelitian Rasiman dkk, hasil penelitian sejenis lainnya
oleh Dinar Wahyuni yaitu; Pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Nglanggeran
dilakukan melalui tiga strategi, yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.
Penyadaran dilakukan melalui sosialisasi dan inovasi oleh Karang Taruna Putra
Bukit Mandiri untuk menyadarkan masyarakat akan potensi desa Desa
Nglanggeran. Akhirnya masyarakat sepakat menjadikan Nglanggeran sebagai desa
wisata. Masyarakat kemudian menentukan potensi Desa Nglanggeran yang akan
dikembangkan sebagai daya tarik wisata meliputi wisata alam, wisata budaya,
wisata sejarah, dan wisata edukasi. Masyarakat yang telah mempunyai kapasitas
kemudian diberi daya untuk mencapai kemandirian. Dari segi fisik, Desa
Nglanggeran banyak mendapat bantuan dana pembangunan sarana pendukung
wisata dari berbagai pihak. Misalnya, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul
4
karena sangat lezat dan nimatnya terasa banget, selain itu juga tersedia durian
monthong
6
dan durian lokal yang lain. “Banyak yang kesini untuk menikmati lezatnya durian
“Kanjeng” bahkan hampir semua pejabat di kabupaten Ponorogo dari mulai
Bupati, ketua DPRD sampai kepala SKPD hingga pejabat pejabat yang lain,
bahkan dari wilayah Propinsi Jawa Timur seperti Surabaya, Malang dan Pasuruan.
Biasanya pada hari minggu atau hari hari libur disini sangat ramai, gasebo-gasebo
yang kami siapkan sangat padat penuh pengunjung yang menikmati lezatnya
durian “Kanjeng” atau juga durian durian monthong dan yang lain. Kami
menyiapkan sampai 500 hingga 600 buah durian dihari minggu kadang kadang
kewalahan untuk memenuhi stok durian. Selain buah durian kita juga menyediakan
buah buah yang lain seperti manggis, rambutan dan lain lain, kami kerja sama
dengan kelompok kelompak tani penanam durian di wilayah Ngebel ini”, tutur
Bambang Subagyo.
Berdasarkan hasil studi pendahulu peneliti bahwasannya kedepannya
Kampung Durian merencanakan tidak hanya menjadi tempat wisata kuliner, akan
tetapi juga akan dibangun kolam renang, tempat bermain untuk memanjakan para
wisatawan lokal maupun wisatawan dari daerah daerah lain, kami belum berani
mengekspos atau beriklan dengan gencar karena kami menyadari keberadaan kami
masih jauh dari yang kami rencanakan, belum komplit, belum sempurna apalagi
termasuk akses jalan. Kami menunggu respon dan dukungan para pejabat terkait
untuk merealisasikan mimpi kami ini”, tandas bambang kepada tim yang sengaja
hadir berkunjung ke kampung durian untuk meliput keberadaan kampung tersebut.
Perkembangan Kampung Durian menjadi Kampung Wisata Durian tidak
terlepas dari partisipasai atau keterlibatan mayarakat secara sadar untuk
berinteraksi secara sosial dalam keadaan situasi dan kondisi tertentu. Partisipasi
masyarakat merupakan suatu cara masyarakata baik secara individu maupun
kelompok yang melalui berbagai proses dengan cara berbagi dalam hal-hal nilai-
nilai, tradisi, perasaan,dan kesetiaan. Menurut Isbandi (2007:27) ” Partisipasi
masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan
keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
7
Berangkat dari apa yang dipaparkan sebelumnya maka peneliti ingin mengangkat
kasus atau permasalahan mengenai “Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu
Pengembangan Kampung Wisata Durian Di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel
Kabupaten Ponorogo” Karena ini juga melibatkan atau sangat berkonribusi terkait
dengan keilmuan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) khususnya konsentrasi
Pemberdayaan Masyrakat (PM), yang keilmuannya memang sangat diperlukan di
kalangan masyarakat terutama di pemberdayaan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu Pengembangan Kampung
Wisata Durian?
2. Bagaimana Proses Partisipasi masyarakat dalam membantu pengembangan
kampung wisata durian?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas diperoleh tujuan penelitian yaitu:
1. Mendeskripsikan Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu Pengembangan
Kampung Wisata Durian.
2. Mendeskripsikan Proses masyarakat dalam membantu pengembangan
kampung wisata durian.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitiian ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan landasari dalam
menambah pengetahuan terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu
Pengembangan Kampung Wisata Durian untuk menjadikan Kampung Wisata
Durian di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
2. Kegunaan Prakti
a. Bagi Kampung Wisata Durian
9
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan landasan bagi masyarakat
Kampung Wisata Durian dalam mengembangkan dan meningkatan kampung
wisata.
b. Bagi Jurusan PLS
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian dan
infrormasi mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu Pengembangan
Kampung Wisata Durian untuk menjadikan Kampung Wisata Durian di Kabupaten
Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini secara berturut-turut dibahas mengenai (a) Partisipasi Masyarakat,
(b) Proses masyarakat dalam mengembangkan kampong wisata, (c) Kampung
Wisata,
A. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dalam kamus bahasa Indonesia adalah keikut sertaan seseorang
dalam suatu kegiatan atau turut berperan atau peran serta. Partisipasi adalah
keteterlibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan
dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala
kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang
dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas segala
keterlibatan. Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seseorang di
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong kepada
pencapaian tujuan pada tujuan kelompok tersebut dan ikut bertanggung jawab
terhadap kelompoknya.(Irene, 2011:50) Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 5 Tahun 2007 menyebutkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan dan
keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan pembangunan.
Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam
situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu
tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil
bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama.(Kencana, 2002:132).
Partisipasi masyarakat atau partisipasi warga adalah proses ketika warga,
sebagai makhluk individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil
peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan pelaksanaan dan pemantauan
kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. (Sumarto, 2003:17)
Menurut Pasaribu dan Simanjuntak, partisipasi masyarakat berarti masyarakat ikut
serta, yaitu mengikuti dan menyertai pemerintah karena kenyataaannya
pemerintahlah yang sampai dewasa ini merupakan perancang, penyelenggara, dan
pembayar utama dalam pembangunan.Masyarakat diharapkan dapat ikut serta,
11
karena di seleggarakan dan dibiayai utama oleh pemerintah itu dimaksudkan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat sendiri, untuk rakyat banyak. (dalam
Siti Fatimah,2012:10) GordonW. Allport berpendapat bahwa seseorang yang
berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya
lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja, yang berarti
keterlibatan pikiran dan perasaannya. Sedangkan Keith davis mengatakan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan mental pikiran dan emosi/perasaan seseorang di
dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan. Selain itu Alastaire White, mengemukan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam pengambilan
keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan untuk
masyarakat. (dalam Sunarti, 2003:76-77).
Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak terlepas dari adanya
partisipasi aktif anggota masyarakatnya. Masyarakat daerah, baik sebagai kesatuan
sistem maupun sebagai individu, merupakan bagian integral yang sangat penting
dari sistem pemerintahan, karena secara prinsip penyelenggaraan daerah ditujukan
guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera di daerah yang bersangkutan.
Konsepsi partisipasi masyarakat terkait secara langsung dengan ide demokrasi,
dimana prinsip dasar demokrasi “dari, oleh dan untuk rakyat”, akan: “memberikan
pada setiap warga negara kemungkinan untuk menaiki jenjang skala sosial dan
dengan demikian menurut hukum membuka jalan bagi hak-hak masyarakat untuk
meniadakan semua hak istimewa yang dibawa sejak lahir, serta menginginkan agar
perjuangan demi keunggulan dalam masyarakat ditentukan semata-mata oleh
kemampuan seseorang”. Bintoro Tjokroamidjojo menegaskan pembangunan yang
meliputi segala segi kehidupan, politik, ekonomi dan sosial budaya itu baru akan
berhasil apabila merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi dari seluruh
rakyat di dalam suatu negara. (Josef Riwu, 2007:120-125) Adapun pengertian
pembangunan menurut W.W Rostow (Abdul Hakim, 2004:89) yaitu proses yang
bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke
12
perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan
sebagai kehendak suatu bangsa.
Dalam proses pembangunan di segala sektor, aparat negara acapkali
mengambil kebijakan-kebijakan yang terwujud dalam pelbagai keputusan yang
mengikat masyarakat umum dengan tujuan demi tercapainya tingkat kesejahteraan
yang lebih tinggi. Sesungguhnya, sudah saatnya bagi kita untuk lebih
memperhatikan kehendak rakyat yang sebenarnya sekaligus mendidik mereka
terlibat dalam gerak pembangunan dengan sepenuh hati. (Wahyudi, 2007:135)
Partisipasi menurut Huneryear dan Hecman adalah sebagai keterlibatan mental dan
emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorong memberikan
sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama
mereka.(Siti Irene,2011:51) Bintoro Tjokroamidjojo (dalam Susantyo, 2007:15)
mengemukakan pengertian partisipasi dalam hubungannya dengan proses
pembangunan, bidang ekonomi khususnya, yaitu : a. Keterlibatan dalam
menentukan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah. Hal ini bukan saja berlangsung dalam proses politik, tetapi juga dalam
proses sosial yaitu hubungan antara kelompok-kelompok kepentingan dalam
masyarakat. b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam bentuk sumbangan dalam mobilisasi
pembiayaan pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, pengawasan sosial atas
jalannya pembangunan, dan lainnya. c. Keterlibatan dalam memetik hasil dan
manfaat pembangunan secara berkeadilan.
Menurut Parwoto, partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan anggota
masyarakat dalam pembangunan dan pelaksanaan (implementasi) program atau
proyek pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat lokal. (Siti Irene, 2011:56)
Partisipasi dalam kehidupan pilitik menyebabkan pengembangan kapasitas
pribadi.Dalam ukuran moral patisipasi dalam praktiknya sebagai jalan menuju
kebebasan dan pengembangan diri.Partisipasi sebagai salah satu dimensi dalam
demokrasi juga dikembangkan di dalam lembaga-lembaga sosial dan ekonomi.
Gaventa dan Valderma mengidentifikasi tiga tradisi konsep partisipasi bila
dikaitkan
14
a. Penduduk setempat
b. Pemimpin masyarakat.
c. Pegawai pemeritahan
a. Citizen power Pada tahap ini terjadi pembagian hak, tanggung jawab, dan
wewenang antara masyarakat dan pemerintah dalam pengambilan
keputusan. Tingkatan meliputi kontrol masyarakat, pelimpahan, dan
kemitraan.
b. Tokenism Pada tahap ini hanya sekedar formalitas yang memungkinkan
masyarakat mendengar dan memiliki hak untuk member suara, tetapi
pendapat mereka belum menjadi bahan dalam pengambilan keputusan.
Tingkatan meliputi penetraman, konsultasi, dan informasi.
c. Non partipation Pada tahap ini masyarakat hanya menjadi objek. Tingkatan
ini meliputi terapi dan manipulasi.
khusus lagi peter Oakley mencoba memetakan partisipasi dalam tujuh tingkatan
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
pengembangan masyarakat juga tidak dapat dipaksakan dari luar dan tidak
dapat ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan perwakilan ataupun
instansi pemerintahan. Proses pengembangan masyarakat adalah suatu
proses yang harus dilaksanakan dan dikuasai oleh masyarakat itu sendiri
(Ife, 2006:348,349).
27
BAB III
METODE PENELTIAN
Bab ini secara berturut-turut dibahas mengenai (a) pendekatan penelitian
dan jenis penelitian, (b) kehadiran peneliti, (c) lokasi penelitian, (d) sumber data,
(e) teknik pengumpulan Data, (f) analisis data, (g) pengencekan keabsahan data,
(h) Tahap – Tahap penelitian.
intensif dan rinci. Studi kasus dalam penelitian kualitatif umumnya bertujuan
untuk mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti. Dikatakan studi
kasus karena sasaran dan fakus kasusnya yang unik, sasaran studi kasus dapat
berupa manusia, peristiwa, latar, dokumen.
Pada studi kasus deskriptif ini peneliti ingin melacak urutan peristiwa,
hubunga antar pribadi menggambarkan sub budaya, dan menemukan fenomena
kunci dalam suatu peristiwa, isu – isu yang ditemukan dalam studi kasus
deskriptif pada umumnya dalam bentuk unjuk kerja perorangan, truktur
kelompok, dan struktur lingkungan sosial. Dalam banyak penelitian kualitatif
biasanya bisa disebut deskripif karena secara umum karakteristiknya dari
kualitatif memag bersifat deskriptif. Oleh karena itu , studi kasusu deskriptif
dapat diintegrasikan dan dikombinasikan dengan studi kasus lain, seperti studi
kasus deskriptif- eksploratoris, deskriptif – eksplanatoris, deskriptif kasus
tunggal, deskriptif – multisitus,dan seterusnya.
B. Kehadiran Peneliti
Peneliti berusaha untuk memahami makna peristiwa dan iteraksi orang
– orang dalam situasi tertentu. Untuk dapat memahami makna peristiwa dan
interaksi orang – orang tersebut, maka diperlukan keterlibatan langsung penliti
terhadap subjek yang di lapangan. Kehadiran peneliti dalam hal ini bertindak
sebagai instrument lunci. Hal ini terutama dalam berinteraksi sosial dalam
pengumpulan data yang relative cukup lama. Pengamatan ini berperanserta
agar peneliti dapat memahami kehidupan sehari – hari pada diri subjek. Dalam
melakukan pengamatan dimaksudkan agar peneliti dapat memasuki dunia
subjek dengan beberapa cara dan segaligus sebagai alasan mengapa dirinya
harus hadir dilapangan.
32
C. Lokasi Penelitian
Ditinjau dri kontes permasalahan peneliti menetapan lokasi penelitian
di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
Timur. Gambar.3.1
D. Sumber Data
Berdasarkan pendapat Arkunto (2002) mengklasifikasikannya menjadi
tiga yaitu orang, tempat dan symbol yang kemudian disngkat dalam Bahasa
inggris menjadi 3P (person,place, papar). Orang (person) adalaha sumber data
yang bisa memberikan data brrupa jawaban lisan melalui wawacara atau
jawaban tetulis melalui angke. Tempat (place) adalah sumber data yan
menajikan tampilan berupa keadaan dian atau bergerak. Simbol (paper) adalah
sumber data yang menyajikan tanda- tanda berupa huruf,angka , gambar, atau
simbol-simbol alinya seperi arca, ukiran kayu,dan lain-lain. Sumber data yang
dipilih oleh peneliti berupa informan (kata-kata dan tindakan orang), dan
dokumen.
33
F. Analisi Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif yang menggunakan logika
induktif abstraktif yang bertolak dari husus ke umum”. Konseptualisasi,
kategorilisasi, dan deskripsi dikembangkan oleh peneliti berdasarkan kejadian,
peristiwa, dan fenomena yang diperoleh dilapangan. Dalam analisis data
peneliti mengikuti siklus oleh Miles dan Hubeman (1994). secara interaktif
pada Gambar 4.1
Analisis data nmengandung arti: diedit, diberi kode, dan bahkan dibuat
tabel. Dengan kondasasi data, bearti peneliti membuat ikhtisar hasil
pengumpulan data selengkapnya mungkin dan kemudian memilah-
milah data sesuai dengan fokus penelitian. Seperangkat hasil
kondensasi data, juga perlu diorganisir ke dalam suatu bentuk sajian
tertentu (data display), sehingga terlihat sosoknya secara utuh, Sajian
data berbentuk catatan wawancara, catatan observasi, dan catatan
dokumentasi. Dengan sajian data yang demikian, maka akan
memudahkan upaya pemaparan data penegasan simpulan (conclusion
drawing and verifying)
H. Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap penelitian, yaitu
sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
36
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini setelah data yang diperoleh telah mencukupi, maka dilanjutakan
dengan analisis data sampai pembuatan laporan yang ditulis berdasarkan pedoman
penulisan karya ilmiah yang berlaku di Universitas Negeri Malang ( UM).
Penulisan laporan akan melalui serangkaian kegiatan konsultasi kepada Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II guna mendaptakan bimbingan dan saran
demi kesempurnaan skripsi sehingga memenuhi kriteria penyusunan skripsi yang
baik dan siap untuk diujikan.
DAFTAR RUJUKAN
B. Kode Topik
C. Kode Informan
1. Ketua Pengurus : KP
2. Anggota Penguru : AP
3. Masyarakat : Ms
D. Kode Tanggal
Misalnya 20-05-2019
20 : Tanggal melaksanakan penelitian
05 : Bulan melaksanakan penelitan
2019 : Tahun melaksanakan penelitia
E. Cara Membaca Kode (W/F1/KS/07-01-2019)
PETUNJUK WAWANCARA
1. Mementukan informan wawancara
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan wawancara
3. Membina hubungan baik dengan informan
4. Menjaga perilaku saat wawancara
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana peran pemerintah desa dalam pengembangan kampung wisata
durian di Desa ngebel ?
2. Apakah dalam pengembangan kampung wisata durian melibatkan pihak
swasta, jika ada apa alasannya?
3. Apakah semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan kampung
wisata durian di Desa ngebel?
4. Apakah pemerintah desa memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
ikut berpartisipasi?
5. Apakah kontribusi masyarakat dalam pengembangan kampung wisata durian
cukup membantu ?
6. Apakah yang mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
pengembangan kampung wisata durian?
7. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan kampung wisata durian?
8. Apakah ada masalah-masalah atau kendala dalam pengembangan kampung
wisata durian?
Masyarakat Setempat
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Pertanyaan Untuk Masyarakat Setempat
1. Apa yang anda ketahui tentang Desa wisata?
2. Bagaimana awal mula ide atau gagasan pembentukan Desa Wisata?
3. Bagaimana tanggapan dari pelaksana program jika ada masukan dan
saran dari masyarakat? Apakah didengar dan dipertimbangkan atau tidak
dianggap?
4. Siapa kemudian yang mengambil keputusan atas musyawarah yang
dilakukan?
5. Apa yang menjadi ciri khas yang membedakan Desa Wisata Durian
dengan desa wisata lain?
6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan Desa Wisata
Durian?
7. Bagaimana pengaruh pengembangan Desa Wisata terhadap kehidupan
masyarakat dan industri lokal?
8. Apakah Bapak/Ibu/ Saudara senang dalam melaksanakan program kerja
desa wisata?
9. Bagaimana proses pembentukan organisasi pengelola Desa Wisata
Durian?
10. Bagaimanakah bentuk pengelolaan yang dijalankan organsisasi tersebut?
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mendapatkan manfaat dengan di bentuknya
Desa Durian sebagai desa wisata, atau justru merasa dirugikan? mohon
dijelaskan!
12. Hasil pembangunanan Desa Wisata apakah yang di nikmati bersama
oleh masyarakat?
13. Bentuk keterlibatan seperti apa yang dilakukan Bapak/Ibu/Saudara
dalam kegiatan pengawasan? Hanya mendengarkan penjelasan pengelola
atau menyampaikan masukan?
14. Adakah pertemuan yang rutin dilakukan untuk mengawasi dan
mengevaluasi program desa wisata?
15. Jika ada bagaimana berlangsungnya pertemuan tersebut? Apakah
menyediakan ruang publik untuk menyampaikan pendapat atau hanya
pertemuan yang sekedar melaporkan kegiatan yang telah berlangsung?
PANDUAN OBSERVASI