Anda di halaman 1dari 164

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM

KELUARGA HARAPAN DI KECAMATAN BOJONGSARI DEPOK


JAWA BARAT

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh
Mety Andriyani
11150540000007

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ABSTRAK

Mety Andriyani
Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan di
Kecamatan Bojongsari Depok Jawa Barat

Program Keluarga Harapan merupakan sebuah langkah dalam upaya


memberdayakan masyarakat yang kurang mampu dalam segi pendidikan,
kesehatan dan kesejahteraan sosial. Tujuan dari program keluarga harapan
ini yaitu memberikan bantuan dan harapan bagi setiap keluarga yang
membutuhkan agar bisa memenuhi kebutuhan yang sangat fundamental
seperti pendidikan untuk anak sekolah, kesehatan bagi ibu hamil, menyusui
dan balita serta untuk lansia dan disabilitas berat agar terciptanya anak-anak
yang cerdas dan pintar serta masyarakat yang sehat dan sejahtera.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bojongsari Depok Jawa Barat.
Jenis penelitian ini menggunkan Grounded theory dengan pendekatan
kualitatif. Hadirnya Program Keluarga Harapan di kecamatan Bojongsari
Depok ini memberikan sebuah harapan bagi setiap keluarga yang
membutuhkan. Program ini memberikan bantuan tunai dan nontunai serta
pendampingan selama masa menjadi keluarga penerima manfaa. Perumusan
penelitian ini yaitu meliputi (1) Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat
melalui program keluarga harapan di Kecamatan Bojongsari Depok dan (2)
Bagaimana hasil pemberdayaan masyarakat melalui program keluarga
harapan di Kecamatan Bojongsari Depok.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat merasa
terbantu dan terpenuhi kebutuhannya dalam segi pendidikan, kesehatan dan
kesejahteraan sosialnya. Program Keluarga Harapan dengan bantuan
pendamping telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi keluarga penerima
manfaat yaitu sebuah usaha bersama menuju masyarakat yang mandiri.
Program Keluarga Harapan ini juga memberikan sebuah pelatihan rutin
bulanan dengan tujuan mengubah pola perilaku masyarakat ke arah yang
lebih baik dalam kehidupan bersosial.
Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Program Keluarga Harapan

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala yag telah memberikan segala kenikmatan yang telah di anugerahkan
dan tak terhitung banyaknya. Berkat kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad Shallahu ’Alaihi wa Sallam serta kepada para keluarganya
dan sahabat-sahabatnya atas teladan yang baik, sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan benar.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mendapatkan


gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,, baik secara moril
maupun materil. Maka penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada:

1. Prof Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA. Rektor


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D. sebagai Dekan, Dr. Siti Napsiyah,
S.Ag., BSW, MSW., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Sihabuddin N, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang Administrasi,
Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Muhtadi M.Si. sebagai Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam UIN Jakarta dan WG. Pramita Ratnasari,

ii
S.Ant., M.Si. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dr. Tantan Hermansah, M.Si. sebagai dosen pembimbing yag
telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dengan sangat
baik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi
penulis.
6. Bagian Tata Usaha (TU) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membuatkan surat-surat pengantar untuk penelitian di lapangan.
7. Kedua Orangtua, Bapak Dikman dan Mamah Marsiti beserta
keluarga atas segala Do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala
bentuk dukungan moril dan materil lainnya kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Kasi Kemas Kecamatan Bojongsari Depok yang telah
meluangkan waktu, memberikan banyak informasi untuk dan
mengizinkan peneliti untuk wawancara dengan masyarakat.
9. Pendamping Program Keluarga Harapan di Kecamatan
Bojongsari, Pak Fikri, Ka Dimas, Ka Meaygie dan Ka Munarti
yang telah memperkenankan dan memberikan banyak informasi
kepada penulis selama melakukan penelitian ini.
10. Teman-teman PMI 2015, penulis banyak ucapkan terimkasih
kepada mereka yang telah memberikan Do’a, motivasi dan
dukungannya.

iii
11. Teman-teman Primordial Cianjur dalam Patwa suci, Ridwan
nawawi, Sahrul latif dan lainnya yang telah banyak memberikan
dukungan.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
peneliti mengucapkan terimakasih banyak dan mendalam atas
bantuan dan dukungan terkait penelitian skripsi.
Semoga semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini mendapatkan balasan kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis,
Dinas Sosial, Seluruh aktor-aktor yang terlibat dalam pemberdayaan
Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari, dan juga sebagai
acuan bagi peneliti yang hendak menulis skripsi.

Ciputat, 08 Januari 2020


Penulis

Mety Andriyani
11150540000007

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................


LEMBAR PENGESAHAN ....................................................
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................
ABSTRAK .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................... 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................ 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 9
E. Metodologi Penelitian ................................................... 10
F. Tinjauan Pustaka ........................................................... 22
G. Sistematika Penulisan ................................................... 25
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Sosiologi Keluarga ........................................................ 27
B. Paradigma Keluarga ...................................................... 27
C. Pemberdayaan Masyarakat ........................................... 28
D. Pemberdayaan Keluarga ............................................... 31
E. Teori Keluarga .............................................................. 33
F. Ketahanan Keluarga ...................................................... 33
G. Kebijakan-kebijakan dan Program Keluarga ................ 34
H. Lembaga-lembaga Negara Terkait Negara ................... 38
I. Program Keluarga Harapan (PKH) ............................... 40

v
J. Model-model Pemberdayaan Keluarga......................... 41
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Kondisi Kecamatan Bojongsari .................................... 53
B. Sejarah Program Keluarga Harapan di Kota Depok .... 57
C. Sejarah Program Keluarga Harapan di Bojongsari ....... 59
D. Profil Program Keluarga Harapan di Bojongsari .......... 61
E. Profil Pendamping Program Keluarga Harapan
di Bojongsari ................................................................. 63
F. Tugas dan Tanggungjawan Pendamping Program
Keluarga Harapan ......................................................... 66
G. Peta Penerimaan Program Keluarga Harapan
di Bojongsari ................................................................ 68

BAB IV TEMUAN PENELITIAN


A. Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 72
B. Hasil Pemberdayaan Masyarakat melalui Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 90
BAB V PEMBAHASAN
A. Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 92
B. Hasil Pemberdayaan Masyarakat melalui Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok .... 100
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 112
B. Saran-Saran ................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 115
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Observasi .................................................................. 13
Tabel 2.1 Model-Model Pemberdayaan Keluarga .................... 46
Tabel 2.2 Pendukung dalam Pemberdayaan Masyarakat
di Indonesia ............................................................... 50
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk ...................................................... 53
Tabel 3.2 Kesejahteraan Keluarga ............................................ 54
Tabel 3.3 Prasarana dan Sarana Pendidikan ............................. 55
Tabel 3.4 Kualitas Ibu Hamil .................................................... 56
Tabel 3.5 Jumlah Penerima Perkelurahan ................................. 68
Tabel 3.6 Komponen Program Keluarga Harapan 2014 ........... 68
Tabel 3.7 Komponen Program Keluarga Harapan 2015 ........... 69
Tabel 3.8 Komponen Program Keluarga Harapan 2016 ........... 70
Tabel 3.9 Komponen Program Keluarga Harapan 2019 ........... 71
Tabel 4.1 Hasil Pemberdayaan Usaha Keluarga Penerima
Manfaat Program Keluarga Harapan ....................... 91

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat Penelitian


Lampiran 2 Catatan Observasi
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 4 Pedoman Wawancara

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian


Menurut (Seotomo, 2006: 315) indonesia merupakan negara yang
mempunyai penduduk yang sangat padat terutama di kota-kota besar,
dengan jumlah penduduk yang sangat pada penduduk tersebut, membuat
Indonesia banyak mengalami masalah-masalah sosial. Masalah sosial
muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada, yang dapat menjadi sumber
masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya
masalah sosial dalam masyarakat di tetapkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah,
organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain-lain.
Menurut (Seokanto, 2000: 406) Kemiskinan dan pengangguran
merupakan penyebab masalah sosial yang menyebabkan kesenjangan di
masyarakat sehingga dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan di
indonesia. Indikator dari kemiskinan adalah dimana seseorang tidak
sanggup mengandalkan dirinya sendiri dalam segi tenaga dan mental
dalam suatu kelompoknya.
Kemiskinan juga dapat diartikan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan juga merupakan
masalah global, sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihat dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahami dari sudut ilmiah yang telah
mapan.

1
2

Pada tahun 2008-2015 menurut (Seokanto, 2000 : 407) indonesia


mengalami penurunan angka kemiskinan. Hal tersebut merupakan
bentuk komitmen dari pemerintah dengan serius menekan angka
kemiskinan dengan meluncurkan program-program pro rakyat.
Kenaikan harga pokok yang semakin melonjak naik sehingga
membebani masyarakat menengah keatas. Maka dari itu tugas
pemerintah dari kondisi tersebut adalah menstabilkan harga agar dapat
dijangkau seluruh golongan masyarakat
Sedangkan menurut Sharp dalam (Kuncoro, 2006) terdapat
beberapa gejala kemiskinan yaitu rendahnya sumber daya manusia yang
disebabkan karena rendahnya pendidikan. Pendidikan merupakan
kebutuhan paling asasi bagi semua orang karena masyarakat yang
berpendidikan setidaknya dapat memiliki kemampuan untuk
membebaskan diri dari kemiskinan. Tingkat pendidikan dapat digunakan
sebagai salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan penduduk.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik pula kualitas
sumber daya mansianya.
Pendidikan sebagai faktor terpenting yang membuat seseorang
keluar dari kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan
memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan
keterampilan. Faktor lain dari kemiskinan adalah kesehatan yang rendah.
Masalah kesehatan merupakan hal yang rentan dihadapi oleh masyarakat
miskin. Hal ini di akibatkan karena keterbatasan ekonomi mereka dalam
upaya mempersehat diri dan memenuhi kebutuhan masing-masing.
Tingkat kesehatan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat dan memiliki keterkaitan yang erat denga kemiskinan.
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam
menyukseskan pembangunan terutama untuk meningkatkan
3

kesejahteraan sosial. Masyarakat memiliki tingkat kesehatan yang baik


akan memiliki tingkat produktivitas kerja yang tinggi, tingkat
pendapatan tinggi, tingkat pendidikan tinggi dan sejumlah hal positif
lainnya (Suryawati, 2005) Pemecahan kemiskinan adalah sebagai bentuk
nyata dari saling tolong karena sebagai sesama muslim adalah saudara,
maka jika ada saudara yang sedang mengalami kesulitan tugas sesama
manusia adalah menolongnya dan membimbing agar bisa mandiri dalam
ekonomi dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini telah di
serukan dalam Al-Quran dalam ayat dibawah, firman Allah swt Q.S Al-
Hujurat: 10-11

َّ ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوة فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا‬
‫ يَا‬-٠١- َ‫ّللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬
‫أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َل يَسْخَ رْ قَوم ِّمن قَوْ م َع َسى أَن يَ ُكونُوا خَ يْرا ِّم ْنهُ ْم َو َل نِ َساء ِّمن‬
‫ال ْس ُم‬
ِ َ ِ ‫نِّ َساء َع َسى أَن يَ ُك َّن خَ يْرا ِّم ْنه َُّن َو َل ت َْل ِم ُزوا أَنفُ َس ُك ْم َو َل تَنَابَ ُزوا بِ ْاْلَ ْلقَا‬
َ ‫ب بِ ْْئ‬
٠٠- َ‫ان َو َمن لَّ ْم يَتُبْ فَأُوْ لَْئِكَ هُ ُم الظَّالِ ُمون‬ ِ ‫اْلي َم‬ ُ ‫ ْالفُسُو‬-
ِ ْ ‫ق بَ ْع َد‬

Artinya: “10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu


damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. 11. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang
yang zalim”.
4

Dalam upaya serius pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan


dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di indonesia adalah dengan
meluncurkan Program Keluarga Harapan. Program ini diharapkan
mampu mengurangi pengeluaran kebutuhan keluarga.

Menurut Kementrian sosial (2016), Program Keluarga Harapan


(PKH) merupakan program perlindungan sosial yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dengan
persyaratan tertentu. Tujuan dari program ini adalah mengurangi angka
dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, serta merubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan
kesejahteraan dari kelompok paling miskin. Peserta Program Keluarga
Harapan diwajibkan memenuhi persyaratan dan komitmen yang terkait
dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu
pendidikan dan kesehatan. Sasaran peserta Program Keluarga Harapan
adalah keluarga miskin dan yang memiliki komponen kesehatan (ibu
hami, nifas, balita, anak prasekolah) dan komponen pendidikan (SD,
sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat) atau anak 7-21 Tahun yang
belum menyelesaikan pendidikan wajib 12 tahun, penyandang disabilitas
berat, dan lanjut usia di atas 70 tahun.

Sedangkan menurut Rahayu (2012) dalam jangka pendek maupun


jangka panjang, manfaat Program Keluarga Harapan adalah pertama,
dalam jangka pendek yaitu memberikan income effect melalui
pengurangan beban pengeluaran keluarga kedua, dalam jangka panjang
dapat memutus rantai kemiskinan, melalui peningkatan kualitas
kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak (price
effect) dan memberikan kepastian akan masa depannya (insurance
effect); ketiga, mengubah perilaku keluarga miskin yang relative kurang
5

mendukung peningkatan kesejahteraan antara lain disebabkan oleh


kurangnya informasi mengenai hak, manfaat, keuntungan, dan
kesempatan, serta, tingginya biaya tidak langsung (transfort, seragam,
dan lain-lain) dan opportunity cost (anak bekerja lebih
“menguntungkan” dari anak sekolah); keempat, mengurangi pekerja
anak, yaitu turunnya anak-anak bekerja di jalanan, serta mencegah
keluarga menjadi tuna sosial dan penyandang masalah kesejahteraan
sosial; kelima, peningkatan kualitas pelayanan publik memalui
complementary perbaikan layanan pendidikan dan kesehatan (supply
side), pengembangan sistem perlindungan sosial masyarakat miskin,
sekaligus penguatan destralisasi.

Sejak tahun 2007 Program Keluarga Harapan telah direalisasikan


oleh pemerintah dan cukup berhasil mengurangi angka kemiskinan di
masyarakat. Keumudian Program Keluarga Harapan mulai berlangsung
dibeberapa Kecamatan-Kecamatan di Indonesia. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman di negara lain, Program Keluarga Harapan
sangat bermanfaat terutaman bagi keluarga miskin yang sudah kronis.

Menurut Rahmawati dalam (Jurnal NFECE No. 2, 2017 : 162-165)


pelaksanaan Program Keluarga Harapan terdapat pendamping yang
merupakan aktor penting dalam mensukseskan Program Keluarga
Harapan. Pendamping Program Keluarga Harapan adalah sumberdaya
manusia yang di rekrut dan dikontrakkerjakan yang ditetapkan oleh
Kementrian Sosial sebagai pelaksana pendamping di tingkat kecamatan.
Keberhasilan Program Keluarga Harapan dipengaruhi oleh implementasi
pemberdayaan masyarakat miskin dan peran pendamping. Pendamping
berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang
6

didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan


informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi
masyarakat adalah tugas yang berkaitan dengan peran pendidik. Peran
lain yaitu dalam keterampilan representasi/perwakilan masyarakat.
Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara
pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi
nama kepentingan masyarakat dampingannya.

Pemerintah Kota Depok yang di bawah naungan Kementrian Sosial


sangat serius dalam pemecahan kemiskinan dengan meluncurkan
beberapa program yang berupaya mengurangi kesenjangan sosial.
Setelah lepas dari Dinas Tenaga Kerja, Dinas Sosial (Dinsos) kini lebih
fokus dalam merumuskan program sosial di kota Depok. Kepala Dinas
sosial menjelaskan dibentuknya dinas sosial merupakan amanah undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah. Dalam
undang-undang tersebut dijelaskan, bahwa urusan pemerintahan wajib
yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang dalam hal ini urusan sosial
wajib menjadi kewenangan pemerintah. (http://www.depok.go.id : portal
resmi pemerintah depok)

Kebijakan pemerintah ini selaras dengan hadits Rasulullah SAW


yang diriwayatkan oleh Muslim hadits no 2699

ْ‫ َس َعن‬ ‫صلهى ه‬
َ ‫َّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم َقا َل َمنْ َنـ هف‬ ‫َعنْ أَ ِبيْ ه َُري َْر َة َرضِ َي ه‬
َ ِّ‫َّللا ُ َع ْن ُه َع ِن ال هن ِبي‬
ْ‫ َو َمن‬،ِ‫ب َي ْو ِم ْالقِ َيا َمة‬ َ ‫ َس َّللاُ َع ْن ُه ُكـرْ َب ًة مِنْ ُك‬
ِ ‫ـر‬ ِ ‫ِن ُكـرْ َب ًة مِنْ ُك َر‬
َ ‫ َنـ هف‬، ‫ب ال ُّد ْن َيا‬ ٍ ‫م ُْؤم‬
، ‫ـر مُسْ لِ ًمـا‬ َ ‫ َو َمنْ َس َت‬، ‫هـر َّللاُ َعلَ ْي ِه فِـي ال ُّد ْن َيا َو ْاْلخ َِر ِة‬َ ‫ َيس‬، ‫َيس َهر َعلَـى مُـعْ سِ ٍر‬
، ‫ان ْال َع ْب ُد فِي َع ْو ِن أَخِي ِه‬ َ ‫ َوَّللا ُ فِـي َع ْو ِن ْال َع ْب ِد َما َك‬، ‫ـرهُ َّللاُ فِـي ال ُّد ْن َيا َو ْاْلخ َِر ِة‬
َ ‫َس َت‬
‫ َو َما‬، ‫ـج هن ِة‬ َ ‫ َسههـ َل َّللا ُ لَ ُه ِب ِه َط ِري ًقا إِلَـى ْال‬، ‫َو َمنْ َسلَ َك َط ِري ًقا َي ْل َتمِ َسُ فِي ِه عِ ْلمًـا‬
َّ‫ إِ ه‬، ‫ارسُو َنـ ُه َب ْي َن ُه ْم‬
َ َ‫ َو َي َتد‬، ‫َّللا‬
ِ ‫اب‬ َ ‫ون ِك َت‬ َ ُ‫َّللا َي ْتل‬
ِ ‫ت‬ ِ ‫ت مِنْ بُـيُو‬ٍ ‫اجْ َت َم َع َق ْـو ٌم فِـي َبـ ْي‬
7

َ ‫ َو َذ َك‬، ‫ َو َح هفـ ْتـ ُه ُم ْالـ َمالَ ِئ َك ُة‬، ‫ َو َغشِ ـ َيـ ْتـ ُه ُم الره حْ ـ َم ُة‬، ‫ت َعلَي ِْه ُم ال هسكِي َن ُة‬
ُ‫ـر ُه ُم َّللا‬ ْ َ‫ـزل‬
َ ‫َن‬
َ ‫ لَـ ْم يُسْ ِرعْ ِبـ ِه َن‬، ‫ َو َمنْ َب هطـأ َ ِبـ ِه َع َملُـ ُه‬، ُ‫فِي َمنْ عِ ْندَ ه‬
‫ـسبُـ ُه‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu
kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan
darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa
memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah
hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari
kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib)
seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan
akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba
tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan
untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan
menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu
rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan
mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan
turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi
mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat
yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa ya diperlambat oleh
amalnya maka gais keturunannya tidak mempercepatnya.

Salah satu yang menjadi program Kementerian Sosial sebagai upaya


dalam pengentasan kemiskinan yang dijalankan oleh Dinas Sosial Kota
Depok adalah Program Keluarga Harapan. Program Keluarga Harapan
sebagai program dari Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial dari
Dinas Sosial Kota Depok yang memberikan bantuan tunai bersyarat
untuk meringankan beban keluarga sangat miskin (KSM). Pemerintah
menyiapkan anggaran Rp34 triliun untuk bantuan sosial Program
Keluarga Harapan atau meningkat hampir 2 kali lipat dibandingkan
8

dengan Rp19 triliun pada 2018. Jumlah penerima bantuan Program


Keluarga Harapan ini sebanyak 10 juta keluarga pada 2018 dan 2019.
(http://www.depok.go.id)

Kemudian peneliti tertarik untuk meneliti proses dalam Program


Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok dengan
pertimbangan memperhatikan situasi sosial masyarakat yang dari segi
kuantitas sangat banyak jumlah penduduknya namun dilihat dari kualitas
belum memenuhi kriteria masyarakat mandiri dan sejahtera yang masih
memerlukan bantuan dari pemerintah.

Maka dari itu berdasarkan uraian masalah diatas Peneliti


mengangkat sebuah judul penelitian ini “Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari
Depok Jawa Barat”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian


1. Kebutuhan penddikan untuk anak-anak dari keluarga kurang
mampu yang seringkali tersendat akibat terbatasanya biaya
pendidikan.
2. Kesehatan keluarga yang tidak stabil dikarenakan biaya kesehatan
yang mahal.
3. Keluarga kurang sadar dalam pengembangan keterampilan usaha
sehingga mereka menjadi pasif dan banyak pengangguran.
4. Minimnya pengetahuan keterampilan orangtua dalam mendidik
anak untuk menciptakan keharmonisan keluarga.
9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian

Untuk lebih memfokuskan masalah dalam penelitian skripsi ini,


maka penulis membatasi permasalahan ini pada “Pemberdayaan
Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan di Kecematan
Bojongsari Depok Jawa Barat”.

Dari pembatasan permasalahan yang telah dikemukakan di atas,


maka perlu adanya penyususnan perumusan masalah dalam penelitian
ini, rumusan masalah itu adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui Program


Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok?
2. Bagaimana hasil pemberdayaan masyarakat melalui Program
Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan dari dilakukannya kegiatan ini, antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan masyarakat
melalui Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan
Bojongsari Depok.
2. Menganalisis hasil dari pemberdayaan masyarakat melalui
Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari
Depok.
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat akademik
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu
dan pengetahuan baru yang berkaitan dengan bidang sosial yang
khususnya dalam bidang pemberdayaan masyarakat.
10

2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat sebagai informasi untuk penelitian
lebih lanjut dan memberikan pengetahuan kepada mahasiswa atau
masyarakat umum bagaimana Proses pemberdayaan masyarakat
melalui program keluarga harapan di Kecamatan Bojongsari
Depok.

E. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian Program Keluarga Harapan di Bojongsari Depok
Jawa Barat, Peneliti menggunakan pendekatan Kualitatif. Penelitian
dengan pendekatan Kualitatif sangat membantu Peneliti dalam
pengumpulan data lapangan.
1. Pendekatan Penelitian
Menurut Kirk dan Miller dalam (Zuriah, 2007: 91) penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia
dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasannya dan peristiwanya
Penelitian kualitatif berfokus pada analisis proses dari suatu
proses berpikir yang berkaitan dengan fenomena yang terjadi dan
data yang didapatkan dilapangan. Penelitian kualitatif bertujuan
juga untuk mengungkapkan suatu masalah dalam kehidupan
bermasyarakat seperti dalam organisasi pemerintahan, swasta dan
lainnya.
Menurut Sygiyono dalam (Gunawan, 2013: 81) penelitian
kualitatif bersifat tidak tetap dan dinamis karena ketika terjun ke
lapangan teori akan berkembang berdasarkan fenomena yang
didapatkan peneliti. Ketika dalam melakukan penelitian Kualitatif
11

tiga kemungkinan masalah yang akan dibawa oleh peneliti, yaitu (1)
masalah yang telah dipersiapkan oleh peneliti ketika terjun ke
lapangan semasa penelitian berlangsung; (2) masalah yang ketika
penelitian mulai berkembang, diperluas/diperdalam akan tetapi
tidak memerlukan perubahan yang terlalu banyak hanya
disempurnakan, dan (3) mengganti masalah penelitian dikarenakan
judul proposal dan judul penelitian tidak sama sehingga harus
disesuaikan keduanya.
Menurut Gunawan (2013: 83) Saat meneliti lapangan,
penelitian kualitatif mengkaji partisipan atau narasumber dengan
interaktif. Penelitian ini ditujukan untuk meneliti fenomena-
fenomena dari sudut pandang narasumber yang dibutuhkan oleh
peneliti. Dalam pelaksanaannya peneliti merupakan instrumen kunci
untuk menggali suatu objek alamiah dilapangan
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian pemberdayaan masyarakat melalui Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok peneliti
menggunakan jenis penelitian Grounded theory.
Menurut Burhan Bungiin (2016: 72) jenis penelitian yang
bernama grounded theory, merupakan suatu cara analisis dalam
penelitian yang dilakukan dengan tajam dan dapat memberikan jalan
keluar agar tidak stagnan atas teori yang telah diperoleh dalam ilmu-
ilmu sosial dengan menitikberatkan sosiologi. Adapun langkah dari
jenis penelitian tersebut yaitu peneliti langsung terjun ke lapangan
dan menyusun data melewati susunan induktif serta peneliti tidak
pernah puas dengan informasi yang didapatkannya.
Disebut dengan grounded theory karena data tersebut akan
menjadi dasar pembentukan suatu teori dan teori tersebut berasal dari
12

data di lapangan sehingga penelitian membuka potensi lahirnya teori


yang baru sebab data lapangan selalu bergerak dinamis dan terus
berkembang, sedangkan teori yang sudah mapan akan cenderung
tetap.
Sedangkan menurut Gunawan (2013: 204) Sebagaimana
penelitian kualitatif pada umumnya, pendekatan grounded theory
sama sekali tidak bermaksud untuk menguji suatu teori yang sudah
ada, dan tidak bertentangan dengan variabel-variabel dalam suatu
teori. Penelitiannya tidak terpengaruh oleh literatur karena peneliti
akan kesulitan dalam berkreativitas dalam menggali data lapangan,
memahami dan menganalisis data karena sesungguhnya dalam
penelitian grounded theory ketika peneliti terjun lapangan tidak ada
pengetahuan mengenai objek yang akan diteliti termasuk jenis data
dan fenomena-fenomena yang akan ditemui.

3. Tempat dan Waktu Penelitian


Untuk tempat penelitian lapangan dalam Program Keluarga
Harapan yang bertempat di Kecamatan Bojongsari Depok Jawa
Barat. Waktu penelitian dimulai dari 29 Mei sampai 30 November
2019.

4. Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian


Adapun subyek penelitian ini adalah pendamping Program
Keluarga Harapan dan Keluarga Penerima Manfaat di Kecamatan
Bojongsari Depok yang menjadi sasaran pengembangan masyarakat
dari Program Keluarga Harapan. Sedangkan obyek penelitian ini
adalah Program Keluarga Harapan di Kecamatan Boongsari Kota
Depok Jawa Barat.
13

Tabel 1.1 Kerangka Informan Penelitian Program Keluarga Harapan


(PKH) di Kecamatan Bojongsari

No Informan/ Nama Informasi Teknik


Narasumber yang dicari pengumpulan
data
1 Kasi Kemas Kecamatan Yaya Peta Umum Data sekunder
Bojongsari keadaan Berupa
Masyarakat di dokumen
Kecamatan profile
Bojongsari lengkap
2 Koordinator Program Fikri A Sejarah, profil, Wawancara
Keluarga Harapan Solehudin dan kegiatan dan
Kecamatan Bojongsari S.pd dalam Program dokumentasi
sekaligus pendamping Keluarga
Harapan
3 Pendamping Program Meaygie Profil Wawancara
Keluarga Harapan Priayudana pendamping, dan
S.sos kegiatan Dokumentasi
pemberdayaan
4 Pendamping PKH Dimas Profil Wawancara
Adrianto pendamping, dan
Hermawan kegiatan Dokumentasi
M.A pemberdayaan
5 Pendamping PKH Munarti Kegiatan- Wawancara
kegiatan dan
pemberdayaan Dokumentasi
6 Keluarga penerima Cici Pemberdayaan Wawancara
manfaat (KPM) KUBE-jasa E- dan
warong Dokumentasi
7 Keluarga penerima Asmi Pemberdayaan Wawancara
manfaat (KPM) KUBE-jasa E- dan
warong Dokumentasi
8 Keluarga penerima Kartinah Pemberdayaan Wawancara
manfaat (KPM) KUBE-jasa E- dan
warong Dokumentasi
9 Keluarga penerima Ipah Kegiatan Wawancara
manfaat (KPM) Family dan
Deevelopment Dokumentasi
session
10 Keluarga penerima Ana Kegiatan Wawancara
manfaat (KPM) Family dan
Deevelopment Dokumentasi
session
14

No Informan/ Nama Informasi Teknik


Narasumber yang dicari pengumpulan
data
11 Keluarga penerima Susi Usaha rumah Wawancara
manfaat (KPM) produksi olahan dan
keripik Kube- Dokumentasi
jasa Program
Keluarga
Harapan

Sumber: Data Wawancara Peneliti

5. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data
sebagai berikut :
a. Data primer, data yang diperoleh langsung dari informan atau
narasumber. Data yang dierpoleh berupa hasil dari observasi,
baik itu dari apa yang dilihat dan didengar, serta hasil
wawancara mendalam dengan narasumber yang berkaitan
dengan penelitian ini seperti pihak pemerintah Kecamatan
Bojongsari, Pendamping Program Keluarga Harapan, dan
Keluarga Penerima Manfaat dari Program Keluarga Harapan
di Kecamatan Bojongsari Depok.
b. Data sekunder, data yang diperoleh peneliti yang berasal dari
buku-buku, dokumen dan data pemerintahan Kecamatan yang
dipublikasikan melalui internet, jurnal, artikel dan internet
yang dianggap valid dan relavan dengan penelitian ini.
15

6. Teknik Pengumpulan Data


Untuk teknik pengumpulan data Penelitian Kualitatif dalam
Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari, peneliti
melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut,
Penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan kondisi perilaku
dan situasi masyarakat yang sedang diteliti disekitarnya. Berdasarkan
tersebut maka teknik pengumpulan datanya bervasiasi dan
disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dalam mempermudah
megumpulkan data penelitian seperti introspeksi, sejarah kehidupan,
hasil wawancara, observasi lapangan, perjalanan sejarah dan hasil
pengamatan visual. Menurut Mantja dalam (Gunawan, 2013 : 142)
dalam teknik pengumpulan data kualitatif menggunakan teknik
interaktif yang terdiri dari wawancara dan pengamatan berperan, dan
noninteraktif berupa pengamatan tak berperan, analisis dokumen dan
arsip. Narasumber dalam pengambilan data penelitian kualitatif
adalah perilaku manusia.
Menurut Gunawan (2013: 206) Pengumpulan data dalam
grounded theory ialah dengan peneliti itu sendiri. Proses
pengumpulannya terdapat dua metode utama yang dapat digunakan
yaitu obervasi dan wawancara secara mendalam dengan narasumber.
Hal spesifiik yang membedakan yang membedakan pengumpulan
data grounded theory dengan pengumpulan data lainnya adalah
penelitian grounded theory ialah menekankan pada pemilihan
fenomena yang dikumpulkan dan meneliti suatu proses yang sedang
berlangsung, untuk melihat proses berjalannya serta memperoleh
hasilnya.
Berikut teknik pengumpulan data penelitian kualitatif dengan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
16

a) Observasi
Menurut Arikunto (2012) observasi merupakan suatu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara
sistematis. Sedangkan menurut Kartono dalam (Gunawan,
2013: 143) pengertian observasi ialah sebuah studi penelitian
yang disengaja dan sistematis meneliti tentang fenomena sosial
dan suatu gejala-gejala yang sedang terjadi selama masa
pengumpulan dan pencatatan data penelitian. Kemudian tujuan
dari observasi yaitu mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi
dari interelasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada
fenomena sosial.
Sedangkan Ruslan (2003: 54) menurutnya observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan
melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan
pancaindra lainnya, peneliti secara langsung melihat atau
mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian. Selama di
lapangan peneliti meakukan observasi untuk menggambarkan
secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi. Kemudian
melakukan catatan tertulis, merekam, dan menganalisis data
pertama, penelitian memfokuskan penelitian data.
Peneliti melakukan observasi lapangan sebanyak 11 kali
terhitung dengan izin penelitian ke lembaga-lembaga terkait
dan sekaligus mendapatkan informasi untuk memperkaya data
peneliti mengenai Program Keluarga Harapan. Kemudian
peneliti beberapa kali mengunjungi tempat-tempat keluarga
penerima manfaat dan usaha yang sedang dijalankannya untuk
menkonfirmasi sebuah data wawancara dan data tertulis yang
17

didapatkan dari pendamping apakah sesuai dengan yang


dirasakan oleh para keluarga penerima manfaat.
b) Wawancara
Menurut Ardianto (2010: 163-164) wawancara adalah
sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dan responden atau orang yang di wawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Inti dari
teknik pengumpulan data dengan wawancara ini bahwa setiap
penggunaan teknik ini selalu ada beberapa wawancara,
responden, materi wawancara, dan pedoman wawancara.
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode
wawancara sekaligus bertindak sebagai pemimpin dalam proses
wawancara tersebut.
Pada prinsipnya teknik wawancara ini adalah dimana
peneliti bertatap muka dengan informan secara langsung dalam
suatu proses wawancara. Menurut Patton dalam (Imam, 2013:
165) menegaskan bahwasanya tujuan dari wawancara ini ialah
untuk mendapatkan dan menemukan apa yang terdapat dalam
pikiran orang lain berpedoman pada apa yang ingin peneliti
dapatkan. Bahwa peneliti ingin memperoleh data dari informan
mengenai suatu masalah atau fenomena yang sedang terjadi
yang tidak tertuang dalam pertanyaan kuesioner. Pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti kepada informan
tergantung dari kemampuan dan pengalaman peneliti dalam
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang
didapatkan dari jawaban informan.
18

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara


dengan berbagai pihak. Agar mendapatkan data yang akurat
dan valid maka peneliti melakukan wawancara dengan :
1) Pemerintah Kecamatan Bojongsari
Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pihak
Kecamatan Bojongsari yaitu dengan Pak Yaya sebagai Ketua
seksi Kemas, hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan
informasi yang valid dan akurat seputar Program Keluarga
Harapan dan pendampingnya, dan agar peneliti mendapatkan
informasi lengkap mengenai kehidupan sosial masyarakat
khususnya seputar pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan
sosial di Kecamatan Bojongsari.
2) Pendamping Program Keluarga Harapan Kecamatan
Bojongsari
Wawancara dilakukan dengan Semua pendamping
Program Keluarga Harapan Kecamatan Bojongsari. Terutama
Koordinator Program Keluarga Harapan yang merupakan
pendamping pertama sejak Program Keluarga Harapan di
Bojongsari mulai dilaksanakan. Wawancara ini dilakukan
secara intensif dan mendalam karena penelitian ini berfokus
kepada orang-orang sebagai pemberdaya Program Keluarga
Harapan yaitu pendampingnya. Dimulai dari sejarah awal
Program, profil program dan seluruh proses kegiatan yang
dilakukan dalam Program Keluarga Harapan.
3) Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga
Harapan
Wawancara dilakukan dengan Keluarga Penerima
Manfaat sebagai upaya konfirmasi dari seluruh informasi yang
19

peneliti dapatkan dari semua pendamping. Peneliti melakukan


studi lapangan dengan mengunjungi rumah-rumah keluarga
penerima manfaat sekaligus mewawancarai mereka. Hal ini
dilakukan untuk memperkuat dan memperkaya data
penelitian.
Peneliti hanya memfokuskan wawancara kepada beberapa
keluarga dengan kriteria ketua kelompok, sekretaris atau
bendahara kegiatan dan keluarga yang memiliki usaha sendiri.

c) Dokumentasi
Menurut Ardianto (2010: 167) metode dokumentasi
adalah salah satu kegiatan dalam teknik pegumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri
data historis. Sebagian besar data yang tersedia berbentuk surat,
catatan harian, kenang-kenangan, dan laporan. Sifat utama dari
bentuk data-data tersebut tidak terbatas pada ruang dan waktu
sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yang lalu. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut
dokumen, dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto
tape, mikrofon, CD dan hardisk.
Sedangkan menurut Sugiyono dalam (Gunawan, 2013:
176) Dokumentasi merupakan suatu catatan tentang kejadian
atau fenomena yang sudah berlalu yang tertuang kedalam
tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang. Studi
dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara karena hasil penelitiannya akan dapat
dipercaya jika disertai dengan bukti berupa dokumen.
20

Dalam proses penelitian dilapangan peneliti mendapatkan


beberapa temuan dokumen yang berguna untuk menunjang
kelengkapan hasil temuan lapangan. Diantaranya peneliti
medapatkan dokumen berupa buku profile lengkap kodisi sosial
kemasyarakatan dari Ketua seksi kemasyarakatan Kecamatan
Bojongsari untuk melengkapi data peneliti mengenai kondisi
sosialnya masyarakat di Bojongsari. Kemudian peneliti
mendapatkan softfile data Keluarga Penerima Manfaat Program
Keluarga Harapan beserta komponennya mulai dari tahun
2014-2019 dari Fikri sebagai Koordinator Program Keluarga
Harapan di Bojongsari. Kemudian setiap sedang wawancara
maupun sedang mengikuti kegiatan dalam program peneliti
melakukan dokumentasi kegiatan berupa poto sebanyak 45 file.

7. Teknik Analisis Data


Untuk teknik analisis data dalam penelitian kualitatif Program
Keluarga Harapan Peneliti menggunakan analisis data kualitatif,
dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan
berlangsung, yang artinya kegiatan tersebut dilakukan juga selama
dan sesudah pengumpulan data.
Prastowo ( 2016: 45-46) analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan secara terus menerus dari awal hingga akhir penelitian,
dengan induktif dan mencari pola, model, tema serta teori. Kegiatan
pengumpulan dan analisis data berlangsung secara simultan atau
berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, yang di dalamnya
terlihat sifat interaktif pengumpulan (koleksi) data dengan analisis
Analisis data kualitatif akan mencakup penelusuran data, melalui
catatan-catatan (pengamatan lapangan) untuk menemukan pola-pola
21

budaya yang dikaji oleh peneliti. Sementara itu Bogdan & Biklen
dalam (Gunawan, 2013: 210) bahwa analisis data adalah proses
pencarian dan pengaturan secara sistematik dari data yang didapatkan
oleh peneliti melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dan
bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pengetahuan
terhadap semua hal yang telah dikumpulkan. Sedangkan menurut
Miles & Huberman (1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus
dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1)
reduksi data; (2) paparan data; (3) penarikan kesimpulan dan
verifikasi.

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Dalam menguji keabsahan data penelitian kualitatif Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok, Peneliti
menggunakan menggunakan teknik triangulasi.
Menurut (Nasution, 2003: 115) Keabsahan data merupakan
merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan
data (validitas) dan keandalan (reabilitas). Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu
wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan
untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya
data.
Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan
kepercayaan dan konsistensi data serta bermanfaat sebagai alat bantu
22

analisis data dilapangan. Triangulasi menurut Mantja (2007: 84 )


daapat digunakan untuk konsistensi dari data hasil pengamatan,
wawancara dengan beberapa narasumber penelitian. Triangulasi
bukan bertujuan mencari kebenaran, tetapi meningkatkan pemahaman
peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya. Ini ditegaskan oleh
Wiersma yang mengemukakan triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data yang didapatkan
dari berbagai sumber.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa triangulasi
merupakan cara mendapatkan data yang benar-benar valid yang
didapatkan peneliti dari hasil pengamatan lapangannya.

F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pencarian tinjauan pustaka
seta penepatan konteks sebagai langkah untuk proses penyusunan
skripsi, hal ini bertujuan untuk memperkuat konten hasil penelitian dan
temuan peneliti di lapangan serta menghindari kesamaan karya milik
orang lain. Berikut adalah bahan referensi yang berkaitan dengan
permasalahan yang peneliti angkat :
1. Rizka Arfenia, NIM 111054000002 Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas dakwah dan komunikasi 2016 M.
dengan judul “Proses Pemberdayaan Yatim Dhu’afa Di Pondok
Pesantren Al-Amanatul Huda, Kelurahan Tajur Kecamatan
Ciledug, Kota Tangerang Selatan”
Dalam skripsi ini membahas tentang pemberdayaan anak yatim
yang dhuafa dengan memeberikan pendidikan secara gratis dengan
pendidikan formal dari pendidkan madrasah tsanawiyah (MTS)
23

sampai Madrasah Aliyah (MA) anak yatim dhuafa ini diberikan


pendidikan secara gratis.
Persamaan dengan skripsi ini adalah sama-sama membahas proses
pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga yang bergerak di
bidang pemberdayaan masyarakat, sama juga kaitan dengan teori
pemberdayaan masyarakat. Berbeda dengan penulis yang
penelitiannya di lembaga lain dengan program yang berbeda.
2. Jamilah, NIM 1113054000040 Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakah Dan Ilmu Komunikasi 2017 M.
dengan judul “Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha
Pembuatan Tempe D Rt 04 Rw 20 Keluarahan Kedaung
Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan”
Skripsi ini membahas tentang keberadaan usaha tempe di
kampung tempe kelurahan kedaung kecamatan pamulang yang
keberadaannya menjadi pemberdaya masyarakat warga sekitar.
Selain pembuatan tempa Pemberdayaan ini juga menyadarkan
akan potensi para pekerja bahwa mereka mampu untuk
menjalankan usahanya sendiri yang selanjutnya para pengusaha
tempe ini mengajarkan pembuatan tempe ini kepada para pekerja.
Dalam skripsi ini sama-sama membahas tentang proses
pemberdayaan agar masyarakat mampu berdaya dalam bidang
ekonomi dan bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhannya.
Berbeda dengan penelitian penulis yang proses pemberdayaannya
melalui program keluarga harapan dengan jaminan kesehatan,
pendidikan dan pendampingan dalam usaha kecil menengah.
3. Ade Fauzan, NIM 111 3054000036 Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komuikasi 2018
24

Dengan Judul “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Usaha


Mikro Kecil Menengah (UMKM) Eka Cipta Mandiri”
Dalam skripsi ini membahas pemberdayaan ekomoni yang
dilakukan oleh UMKM Eka Cipta Mandiri dengan peningkatan
ekonomi masyarakat kecil menengah melalui pembatan tas dan
UMKM tersebut merekrut karyawannya dari arga sekitar serta dari
beberapa kampung yang masih berada di wilayah desa kadu genap
untuk dilatih menjadi pengrajin tas. UMKM ini juga bergerak di
bidang industri dan dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pemberdayaan yang dilakukan UMKM tersebut memiliki tujuan
meningkatkan warga sekitar yang dikhususkan dikampung itu
sendiri.
Persamaan dalam skripsi ini adalah sama dengan melakukan
pemberdayaan ekonomi, memberdayakan masyarakat sekitar agar
mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup. Berbeda
dengan penelitian penulis yaitu pemberdayaan melalui program
keluarga harapan selain memberdayakan dalam bidang ekonomi
juga memberdayakan dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
25

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas Latar Belakang, Identifikasi Masalah,
Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini mengenai teori-teori yang terkait dengan penelitian ini
yang terdiri dari teori mengenai, Sosiologi Keluarga,
Paradigma Keluarga, Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan Keluarga, Teori Keluarga, Fungsi-fungsi
Keluarga, Ketahanan Keluarga, Kebijakan-kebijakan dan
program keluarga di indonesia, Lembaga-lembaga Negara
Terkait Keluarga, Program Keluarga Harapan, Model-Model
Pemberdayaan Keluarga, Tabel Model-model Pemberdayaan
Keluarga.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas mengenai gambaran umum penelitian
dimulai dari, Kondisi Kecamatan Bojongsari, Sejarah
Program Keluarga Harapan Kota Depok, Sejarah Program
Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari, Profil Program
Keluarga Harapan di Bojongsari, Profil Pendamping Keluarga
Harapan Bojongsari, Tugas dan Tanggungjawab Pendamping
Program Keluarga Harapan, dan Peta Penerima Program
Keluarga Harapan di Bojongsari.
26

BAB IV TEMUAN LAPANGAN


Bab ini membahas mengenai temuan lapangan yang meliputi,
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga
Harapan dan Hasil dari Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Keluarga Harapan.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini membahas analisis dari temuan lapangan di bab IV
yang dikaitkan dengan teori pemberdayaan masyarakat.
BAB IV PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari seluruh bab
penelitian dan saran dari hasil penelitian dan temuan
lapangan.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sosiologi Keluarga
Menurut Goode (1983: 3-4) Kedudukan utama setiap keluarga ialah
fungsi pengantar pada masyarakat besar. Sebagai penghubung pribadi
dengan struktur sosial yang lebih besar. Suatu masyarakat tidak akan
bertahan jika kebeutuhannya yang bermacam-macam tidak dipenuhi,
seperti umpamanya produksi dan pembagian makanan, perlindungan
terhadap yang muda dan tua, yang sakit dan yang mengandung,
persamaan hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan
sosial, dan lain sebagainya.
Keluarga itu terdiri dari pribadi-pribadi, tetapi merupakan bagian
dari jaringan sosial yang lebih besar. Sebab itu kita selalu berada di
bawah pengawasan saudara-saudara kita yang merasakan bebas untuk
mengkritik, menyarankan, memerintah, membujuk, memuji, atau
mengancam, agar kita melakukan kewajiban yang telah dibebankan
kepada kita.
Hanya melalui keluargalah masyarakat itu dapat memperoleh
dukungan yang diperlukan dari pribadi-pribadi. Sebaliknya keluarga
hanya dapat terus bertahan jika didukung oleh masyarakat yang lebih
luas. Masyarakat sebagai suatu sistem kelompok sosial yang lebih besar
dalam mendukung keluarga, sebagai sub sistem sosial yang lebih kecil,
atau sebagai syarat agar keluarga itu dapat bertahan maka kedua macam
sistem ini saling berhubungan dalam banyak hal.

B. Paradigma Keluarga
Dalam paradigma keluarga menurut Goode (1983: 2). Para ahli
filsafat dan analisis sosial telah melihat bahwa masyarakat adalah

27
28

struktur yang terdiri dari keluarga dan bahwa keanehan-keanehan suatu


masyarakat tertentu dapat digambarkan dengan menjelaskan hubungan
kekeluargaan yang berlangsung di dalamnya. Karya etika dan moral
yang tertua menerangkan bahwa masyarkat kehilangan kekuatannya jika
anggotanya gagal dalam melaksanakan tanggungjawab keluarganya.
Confusius, umpamanya, berpendapat bahwa kebahagiaan dan
kemakmuran akan tetap ada dalam masyarakat jika saja semua orang
bertindak ‘benar’ sebagai anggota keluarga dan menyadari bahwa orang
harus mentaati kewajibannya sebagai anggota masyarakat.
Dari masa-masa, banyak perencanaan sosial atau ahli filsafat yang
berkhayal membangun masyarakat baru – utopia – dimana definisi
mengenai peran keluarga diharap mampu berfungsi sebagai sarana
pemecahan masalah sosial yang sudah kronis.

C. Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Suharto (2005 : 57), Secara konseptual pemberdayaan atau
pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan
atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan
dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan
dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang
kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat kita. Ilmu sosial
tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh
dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai
sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah.
Menurut Suharto (2005: 58) Pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelopok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
29

dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas


dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b)
menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka
dapat meningkatkan pedapatannya dan memperoleh barang-barang dan
jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam
memperoleh pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka .

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) merupakan


upaya membantu masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya
sendiri sehingga bebas dan mampu untuk mengatasi masalah dan
megambil keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan dilakukan
degan memberikan kewenangan (power), aksebilitas terhadap
sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif.
Menurut Sumaryo dan Kordiyana (2015: 28-29) mengatakan bahwa
dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam
pembangunan secara partisipatif kiranya sangat sesuai dan dapat dipakai
untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan dalam
masyarakat beserta lingkungannya strategisnya. Sebagai konsep dasar
pembangunan partisipatif adalah melakukan upaya pembangunan atas
dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat itu sendiri sehingga masyarkat
mampu untuk berkembang dan mengatasi permasalahannya sendiri
secara mandiri, berkesinambungan dan berkelanjutan.

Dalam tahapan-tahapan pemberdayaan Isbandi Rukminto Adi (2013: 58-


60) mengemukakkan dengan rumusan strateginya yang menjadikan
beberapa tahap dalam melakukan pemberdayaan yaitu :
30

a. Tahapan Persiapan (engagement), tahap persiapan ini


memiliki substansi penekanan pada dua hal elemen penting
yakni penyiapan petugas dan penyiapan lapangan
b. Tahap Pengkajian (assessment), sebuah tahapan yang telah
terlibat aktif dalam pelaksanaan program pemberdayaan
karena masyarakat setempat yang sangat mengetahui keadaan
dan masalah ditempat mereka berada.
c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
(Designing). Dalam tahapan ini program perencanaan di bahas
secara maksimal dengan melibatkan peserta aktif dari pihak
masyarakat guna memikirkan solusi atau pemecahan atas
masalah yang mereka hadapi di wilayahnya.
d. Tahap Perfomulasian Rencana Aksi (designing), pada tahap
masyarakat dan fasilitator menjadi bagian penting dalam
bekerjasama secara optimal
e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan Implementasi,
tahap ini merupakan bentuk pelaksanaan serta penerapan
program yang telah dirumuskan sebelumnya bersama para
masyarakat. Tahapan ini berisi tindakan aktualisasi bersinergi
antara masyarakat dengan petugas pemberdayaan.
f. Tahap Evaluasi, tahapan yang memiliki substansi sebagai
proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan dengan
melibatkan warga. Tahapan ini juga akan merumuskan
berbagai indikator keberhasilan suatu program yang telah di
implemntasikan serta dilakukan pula bentuk-bentuk stabilisasi
terhadap perubahan atau kebiasaan baru yang diharapkan
terjadi.
31

g. Tahap Terminasi (disengagement).sebuah tahapan dimana


seluruh program telah berjalan secara optimal dan petugas
fasilitator pemberdayaan masyarakat sudah mengakhiri
kerjanya.
Dengan demikian menurut Suharto (2005: 59-60) bahwasanya
pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan,
maka pmeberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi,
maupun sosial seperti kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian
pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator
keberhasilan pemberdayaan sebagai suatu proses.

Dengan kata lain, pemberdayaan menurut (Owin, 2005: 108) adalah


untuk mencapai tujuan akhir yang disebut dengan masyarakat sejahtera
dan mandiri yang mempunyai kekuatan hidup di atas potensinya sendiri.

D. Pemberdayaan Keluarga
Menurut Suharto (2005: 169) Keluarga memiliki sentral dalam
sebuah realitas sosial. Hampir sama disiplin ilmu memandang keluarga
sebagai entitas terkecil yang sangat fokal. Dalam ilmu ekonomi terkenal
domestic economy dan subsistence economy yang kajiannya terpusat
pada keluarga. Antropologi telah lama mencermati livelihood strategies
32

dan household mechanisms sebagai sistem penanganan masalah yang


berbasis keluarga. Pekerjaan sosial juga telah banyak berjasa dalam
mengembangkan berbagai pelayanan sosial untuk keluarga.
Banyaknya pihak yang memperhatikan keluarga sebagai tema
pemberdayaan, sebenarnya merupakan hal positif jika dibarengi dengan
adanya koordinasi lintas professional dan sektoral. Sebaliknya, tanpa
sinegritas dan kerjasama antar lintas kalangan, situasi ini dapat
mengarah pada pemborosan sumberdaya, keberhasilan dan tumpang-
tindih program (redundancy dan overlapping), kejenuhan sasaran, dan
bahkan ‘sistem abuse’ yang pada gilirannya dapat menjauhkan
pencapain tujuan pemberdayaan. Dalam konteks ini, aliansi antar lintas
kalangan merupakan sebuah keniscayaan. Aliansi dikedepankan sebagai
isu strategis pemberdayaan.
1. Aliansi stragtegis
Aliansi (alliance) atau persekutuan dapat diartikan sebagai
kumpulan perseorangan, kelompok atau organisasi yang memiliki
sumberdaya (sarana, prasarana,dana, keahlian, akses, pengaruh,
informasi) yang bersedia dan kemudian terlibat aktif mengambil
peran atau menjalankan fungsi dan tugas tertentu dalam suatu
rangkaian kegiatan yang terpadu.
Dengan kata lain, aliansi adalah sebuah jaringan kerja (networking)
antar lintas yang memiliki keahlian dan sumberdaya berbeda namun
memiliki komitmen dan agenda yang sejalan.
Sebuah aliansi dalam suatu gerakan pemberdayaan keluarga bisa saja
merupakan suatu pelangi warna-warni dari berbagai pihak. Aliansi
dapat terdiri dari lembaga pemerintah, non-pemerintah, partai politik,
anggota profesi, dan para pakar akademisi. Bahkan asosiasi
mahasiswa, media massa dan perusahaan swasta dapat pula menjadi
33

anggota aliansi. Bentuk dan sifat hubungan antar anggota sekutu


semacam ini sangat beragam dan tentunya memerlukan manajemen
dan koordinasi yang tidak sederhana.

E. Teori Keluarga
Keluarga batih terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anak yang
belum menikah. Lazimnya dikatakan, bahwa keluarga batih merupakan
unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarakat. Sebab, di samping
keluarga batih terdapat pula unit-unit pergaulan lainnya, misalnya,
keluarga luas (“extended family”), komunitas (“community”) dan lain
sebagainya (Seokanto, 2009: 22).
1. Fungsi-fungsi keluarga
Dengan demikian, maka suatu keluarga pada dasarnya
mempunyai fungsi-fungsi, sebagai berikut:
a) Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan
seksual yang sayogya.
b) Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses di
mana anggota-anggota masyarakat yang baru mendapatkan
pendidikan untuk mengenal, memahami, mentaati dan
menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai yang berlaku.
c) Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ekonomis.
d) Unit terkecil dalam masyarakat tempat anggota-anggotanya
mendapatkan perlindungan bagi ketentraman dan
perkembangan jiwanya.
F. Ketahanan Keluarga
Menurut Walsh dalam (Saefullah, dkk, Jurnal SPH,2, 2018: 120)
Ketahanan keluarga atau resiliensi keluarga merupakan kemampuan
34

setiap keluarga dalam bertahan menghadapi kesulitan kemudian


beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dan mampu
bangkit kembali. Bahkan menjadi kuat setelah mengalami krisis. Ada
tiga proses kunci dalam resiliensi keluarga yaitu; Pertama, sistem
keyakinan keluarga (family belief system) yaitu kemampuan keluarga
memaknai suatu kesulitan, dan memandang positif kesulitan tersebut
sebagai suatu peluang, serta optimis terhadap masa depan dengan
bersandar terhadap keyakinan kepada Tuhan (transenden &
spiritualitas).
Kedua, pola organisasi (organization pattern) yaitu kemampuan
keluarga dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam
keluarganya (fleksibel) dan adanya keterhubungan yang baik dalam
keluarga, serta mampu mengolah sumberdaya sosial ekonomi yang
dimiliki keluarga untuk menjadi lebih resilien.
Ketiga , proses komunikasi (communication processes) yaitu adanya
kemampuan keluarga memberikan kejelasan terhadap permasalahan
yang dihadapi dan keluarga mampu berbagai perasaan, emosi yang
positif dan berempati terhadap satu sama lain, serta mampu
memecahkan masalah tersebut secara kolaboratif.

G. Kebijakan-kebijakan dan Program Keluarga di Indonesia


a) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
Selama lebih dari dua dasa warsa, pemerintah telah
melaksanakan pemberdayaan perempuan yang hasilnya terlihat dari
adanya peningkatan peran dan kedudukan perempuan di berbagai
bidang kehidupan. Guna meningkatkan kualitas SDM perempuan
Indonesia dan mewujudkan kemitrasejajaran antara laki-laki dan
perempuan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa
35

dan bernegara, pemerintah telah membentuk program dan sarana


yang membantu; salah satunya adalah organisasi pemberdayaan dan
kesejahteraan keluarga (PKK) di seluruh wilayah indonesia.
Organisasi ini telah diakui oleh masyarakat, bahkan pada tahun
2007 mendapat penghargaan dari beberapa lembaga internasional
(WHO, Unicef, Unesco, dan sebagainya) karena melalui 10
program pokok PKK telah melibatkan perempuan (dan laki-laki)
dalam upaya mewujudkan keluarga yang sejahtera, maju dan
mandiri.
Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah Nomor 53 tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan Dan
Kesejahteraan Keluarga. PKK mempunyai 10 program kerja yang
merefleksikan kebutuhan dasar manusia Indonesia, yaitu: 1)
penghayatan dan pengamalan pancasila, 2) gotong royong, 3)
pangan, 4) sandang, 5) perumahan dan tatalaksana rumahtangga, 6)
pendidikan dan keterampilan, 7) kesehatan, 8) pengembangan
kehidupan berkoperasi, 9) kelestarian lingkungan hidup, 10)
perencanaan sehat (Aslichati, Jurnal Organisasi dan Manajemen, 1,
2011: 1-2).
b) Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Menurut Kemenkes (2017), Program Indonesia Sehat
merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 nawacita, yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sasaran ini sesuai
dengan sasaran pokok RP JMN 2015-2019, yaitu (1) meningkatkan
status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatkan
pengendalian penyakit, (3) meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama daerah terpencil tertinggal
dan perbatasan, (4) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
36

universal melalui kartu Indonesia sehat dan kualitas pengelolaan


SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat
dan vaksin, serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan
Konsep pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas
untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
melenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainka
juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah
kerjanya. Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaa
program Indonesia sehat. Pendekatan keluarga yang di maksud
dalam pedoman umum ini merupakan pengembangan dari
kunjungan rumah oleh puskesmas dan perluasan dari upaya
perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas). (Kemenkes RI,
www.depkes.go.id, akses 15 juli 2019)
c) Program Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana dalam pengertian sederhana adalah
merujuk kepada penggunaan kontrasepsi oleh suami atas
persetujuan bersama, untuk mengatur kesuburan dengan tujuan
untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan, dan
ekonomi, dan untuk memungkinkan mereka memikul
tanggungjawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Ini meliputi
hal-hal sebagai berikut (1) menjarangkan anak untuk
memungkinkan penyusuan dan penjagaan kesehatan ibu dan anak;
(2) pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman; (3)
mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga,
melainkan juga untuk kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan
pemeliharaan anak.
37

Di masa orde baru, yakni era 1970-an hingga dekade 1990-an,


program keluarga berencana menjadi program pokok pemerintah,
bahkan mutlak. Pada waktu itu, megara tampak begitu gencar
menekan laju pertumbuhan penduduk. Dalihhnya adalah
pembangunan (developmentalisme). Atas nama pembangunan,
negara berkepentingan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah sukses menjalankan program yang dimulai sejak
1970-an itu. Kesuksesan indonesia dalam melaksanakan program
KB menjadi isu internasional, sehingga banyak negara lain yang
berguru tentang bagaimana penanganan program ini secara baik.
Tidak sampai di situ, bahkan indonesia mendapat kehormatan
sebagai tuan rumah Konferensi Nasional Keluarga Berencana
(International Conference of Family Planning) di jakarta pada
Tahun 1981. Dalam even tersebut PBB memberikan penghargaan
kepada indonesia sebagai negara yang paling sukses dalam program
KB selama bertahun-tahun (Rohim, Jurnal Ilmu syariah dan
hukum, 2, 2016: 49-50).
d) Hari Keluarga Nasional XXV Tahun 2018 : Cinta Keluarga, Cinta
Terencana
Kemenkes (2018) melalui keputusan Presiden RI Nomor 39
tahun 2014 tanggal 29 Juni ditetapkan sebagai hari Keluarga
Nasional (Harganas). Harganas dimaksudkan untuk mengingatkan
pada seluruh masyarakat indonesia akan pentingnya keluarga
sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara.
Keluarga akan selalu menghidupkan, memelihara dan memantapkan
serta mengarahkan kekuatan tersebut sebagai perisai dalam
menghadapi persoalan yang terjadi. Keluarga sebagai soko guru
38

bangsa, keluarga sebagai wadah utama dan pertama membina anak-


anak.
Konsep pendekatan keluarga yang digunakan yakni : Keluarga
Berkumpul (meluangkan waktu tanpa disibukkan dengan gawai
(gadget), televisi, atau alat elektronik lainnya), keluarga berinteraksi
(meluangkan waktu berkumpul dan saling bercengkrama, serta
saling bertukar pengalaman dengan komunikasi yang lebih
berkualitas), keluarga berdaya (keluarga mampu memanfaatkan
potensi yang dimilikinya untuk membuat diri dan keluarganya tidak
bergantung pada pihak lain) serta, keluarga peduli dan berbagi
(keluarga yang mampu dan lebih beruntung mempunyai kepedulian
dan keinginan untuk berbagi dan menolong orang lain). (Kemenkes
RI, www.depkes.go.id, akses 26 juli 2019)
H. Lembaga-lembaga Negara Terkait Keluarga
a) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BKKBN telah dikenal secara internasional akan kapasitas dan


kemampuannya untuk melaksanakan mobilisasi masyarakat dan
kegiatan penyebaran informasi melalui penyuluhan dan konseling.
BKKN bertanggungjawab melakukan koordinasi semua aktifitas
yang berhubungan dengan KB, baik yang dilakukan oleh lembaga
pemerintah maupun yang non pemerintah. Namun dalam
perjalanannya, tugas coordinator berkembang mejadi pelaksana.
Selain itu pada tahun 1990-an, BKKBN melebarkan programnya
dengan memasukkan kegiatan peningkatan kesejahteraan keluarga
ke dalam programnya. Perluasan wewenang ini menimbulkan
ketegangan dengan instansi lain, khususnya dengan kementrian
kesehatan yang dalam pelaksanaannya memberikan pelayanan alat
kontrasepsi kepada masyarakat bersikap apatis karena
39

tanggungjawab dan dana yang masuk untuk KB di monopoli


BKKBN. Sebagai akibatnya usaha untuk meningkatkan kualitas
pelayanan KB kurang mendapat perhatian.

Sementara itu BKKBN mengalami perubahan dari instansi


vertical menjadi otonomi berdasarkan Keppres Nomor 30 Tahun
2003. Menunjukkan kondisi pada aal desentralisasi program KB
sebagian besar (70,7 persen) BKKBN yang ada di kabupatenkota
tersebut digabungkan dengan dinas/badan dari berbagai sektor yang
ada di dareah (Fatoni, Astuti, dkk, jurnal Kependudukan Indonesia,
1, 2015: 71).
b) Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
Kemensos (2010) Lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga
yang selanjutnya disebut LK3 adalah suatu lembaga atau organisasi
yang memberikan pelayanan konseling, konsultasi,
pemberian/penyebarluasan informasi, penjangkauan, advokasi, dan
pemberdayaan bagi keluarga secara profesional, termasuk merujuk
sasaran ke lembaga pelayanan lain yang benar-benar mampu
memecahkan masalahnya secara intensif. Tujuan dibentuknya LK3
adalah memelihara dan memperkuat kehidupan keluarga yang
harmonis agar dapat melaksanakan fungsi sosial secara optimal.
Sasaran LK3 meliputi individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan
masyarakat yang membutuhkan informasi dan konsultasi untuk
mengatasi masalah sosial psikologis keluarga dan meningkatkan
kesejahteraan sosial keluarga (Kemensos, Nomor 84/HUK/2010.
Bphn.go.id)
40

I. Program Keluarga Harapan (PKH)


Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia telah melaksanakan
Program Keluarga Harapan. Program serupa telah dilaksanakan dan
cukup berhasil di beberapa negara yang dikenal dengan Conditional
Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. Program Keluarga
Harapan lebih dimaksudkan sebagai upaya membangun sistem
perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Berdasarkan
pengalaman negara-negara lain, program serupa sangat bermanfaat
terutama bagi keluarga dengan kemiskinan kronis. Namun tujuan dari
PKH untuk mengentaskan kemiskinan itu sendiri merupakan harapan
jangka panjang yang ingin dicapai.
Program keluarga harapan adalah program yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Sebagai
imbalannya. RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait
dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu
pendiidkan dan kesehatan. sebenarnya Program Keluarga Harapan
sendiri memiliki tujuan umum untuk meningkatkan aksebilitas terhadap
pelayanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial dalam
mendukung tercapainya kualitas hidup keluarga miskin. Program
Keluarga Harapan diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran
keluarga miskin dalam jangka pendek serta memutus rantai kemiskinan
dalam jangka panjang. Sebab peningkatan kualitas kesehatan,
pendidikan dan terpeliharanya tarap penghidupan masyarakat akan
memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mampu meningkatkan
kualitas dirinya.
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Mulai tahun 2012 basis
bantuan PKH diarahkan pada Keluarga Sangat Miskin (KSM) yaitu
ayah, ibu dan anak. Perubahan ini untuk mengakomodasikan prinsip
41

bahwa keluarga adalah satu unit yang sangat relavan dengan


peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Proses dari program keluarga harapan tidak mempertimbangkan
permasalahan yang dialami oleh setiap individu. Analisis masalah yang
dilakukan tidak mengerucut pada kebutuhan sebenarnya, hal ini terlihat
pada program keluarga harapan, di mana program ini berlangsung
bergerak pada bidang pendidikan dan kesehatan tanpa mengetahui
permasalahan yang dialami individu (Suleman, Resnawaty, Jurnal Riset
&PKM, 1, 2017: 90-91).

J. Model-Model Pemberdayaan Keluarga


1. Model Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Nelayan Miskin Melalui
Penerapan Teknologi Tepat Guna Terpadu

Perempuan nelayan sebagai asset pembangunan yang sangat


potensial mengalami beberapa kendala dalam pembangunannya,
antara rendahnyatingkat pendidikan keterampilan. Gambaran umum
kemiskinan nelayan telah ditunjukkan dari hasil penelitian Mubyarto
et. Al dalam seongkono (2002) yang menyiratkan, bahwa kemiskinan
nelayanan memang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks.
Dengan ribuan pulau dan bentangan laut yang luas, fenomena
kemiskinan nelayan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari kebijakan
pembangunan pedesaan, tetapi perlu dipikirkan adalah bagaimana
kebijakan yang harus ditempuh untuk memberdayakan perekonomian
komunitas nelayan.

Perumusan model pemberdayaan masyarakat dimulai dengan


mengidentifikasi potensi dan pengembangan usaha ekonomi
masyarakat nelayan, sosialisasi program, pembentukan kelompok
42

sasaran, menyusun modul usaha pengelolaan ikan, uji coba modul,


sampai dengan implementasi modul buku teknologi tepat guna
terpadu pengelolaan ikan pasca tangkap. Model pemberdayaan
perempuan nelayan miskin dikembangkan melalui tiga konsep dasar
pengembangan, yakni : Community Development, Pre-Business
Development, Dan Business Development.

Program pemberdayaan masyarakat yang efektif dan efesien


harus dilakukan dengan merubah konsep pemberdayaan dari Top-
Down menjadi Bottom-Up. Hal ini disebabkan karena konsep
Buttom-Up, cenderung mensamaratakan masing-masing wilayah
sasaran kegiatan, tanpa melakukan identifikasi potensi yang ada di
wilayah sasaran. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam
pemberdayaan dan pembangunan, para nelayan ini harus diakomodir
dalam satu wadah yang disebut kelompok perempuan sasaran
program. Kelompok perempuan nelayan ini dibentuk pada sosialisasi
kegiatan FGD (Focus Group Discussion). (Widodo, dkk. Jurnal
ekonomi, 1, 2011: 15)

2. Model Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin Terintegrasi


Dengan Wirausaha Produk Ikan
Masalah kemiskinan merupakan masalah sosial laten yang
memerlukan penanganan yang berkelanjutan. Hal ini terkait dengan
upaya pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan selama ini
belum mampu mengurai secara tuntas bahkan gejalanya semakin
meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih
dihadapi bangsa Indonesia. Mengatasi masalah kemiskinan tidak
hanyan memberdayakan ekonomi keluarga, namun tetap
memperhatikan dimensi lain yang bersifat nonekonomi. Seperti aspek
43

soft skill antara lain menghilangkan rasa apatis dan rasa tak berdaya,
menumbuhkan semangat kewirausahaan, komitmen, dan membangun
tim kerja sebagai net working.
Keadaan tersebut perlu penanganan yang holistic melalui
pendidikan nonformal untuk menjadikan sumber daya manusia
sebagai asset atau modal bagi modal bagi keluarga dan masyarakat.
SDM adalah aset yang tidak bernilai, dapat dilipatgandakan, dan
dikembangkan, bukan sebagai beban atau biaya.
Karenanya, kleuarga nelayan secara ekonomi dikembangkan
potensinya agar pendapatannya meningkat dan secara mental harus
dikuatkan soft skill-nya agar muncul jiwa wirausaha yang tangguh.
Langkah-langkah tersebut meliputi pengembangan kemampuan
ataupun mendorong produktivitas melalui peningkatan keterampilan
usaha yang secara terintegrasi dikembangkan soft skill agar menjadi
pendorong atau kekuatan diri meraih kemajuan yang berkelanjutan.
Mereka harus dilibatkan dalam keseluruhan proses penanggulangan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, hingga
pengambilan keputusan. Dengan ini partisipasi aktif secara self
direction akan sangat menentukankeberhasilan pemberdayaan
ekonomi keluarga miskin. Secara aktif mereka berusaha menolong
diri mereka sendiri dan secara lebih baik (empowering), dan berubah
sebagai agen pembaruan komunitas mereka.
Program dalam memberdayakan masyarakat miskin melalui
pendidikan kewirausahaan produk ikan. Kepada para peserta
pelatihan diajarkan teori kewirausahaan yang mencakup : sikap
personal dan sosial wirausaha, manajerial usaha kecil, kemampuan
berpikir logis, keterampilan berwirausaha, dan keterampilan produksi
olahan makanan berbasis ikan selanjutnya berdampak pada
44

peningkatan penghasilan warga. Setelah pelatihan, peserta dibimbing


untuk menjalankan usaha produktif yang dikehendakinya serta
dilakukan pendampingan sosial yang mencakup : (1) Stimulasi
permodalan ; (2) Pembentukan kelompok sebagai mekanisme
kelembagaan untuk mengorganisasi dan melaksanakan kegiatan
pengembangan masyarakat di desa atau kelurahan mereka; (3)
Memotivasi kelompok untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan
pendapatan; dan (4) Pengembangan jaringan kerjasama.
Pengembangan model pemberdayaan keluarga miskin dimulai
dengan tahapan perencanaan (design), yaitu merencanakan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai yang selanjutnya menjadi dasar
dalam pengembangan instruksional. Tahap selanjutnya adalah
menyusun rancangan model serta instrument penelitian. Model
diwujudkan dalam bentuk buku panduan yang dilengkapi dengan
perangkat, yakni kurikulum, job sheet, dan hand out.
Buku panduan model pemberdayaan keluarga miskin berisikan
komponen sebagai berikut (1) Teori pendukung yang mendasari
pengembangan model pemberdayaan keluarga miskin. Pada bagian
ini dikembangkan teori pemberdayaan yang berkaitan dengan
pendidikan untuk orang dewasa atau andragogi. Konsep lain adalah
konsep pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan; (2) Gambaran
aktivitas pemberdayaan melalui pembelajaran kewirausahaan untuk
keluarga miskin dengan pendekatan andragogi; dan (3) Tahapan
pemberdayaan keluarga miskin yang berupa pendidikan dan pelatihan
yang mencakup rencana pelatihan, persiapan pelatihan, pelaksanaan
pelatihan, penutupan pelatihan, pemantauan, dan evaluasi pelatihan.
(Marwanti, dkk. Jurnal penelitian. 2, 2014: 169)
45

3. Model Pemberdayaan Keluarga Dengan Pendekatan Improvement


Dan Berbasis Masalah Psikososial Anak dari Keluarga Miskin

Upaya mengatasi masalah psikososial anak miskin menjadi


sangat miskin penting. Upaya ini dapat dilakukan dengan berbasis
keluarga, atau disebut juga dengan model pendekatan family based.
Melalui model ini penanganan masalah kemiskinan dilakukan dengan
pemberdayaan keluarga melalui berbagai metode, antara lain
pemberian modal usaha, memberikan pendidikan berupa pengetahuan
tentang keberfungsian keluarga, sehingga keluargalah yang baktif
membina anak dalam menghadapi masalahnya.

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi


tumbuh kembangnya anak. Anak akan berkembang optimal apabila
mereka mendapatkan stimulasi yang baik dari keluarga. Keluarga
memiliki fungsi sosial yaitu : mencari nafkah, memberi pendidikan,
memberi perlindungan dan bermasyarakat.

Pelaksanaan pemberdayaan keluarga dirancang dengan


pendekatan improvement, yaitu pemberdayaan yang
mengintegrasikan aktifitasnya dalam aktivitas sosial yang sudah ada.
Dalam rancangan tersebut termuat : 1) Visi misi pemberdayaan
keluarga miskin, 2) Landasan filosofis dan landasan psikologis
dilakukan pendidikan keluarga, 3) Tujuan pemberdayaan, yaitu
meningkatkan fungsi keluarga sehingga dapat menyelesaikan
masalah psikososial anaknya, 4) Materi pemberdayaan yang harus
disajikan secara komprehensif, yang meliputi : materi parenting dan
peningkatan fungsi keluarga, 5) Pendekatan pemberdayaan, yaitu
menggunakan pendekatan improvement yaitu memanfaatkan aktivitas
46

yang dimiliki keluarga dengan model Mezo (melalui pelatihan-


pelatihan).

Pelatihan adalah suatu proses mengembangkan keahlian,


pengetahuan dan sikap sehingga suatun kegiatan dapat dilaksanakan.
Melalui pelatihan akan dapat diintegrasikan aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta melengkapi kesenjangan keterampilan
yang diperlukan dalam melaksanakan suatu tugas. (Nimah, suwarti.
Jurnal. 2016).

Tabel 2.1 Model-model Pemberdayaan Keluarga

NO Nama Program Instansi Bentuk Program


Pemerintahan

1 Program Keluarga KEMENSOS Berupa pemberian bantuan


Harapan (PKH) langsung dengan pendampingan
selama program berjalan.
Khusus dalam pendidikan dan
kesehatan (Sumber:
Kemensos.go.id)
2 Kampung KB BKKBN Berupa bentuk pelatihan
kewirausahaan seperti pelatihan
membatik untuk selanjutnya
dijual sebagai pendapatan untuk
keluarga kader Pemberian
pelatihan pertukangan, rias
manten dan pemberian pelatihan
lainnya.
(Sumber:
kampungkb.bkkbn.go.id)
3 Family Care Unit Kemensos Pelayanan kesejahteraan sosial
(FCU) terpadu bagi keluarga di tingkat
desa/kelurahan. Meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan
keluarga;
menumbuhkembangkan
tanggungjawab sosial,
kepedulian dan kesetiakawanan
sosial (sumber: Kemensos.go.id)
47

NO Nama Program Instansi Bentuk Program


Pemerintahan

4 Program Pos BKKBN Pelayanan dan pendampingan


Pemberdayan pengembangan keluarga
Keluarga dibidang kesehatan pendidikan,
(POSDAYA) dan kewirausahaan. Dan
ditambah bidang lingkungan
serta bidang agama dan budaya.
Penguatan fungsi-fungsu
keluarga memungkinkan
masyarakat mampu membangun
dirinya menjadi keluarga

sejahtera, keluarga yang mandiri


dan keluarga yang sanggup
menghadapi tantangan masa
depan dengan lebih baik.
(sumber : http//media.neliti.com
jurnal FN Hakim 2107)
5 Pusat Pembelajaran KEMENPPPA Pelayanan konseling dalam
Keluarga pendidikan/pengasuhan,
(PUSPAGA) keterampilan menjadi orangtua,
keterampilan melindungi anak,
kemampuan meningkatkan
partisipasi anak dalam keluarga
maupun penyelenggaraan.
(sumber:
www.kemenpppa.go.id)
6 Pengembangan KEMENPPPA Sebagai upaya mengentaskan
Industri Rumahan kesenjangan ekonomi bagi
(IR) perempuan dan mewujudkan
kesetaraan Gender.
Memberikan bantuan dan
pelatihan i ndustri rumahan (IR)
memberikan kebutuhan untuk
IR berupa alat masak.
(sumber:
www.kemenpppa.go.id)
48

NO Nama Program Instansi Bentuk Program


Pemerintahan

7 Program Nasional Kemendagri. Banuan langsung kepada


Pemberdayaan Ditjen. PMD, masyarakat.
Masyarakat Mandiri Depdagri. 1. PNMP Generasi Sehat Cerdas
(PNPM-Mandiri) LSM (yang di (meningkatkan kesehatan ibu
seleksi, mendapat dan anak serta pendidikan
pendanaan dari keluarga).
Multidonor PSF) 2. PNPM Hijau (Green KDP),
ditambahkan pada lokasi PNPM
pedesaan.
3. PNPM-Peduli, PNPM yang
diperuntukkan bagi kelompok
masyarakat rentan (korban
trafficking, PSK, trangender,
anak yatim, para janda kepala
keluarga, penyandang cacat,
KAT, penderita HIV/AIDS,
penderita lepra, pecandu
narkoba, kelompok marginal
lainnya).
(sumber: www.pnpm-
mandiri.org)

8 Pemberdayaan dan KEMENDAGRI Berdasarkan keputusan Menteri


Kesejahteraan Dalam Negeri dan Otonomi
Keluarga (PKK) Daerah Nomor 53 tahun 2000
tentang Gerakan Pemberdayaan
Dan Kesejahteraan Keluarga.
PKK mempunyai 10 program
kerja yang merefleksikan
kebutuhan dasar manusia
Indonesia, yaitu: 1) penghayatan
dan pengamalan pancasila, 2)
gotong royong, 3) pangan, 4)
sandang, 5) perumahan dan
tatalaksana rumahtangga, 6)
pendidikan dan keterampilan, 7)
kesehatan, 8) pengembangan
kehidupan berkoperasi, 9)
kelestarian lingkungan hidup,
10) perencanaan sehat.
(Aslichati, Jurnal Organisasi dan
Manajemen, 2011).
49

NO Nama Program Instansi Bentuk Program


Pemerintahan

9 Program Indonesia KEMENKES meningkatkan kualitas hidup


Sehat dengan manusia Indonesia. Sasaran ini
Pendekatan Keluarga sesuai dengan sasaran pokok RP
JMN 2015-2019, yaitu (1)
meningkatkan status kesehatan
dan gizi ibu dan anak, (2)
meningkatkan pengendalian
penyakit, (3) meningkatkan
akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan
terutama daerah terpencil

melalui kartu Indonesia sehat


dan kualitas pengelolaan SJSN
kesehatan, (5) terpenuhinya
kebutuhan tenaga kesehatan,
obat dan vaksin, serta (6)
meningkatkan responsivitas
sistem kesehatan. (Kemenkes:
2017)
10 Program Keluarga BKKBN meliputi hal-hal sebagai berikut
Berencana (1) menjarangkan anak untuk
memungkinkan penyusuan dan
penjagaan kesehatan ibu dan
anak; (2) pengaturan masa hamil
agar terjadi pada waktu yang
aman; (3) mengatur jumlah
anak, bukan saja untuk
keperluan keluarga, melainkan
juga untuk kemampuan fisik,
finansial, pendidikan, dan
pemeliharaan anak. (Rohim,
Jurnal Ilmu syariah dan hukum,
2016).
50

NO Nama Program Instansi Bentuk Program


Pemerintahan

11 Hari Keluarga Kemenkes Kemenkes (2018) melalui


Nasional XXV keputusan Presiden RI Nomor
Tahun 2018 : Cinta 39 tahun 2014 tanggal 29 Juni
Keluarga, Cinta ditetapkan sebagai hari Keluarga
Terencana Nasional (Harganas). Harganas
dimaksudkan untuk
mengingatkan pada seluruh
masyarakat indonesia akan
pentingnya keluarga sebagai
sumber kekuatan untuk
membangun bangsa dan negara.
Keluarga akan selalu
menghidupkan, memelihara dan
memantapkan serta
mengarahkan kekuatan tersebut
sebagai perisai dalam
menghadapi persoalan.
(www.kemenkes.go.id)
Sumber : Dari berbagai sumber diolah oleh peneliti

Selain dari tabel model-model pemberdayaan diatas, berikut


kebijakan praktis pemerintah sebagai upaya memberdayakan masyarakat.

Tabel 2.2 Pendukung Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Indoensia.

No Nama program Instansi Bentuk Kebijakan


Pemerintahan
2 Dukungan terhadap Kemendesa Sejalan dengan Permendes
yayasan PEKKA PDTT no.16 tahun 2018 tentang
(pemberdayaan prioritas penggunaan dana desa
perempuan kepala tahun 2019 yakni untuk
keluarga) melalui akademi membiayai program dan
paradigta kegiatan bidang pemberdayaan
masyarakat desa di antaranya
peningkatan partisipasi
masyarakat, pengembangan
kapasitas di desa, dan
pengembangan ketahanan
masyarakat desa (sumber,
www.kemendesa.go.id
51

No Nama program Instansi Bentuk Kebijakan


Pemerintahan
4 Program Bantuan Sekretariat Wakil Didalam program bantuan
Pemerintah Untuk Presiden Republik pemerintah untuk individu,
Individu, Keluarga, dan Indonesia keluarga dan kelompok kurang
Kelompok Tidak Mampu mampu (G2P) di indonesia
Menuju bantuan sosial terbagi lagi kedalam beberapa
terintegrasi program yaitu :
Program di bidang pangan
meliputi (program beras
sejahtera/Rasta)
Bantuan pangan Non
tunai (BPNT)
Program di bidang pendidikan
meliputi (program indonesia
pintar (PIP), program beasiswa
pendidikan bagi masyarakat
miskin (Bidikmisi), dan program
keterampilan hidup.
Program di bidang kesehatan
yaitu program indonesia sehat.
Program di bidang energi
meliputi, program subsidi listrik,
program subsidi ELPIJI 3Kg,
program penyediaan lampu
tenaga surya hemat energi
(LTSHE).
Program di bidang ekonomi
dan sosial meliputi, program
keuarga harapan (PKH),
program kelompok usaha
bersama (KUBE), program
pemberdayaan komunitas adat
terpencil (KAT), program
penguatan kapasitas anak dan
keluarga (TEPAK), program
asistensi sosial penyandang
disabilitas berat (APDB),
program asistensi sosial
penduduk lanjut usia terlantar
(ASLUT).
Program di bidang pertanian
meliputi, subsidi pupuk,
program bantuan premi asuransi
Sumber : Tabel didapat dari berbagai sumber diolah peneliti
52

Kerangka Berpikir

Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan di


Kecamatan Bojongsari Depok Jawa Barat

Pemberdayaan masyarakat Hasil pemberdayaan Program


Program Keluarga Harapan Keluarga Harapan

Tahapan –tahapan
pemberdayaan Hasil Pemberdayaan
menunjuk pada
1. Tahap persiapan kemampuan untuk
2. Tahap pengkajian
3. Tahap perencanaan 1. Mampu memenuhi
4. Tahap performulasian kebutuhan hidupnya
rencana aksi 2. Menjangkau sumber-
5. Tahap pelaksanaan sumber produktif
program 3. Berpartisipasi dalam
6. Tahap evaluasi pembangunan
7. Tahap terminasi

Dari hasi pemberdayaan


maka akan membentuk
Ketahanan Keluarga

1. Sistem keyakinan keluarga


2. Pola organisasi
3. Proses komunikasi

Sumber: Diolah oleh Penelit


BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Kecamatan Bojongsari Depok


Kecamatan Bojongsari terletak disebelah barat Kota Depok, dengan
batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Tangerang Selatan,
sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan disebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Sawangan Depok.
Luas wilayah Kecamatan Bojongsari sekitar 1.827 Ha. Dengan
ketinggian wilayah dari permukaan laut berkisar 50 s.d 60 m, dengan
permukaan tanah yang relatif datar tidak berbukit-bukit.
1. Potensi Sumberdaya Manusia
Berikut adalah penyajian data berbentuk tabel untuk
mempermudah membaca data masyarakat Kecamatan Bojongsari.
Data dibawah disajikan dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian
yang akan dibahas di bab selanjutnya.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk


Jumlah Kepadatan
Jumlah Jumlah Jumlah
Keterangan total penduduk
laki-laki perempuan KK
(orang) (per Km)
Bojongsari lama 5.835 6.093 11.928 5.692 70,45
Bojongsari Baru 5.732 5448 11.180 3114 _
Serua 8.666 7.857 16.523 7.424 200
Pondok petir 10.398 10.443 20.841 5.899 133
Curug 11.003 10.490 21.493 6.517 4.474
Duren mekar 9.747 9.259 19.006 4.962 _
Duren seribu 6.036 5.806 11.842 6.918 4,028
Total 46,152.003 55,396 112,813 40,526 411.952
Sumber: Data profil Kecamatan Bojongsari Depok

53
54

Data yang disajikan melalui tabel diatas bisa dilihat baha jumlah
penduduk terbesar di Kecamatan Bojongsari terdapat di Kelurahan Curug
dengan angka 21.493 orang kemudian disusul oleh Kelurahan pondok petir
dengan angka 20.841, lalu peringkat ketiga jumlah penduduk terbanyak yaitu
Kelurahan Duren Mekar 19.006, keempat yaitu kelurahan serua dengan angka
6.523. disusul dengan Kelurahan Bojongsari lama 11.928 orang, Duren seribu
dengan 11.842 orang dan Kelurahan terakhir yaiut Bojongsari Baru 11.180 orang
penduduk. Dengan demikian jumlah keseluruhan penduduk di Kecamatan
Bojongsari berjumlah 112.813 orang.

Tabel 3.2 Kesejahteraan Keluarga


Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
Keluarga Keluarga Keluarga
Keterangan Keluarga Keluarga Jumlah
Sejahtera Sejahtera Sejahtera
Prasejahtera 3 Plus
1 2 3

Bojongsari lama - - - - - -

Bojongsari Baru 1.919 2.026 1.972 1.301 881 8.224

Serua 715 1.425 1005 1050 3000 3.322


Pondok petir - - - - - -
Curug 160 419 365 944
Duren mekar - - - - - -
Duren seribu 69 1.637 4.194 748 270 6.918
Total 2.863 5.507 7.536 3.099 4.151 19.458
Sumber: Data profil Kecamatan Bojongsari Depok

Dari data yang disajikan diatas bisa disimpulkan bahwa Kelurahan


Serua merupakan kelurahan yang paling sejahtera dengan jumlah 3000
keluarga, disusul Kelurahan Duren seribu dengan 270 keluarga, Kemudian terakhir
Kelurahan Bojongsari Baru 881 keluarga.
55

Tabel 3.3 Prasarana dan Sarana Pendidikan


Keterangan Bojongsari lama Bojongsari baru Serua

Sewa Milik Sewa Milik sewa Milik


sendiri sendiri sendiri

Gedung - - Ada - 4 4
SMA/sederajat
Gedung - - Ada - 4 -
SMP/sederajat
Gedung 2 - Ada - 6 3
SD/sederajat
Gedung TK - 3 Ada - 1 1

Gedung Tempat - - - - - -
Bermain anak
Jumlah lembaga - 1 - - 2 2
pendidikan agama
Jumlah - - - - - -
perpustakaan
keliling
Perpustakaan - - - - - -
Desa/kelurahan
Taman Baca - - - - - -

Keterangan Pondok petir Duren mekar Duren seribu

Sewa Milik Sewa Milik sewa Milik


sendiri sendiri sendiri

Gedung - - Ada - 4 4
SMA/sederajat
Gedung - 2 Ada - 4 -
SMP/sederajat
Gedung - 5 Ada - 6 3
SD/sederajat
Gedung TK - 1 Ada - 1 -

Sumber: Data profil Kecamatan Bojongsari Depok


56

Dalam tabel pemaparan data sarana dan prasarana di Kecamatan


Bojongsari diatas bisa diberi kesimpulan bahwa dari tidak semua kelurahan
memiliki sarana, dan kepemilikan sarananya pun ada yang masih status
sewa, dalam artian tidak memiliki hak atas pemelikan sendiri.
2. Kesehatan Masyarakat

Tabel 3.4 Kualitas Ibu Hamil


Keterangan Bojongsari Bojongsari Serua Pondok Curug Duren Duren
lama Baru Petir mekar seribu

Jumlah ibu - - 419 121 150 190


hamil
Jumlah ibu - - 32 24 15 71
hamil
Periksa di
posyandu
Jumlah ibu - - 360 16 35 109
hamil
periksa di
puskesmas
Jumlah ibu - - - 4 50 2
hamil
periksa di
rumah sakit
Jumlah ibu - - - 12 20 2
hamil
periksa di
dokter
praktek

Jumlah ibu - - 27 64 30 6
hamil
periksa di
bidan
praktek
57

Keterangan Bojongsari Bojongsari Serua Pondok Curug Duren Duren


lama Baru Petir mekar seribu

Jumlah ibu - - 1 1 - -
hamil
periksa di
dukun
terlatih
Jumlah - - 1 2 - -
kematian
ibu hamil
Jumlah ibu - - 372 27 150 190
hamil
melahirkan
Jumlah ibu - - 372 23 150 -
nifas

Jumlah ibu - - 372 23 - -


nifas hidup
Sumber: Data profil Kecamatan Bojongsari Depok

Dilihat dari data tabel diatas, bahwasanya kuantitas ibu hal terbanyak
ada di Kelurahan Serua dan disusul oleh Kelurahan Duren seribu. Dan
kemudian kesadaran akan kesehatan ibu hamil pun sepadan dan tidak jauh
dari jumlah dari ibu hamil, artinya banyak yang sadar akan kesehatan ibu
hamil yang memeriksakan kandungannya ke puskesmas terdekat. Dengan
begitu kondisi ini akan menekan angka kematian ibu hamil.

B. Sejarah Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Depok


Program Keluarga Harapan Kota Depok berdiri pada tanggal 5
Agusus 2014 berdasarkan Surat keputusan Direktur Jaminan Sosial No
252/SK/JS/082014. dengan sekretaris pertama di RPSA sedangkan Kota
Depok terdiri dari 11 Kecamatan dan 63 Kelurahan. Pada awalnya
cakupan penerima manfaat PKH Kota Depok sebesar 5.219 keluarga
58

penerima manfaat (KPM) yang tersebar di 10 Kecamatan di Kota


Depok.
Dengan didampingi 19 pendamping Program Keluarga Harapan yang
berada di Kecamatan dan 1 operator di secretariat Kota. Namun terdapat
pengurangan personil 1 operator yang resign, selanjutnya diangkat 1
pendamping menjadi operator.
Kemudian pada tahun 2015 Program Keluarga Harapan Kota Depok
memperoleh tambahan cakupan penerima manfaat sebesar 377 Keluarga
Penerima Manfaat, yang tersebar di 1 Kecamatan dengan tambahan
personil 2 operator program. Selanjutnya Pada tahun 2016 Program
Keluarga Harapan Kota Depok memperoleh tambahan cakupan sebesar
6.130 Keluarga Penerima Manfaat, yang tersebar di 11 Kecamatan dan
63 Kelurahan, dengan tambahan personil 29 pendamping dan 1 orang
operator Program Keluarga Harapan. Namun terdapat pengurangan
personil 3 pendamping yang resign. Sehingga SDM 43 pendamping, 4
operator dan 1 Koordinator Kota.
Tahun 2017 Program Keluarga Harapan Kota Depok memperoleh
tambahan cakupan sebesar 3.835 Keluarga penerima manfaat. Yang
tersebar di 11 kecamatan di 63 Kelurahan. Namun terdapat pengurangan
personil 1 operator. Sehingga jumlah SDM 43 pendamping, 3 operator
dan 1 Koordinator Kkota. Di tahun 2018 PKH Kota Depok memperoleh
tambahan cakupan sebesar 16.961 Keluarga penerima manfaat, yang
tersebar di 11 Kecamatan dan 63 kelurahan dengan tambahan personil
10 pendamping yang resign. Jumlah pelaksana 52 pendamping, 3
Administrasi pangkalan Data, dan 1 Koordinator Kota dan 1 Supervisor
Kota.
Pada Tahun 2019 Penerima Keluarga Harapan Kota Depok
memperoleh tambahan personil 2 pendamping. Namun terdapat 1
59

pendamping yang resign dan 1 pendamping yang lolos CPNS. Dengan


jumlah SDM saat ini 52 pendamping. 3 Administrator pangkalan Data, 1
SPV Program Keluarga Harapan dan 1 Koordinator Kota. Program
Keluarga Harapan Kota Depok telah mencover penerima di 11
kecamatan dan 63 kelurahan dengan total penerima 21.402 Keluarga
penerima manfaat yang tersebar di seluruh Kota Depok. (Data Sekunder,
2019).

C. Sejarah Program Keluarga Harapan (PKH) di Bojongsari

Untuk menelusuri sejarah Program Keluarga Harapan di Kecamatan


Bojongsari, peneliti melakukan pendalaman data primer dengan cara
meawancarai Fikri A. Solehuddin sebagai aktivis di Bojongsari
sekaligus pendamping pertama saat Program Keluarga Harapan di
bojongsari ada. Informasi mengenai aktivis pertama tersebut sekaligus
pendamping koordinator Kecamatan Program Keluarga Harapan di
Bojongsari ini di dapat dari Pak Fakhri yang bekerja di Sekretariat
kantor Dinas Sosial Kota Depok dan kemudian dibenarkan oleh orang
yang terkait yaitu pak Fikri A. Solehuddin.

Berdasarkan SK Direktur Jaminan Sosial No 252/SK/JS/082014.


Program keluarga harapan di Bojongsari di mulai sejak November 2014
dengan jumlah peserta awal 400 Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang
pada 2017 diubah namanya menjadi Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) dengan 1 orang pendamping dan tersebar di tujuh kelurahan.
Pada awal Program Keluarga Harapan, pemberian bantuan diberikan
melalui kantor Pos dan dengan nominal bantuan berubah-ubah sesuai
dengan jumlah komponen keluarga penerima manfaat. Komponen-
komponen tersebut pada awal program hanya dalam pendidikan dan
60

kesehatan namun pada 2016 akhir ada penambahan Keluarga penerima


manfaat menjadi 1.046 peserta dan dengan penambahan tenaga
Sumberdaya Manusia dua orang pendamping dan pada ada 2017
kebijakan nasional mengenai perubahan yaitu di tiadakan nya
klasifikasi komponen penerima bantuan dan pemberian bantuan di
samaratakan kepada masing-masing keluarga penerima manfaat selama
satu tahun, lalu kemudian kebijakan normal kembali pada sistem awal,
yaiut pemberian bantuan berdasarkan komponen pada setiap Keluarga
penerima manfaat. Pada tahun yang sama ada pengalihan pemberian
bantuan yang sejak awal melalui kantor pos beralih ke ATM BNI.

Lalu sebagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat kemudian


diadakan pengembangan keluarga penerima manfaat dengan berdirinya
kelompok-kelompok usaha bersama (KUBE) yang mandiri dengan
pembinaan dari masing-masing kelompok sesuai dengan visi-misi
Program Keluarga Harapan yaitu memutus mata rantai kemiskinan.
Terbagi dalam empat kelompok usaha yaitu (1) kelompok serua dengan
keripik stik, (2) kelompok pondok petir dengan cireng, (3) kelompok
duren mekar dengan Kelompok wanita tani (KWT) dan (4) kelompok
duren seribu dengan perikanan (ikan hias). Pada akhir 2017 terbentuk
KUBE jasa-PKH terdiri dari 10 anggota di masing-masing kelompok
bergerak di bidang sembako dengan tujuan bantuan pangan nontunai.
Namanya E-warung kube jasa-PKH, tersebar di tiga kelurahan (duren
mekar, bojongsari lama, dan serua). Pada 2018 ada pengembangan
peserta lagi menjadi 1.620 KPM dan tambahan 1 pendamping.

Tujuan dari Program Keluarga Harapan itu sendiri yaitu memutus


mata rantai kemiskinan pada anak, maka dari itu anak Program Keluarga
Harapan itu harus cerdas, harus sehat dan pintar. Regulasi 2018
61

komponen Program berubah yang awal hanya pendidikan (anak SD,


SMP dan SMA) dan kesehatan (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan
balita) bertambah 1 komponen yaitu kesejahteraan sosial (disabilitas
berat) dan lansia 60 tahun.

Kemudian Meaygie Priayudana pendamping Program Keluarga


Harapan di Bojongsari menambahkan bahwasanya Selama menerima
bantuan, keluarga penerima manfaat ada kegiatan FDS (Family
Develepment Session), kegiatan tersebut setiap kelompoknya diadakan
satu bulan sekali dengan pendekatan sharing dan penumbuhan kesadaran
pada masing-masing keluarga dalam pendidikan dan kesehatan
(Wawancara Meaygie Priayudana, 2019)

Di dalam program pun ada kewajban dari keluarga penerima manfaat


yaitu dalam pendidikan, anak sekolah absensi kehadirannya harus diatas
80%, dan kesehatan harus datang cek kesehatan ke posyandu minimal 3
kali sedangkan untuk lansia dan disabilitas tidak ada kewajiban apapun,
dan itu akan di verifikasi oleh pendamping setiap tiga bulan sekali
(Wawancara Fikri , 2019)

D. Profil Program Keluarga Harapan (PKH) Bojongsari


Pada Bulan November 2014 program keluarga harapan
dilaksanakan di Kecamatan Bojongsari Depok. Pada tahun awal
berdirinya, program keluarga harapan berjalan dengan peserta berjumlah
400 Kartu Keluarga yang tersebar di 7 kelurahan dan didampingi oleh 1
orang pendamping. Awalnya dana bantuan dari pemerintah pusat
(Kemensos) di berikan melalui kantor Pos dan peserta sendiri yang
datang ke kantor Pos untuk megambilnya lalu kemudian tahun 2017
bantuan dana Program Keluarga Harapan yang diberikan beralih ke
ATM BNI. Kemudian pada tahun kedua berkurang dengan jumlah 393
62

KPM (keluarga penerima manfaat) dan tetap dengan jumlah yang sama
pada tahun 2016. Namun pada tahun 2017 selanjutnya ada penambahan
peserta PKH besar-besaran yakni menjadi 1.046 Keluarga penerima
manfaat dan tahun 2018 1.620 yang tersebar di 7 Kecamatan Bojongsari,
penmabahan jumlah peserta ini dari tahun 2017 cukup signifikan dan
terus bertambah sampai tahun 2019 sekarang yaitu 1.640 keluarga
penerima manfaat tentunya tersebar diseluruh Kecamatan Bojongsari.
Sesuai dengan visi misi Program sendiri yaitu memutus rantai mata
rantai kemiskinan maka kemudian sasaran dari Program Keluarga
Harapan ini adalah masyarakat yang kurang mampu terutama dalam
bidang pendidikan dan kesehatan, namun juga dalam ranah
perlindungan sosial seperti lansia dan disabilitas berat. Maka dari itu
dalam pendidikan anak-anak Program Keluarga Harapan itu harus
pintar, cerdas dan sehat. Lalu kemudian ibu hamil dan balita harus rutin
memeriksakan kesehatannya ke posyandu atau puskesmas terdekat.
Selain itu para pendamping rutin mengadakan pertemuan dengan
Keluarga penerima manfaat untuk sharing session dan pelatihan guna
membangun kesadaran di masyarakat.
Sebagai upaya memutus mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan
masyarakat dalam bentuk nyata maka terwujudlah sebuah keberhasilan
dengan berdirinya kelompok-kelompok usaha mandiri warga dengan
terbaginya dalam 4 kelompok usaha yaitu 1) kelompok serua dengan
keripik stik, 2) kelompok pondok petir dengan cireng, 3) kelompok
duren mekar dengan Kelompok wanita tani (KWT) dan 4) kelompok
duren seribu dengan perikanan (ikan hias).
Pada akhir 2017 terbentuk KUBE jasa-PKH terdiri dari 10 anggota
dari masing-masing kelompok bergerak di bidang sembako dengan
tujuan bantuan pangan nontunai. Namanya E-warong kube jasa-PKH,
63

tersebar di tiga kelurahan (duren mekar, bojongsari lama, dan serua).


Dengan demikian, masyarakat mulai mandiri dan bisa memenuhi
kebutuhan pokok kehidupan mereka sehari-hari tanpa mengandalkan
bantuan pemerintah. Walaupun tetap ada saja keluarga yang setelah
menerima bantuan Program keluarga harapan keadaannya belum
berangsur membaik para pendamping tetap berupaya mendampingi
masyarakat selama ada kemauan dan aksi untuk memperbaiki kualitas
keluarga mereka. Dengan adanya FDS (family Development session)
sebagai bentuk nyata kepedulian pendamping Program Keluarga
Harapan dalam memperbaiki kualitas keluarga masyarakat. (Wawancara
Fikri , 2019)

E. Profil Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di


Bojongsari
1. Meaygie Priayudana S.sos
Pekerjaan sebagai seorang pendamping sudah dilakukan ka megi
(nama panggilan) selama satu tahun enam bulan ini. Lahir pada
tanggal 30 september 1991, alamat Jl Mesjid Nurul huda Rt 01/Rw
06 Bojongsari lama. Maeygi merupakan alumni Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Jurusan Kesejahteraan Sosial Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2009 lulus tahun 2016
memperoleh gelar sebagai Sarjana Sosial (S.Sos) dan Sekarang sudah
menikah dan memiliki anak umur satu tahun.
Motivasinya menjadi pendamping karena pada saat itu memang
mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion dan background
jurusan yang berhubungan dengan dunia sosial. Pada awalnya tidak
ada niat kerja di Program Keluarga Harapan, namun setelah dipikir-
pikir jika bekerja disebuah perusahaan kebanyakan melihat
64

pengalaman dahulu sedangkan ka megi pada saat itu baru lulus


sarjana belum ada pengalaman kerja sama sekali. Pada tahun 2017
ketika ada lowongan untuk pekerjaan pendamping Maeygie tidak
menyia-nyiakan kesempatan itu, setelah menunggu hasil tes selama
tiga bulan lamanya akhirnya pengumuman lulus pendamping keluar
dan langsung ditempatkan di Depok. Dikarenakan masih terbilang
baru menjadi pendamping megi sangat memfokuskan kegiatannya
hanya bekerja di Program Keluarga Harapan walaupun tidak begitu
sibuk setiap hari, namun tanggungjawab sebagai pendamping pun
banyak dan tidak mudah seperti penyaluran bantuan pangan non
tunai berupa beras, telur, dan lainnya. Rutin verifikasi-verifikasi
setiap pertiga bulan sebelum dan sesudah bantuan cair agar bantuan
tersebut tepat sasaran (Wawancara Maeygie, 2019).
2. Fikri Ahmad Solehudin S.pd
Lahir pada tanggal 25 Oktober 1989 di Bogor jawa Barat, sejak
2014 awal PKH ada pak fikri adalah pendamping pertama pada
saat itu. Bertempat tinggal di Parung Tengah RT. 001/RW 003
Kelurahan Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Depok.
Pekerjaannya sebagai pendamping dilakukan karena sesuai dengan
prinsip hidupnya, yaitu berguna bagi masyarakat meskipun tugas
menjadi seorang pendamping itu tidak mudah karena berusan dengan
ratusan orang terlebih lagi pak fikri merangkap mendampingi
Keluarga penerima manfaat di dua kelurahan.
Dalam pengakuannya selain menjadi pendamping fikri juga
memiliki kegiatan lain sebagai pedagang sembako dan ATK untuk
mengisi waktu kesibukannya selain menjadi pendamping Program
Keluarga Harapan. Menikah pada tahun 2016, namun belum
dikaruniai anak. Pak fikri pernah mengenyam pendidikan di STAI
65

Al-Karimiyah dan lulus sebagai sarjana pendidikan. Pada saat seleksi


calon pendamping Program Keluarga Harapan waktu itu tidak harus
dari jurusan kesejahteraan sosial, boleh dari lulusan jurusan
manapun. Pekerjaannya sebagai pendamping dilakukan dengan
sepenuh hati dan sabar, hal ini peneliti bisa melihat dari raut
wajahnya yang selalu antusias dalam mengerjakan rutinitasnya
sebagai pendamping mulai dari Validasi data CKPM (calon keluarga
penerima manfaat) sampai pada kegiatan family development session
(FDS) sebagai upaya merubah kesadaran dan perilaku Keluarga
penerima manfaat kearah yang lebih baik. Tugas menjadi
pendamping bukanlah tugas mudah apalagi jika dijalani dengan
keterpaksaan atau tidak sepenuh hati, namun lain hal dengan pak
fikri, dikarenakan punya jiwa sosial yang tinggi jadi tugas seberat
apapun akan terasa mudah dan menyenangkan, ini terlihat dan
beberapa kali diungkapkan ketika peneliti sedang melakukan
wawancara bahwasanya
“...menjadi seorang pendamping itu sangat menyenangkan ko,
ga susah kaya yang dibayangkan, kan kalo sekilas mah
kegiatannya banyak dan melibatkan ratusan KPM tuh, terlebih
lagi kalo sesama pendamping sangat solid kaya gini, jadinya
santai tetapi kami tetap bekerja” (Wawancara Fikri, 2019)

3. Dimas Adrianto Hermawan M.A


Bertempat tinggal di Pondok Petir Depok, Dimas merupakan
Magister Managemen Administrasi Publik di Institute STIE AMI di
Senen lulus tahun 2017, Dimas juga merupakan sarjana lulusan Ilmu
Komunikasi di Universitas Nasional (UNAS) tahun 2015.
Beliau mengungkapkan tidak ada motivasi khusus awal bekerja
sebagai pendamping di Program Keluarga Harapan, ketika ada
lowongan Pekerjaan langsung memasukan lamaran pengajuan.
66

“...bahkan awal diterima di program keluarga harapan juga


saya ngga paham bagaimana tugas-tugasnya, setelah ada
pelatihan dan pendidikan baru lah saya paham, dan ternyata
menyenangkan di PKH itu” (Wawancara Dimas, 2019).
Dikarenakan klasifikasi pendamping saat itu tidak harus
berlatarbelakang dari sarjana kesejahteraan sosial, maka ketika ada
kesempatan langsung dimanfaatkan.

Setelah dua tahun, salah satu keberhasilannya sebagai pendamping


tidaklah muluk-muluk hanya ketika keluarga sejahtera dan senang
maka pendamping pun ikut senang menyaksikannya. Dimas
mendampingi dua keluarahan dan itu ada sekitar 600 an Keluarga
Penerima Manfaat. Sudah dua tahun yang menjadi pendamping dan
diakui menjalani pekeraan ini sangat enak karena turun langsung ke
lapangan bertemu para ibu-ibu, mengunjungi rumah ke rumah.
Dikarenakan hubungan sesama pendamping sangat enak dan punya
solidaritas tinggi menjadi alasan bertahan sampai sekarang dan
kedepannya (Wawancara Dimas, 2019)

F. Tugas dan Kewajiban Pendamping Program Keluarga Harapan


(PKH)
1. Validasi data CKPM (calon keluarga penerima manfaat) , setelah
menerima data dari pusat yang berupa nama-nama dan komponen
keluarga yang bakal menerima bantuan, para pendamping
melakukan verifikasi lapangan agar datanya sesuai dengan
kondisi calon keluarga calon penerima manfaat.
2. Penyaluran bantuan sosial Program Keluarga Harapan,
pendamping wajib menyampaikan bantuan-bantuan, seperti
bantuan pangan nontunai (BPNT) yang selanjutnya diberikan
kepada Keluarga penerima manfaat secara tetap.
67

3. Pemutakhiran data Keluarga penerima manfaat, pemutakhiran data


adalah peroses perubahan data terkini sebagian atau seluruh data
anggota keluarga penerima manfaat. Pemutakhiran data bisa
dilakukan sewaktu-waktu jika ada perubahan jumlah Keluarga
penerima manfaat.
4. Verifikasi komitmen komponen Keluarga penerima manfaat pada
pasilitas kesehatan dan pendidikan. Setelah keluarga penerima
manfaat menerima haknya berupa bantuan-bantuan kemudian
untuk selanjutnya harus memenuhi kewajibannya yaitu jika
komponen anak sekolah absensinya harus diatas 80%, dan untuk
komponen kesehatan harus memeriksakan kesehatannya minimal
tiga kali ke puskesmas atau posyandu terdekat. Kemudian setelah
berjalan tiga bulan pertama sebelum bantuan berikutnya sampai ke
Keluarga, pendamping melakukan verifikasi lapangan ke sekolah-
sekolah dan tenaga kesehatan .
5. Merubah perilaku Keluarga penerima manfaat menjadi yang lebih
baik melalui Family Development Session (FDS/P2K2). Salah
satu kegiatan rutin pendamping kepada keluarga penerima manfaat
adalah memberikan transfer ilmu melalui kelompok-kelompok
yang dibentuk oleh pendamping sendiri dan materi yang diberikan
berupa modul-modul. Ouput dari kegiatan ini ialah diharapkan
untuk membentuk pola pikir/kesadaran mengenai pentingnya
kesehatan dan pendidikan untuk keluarga, serta dapat merubah
perilaku menjadi lebih baik lagi (Wawancara Fikri, 2019).
68

G. Peta Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di Bojongsari

Tabel 3.5 Jumlah Penerima Perkelurahan


No Tahun

Kelurahan 2014 2015 2016 2017 2018 2019

1 Bojongsari Baru 55 53 53 96 145 99

2 Bojongsari Lama 80 77 78 112 153 159

3 Curug 58 58 58 103 279 287

4 Duren Mekar 79 79 79 186 269 290

5 Duren Seribu 17 17 17 104 199 218

6 Pondok Petir 54 51 51 195 275 285

7 Serua 57 59 57 250 300 302

Jumlah : 400 394 393 1.046 1.620 1.640

Sumber : Data Program Keluarga Harapan Fikri

Berdasarkan angka data tabel diatas adalah membahas kuantitas


penerima manfaat program keluarga harapan dari mulai tahun 2014 awal
berdirinya Program sampai 2019 ketika peneliti melakukan penelitian
program keluarga harapan di Bojongsari. Setiap tahunnya angka tersebut
mengalami kenaikan yang cukup siginifikan terlebih mulai tahun 2017
disesuaikan dengan data kemiskinan di Kecamatan tersebut.

1. Jumlah Keluarga Dari Setiap Penerima

Tabel 3.6 Komponen Program Keluarga Harapan (PKH) 2014

No Kelurahan Anak Anak Ibu Balita


SD SMP Hamil
1 Bojongsari Baru 54 34 0 32
69

No Kelurahan Anak Anak Ibu Balita


SD SMP Hamil
2 Bojongsari Lama 76 46 0 48

3 Curug 73 42 0 23

4 Duren Mekar 69 42 4 60

5 Duren Seribu 12 16 1 11

6 Pondok Petir 63 24 1 35

7 Serua 54 20 1 41

Jumlah 401 222 7 250

Sumber : Data Program Keluarga Harapan Fikri

Pada tahun 2014 jumlah komponen penerima manfaat Program


Keluarga Harapan lebih banyak pada komponen anak sekolah seperti anak
SD, kemudian SMP, pada saat itu belum ada komponen anak SMA.
kemudian komponen balita. Sedangkan komponen ibu hamil sedikit dengan
jumlah tujuh orang.

Tabel 3.7 Komponen Program Keluarga Harapan (PKH) 2015

No Kelurahan Anak Anak Anak Ibu Balita


SD SMP SMA Hamil
1 Bojongsari Baru 51 31 17 0 25

2 Bojongsari Lama 63 41 19 0 39

3 Curug 69 43 0 1 24

4 Duren Mekar 69 37 27 0 46

5 Duren Seribu 14 14 8 0 8

6 Pondok Petir 61 21 0 1 34

7 Serua 51 22 0 0 47
70

No Kelurahan Anak Anak Anak Ibu Balita


SD SMP SMA Hamil
Jumlah 378 209 71 2 223

Sumber : Data Program Keluarga Harapan Fikri

Berdasarkan komponen tabel diatas, sudah ada komponen anak SMA.


Itu artinya penyerataan wajib sekolah 12 tahun sudah berlaku di Bojongsari
kemudian masuk kedalam Program Keluarga Harapan. Komponen anak SD
masih paling banyak dengan jumlah 378 meningkat drastis dari tahun
sebelumnya, anak SMP 209 menurun dari tahun sebelumnya. Untuk ibu
hamil juga mengalami penyusutan menjadi hanya dua orang, dan komponen
balita tetap banyak jumlahnya.

Tabel 3.8 Komponen Program Keluarga Harapan (PKH) 2016

No Kelurahan Anak Anak Anak Ibu Balita


SD SMP SMA Hamil
1 Bojongsari Baru 51 31 17 0 25

2 Bojongsari Lama 63 41 19 0 39

3 Curug 69 43 0 1 24

4 Duren Mekar 69 37 27 0 46

5 Duren Seribu 14 14 8 0 8

6 Pondok Petir 61 21 0 1 34

Serua 51 22 0 0 47

Jumlah 378 209 71 2 223

Sumber : Data Program Keluarga Harapan Fikri, 2019

Berdasarkan keterangan dari Fikri sebagai Koordinator Kecamatan


PKH Bojongsari, Pada Tahun 2017-2018 ada perubahan kebijakan
nasional, penerima bantuan program tidak dihitung komponen anggota
71

keluarga akan tetapi disamaratakan nominal penyerahan bantuannya.


kemudian pada tahun 2019 diterapkan kembali kebijakan awal.

Tabel 3.8 Komponen Program Keluarga Harapan (PKH) 2019


No Kelurahan Anak Anak Anak Ibu Balita
SD SMP SMA Hamil
1 Bojongsari Baru 99 99 99 99 99

2 Bojongsari Lama 159 159 159 159 159

3 Curug 287 287 287 287 287

4 Duren Mekar 290 290 290 290 290

5 Duren Seribu 218 218 218 218 218

6 Pondok Petir 285 285 285 285 285

7 Serua 302 302 302 302 302

Jumlah 1.640 1.640 1.640 1.640 1.640

Sumber : Data Program Keluarga Harapan Fikri

Pada tahun 2019 jumlah dari masing-masing komponen melonjak


drastis berdasarkan kebijakan pemerintah dengan penggenapan kuota
penerima manfaat Program Keluarga Harapan. Jumlahnya grand total
masing-masing komponen yaitu 1.640 orang, terhitung dari seluruh
Kelurahan.
BAB IV

TEMUAN LAPANGAN

A. Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga


Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok

Peneliti melakukan penggalian data lapangan dengan


mewawancarai semua pendamping Program Keluarga Harapan di
Bojongsari dan dengan beberapa anggota keluarga penerima manfaat.

Berikut ada empat proses pemberdayaan masyarakat melalui


program keluargra harapan di Bojongsari Depok yaitu proses seleksi
calon keluarga penerima manfaat, proses validasi data keluarga
penerima manfaat, proses pendampingan keluarga penerima manfaat dan
yang terakhir pemberian modal-modal usaha. Keempat proses tersebut
berdasarkan penemuan peneliti selama melakukan penelitian lapangan.
1. Seleksi Calon Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan
(PKH)
Dalam penggalian data lapangan peneliti memfokuskan
penelitian pada pemberdaya Program Keluarga Harapan yaitu kepada
empat orang pendamping di Bojongsari Depok. Berdasarkan hasil
wawancara dengan informan Peneliti mendapatkan informasi dari
Fikri (2019), Ia merupakan pendamping pertama di Bojongsari dan
dibenarkan oleh Maeygie, Munarti dan Dimas sebagai Pendamping
Program keluarga Harapan lainnya di Kecamatan Bojongsari Depok.
“... iyaa betul, Koordinator program keluarga harapan di
Bojongsari ini adalah Fikri, dan dia juga merangkap tugas
sebagai pendamping d Kelurahan Duren seribu dan Duren
mekar...” (Wawancara Maeygie, 2019)

72
73

Pada tahun 2014 awal dari Program Keluarga Harapan di


Bojongsari Depok, data awal keluarga penerima manfaat disebut
data Desil satu, yaitu keluarga penerima manfaat yang terpilih dari
pusat Kementerian Sosial adalah yang betul-betul sangat miskin dan
benar tidak berdaya dalam ekonomi, pendidikan dan kesehatan serta
penghasilannya dibawah dari 10.000 perhari. Lalu pada tahun 2016-
2017 disebut Desil 2 dan 3 dengan menambah jumlah 1000
keluarga penerima manfaat, terakhir 2018-2019 Desil 3(+) dan 4
dalam rangka penggenapan jumlah penerima manfaat program
menjadi 10 juta. Pada tahun 2014 sampai 2017 untuk jumlah
komponen dalam satu keluarga hanya boleh di hitung tiga
komponen persatu keluarga kemudian pada tahun 2018 ke 2019 ada
penambahan komponen menjadi empat komponen persatu keluarga,
walaupun komponen lansia dan disabilitas untuk krieria
kesejahteraan sosial terpisah.

“...jadi misalnya didalam satu keluarga udah ada empat


komponen ada anak SD, SMP, SMA, dan ibu hamil kan udah
penuh tuh kapasitas komponen yang bisa nerima bantuan
dalam satu keluarga, nah ternyata ada lansia itu boleh karna
lansia masuk kriteria kesejahteraan sosial terpisah dari
pendidikan dan kesehatan...” (wawancara pak fikri, 2019)

Fikri juga menuturkan, data keluarga calon penerima bantuan


Program Keluarga Harapan didapatkan dari Kementerian Sosial
yang berasal dari data yang diperoleh dari Kelurahan kemudian
Kecamatan. Kecamatan memiliki data warga yang memenuhi syarat
untuk diberikan bantuan oleh pemerintah. Kemudian data yang telah
sampai ke Kemeterian Sosial diolah lagi betul-betul keluarga yang
paling membutuhkan dan selanjutnya itu diberitahukan kepada
74

pendamping untuk melakukan pengecekan ulang dan verifikasi


lapangan.

Setiap satu tahun sekali data calon keluarga penerima manfaat telah
masuk ke data pendamping. Lalu kemudian pendamping melakukan
verifikasi lapangan untuk memastikan apakah data yang telah
diterima sesuai dengan keadaan calon keluarga penerima manfaat.
Ada beberapa kriteria calon keluarga penerima manfaat Program
Keluarga Harapan yang harus sesuai, agar bantuan yang disalurkan
tidak salah sasaran.

“...cara buat memastikan keadaan calon Keluarga Penerima


Manfaat itu ngga nanya langsung ke ke orangnya, kita nanya
nya ke tetangga atau ke ketua RT, apakah betul nama tersebut
layak untuk dibantu...”
(wawancara Fikri, 2019)
Karena bantuan ini merupakan hak untuk masyarakat yang
benar-benar patut untuk dibantu maka, dari itu ketika data calon
keluarga penerima manfaat program telah diterima oleh
pendamping tidak serta merta mensahkan data tersebut melainkan
Pendamping harus melakukan survei lapangan untuk memastikan
kebenaran data yang telah di dapat.

“...tapi jarang sih yang data nya meleset, paling kalo misalkan
dari seribu orang, data yang margin eror Cuma 0,5 %,
tembaklah misalkan Cuma 10 orang saja dari data seribu
orang itu...” (wawancara Fikri, 2019)

Selanjutnya pendamping mengelompokkan keluarga penerima


manfaat kedalam beberapa kelompok untuk memudahkan
pertemuan diantara pendamping dan mereka. Masing-masing
pendamping mengirimkan surat kepada masing-masing keluarga
75

sebagai pemberitahuan bahwasanya mereka telah terpilih sebagai


penerima bantuan Program Keluarga Harapan. Surat tersebut
diberikan kepada ketua RT/RW atau kader untuk selanjutnya
disampaikan kepada warga yang namanya tertera didalam surat agar
bisa datang ke Kelurahan dalam waktu yang telah ditentukan untuk
menerima pengumuman penerimaan bantuan program dan validasi
data keluarga.

2. Validasi Peserta Keluarga Penerima Manfaat (KPM)

Tahap validasi penerima bantuan Program Keluarga Harapan


ini dilakukan setelah proses seleksi selesai oleh pendamping.

Berdasarkan pemberitahuan kepada Keluarga penerima manfaat


melalui surat undangan untuk berkumpul di aula/kelurahan maka
mereka harus sudah datang dengan membawa berkas-berkas untuk
keperluan validasi. Setelah berkumpul di Kelurahan kemudian
diberikan pemberitahuan resmi dan jelas oleh pendamping perihal
bantuan Program Keluarga Harapan yang akan mereka dapatkan,
selanjutnya diberikan arahan-arahan mengenai hak dan
kewajibannya sebagai penerima bantuan. Keluarga penerima
manfaat juga di arahkan untuk membuat buku rekening BNI yang
nantinya sebagai fasilitator penyaluran dana bantuan pendidikan dan
kesehatan. Selain mendapat dana bantuan program, selama menjadi
keluarga penerima manfaat, mereka juga akan dijamin hak nya
untuk menerima kartu indonesia sehat (KIS), kartu indonesia pintar
(KIP) dan BPNT (bantuan pangan nontunai). Berdasarkan
klasifikasi pendidikan, kesehatan dan kelasifikasi kesejahteraan
sosial terdapat beberapa pengelompokkan Komponen penerima
76

bantuan Program Keluarga Harapan yaitu anak SD, anak SMP, anak
SMA, ibu hamil, balita, lansia dan disabilitas berat.

Menurut informasi yang diberikan oleh Dimas Setelah


terkonfirmasi bahwa data dari Kementerian Sosial dengan hasil
survei lapangan sudah sesuai, serta pendamping dan keluarga
penerima manfaat sudah melakukan pertemuan untuk membahas
bantuan Program Keluarga Harapan maka pendamping melakukan
validasi data untuk selanjutnya mereka masyarakat yang telah
tervalidasi datanya bisa menerima dana bantuan Program selama
lima tahun kedepan. Proses validasi dilakukan berdasarkan berkas-
berkas yang harus dibawa oleh peserta penerima manfaat ketika
berkumpul di aula/kelurahan, berkas-berkas validasi berupa Kartu
indonesia sehat (KIS), kartu indonesia pintar ( KIP), raport sekolah
anak, dan kartu keluarga sejahtera Selanjutnya Pendamping
melakukan validasi online untuk laporan data ke pusat.

Kemudian Dimas (2019) melanjutkan bahwa Untuk nominal


bantuan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu serta tidak bisa
diprediksi. Ini dibenarkan oleh Fikri, lalu ia pun menambahkan
bahwa terdapat beberapa komponen sasaran dari penerima bantuan
Program Keluarga Harapan yaitu anak SD, anak SMP, anak SMA,
ibu hamil, balita, lansia dan disabilitas berat. Untuk nominal
bantuan dari masing-masing komponen bervariatif yaitu 400.000
untuk komponen anak SD, 600.000 untuk anak SMP, 1.000.000
untuk SMA, 1.100.000 untuk ibu hamil, 1.100.000 untuk balita dan
untuk lansia dan disabilitas masing-masing mendapatkan 1.200.000
seluruh dari jumlah bantuan uang tunai tersebut dicairkan setiap tiga
bulan sekali pertahunnya.
77

“...nominal bantuan tersebut adalah update data terbaru


karena sebelumnya engga segini jumlahnya, alhamdulillah
nominalnya sekarang sudah naik disesuaikan kebutuhan dari
masing-masing komponen...” (Wawancara Fikri, 2019)

Jika didalam satu keluarga terdapat dua anak SD maka tetap


dihitung dua, dan dua-duanya diberi bantuan dengan nominal
masing-masing sama, namun ketika ada lansia dua dalam satu
keluarga maka hanya terhitung satu komponen saja.
3. Pendampingan Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
Dalam waktu wawancara yang sama dengan Fikri, Dimas
pendamping di Kelurahan Serua dan Pondok Petir menambahkan,
ketika pertiga bulan sekali dana bantuan cair kewajiban dari
pendamping adalah memastikan uang tersebut telah sampai ke
tangan keluarga penerima manfaat, dan jika ada saldo mereka yang
masih nol bisa mengadukan ke pendamping di kelurahannya
masing-masing yang kemudian pendamping akan menindaklanjuti
ke pusat.
Selama pelaksanaan pendampingan Program, Maeygie juga
menjelaskan mengenai hak dan kewajiban keluarga penerima
manfaat. Dalam setahun terbagi menjadi empat tahapan pencairan
bantuan yaitu setiap tiga bulan sekali. Kemudian setelah tiga bulan
berlalu ketika ada pencairan tahap selanjutnya pendamping
melakukan verifikasi lapangan dengan mengunjungi sekolah-
sekolah dan puskesmas terdekat. Apakah selama tiga bulan ini
mereka melaksanakan kewajibannya atau tidak. Karena jika
keluarga penerima manfaat lalai dalam melakukan kewajibannya
maka dana bantuannya bisa diberhentikkan. Lalu Fikri juga
78

menegaskan bahwasanya semua keluarga penerima manfaat harus


cerdas dan sehat maka dari itu setiap dana bantuan harus
dipergunakan dengan semestinya, jika anaknya masih sekolah maka
mereka harus sekolah dan absensi dikelasnya harus diatas 80%, jika
ibu hamil dan balita harus rutin memeriksakan kesehatannya ke
posyandu dan puskesmas minimal tiga kali pemeriksaan dalam satu
tahapan penerimaan bantuan. Semua yang dilakukan pendamping
semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat dan memutus mata
rantai kemiskinan hal ini sesuai dengan visi-misi Program Keluarga
Harapan, jadi pendamping mengharapkan kerjasamanya dengan
keluarga penerima manfaat selama periode penerimaan bantuan.
Di waktu wawancara selanjutnya dengan pendamping, Munarti
menjelaskan perihal salah satu kewajiban pendamping yaitu
penyaluran bantuan pangan nontunai. Penyaluran bantuan ini
dilakukan secara rutin setiap satu bulan sekali, jenis bantuan yang
diberikan kepada keluarga penerima manfaat adalah beras dan atau
telur. Beras dan atau telur tersebut diberikan kepada mereka secara
gratis dengan syarat menyerahkan kartu anggota keluarga penerima
manfaat setiap pengambilannya.

“...sebenernya beras dan telur itu dibeli dengan dana mereka


keluarga penerima manfaat itu yang cair melalui koordinator
kecamatan, tetapi sampai ke mereka tidak berbentuk uangnya
karena jenis bantuan ini nontunai, maka yang disalurkan ke
mereka itu sudah berjenis sembako...”(Wawancara Munarti,
2019)
Bantuan pangan nontunai berupa beras dan telur ini tersedia di
E-warong yang tersebar di tiga kelurahan. Dalam pengambilan
BPNT ini keluarga penerima manfaat boleh memilih jenisnya antara
telur atau beras, ataupun bisa keduanya. Tetapi jika mengambil
79

beras dan telur tentu porsinya harus disesuaikan agar seimbang


dengan yang hanya mengambil telur atau beras saja. Dalam
penyaluran ini pendamping tidak sendirian dalam penyalurannya,
melainkan dibantu oleh keluarga penerima manfaat sebagai anggota
E-warong umumnya ketua, sekertaris dan bendaharanya. Ketua E-
warong memberitahukan kepada seluruh keluarga penerima manfaat
bahwa BPNT sudah akan tersedia hari tersebut maka pada hari yang
telah ditentukan mereka bisa datang langsung untuk mengambil
bantuan pangan tersebut.

Hal ini dibenarkan oleh fikri sebagai koordinator Program


Keluarga Harapan Kecamatan, bahwasanya yang mengkoordinir
dana bantuan sebelum dibelikan beras dan telur terlebih dahulu
sampai ke fikri, lalu kemudian fikri lah yang mengatur semua ini
dari yang semula berbentuk uang dari pemerintah hingga kemudian
menjadi bantuan pangan berupa beras dan telur yang kemudian
disalurkan kepada keluarga penerima manfaat.

Fikri melanjutkan perihal dasar tugas pokok pendamping, yaitu


merubah pola pikir masyarakat ke arah yang lebih baik. Seperti
yang harus lebih sadar lagi kepada pentingnya pendidikan untuk
anak-anak usia sekolah, masyarakat harus lebih sadar dan peduli
lagi terhadap kesehatan diri mereka masing-masing. Memperbaiki
pola asuh orangtua terhadap anak-anak mereka. Semua itu harus
dilakukan oleh pendamping dari sekian banyaknya tugas.

Baik Fikri maupun pendamping Program Keluarga Harapan


lainnya mengeluhkan bahwa tugas tersebut sangatlah berat untuk
pedamping, karena disisi lain banyaknya tugas pendamping yang
harus dilakukan selain megubah pola pikir dan perilaku masyarakat.
80

Di Kecamatan Bojongsari, terdapat tujuh kelurahan dengan empat


orang pendamping. Ada beberapa pendamping yang memegang dua
kelurahan dalam dampingannya, otomatis keluarga penerima
manfaatnya pun sangat banyak. Idealnya satu orang pendamping itu
memegang sebanyak 300 an lebih keluarga, tetapi ada pendamping
yang memegang sebanyak 500-600 keluarga. Hal ini di siasati
pendamping agar semua keluarga penerima manfaat bisa terpantau
dengan dibantu oleh pendamping lainnya dalam setiap sosialisasi
kegiatan program.

Lalu Munarti menambahkan bahwasanya merubah pola pikir


dan perilaku sangatlah sulit dialaminya. Kebanyakan keluarga
penerima manfaat yaitu mereka yang berpendidikan rendah,
tentunya pola pikir mereka pun kurang memadai akan kesadaran
pendidikan dan kesehatan. Dalam jangka waktu lima tahun
pendamping harus bisa menerapkan kesadaran bahwasanya mereka
harus sudah mengerti materi yang disampaikan dan berperilaku
sesuai modul pendampingan.

“...kami sebagai pendamping kesulitan banget, yang namanya


karakter itu susah banget di ubah, apalagi hanya dengan
jangka waktu lima tahun, hanya sedikit saja yang bisa
tersampaikan...” (wawancara Munarti, 2019)
Karena seluruh kegiatan di Program Keluarga Harapan adalah
perencanaan jangka panjang maka dalam waktu dekat hasil dari
pemberdayaan belum terlalu terlihat signifikan, tetapi prosesnya
tetap harus berjalan dan dengan perlahan selalu ada perubahan ke
arah yang lebih baik. Karena tugas pendamping bukan hanya
persoalan membentuk kemandirian ekonomi saja, melainkan
membentuk kesadaran ke arah yang baik lagi dalam aspek
81

pembangunan keluarga yang sejahtera dan diantara itupun pekerjaan


pendamping masih banyak yang lainnya dan butuh perhatian lebih.

“...fokus kami sering terbagi ke hal-hal lainnya, jadinya selalu


ngga maksimal dalam satu kegiatan, sedangkan kegiatan di
Program Keluarga Harapan itu banyak banget. Jadinya
beberapa kegiatan pemberdayaan sedikit terhambat...”
(Wawancara Fikri, 2019)

Di samping itupun pendamping tetap melaksanakan


kewajibannya sebagai untuk memenuhi hak-hak keluarga penerima
manfaat dalam menyalurkan bantuan-bantuan dan pemberian
pelatihan.
Setelah lima tahun sekali, Fikri menuturkan bahwa pendamping
harus melakukan graduasi keluarga penerima manfaat. Graduasi
adalah pelepasan bantuan Program Keluarga Harapan kepada
keluarga penerima manfaat yang sudah di anggap mampu dalam
perekonomiannya. Akan tetapi sebetulnya kegiatan graduasi ini bisa
kapan saja dilakukan jika ada yang sudah mandiri dalam ekonomi
dan pola pikirnya sudah baik sehingga tidak memerlukan bantuan
Program Keluarga Harapan lagi. Tentunya hal itu tidaklah mudah
bagi pendamping karena dalam pelaksanaannya para keluarga
penerima manfaat harus di sadarkan bahwa mereka itu sudah tidak
miskin lagi dan mereka sudah mandiri dari segi ekonomi sedangkan
sangat banyak keluarga-keluarga yang masih layak menerima
bantuan pemerintah. Kemudian setelah lima tahun menerima
bantuan, untuk keluarga penerima manfaat yang masih layak
menerima bantuan kemudian selanjutnya, Fikri menyebutkan ada
yang namanya Resertifikasi. Resertifikasi adalah Proses
perpanjangan pemberian bantuan kepada keluarga penerima
82

manfaat lama yang masih layak untuk dibantu, tetapi sebelum itu
pendamping harus memastikan bahwasanya keluarga-keluarga
tersebut tersebut telah terpenuhi hak-haknya dalam mendapatkan
bantuan program, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar,
dan bantuan pangan nontunai.
“... sebenernya proses graduasi ini proses yang berat yah buta
pendamping, karena kan sebenernya penerima manfaat
Program keluarga harapan ini masih banyak yang harus
dibantu, sedangkan pendamping harus melakuka graduasi
dengan ngomong langsung ke orangnya, disadarkan dengan
pelan—pelan kalo mereka udah bisa mandiri secara finansial
dan tidak memerlukan bantuan program ini lagi...”
(Wawancara Fikri, 2019)

Didalam sesi wawancara dengan Maeygie ia memberitahukan


kepada peneliti bahwa ada salah satu kegiatan sebagai bentuk
pendampingan yang harus diberikan kepada keluarga penerima
manfaat selama menjadi penerima bantuan program. Adalah FDS
(Family Development Session), kegiatan ini memberikan pelatihan-
pelatihan kepada seluruh keluarga penerima manfaat yang
tujuannya untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat ke
arah lebih baik. FDS ini sudah dilaksanakan pada tahun 2018
namun saat itu disebut pertemuan kelompok dengan mengacu pada
lima modul pendampingan. Pada tahun 2018 FDS belum disahkan
oleh pemerintah akan tetapi kegiatan tetap berjalan sebagai stimulus
dan sosialisasi kepada keluarga penerima manfaat bahwa kegiatan
ini akan menjadi kewajiban bagi mereka nantinya sebagai penerima
bantuan. Kemudian fikri menambahkan bahwa sekarang tahun 2019
83

FDS ini sudah disahkan dan di berikan sertifikat oleh pemerintah


sebagai kegiatan resmi dari Program Keluarga Harapan, FDS ini
juga sebagai bagian dari tugas dan tanggungjawab pendamping
kepada keluarga penerima manfaat. Setelah disahkan oleh
pemerintah, kemudian pendamping mensosialisasikan kegiatan FDS
bahwa kegiatan ini wajib dilaksanakan dan wajib diikuti oleh
keluarga-keluarga selama menjadi penerima bantuan. Dan ketika
tidak ada keperluan mendesak apapun, mereka wajib untuk hadir,
dan selalu mengkonfirmasi kehadirannya kepada ketua kelompok.
“...kita kasih tau dulu nih ke mereka kalo kegiatan ini itu wajib,
dan mereka harus dateng kalo jadwalnya FDS. Dan sejauh ini
mereka para keluarga penerima manfaat nurut-nurut aja sih
pada dateng kalo jadwalnya FDS...” (Wawancara Maeygie,
2019)

Menurut Fikri (2019) Family Development Session adalah


bentuk komitmen pemerintah dalam upaya merubah kesadaran
masyarakat supaya lebih mandiri dalam pemikiran, memiliki
kesadaran yang bagus dalam pendidikan dan kesehatan, ouput yang
dihasilkan bisa sesuai dengan yang diharapkan. FDS ini merupakan
salah satu tugas dan tanggungjawab pendamping, dalam artian
prosesnya berbeda dengan kegiatan pemberdayaan dalam Program
Keluarga Harapan lainnya seperti kelompok usaha bersama (KUBE)
yang dalam proses pengadaannya melayangkan proposal ke
pemenrintah. Ini merupakan upaya pemberdayaan masyarakat pada
pembangunan kesadaran yang apik dan benar, terutama dalam
bidang pendidikan dan kesehatan.

“...Kegiatan ini sudah termasuk dalam tugas dan


tanggungjawab pendamping, melalui FDS ini masyarakat
84

diharapkan mampu berdaya, minimal untuk dirinya sendiri


kemudian keluarganya...” (Wawancara Fikri, 2019)

Dalam pelaksanaaannya, FDS ada lima modul untuk acuan


pendamping dalam menyampaikan materi, yaitu modul pengasuhan
anak dan disabilitas, modul ekonomi keluarga, modul kesehatan,
modul perlindungan anak, dan terkahir modul perlindungan
terhadap lansia. modul tersebut telah disiapkan oleh Kementerian
Sosial Republik Indonesia.

Dari hasil wawancara berikutnya dengan Dimas dapat diketahui


bahwa dalam pelaksanaan FDS, para keluarga penerima manfaat
dibagi menjadi kelompok-kelompok, jumlahnya variatif dalam satu
kelompok itu mulai dari 10 orang sampai 17 orang. Ada juga
pendamping yang mengelompokkan KPM berdasarkan RW. Agar
efektif maka dalam setiap pertemuan, beberapa kelompok disatukan
dalam satu tempat yang sama.
85

Modul-modul Pembelajaran Family Development Session (FDS)

Berikut adalah modul-modul FDS dalam materi pebelajaran


pertemuan Kelompok :
86

Sumber: Dokumentasi Fikri

Dimas meneruskan setelah teknis kegiatannya jelas dan ada


modul sebagai acuan dalam pemberian materi ketika kegiatan
berjalan, kemudian para pendamping melakukan sosialisasi dengan
mengunjungi rumah-rumah keluarga penerima manfaat ataupun bisa
dengan mengundangnya pada suatu tempat kemudian pendamping
memaparkan secara jelas dan rinci mengenai tujuan dan teknis
kegiatan FDS. Kemudian mereka akan dibentuk menjadi beberapa
kelompok demi memudahkan kegiatan agar ketika acara
berlangsung bisa terkondisikan dan terpantau oleh ketua kelompok
dan sekertaris kelompok siapa saja yang hadir dan siapa saja yang
berhalangan hadir.

“...karna FDS ini wajib yah, saya sampaikan kepada mereka


saat sosialisasi bahwa mereka diwajibkan hadir, dan kalo
bolos-bolos ancamannya bisa diberhentikkan bantuannya...”
(Wawancara Dimas, 2019)

Karena sudah disampaikan bahwa kegiatan ini adalah


kewajiban keluarga penerima manfaat, jadi ketika kegiatan acara
dimulai hampir keluarga datang untuk memenuhi kewajibannya
87

meskipun ada satu atau dua orang yang tidak bisa hadir karena suatu
alasan, tetapi minimal ada konfirmasi kepada pendamping ataupun
ketua kelompok. Lalu Munarti dan Maeygie pun mengungkapkan
hal yang sama mengenai kehadiran anggota keluarga penerima
manfaat dalam pelaksanaan kegiataan FDS, mereka pun berkata
bahwa sejauh ini anggota mereka masih menuruti pendamping
untuk bisa hadir dalam kegiatan FDS ini dan jika ada anggota yang
tidak bisa hadir mereka akan memberitahukannya kepada
pendamping atau ke ketua kelompoknya. Karena ada absensi
kehadiran yang dipegang oleh pendamping maka akan ketahuan
anggota yang hadir dan tidak hadir.

“...biasanya sih kalo ada yang ga bisa hadir nih anggotanya


pasti ngabarin ke ketua kelompoknya, nanti ketua kelompoknya
ngasih tau ke saya. Kalo alasannya bisa dimengerti yaa
pendamping juga bisa memaklumi koo...” (Wawancara Fikri,
2019)

Ketika kegiatan akan dimulai anggota kelompok diberikan


fotokopi modul agar ketika materi disampaikan oleh pendamping
mereka bisa membacanya. Bahkan bisa dibawa pulang untuk dibaca
dan belajar dirumah jika mereka lupa materi yang telah disampaikan
pendamping.

Kemudian Fikri menjelaskan kepada peneliti dengan serius


mengenai teknis pelaksanaan FDS. Bahwasanya dalam pelaksanaan
kegiatan ini idealnya materi dalam modul pembelajaran FDS itu
tidak disampaikan oleh pendamping, melainkan oleh orang-orang
yang berkompeten dalam bidangnya. Seperti dalam modul
pembelajaran pengasuhan anak, Program Keluarga Harapan bisa
88

bekerjasama dengan posyandu yang bersedia, dan dalam modul


pembelajaran kesehatan dan gizi, Program Keluarga Harapan bisa
bekerjasama dengan dinas kesehatan Kota Depok. Semua ini untuk
memaksimalkan materi pembelajaran yang disampaikan kepada
keluarga penerima manfaat, karena tidak semua pendamping
memiliki pengalaman dalam pengasuhan anak dan tidak semua
pendamping memiliki pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi.

“...saya sih berharap ada keseriusan dari dinas sosial untuk


masalah ini, kalo misalkan dinas sosial bersedia untuk
menjembatani kami supaya terhubung dengan pemateri terkait
modul pembelajaran tentunya pendamping tidak akan kesulitan
dalam pelaksanaan FDS ini...” (Wawancara Fikri, 2019)

Hal ini pun dibenarkan oleh pendamping Program Keluarga


Harapan lainnya yaitu Munarti, Dimas dan Maeygie.

4. Pemberian Modal-modal Usaha

Dalam sesi wawancara dilain waktu dengan pendamping


peneliti mendapatkan informasi yang lebih komfrehensif mengenai
pemberian modal-modak usaha untuk sebuah pemberdayaan
masyarakat khususnya keluarga penerima manfaat dari Program
Keluarga Harapan. Sebelum ke penjelasan teknis pemberian modal
untuk menciptakan sebuah usaha bersama dan penciptaan lapangan
kerja untuk mereka, Koordinator Kecematan memaparkan beberapa
proses awal terbentuknya sebuah ide yang kemudian
terealisasikanlah sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan penuturan Fikri (2019) bahwa dalam segala


macam kegiatan pemberdayaan masyarakat dari program keluarga
harapan di awali dengan melihat sebuah potensi masing-masing
89

wilayah kelurahan, terkhusus dalam sumberdaya alam dan


sumberdaya manusianya. Jika potensinya di pertanian maka
produknya adalah olahan dari hasil bumi seperti keripik singkong,
keripik ubi, dan budidaya ikan.

Setelah diketahui potensi-potensi apa saja yang menjadi


peluang pemberdayaan kemudian pendamping membuat sebuah
proposal pengajuan kepada Pemerintah. Pemerintah selanjutnya
menindaklanjuti proposal kegiatan pemberdayaan tersebut yang
diusulkan pendamping. proposal kegiatan usaha yang diajukan
pendamping adalah sebuah upaya untuk menciptakan lapangan
pekerjaan untuk mereka keluarga penerima manfaat berdasarkan
potensi yang ada dan di masing-masing wilayah Kelurahan. Dalam
pemberian modal usaha lainnya yaitu dengan cara peminjaman
modal, dengan syarat keluarga penerima manfaat sudah memulai
usahanya sebelum menjadi anggota Program Keluarga Harapan.
Mereka yang sudah memulai usaha kecil-kecilan seperti dagang
gorengan, dagang keripik singkong, opak dan lain-lain. Ketika
pendamping memberikan modal kepada keluarga penerima manfaat,
pendamping mengharapkan mereka bisa mengembangkan usahanya
lebih bagus lagi dan jumlah produksinya lebih banyak lagi.

“... jadi di tahun 2015 itu ada bantuan tetap sebesar 500 ribu
rupiah untuk keluarga penerima manfaat. Uang tersebut boleh
untuk keperluan usaha, kesehatan dan pendidikan. Lalu untuk
stimulan dana tersebut sekarang dialihkan untuk keperluan
usaha saja...” (Wawancara Fikri, 2019)

Hal demikian dibenarkan oleh Dimas lalu Ia menambahkan


dalam pemberian modal-modal untuk usaha yang diberikan kepada
keluarga penerima manfaat ini tidaklah berbentuk utang.
90

Pendamping memberikan suntikkan modal kepada usaha mereka


sebagai dorongan semangat dan agar usahanya bisa berkembang
menjadi lebih besar lagi, dan setelah usahanya berkembang bisa
memberdayakan keluarga lainnya untuk bisa bekerjasama.
Pemberian modal ini tidak hanya berbentuk uang, bisa juga
berbentuk perabotan atau peralatan untuk menunjang usaha seperti
kompor dan gerobak-gerobak dagangan. Dalam usahanya, mereka
harus terus bisa berdaya dalam usaha agar mampu memenuhi
kebutuhan ekonominya sehari-hari. Meskipun peberian modal usaha
tidak disebut utang, tetapi jika keluarga penerima manfaat berhenti
atau tidak berdagang lagi maka modal usaha tersebut harus
dikembalikkan kepada pendamping.

“...kita sistemnya seperti itu, simpan pinjam. Kalo misalkan


mereka terus berlanjut usahanya maka modal yang telah
dikasih ga bakal dikembalikkan kepada pendamping, tapi kalo
usahanya berhenti maka dari itu modal usaha awal harus
dikemablikkan kepada pendamping...” (Wawancara Dimas,
2019)

Pemberian modal untuk usaha bersama keluarga penerima


manfaat didapat dari E-warung. Warung tersebut merupakan usaha
bersama dari Program Keluarga Harapan dalam upaya
pemberdayaan keluarga penerima manfaat dan sebuah lapangan
kerja. Modal tersebut diambil dari uang kas E-warung dan
simpanan. guna dari uang simpanan tersebut memang untuk modal
jika ada keluarga penerima manfaat yang telah usaha dan ingin
mengembangkan usahanya
91

B. Hasil Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga


Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok
Berikut adalah hasil pemberdayaan dari Program Keluarga Harapan
di Kecamatan Bojongsari Depok, pemaparan datanya akan Peneliti
sajikan dalam bentuk tabel agar mudah dipahami.

Tabel 4.1 Hasil Pemberdayaan Usaha Keluarga Penerima Manfaat


Program Keluarga Harapan (PKH) di Bojongsari

No Jenis Tahun Jumlah Anggota Jumlah Aset


Kelembagaan berdiri
Program Dulu Sekarang Jumlah Aset Jumlah Aset
Keluarga Sebelumnya Sekarang
Harapan
1 Kube-Jasa 2017 10 Orang 4 Orang 30.000.000 50.000.000
E-warong
Serua

Kube-Jasa 10 Orang 3 Orang 30.000.000 39.000.000


E-warong
Bojongsari
baru
Kube-Jasa 10 Orang 7 Orang 30.000.000 40.000.000
E-warong
Duren Mekar

2 Kube-Jasa 2017 4 Orang 4 Orang 500.000 20.500.000.00


Program
Keluarga
Harapan
Bu Susi
Sumber: Data diolah oleh Peneliti

Berdasarakan informasi yang didapat dari fikri untuk salah satu


Kube (kelompok usaha bersama) yaitu Kube-Produksi KWT (Kelompok
Wanita Tani) yang berlokasi di Kelurahan Duren Mekar bahwasanya
92

untuk Kube KWT ini tidak mendapatkan suntikkan modal material dari
pemerintah, melainkan hanya diberikkan modal nonmaterial berupa
pelatihan-pelatihan oleh pendamping untuk para keluarga penerima
manfaat yang berprofesi sebagai petani.

Dan untuk pendapatan Kube ini bisa dihitung dalam perhari sekitar
150.000-200.000. Kube KWT ini merupakan sinergitas antara Dinas
Pertanian dan Dinas Sosial Depok tetapi yang menjadi sasaran utama
pemberdayaannya tetap dari keluarga penerima manfaat Program
Keluarga Harapan dan juga tetap menjadi tanggungjawab pendamping
untuk membantu mereka mengembangkan usahanya.

“...dulu sempat ada janji untuk suntikkan dana dari pemerintah


buat KWT ini tetapi belum cair sampai sekarang ini...” (Wawancara
Fikri, 2019)
Fikri menyampaikan bahwa pendanaan yang dijanjikan pemerintah
terkait sampai sekarang belum diterima oleh penerima manfaat program
maupun pendamping. meskipun begitu ini tidak menjadi hambatan yang
berarti dalam keberlangsungan kegiatan, karena sampai saat inipun
masyarakat tetap menjalaninya dengan penuh semangat.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Proses Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Keluarga


Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok

Analisis mengenai proses pemberdayaan masyarakat melalui


program keluarga harapan di Bojongsari Depok Peneliti menggunakan
analisis deskriptif. Sehingga pembahasan yang disajikan yaitu berupa
uraian-uraian dan pemaparan. Dalam proses pemberdayaan masyarakat
yang dilaksanakan oleh pendamping Program Keluarga Harapan di
Bojongsari Depok, Peneliti menganalisis proses dalam pelaksanaan dari
awal sampai akhir kegiatan pemberdayaan yang kemudian diselaraskan
dengan teori dan tujuan pemberdayaan masyarakat.

1. Seleksi Calon Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan


(KPM)
Dengan adanya bantuan program keluarga harapan di Kecamatan
Bojongsari menjadi sebuah harapan bagi keluarga-keluarga yang
memerlukan bantuan dan perhatian dari pemerintah. Dari beberapa
keluarga penerima manfaat yang telah peneliti wawancara mengaku
terbantu dan senang dapat mengikuti program ini.
Setiap satu tahun sekali pendamping menerima data daftar keluarga
dari Kementerian Sosial. Data keluarga tersebut merupakan hasil
penyaringan dari sensus penduduk yaitu Keluarga-keluarga yang
paling membutuhkan bantuan pemerintah. Sebagaimana yang telah
dikatakan oleh Fikri mengenai bagaimana memperoleh data keluarga
yang berhak menerima bantuan Program Keluarga Harapan, bahwa
Kementerian Sosial melakukan penyaringan data keluarga penerima

93
94

manfaat yang didapatkan dari data sensus penduduk Kelurahan


kemudian ke Kecamatan.
“... data keluarga yang dari kementerian sosial juga itu kan dari
Kecamatan, jadi kalo misalkan ada warga kuran mampu
(miskin) tetapi tidak dapat bantuan program berarti itu mereka
tidak terdaftar di kecamatan atau mereka tidak mendaftarkan
diri di kecamatan itu...” (Wawancara Fikri, 2019)

Daftar keluarga yang sampai ke pendamping masih disebut data


calon keluarga penerima manfaat (CKPM) karena pendamping harus
memastikan dengan survei lapangan dan data tersebut benar-benar
keluarga yang patut untuk dibantu. Setelah pendamping memastikan
kebenaran data dengan lapangan kemudian selanjutnya memvalidasi
data melalui online. Setelah itu mereka berhak untuk menerima
bantuan Program Keluarga Harapan dan mendapatkan pendampingan
selama lima tahun kedepan.
Setiap dana bantuan yang tergelontor dari pemerintah untuk
keluarga haruslah tepat sasaran. Seperti yang telah disebutkan di atas
di awal proses pelaksanaannya pendamping memerlukan sebuah
survei lapangan untuk memastikan bahwa data yang diterima dari
pemerintah sesuai dengan kebenaran di lapangan. Tahapan ini sesuai
dengan teori yang diungkapkan oleh Isbandi Rukminto Ali (2013, 58-
60) dalam salah satu tahapan pemberdayaan ada proses tahapan
pengkajian yaitu dalam survei lapangan pendamping
mengikutsertakan keterlibatan masyarakat setempat dalam
penyesuaian dengan data lapangan karena masyarakat adalah mereka
yang mendiami tempat tersebut dan yang paling mengetahui situasi
sekitar.
“...kita engga dateng langsung ke keluarga itu, kita nanya nya ke
ketua RT/RW nya. Karena pasti mereka lebih objektif dalam
menilai warganya...” (Wawancara Fikri, 2019)
95

Berdasarkan informasi yang Peneliti dapatkan dari Fikri


ketidaksesuaian data dengan kebenaran lapangan tidak sering terjadi,
akan tetapi untuk mendapatkan keobjektifan lapangan pendamping
akan memperketat proses ini. Pendamping tidak ingin ada kesalahan
dalam penyaluran bantuan pemerintah karena keluarga yang dibantu
haruslah yang memang berhak untuk dibantu.

Komponen penerima bantuan Program Keluarga Harapan dibagi


ke dalam tiga kelompok yaitu pendidikan, kesehatan dan
kesejahteraan sosial. Dengan menerima bantuan program ini
masyarakat diharapkan mampu berdaya dalam segala aspek
kehidupan. Masyarakat mampu meningkatkan kualitas diri melalui
Family Development session (FDS) dan kualitas ekonomi melalui
kelompok usaha bersama (KUBE).

Untuk komponen pendidikan terdapat anak SD, SMP dan SMA.


Komponen kesehatan ibu hamil, menyusui dan balita sedangkan
untuk kesejahteraan sosial untuk lansia diatas 70 tahun dan disabilitas
kategori berat. Dalam satu keluarga penerima manfaat hanya bisa
menampung sampai empat orang dari semua komponen tersebut yang
disesuaikan yang paling membutuhkan dan disepakati oleh KPM dan
pendamping

2. Validasi Data Keluarga Penerima Manfaat (KPM)


untuk validasi data keluarga penerima manfaat menurut
informasi yang Peneliti dapatkan dari pendamping proses ini
dilakukan ketika di awal perekrutan calon keluarga penerima manfaat
setelah proses seleksi selesai.
96

Proses ini sesuai dengan teori salah satu rumusan tahapan


pemberdayaan oleh Isbandi Rukminto Adi (2013: 58-60) yaitu
Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan (Designing).
Dalam tahapan ini program perencanaan di bahas secara maksimal
dengan melibatkan peserta aktif dari pihak masyarakat guna
memikirkan solusi atau pemecahan atas masalah yang mereka hadapi
di wilayahnya.

Untuk data keluarga baru akan di validasi setelah melewati


proses seleksi yang panjang setelah pendamping melakukan telaah
lapangan apakah data yang disampaikan oleh Kementerian Sosial
kepada pendamping sesuai dengan keadaan sebetulnya dilapangan.
Lalu kemudian pendamping melakukan validasi data ketika keluarga
penerima manfaat dan pendamping berkumpul di suatu tempat.
Menurut Fikri data yang sampai ke pendamping nyaris tidak ada
margin eror, dari 1000 calon keluarga penerima manfaat yang tidak
memenuhi kriteria hanya sekitar lima orang yang masuk kedalam
margin eror.
Proses validasi dilakukan dengan mengundang seluruh peserta
Program Keluarga Harapan untuk hadir berkumpul ke aula kelurahan.
Sebelum itu seluruh keluarga penerima manfaat Program Keluarga
Harapan sudah diberikan surat undangan oleh pendamping melalui
RT/RW ataupun bisa melalui kader Program. Mereka dihimbau untuk
membawa persyaratan-persyaratan lengkap seperti kartu indoensia
sehat (KIS), kartu indonesia pintar (KIP), raport sekolah anak, dan
kartu menuju sehat (KMS). Setelah berkumpul barulah pendamping
melakukan validasi secara online untuk menyatakan kelayakan dan
kelengkapan data. Sebelum sekarang sistem input data bisa melalui
97

online, dahulu pendamping melakukan input data melalui perangkat


microsoft excel.
Masyarakat dan pendamping terlibat aktif dalam pertemuan
tersebut sebagai media silaturahmi dan perkenalan dari masing-
masing pihak untuk terciptanya komunikasi dan hubungan yang baik
diantara keduanya.

3. Pendampingan Keluarga Penerima Manfaat (KPM)


Melihat awal sejarah Program Keluarga Harapan kebelakang di
Kecamatan Bojongsari pada tahun 2014 pemberian bantuan tunai
diberikan melalui kantor pos indonesia, dalam setiap tiga bulan sekali
bantuan tunai akan sampai ke keluarga penerima manfaat namun
sekarang Kementerian Sosial mempermudah akses dana tersebut
dialihkan dari kantor pos indonesia ke ATM BNI dan mereka pun
tidak perlu mengantri panjang ketika akan mengambil dana bantuan
dari program. Tidak hanya bantuan tunai yang diterima oleh keluarga
penerima manfaat namun juga mereka menerima bantuan nontunai
(BPNT) berupa beras dan atau telur setiap bulannya. Pemerintah dan
pendamping sangat memperhatikan segala aspek kebutuhan keluarga
termasuk kebutuhan pangannya sehari-hari. Tentu dengan seperti itu
bukan hanya menjadi pemasukan untuk masing-masing keluarga
namun juga menjadi pemasukan untuk KUBE E-warong karena
menjadi fasilitator penyediaan pangan tersebut. Selama proses itu
pendamping menjamin hak bantuan tersebut telah sampai ditangan
keluarga penerima manfaat dengan jumlah yang sesuai. Proses ini
sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Isbandi Rukminto Adi
(2013: 58-60) Tahap Perfomulasian Rencana Aksi (designing), pada
tahap masyarakat dan fasilitator menjadi bagian penting dalam
98

bekerjasama secara optimal. Dalam pelaksanaan program peran


antara pendamping sangat penting untuk kesuksesan, akan tetapi
peran keluarga penerima manfaat pun menjadi tidak bisa
dikesampingkan perannya untuk mencapai hasil yang optimal.
Keluarga penerima manfaat dituntut untuk berperan secara aktif dan
partisipatif selama program berjalan. Ini ditandai dengan keterlibatan
aktif beberapa anggota yang ditunjuk oleh pendamping sebagai ketua
kelompok dalam berbagai kegiatan untuk memudahkan komunikasi
antara pendamping dan keluarga penerima manfaat program. Semisal
ada kendala di salah satu anggota keluarga yang bisa melakukan
pengaduan melewati ataupun lewat ketua kelompok yang kemudian
ketua kelompok menyampaikan aduan anggota kepada pendamping
untuk di tindaklanjuti.

Seperti hal nya dalam akan diadakannya kegiatan FDS (Family


Development session) bahwa pendamping keterbatasan tenaga untuk
melakukannya sendiri maka dari itu anggota kelompok
mempermudah dengan membantu beberapa tugas. Begitu hal dalam
penyaluran bantuan nontunai (BPNT) pendamping menyalurkan
bantuan beras dan atau telur kepada seluruh keluarga penerima
manfaat program keluarga harapan dengan dibantu oleh ketua dari
anggota KUBE E-warung.

Hal ini bukan hanya semata-mata keterbatasan tenaga


pendamping dalam menjalankan segala kegiatan dalam program, ini
merupakan strategi yang dimanfaatkan pendamping untuk melibatkan
anggota keluarga penerima manfaat agar selama kegiatan dalam
program berjalan pendamping dan keluarga penerima manfaat dapat
menjalin kerjasama dengan baik.
99

4. Pemberian Modal-modal Usaha


Kemeneterian Sosial dan pendamping memiliki komitmen yang
serius dalam mengentaskan kemiskinan di Kecamatan Bojongsari
Depok. Bentuk komitmen pemerintah yaitu memberikan kesadaran
usaha dan menyediakan lapangan kerja untuk masyarakat.
Selanjutnya dalam mendukung usaha yang telah berjalan,
pendamping memberikan modal usaha berupa uang tunai. Dengan
adanya pemberian modal-modal usaha baik itu material maupun
nonmaterial, sebagai dorongan nyata pemerintah untuk Keluarga
penerima manfaat itu sendiri. Fikri menegaskan bahwa Pendamping
ingin masyarakat untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
berwirausaha. Maka pemberikan modal usaha diharapkan sebagai
solusi untuk mereka.Pendamping tidak hanya memberikan modal-
modal usaha, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru untuk ibu-
ibu rumahtangga, agar mereka bisa mandiri dari segi ekonomi dan
dapat membantu memenuhi perekonomian keluarganya. Dengan
begitu tentu masyarakat merasa diperhatikan dan mendapatkan
banyak bantuan dari pendamping. Seperti pengakuan oleh salah satu
keluarga penerima manfaat ketika Peneliti mendatanginya untuk
menkonfirmasi data.
“... Alhamdulillah setelah saya menjadi keluarga penerima
manfaat program keluarga harapan ini anak-anak saya bisa
sekolah semua sampai SMA, dan dengan usaha E-warong ini
saya dapat penghasilan walaupun gak banyak ya adalah sedikit-
sedikit mah...” (Wawancara Kartina, 2019)

Bu kartinah sebagai keluarga penerima manfaat dan sekaligus


anggota E-warong mengaku terbantu semenjak ia mendapat bantuan
100

program ini, meskipun tidak penghasilan E-warong tidak banyak,


tetapi dari E-warong ini bisa memberikan pemasukan keluarganya.
Pendekatan konsep dasar pemberdayaan masyarakat oleh
pendamping sesuai dengan teori pemberdayaan masyarakat yang
dikemukakan oleh Sumaryo, Kordiyana (2015 : 28-29) Sebagai
konsep dasar pembangunan partisipatif adalah melakukan upaya
pembangunan atas dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat itu
sendiri sehingga masyarkat mampu untuk berkembang dan mengatasi
permasalahannya sendiri secara mandiri, berkesinambungan dan
berkelanjutan. Pendamping melakukan upaya dalam memberdayakan
masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga
mereka terbebas dari keterbatasan ekonomi, mampu mengatasi
masalah dan dapat megambil keputusan secara mandiri. Proses
pemberdayaan dilakukan degan memberikan kewenangan (power),
aksebilitas terhadap sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif.
Dengan demikian pendamping memberikkan suntikkan modal
usaha berupa uang, peralatan produksi seperti kompor dan lainnya
untuk mendorong masyarakat mengembangkan usahanya agar dapat
meningkatkan kuantitas produksi. Pemberian modal usaha
disesuaikan dengan kebutuhan usaha yang sedang dijalankan oleh
keluarga penerima manfaat, mereka yang telah memulai usahanya
sejak lama pendamping berharap usaha yang sedang dijalankan dapat
meningkatkan daya produksinya sehingga mampu memperluas
distribusi produk olahannya secara lebih luas.
“... kita cuma ngasih modal buat keluarga yang udah punya
usaha sebelumnya, jadi yang buat belum punya usaha kami
belum berani kasih pinjeman modal...” (Wawancara Fikri, 2019)
101

Seperti yang telah dikonfrimasi oleh Peneliti mendatangi rumah


produksi Bu Susi keluarga penerima manfaat yang berdomisili di
Kelurahan Serua yang sudah sukses menjadi wirausaha dengan
produk olahan keripik singkong, opak dan lainnya. Ketika
menyambangi rumahnya Peneliti melakukan wawancara seputar
sejarah awal usahanya dan bagaimana bu susi mempertahankan
produksinya hingga bisa bertahan sampai saat ini.
“...awal dana bantuan program ini kan sebesar 500, nah kata
pendamping dana itu khusus buat pengembangan usaha saya,
jujur saya ga berani make awalnya, tapi setelah diarahkan
pendamping yaudah saya pake buat kepentingan produksi, kaya
beli bahan-bahan buat memperbanyak produknya...”
(Wawancara Susi, 2019).

Bahwa bu Susi telah memulai usaha kecil-kecilan sejak dahulu


sebelum menjadi keluarga penerima manfaat Program Keluarga
Harapan Kemudian pendamping melihat ada potensi dari bu susi
untuk mengembangkan usahanya lalu dengan inisiatif pendamping
dan kesungguhan dari bu susi akhirnya diberikanlah modal usaha
sebesar 500.000 rupiah. Dari mulai usaha kecil-kecilan dan berjualan
keliling akhirnya bu Susi sudah memiliki omset penjualan yang
memuaskan dan juga memiliki distributor sendiri untuk menjual
produk olahannya. Hal ini menjadi dorongan semangat untuk
keluarga lainnya agar bisa memulai usaha seperti bu Susi yang sudah
sukses.
Pendekatan pembangunan masyarakat dengan melibatkan
partisipasi merupakan cara yang efektif untuk mencapai tujuan
pemberdayaan. Upaya pendamping dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan metode pendekatan partisipatif sehingga
102

masyarakat mampu berkembang menyelesaikan permasalahannya


sendiri secara mandiri dan berkelanjutan.

B. Hasil Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Keluarga


Harapan (PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok

Untuk mengetahui hasil dari pemberdayaan masyarakat melalui


Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari Depok berikut ini
Peneliti akan menganalisis kegiatan usaha dalam program yang
diselaraskan dengan teori dan tujuan pemberdayaan masyarakat, serta
pengaruh dari kehadiran pendamping terhadap kualitas masyarakat yang
diberdayakan. Analisis hasil berdasarkan temuan lapangan dari data
yang telah dipaparkan di BAB IV.

Seperti yang telah diungkapkan oleh Fikri sebagai Koordinator


Program sekaligus pendamping di Kecamatan bahwasanya sebelum
membuat sebuah perencanaan kegiatan usaha, pendamping melakukan
tinjauan lapangan untuk mengkaji apa-apa yang menjadi potensi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia masyarakat khususnya
potensi yang dimiliki oleh keluarga penerima manfaat. Pendamping
kemudian melakukan studi dan pemetaan usaha serta perhitungan modal
sebagai tahap awal perencanaan peluang usaha.

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya


kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan, seperti yang dikemukakan oleh Edi Suharto (Suharto, 2005
: 58) pertama, mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga mereka
memiliki kebebasan. Pendamping memiliki tanggungjawab dalam
menciptakan lapangan pekerjaan agar bisa mendorong masyarakat untuk
bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga terbebas
103

dari kelaparan, terpenuhinya fasilitas kesehatan, pendidikan dan


kebutuhan sehari-harinya. Dengan demikian pendamping di tuntut
menjadi social preneurs untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

Kedua, menjangkau sumber-sumber produktif yang


memungkinkan mereka dapat meningkatkan pedapatannya dalam
memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan. Pendamping
melakukan peninjauan potensi usaha produktif berdasarkan Sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki di masing-masing
Kelurahan. Dengan berdirinya Kelompok usaha bersama (KUBE)
diharapkan keluarga penerima manfaat mampu untuk berdaya dan
memiliki kesadaran berwirausaha. Tidak hanya mendukung usaha-usaha
yang telah berdiri lama, pendamping pun mendukung usaha-usaha yang
baru dirintis sebagai dorongan untuk meningkatkan usahanya agar bisa
bertahan lama dan dapat bersaing dengan usaha produk lainnya.

Berdasarkan tabel hasil pemberdayaan usaha keluarga penerima


manfaat dari Program Keluarga Harapan di Kecamatan Bojongsari
Depok, dapat dianalis dari dinamika anggota dan jumlah aset yang
dimiliki dari masing-masing usahanya.

Dari semua kelompok usaha bersama (KUBE) yang meliputi E-warong


yang terdapat di tiga kelurahan yaitu kelurahan Serua, Bojongsari
baru,dan Duren mekar, awalnya masing-masing berjumlah 10 orang
anggota. Namun sekarang sudah berkurang jumlahnya di Serua Menjadi
empat orang, di Bojongsari baru menjadi tiga orang, dan di Duren mekar
menjadi tujuh orang. Kemudian untuk Kube-jasa-PKH yang di miliki
oleh Bu susi berjumlah empat orang dan sekarang tetap berjumlah empat
orang setelah melalui beberapa kali pergantian anggota,
104

Berdasarkan hasil wawancara Peneliti dengan Pendamping untuk


dana awal dari E-warong ialah masing-masing sebesar 30.000.000
rupiah, dana tersebut digunakan untuk keperluan operasi warung dari
sewa tempat, belanja perlengkapan warung dan belanja macam-macam
produk warung. Sampai saat ini pada akhir tahun 2019 jumlah aset
masing-masing E-warong telah berkembang. Di Kelurahan Serua jumlah
asetnya sebesar 50.000.000, lalu di Bojongsari baru 39.000.000, dan di
Duren mekar sebesar 40.000.000. Dilihat dari jumlah aset, E-warong
yang di Kelurahan Serua memang yang paling besar jumlahnya, karena
menurut penuturan Fikri, E-warong disana yang dibawah dampingan
Dimas, merupakan yang paling aktif dan produksinya berjalan tidak
banyak kendala. Selanjutnya untuk jumlah aset Kube-produksi Bu susi
sebesar 20.500.000 rupiah.

“... kalo mau lihat E-warong yang paling aktif sih bisa lihat aja di
Kelurahan Serua itu, ke pendamping Dimas ya. Managemennya
lumayan bagus dibanding E-warong yang lainnya...”(Wawancara
Fikri, 2019).
Perbedaan jumlah aset tersebut dipengaruhi dari beberapa faktor,
diantaranya karena faktor produk warung yang hanya menyediakan
sembako sehingga warga yang mau belanja disana hanya terbatas pada
kebutuhan sembako semata, kemudian faktor daya saing dengan warung
lain, dibeberapa E-warong bersebalahan dengan warung lainnya
sehingga pembelinya pun tidak tetap dan terbagi-bagi. Meskipun rezeki
tidak akan tertukar adakalanya pemilihan tempat yang strategis pun
patut diperhatikan. Seperti yang telah dikonfirmasi oleh Teh ana saat
peneliti menyambangi E-warong yang di Duren mekar.

“... susah yaa memang kan disini juga tuhh banyak warung-
warung, orang juga banyak yang jualan jadinya banyak
105

saingannya. Tapi untuk penghasilan sih engga tekor, alhamdulillah


cukup untuk untuk uang kas mah...” (Wawancara Ana, 2019)
Teh Ana menuturkan untuk pemasukan E-warong bisa mencapai diatas
dari satu juta rupiah, dan untuk pengeluaran kebutuhan E-warong sekitar
700 ribu-an.

Kemudian untuk produksi Bu susi bisa dikatakan bahwa usahanya


tersebut merupakan pengembangan dari Program Keluarga Harapan
yang bisa berhasil berkembang sebagaimana yang dikatakan Fikri
sebagai Koordinator pendamping Program Keluarga Harapan di
Kecamatan Bojongsari. Dengan keuletan dan kegigihannya usaha
produksi akhirnya olahan produksi tersebut bisa mendapatkan distributor
tetap dibeberapa wilayah terdekat, termasuk banyak pesanan yang silih
berganti dari berbagai kalangan masyarakat.

“...produksi Bu susi sudah berkembang baik, alhamdulillah sejak


dari awal dia jadi keluarga penerima manfaat program yang
tadinya hanya jualin produk keripik punya orang sampai dikasih
bantuan dana oleh program ini alhamdulillah sudah bisa produksi
sendiri dan punya karyawan dengan sistem gaji...” (Wawancara
Dimas, 2019)
Peneliti melakukan konfirmasi lapangan dengan mengunjungi
rumah produksi Bu Susi yang tergabung dalam Kube-jasa-PKH
semenjak tahun 2017. Bu susi awalnya hanya berkeliling berjualan
produk olahan makanan orang lain sampai kepada waktu bu susi
mendapatkan bantuan tunai untuk memiliki produk usaha sendiri, ia
menggunakan uang tersebut untuk membeli alat-alat produksi dan bahan
secukupnya dengan dibantu oleh sepuluh orang dari keluarga penerima
manfaat. Rumah produksi ini memproduksi olahan seperti keripik
pisang, keripik singkong, sistik, opak, keripik tempe dan lainnya. Akan
tetapi karena diawal usahanya tidak banyak menghasilkan uang maka
106

sepuluh orang tersebut memilih untuk bekerja ditempat lain yang jelas
gajinya. Akhirnya bu susi merekrut orang baru yang berjumlah tiga
orang dengan sistem upah tiap minggu setelah pesanan selesai
dikerjakan.

Sekarang usaha rumah produksi Kube-jasa-PKH ini memiliki


banyak pesanan dari berbagai daerah, karena sudah terkenal dimana-
mana sehingga sudah banyak yang jatuh cinta dengan olahan keripik
tersebut. Pesanannya datang dari berbagai kalangan mulai dari pesanan
perorangan, kelompok dan lainnya. Untuk distirbutor tetap, produk ini
rutin memasok ke PT Elang jaya prima, pasar-pasar, bazar, dan warung-
warung.

“...alhamdulillah yah sekarang karena produksi ini udah lumayan


lama dan udah kesebar kemana-mana info rumah produksi ini jadi
orang banyak yang tau dan banyak yang pesen terutama waktu-
waktu ramadhan dan lebara. Dan sekarang pun kita udah punya
distributor tetap juga dibeberapa tempat dengan begitu kita ibu-ibu
yang kerja disini bisa mandiri dan punya penghasilan buat
kebutuhan sehari-hari...” (Wawancara Susi, 2019)
Omset kotor yang bisa dihasilkan dalam satu minggu bisa mencapai
enam juta rupiah karena hampir tidak pernah sepi pesanan setiap
harinya. Bahkan untuk memenuhi permintaan di PT Elang jaya prima
yang setiap minggunya bu susi mengirimkan 100 bal macam keripik. PT
Elang jaya prima merupakan salah satu pabrik makanan terbesar dijawa
barat sebagai distributor produk makanan olahan.

Kisah sukses usaha dari pemaparan kube diatas, lain hal yang
dialami oleh oleh kube kelompok wanita tani (KUBE KWT). Seperti
yang telah dijelaskan di Bab IV bahwasanya kelompok usaha ini
meurpakan sinegritas dari dinas sosial dan dinas pertanian.
107

Pada tahun 2017 Dinas Pertanian melakukan kerjasama dengan Dinas


Sosial dalam pemberdayaan masyarakat. Dinas Pertanian memiliki visi
misi yang sama dengan Program Keluarga Harapan yaitu
memberdayakan keluarga yang kurang mampu. Maka dari itu ketika ada
peluang dari aliansi luar dan adanya potensi di Kelurahan Duren seribu
dengan kondisi masyarakatnya yang bermatapencaharian di sektor
pertanian seperti ternak ikan, dan olahan hasil bumi, kemudian
diwujudkanlah sebuah kelompok usaha bersama yaitu Kelompok Wanita
Tani (KUBE KWT). Didalam Program Keluarga Harapan sendiri adalah
memberdayakan ibu-ibu rumahtangga yang memiliki kesadaran dan
kemauan untuk berjuang memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Selanjutnya yang menjadi sasaran sinegritas dengan Dinas Pertanian pun
secara otomatis ialah ibu rumahtangga keluarga penerima manfaat
program.

Menurut Koordinator Program Keluarga Harapan Kecamatan


Bojongsari yaitu Fikri, Ia mengungkapkan bahwa ada perjanjian
pendanaan awal dari Dinas Pertanian untuk para KWT yang memiliki
usaha, akan tetapi hal itu belum terealisasi sampai sekarang. Kemudian
untuk mengoptimalisasi KUBE KWT, pendamping di awal realisasi
kube KWT hanya memberikan modal nonmaterial berupa pelatihan-
pelatihan dibidang pertanian dan pengolahannya. Meskipun demikian
keadaan ini memiliki dampak positif bagi masyarakat sehingga mereka
menjadi sangat mandiri tidak selalu bergantung pada bantuan
pemerintah.

Meskipun bentuk dukungan pemerintah baru sebatas pemberian


pelatihan-pelatihan namun apa yang dilakukan merupakan suatu bentuk
108

aksi nyata melalui pelatihan akan dapat di integrasikan antar ilmu


pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi kesenjangan sosial.

Kemudian proses pemberdayaan yang ideal menurut ahli, teori


terakhir dari pemberdayaan menurut Edi Suharto (2005) adalah
berpartisipasi dalam memperoleh pembangunan dan keputusan-
keputusan yang mempengaruhi mereka. Dalam pelaksanaan
pemberdayaan keluarga penerima manfaat, pendamping tidaklah
sendirian dalam pengambilan keputusan, maka dilibatkanlah masyarakat
selama proses perencanaan dan proses pelaksanaan berlangsung. Karena
semua ini berhubungan dengan apa yang akan dijalani oleh mereka, dan
mereka pun nanti yang akan menjalani secara mandiri. Setelah Peneliti
melakukan konfirmasi lapangan dan menemui beberapa keluarga
penerima manfaat, bahwa setiap minggu rutin/kondisional melakukan
rapat koordinasi antara keluarga-keluarga dan pendamping untuk
membahas perencanaan dan hasil dari penjualan dari kelompok usaha
bersama yang dijalani.

Menjalani profesi sebagai pendamping banyak tanggungjawabnya,


tidak hanya berurusan dengan masyarakat luas dilapangan dan tidak
hanya berkutat sebagai seorang social preneurs, tetapi juga termasuk
pengelolaan data keluarga penerima manfaat yang secara kondisional
harus selalu diperbaharui. Hal ini menjadi salah satu faktor melambatnya
kegiatan program karena banyak fokus yang terbagi. Demikianpun yang
dirasakan oleh pendamping lainnya yang mengeluhkan perihal
tanggungjawab pendamping yang tidak ada habisnya dan seolah-olah
kewalahan menangani ribuan masyarakat.

Begitu pendamping telah dipersiapkan dengan matang dan profesional


melalui pelatihan-pelatihan dalam pelaksanaan kegiatan yang akan
109

dijalankan, selanjutnya pendamping melakukan kewajibannya terhadap


masyarakat. Kegiatan ini merupakan kegiatan sosial yang berhubungan
dan berinteraksi dengan banyak orang, dalam satu orang pendamping
mereka bisa memegang sampai 600 keluarga dikarenakan daerah
dampingannya berada di dua kelurahan. Menurut penuturan Dimas
menjadi pendamping itu menyenangkan karena berhubungan dengan ibu
rumahtangga yang sangat interaktif dengannya, sekalipun memegang
keluarga penerima mafaat terbanyak tidak menjadi masalah menurutnya.

“... saya sih senang ya kalo kerjaan nya begini walaupun sering
keteteran, karena saya senang gitu berurusan dengan ibu-ibu.
Mereka ramah-ramah kalo misal saya ada urusan sampai harus
bertamu ke rumahnya...” (Wawancara Dimas, 2019)
Hal yang samapun diungkapkan dengan Fikri, diakui bahwa dirinya
memiliki jiwa sosial yang tinggi dan membantu sesama adalah prinsip
hidupnya, meskipun tugas pendamping sangatlah banyak tidak akan
terasa berat jika dijalani dengan ikhlas semuanya akan terselesaikan
dengan kerjasama yang baik antar pendamping.

“... meskipun background saya di pendidikan, tapi jiwa saya di


sosial. Tidak masalah karena prinsip hidup saya yaitu yang penting
bisa manfaat bagi orang banyak. Yaa walaupun gaji pendamping
itu tidak banyak saya dan kawan-kawan pendamping lainnya ikhlas
asal masyarakat Bojongsari senang dan terbantu...” (Wawancara
Fikri, 2019)
Berdasarkan pemaparan wawancara diatas, sebagai pendamping
tidak menuntut banyak selain bisa menjadi manusia yang bermanfaat
bagi sesama terlepas dari banyaknya tanggungjawab yang mesti dipikul
namun jika dijalankan dengan perasaan yang ikhlas tidaklah terasa berat.

Program Keluarga Harapan sebagai salah satu program dalam salah


satu fungsinya ialah penguatan posisi keluarga dalam masyarakat.
110

Keluarga merupakan sentral utama di bermasyarakat, posisi keluarga


menjadi sangat penting untuk dibangun ketahanan dan
keharmonisannya. karena pembentukkan karakter seseorang dimulai dari
keluarga. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Walsh (2012)
dalam jurnal Saefullah, dkk (2018 : 120) bahwa ketahanan/relisiensi
keluarga dibangun atas tiga proses kunci yaitu Pertama, sistem
keyakinan keluarga (family belief system) yaitu kemampuan keluarga
memaknai suatu kesulitan,dan memandang positif kesulitan tersebut
sebagai peluang. dalam setiap pertemuan kelompok, pendamping
memberikkan sebuah motivasi kepada ibu-ibu rumahtangga agar bisa
bertahan dalam segala kesulitan, terlebih lagi kesulitan ekonomi yang
sering menjadi faktor utama sebuah keluarga retak.

Kedua, yaitu pola organisasi. Pendamping memberikan pelatihan


materi bagaimana sebuah interaksi organisasi dalam ruanglingkup
sebuah keluarga agar dapat memiliki ketahanan dalam setiap perubahan-
perubahan yang kemungkinan terjadi kedepannya.

Terakhir yang ketiga menurut Walsh (2012) adalah proses


komunikasi. Family Development Session adalah suatu kegiatan dimana
KPM dan pendamping bertemu untuk sama-sama belajar dan memberi
pelajaran dalam segala aspek pendidikan keluarga. Dalam penyampaian
materi, pendamping selalu menekankan untuk memperbaiki pola
komunikasi dalam rumah agar lebih melibatkan berperasaan, dan lebih
positif. Komunikasi yang baik adalah jalan efektif di segala pemecahan
masalah dan membentuk suatu ketahanan dalam keluarga.

Akan tetapi disini pendamping mengalami kendala perihal


pemateri dalam kegiatan pertemuan kelompok FDS ini. Pendamping
merasa dalam beberapa modul tidak tepat jika disampaikan oleh
111

pendamping karena keterbatasan pengetahuan dan latar belakang


pendidikan yang berbeda. Seperti halnya untuk materi kesehatan
keluarga, pendamping mengharapkan ada sinergitas dengan dinas
kesehatan Depok untuk menyampaikan materi tersebut karena pada
dasarnya demikianlah ranahnya. Namun dari Dinas Sosial pun sudah
memberikan peluang jika pendamping ingin ada sinergitas antar Dinas
manapun terkait materi yang akan disampaikan. Tetapi disini Dinas
Sosial tidak menjembatani dan memfasilitasi untuk memudahkan
pendamping menjalin komunikasi yang efektif dengan Dinas terkait di
Kota Depok.

Pendamping mengungkapkan dengan jujur dalam wawancara


bersama Peneliti dalam hal ini, menjadi sangat kesulitan untuk menjalin
komunikasi dengan Dinas lainnya jika kurangnya perhatian dari Dinas
Sosial. Dampaknya adalah tidak maksimal dalam penyampaian materi
pelatihan karena keterbatasan pengetahuan materi dari pendamping
sendiri.

“...susah ya kalo tidaak didukung sama latarbelakang yang


memadai mah, materi dalam modul kan berbeda-beda. Meskipun
hanya dasarnya saja tapi kan alangkah lebih baiknya disampaikan
oleh tenaga profesional yang betul-betul faham sama materi
modulnya...” (Wawancara Fikri, 2019)

Berdasarkan situasi diatas sudah memenuhi keriteria pemberdayaan


struktural, namun dalam paraktikknya masih banyak yang harus
dibenahi terutama dalam menjalin komunikasi yang baik sesama
fasilitator pemberdaya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
membangun kerjasama seperti yang dikemukakan oleh Suharto ((2005 :
169) pemberdayaan, sebenarnya merupakan hal positif jika dibarengi
dengan adanya koordinasi lintas professional dan sektoral. Sebaliknya,
112

tanpa sinegritas dan kerjasama antar lintas kalangan, situasi ini dapat
mengarah pada pemborosan sumberdaya, keberhasilan dan tumpang-
tindih program (redundancy dan overlapping), kejenuhan sasaran, dan
bahkan ‘sistem abuse’ yang pada gilirannya dapat menjauhkan
pencapain tujuan pemberdayaan.

Saat Peneliti sedang melakukan wawancara dengan Fikri, Ia


mengatakan bahwa pemerintah menuntut keberhasilan yang signifikan
dari program tersebut sedangkan dalam prosesnya mengalami banyak
kendala yang pendamping sendiri pun seakan-akan kewalahan dan
merasa tidak cukup waktu untuk menyumbangkan seluruh hari-harinya
untuk kegiatan dalam program. Pendamping memiliki pengaruh besar
terhadap kesuksesan program kedepannya, dengan tanggungjawab yang
banyak dan waktu yang semakin dirasa sedikit mereka tetap optimis
untuk setiap kegiatan yang berjalan. Membangun kebersamaan antar
pendamping dan saling memotivasi karena sadar akan makna
kekeluargaan yang harus dibangun untuk pencapaian program yang
maksimal.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian mengenai proses pemberdayaan masyarakat melalui
Program Keluarga Harapan di Bojongsari Depok dapat disimpulkan
bahwa ada beberapa tahapan-tahapan yaitu: Pertama, proses seleksi.
Tahap ini seleksi dilakukan oleh pendamping melalui survei lapangan
untuk memastikan bahwa data nama calon keluarga penerima manfaat
dari program keluarga harapan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Pendamping melakukan telaah lapangan dengan dibantu oleh ketua
RT/RW atau stekholder yang terdekat dengan peserta selanjutnya
mereka memberitahukan kepada masing-masing keluarga mengenai isi
surat udangan dari pendamping. Kedua, Validasi data dilaksanakan
setelah pendamping melakukan survei kesuaian data dengan keadaan
dilapangan. Kemudian pendamping memberikan undangan berupa surat
agar bisa hadir ke aula/kelurahan dengan membawa persyaratan validasi
berupa kartu indonesia sehat (KIS), kartu indonesia pintar (KIP), raport
anak sekolah dan kartu menuju sehat.

Setelah melalui proses seleksi dan validasi, peserta resmi menjadi


keluarga penerima manfaat kemudian diklasifikasikan kedalam
komponen pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial selanjutnya
disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan keluarga penerima manfaat.

Pendamping memberikan modal usaha untuk keluarga yang telah


memulai usaha, usaha yang dikelola melalui Kube-jasa atau usaha
rumahan. Modal usaha bisa berupa uang tunai tetapi tidak bersifat
hutang dan modal usaha nonmaterial berupa pelatihan-pelatihan usaha

113
114

dan pengelolaan produksi olahan pangan seperti yang di Kube KWT


yang di kelurahan Duren seribu.
Adapun hasil dari program pemberdayaan ini bisa dilihat dari
berdirinya sebuah Kelompok usaha bersama (KUBE) yang terdiri dari
E-warong, KWT, kube jasa PKH Bu susi dan usaha-usaha keluarga
penerima manfaat lainnya. Yang demikian tersebut merupakan sedikit
dari banyaknya usaha. Ada banyak Keluarga yang membuka usaha
gorengan, nasi uduk dan lain-lain.

Tidak hanya dalam pengembangan usaha masyarakat, Program


Keluarga Harapan memiliki program pembangunan kualitas diri yang
berupa pertemuan rutin tiap bulan melalui Family Development Session.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku keluarga
penerima manfaat, mereka diarahkan untuk memiliki pola pikir lebih
baik sesuai dengan modul yang telah disediakan oleh Pemerintah.
Jika meihat kualitas keberhasilan dari pemberdayaan masyarakat,
melalui Program ini memang akan terihat kurang signifikan karena
melihat program ini baru akan berjalan enam tahun.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti
memeberikan saran sebagai berikut
1. Bagi pihak Kementerian Sosial, dalam proses pelaksanaan
program keluarga harapan yang tersebar di berbagai daerah-
daaerah khususnya di Kecamatan Bojongsari masih banyak yang
harus diperhatikan mulai dari fasilitas pendukung pelaksanaan
program dan kesejahteraan pendamping. Dalam hal ini
diharapkan untuk lebih memperhatikan hal-hal yang bersifat
115

teknis dilapangan karena kesuksesan program tidak lain dari


semangat dan kualitas pendamping.
2. Bagi Dinas Sosial, diharapkan untuk lebih intens dalam
berkomunikasi dengan pendamping dilapangan. Pihak Dinas
sosial alangkah baiknya untuk lebih mendengarkan keluhan-
keluhan dari pendamping karena begitu banyaknya tugas dan
tanggungjawab sebagai pendamping yang menaungi ribuan
keluarga penerima manfaat. Dalam teknis pelaksanaan program
diharapkan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang lebih untuk
memudahkan pekerjaan pendamping dilapangan. Semua ini demi
terjalinnya kerjasama yang baik diantara banyak pihak dalam
mensukseskan program keluarga harapan ini.
3. Bagi Pendamping Program Keluarga Harapan, untuk lebih
bersabar dan semangat lagi dalam menunaikan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai pendamping. Memberdayaan ribuan
orang memang tidaklah mudah maka dari itu sesama pendamping
harus lebih saling menguatkan lagi untuk kestabilan dan
kesuksesan program.
4. Bagi masyarakat alangkah lebih baiknya untuk lebih banyak
bersabar dengan proses pemberdayaan ini, tidak ada yang
bersifat instan dalam proses perubahan yang nyata.
Bagaimanapun pendamping akan terus melakukan yang terbaik
untuk kesejahteraan masyarakat. Dan hendaknya masyarakat
untuk lebih berkontribusi lagi dalam kegiatan-kegiatan dalam
program ini.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode penelitian untuk public relation kuantitatif


dan kualitatif. Bandung: Simbiosa rekatama media.

Adi Isbandi Rukminto. 2013. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat


dan Intervensi Komunitas, Jakarta : Lembaga penerbit Fakultas
Ekonomi Indonesia.

Bariadi, Lili dkk. 2005. Zakat Dan Wirausaha. Jakarta: centre for
entrepreneurship develovement.

Goode, J William. 1983. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT Bina Aksara

Gunawan, imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Bumi


Aksara

Jamasy, Owin. 2004. Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan


Kemiskinan. Jakarta: Belantik.

Kuncoro, Mudrajat. 2006. Ekonomi Pembangunan, Teori Masalah dan


kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:


Tarsito,

Owin, Jamasy. 2004. Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan


Kemiskinan Jakarta: Belantik

Prastowo, Andi. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif


Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Ruslan, Rusady. 2015. Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi.


Jakarta: PT RajaGrafindo persada.

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar. Jakarta: indeks.

Seokanto, Serjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT


RajaGrafindo persada.

Seokanto, Seorjono. 2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT Rineka Cipta

116
117

Seotomo. 2006. pembangunan masyarakat Yogyakarta : Pstaka pelajar.

Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,


Bandung: Reflika Aditama.

Zuriah, Nurul. 2007. Metodoloogi Penelitian Sosial Dan Pendidikan.


Jakarta: PT Bumi aksara.

Artikel dan Jurnal

Asllichati, Lilik. “Organisasi pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga


sebagai pemberdayaan perempuan”. ejournal organisasi dan
managemen. Volume 7, No 1. 2011. Uviversitas Terbuka

Adisanjaya, Syahputra Suleman. Resnawaty, Risna. “Program Keluarga


Harapan (PKH) antara Perlindungan Sosial dan Pengentasan
Kemiskinan”. Ejournal Riset & PKM. Volume 4, Nomor 1.

Fatoni, Zainal. Astuti, Yuli dkk. “Impelemtasi Kesehatan Reproduksi di


Indonesia Sebelum dan Sesudah Reformasi”. Ejournal
Kependudukan. Volume 1, No 10. 2015. Pusat Penelitian
Kependudukan- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Marwanti dkk.”Model Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin


Terintegrasi Dengan Wirausaha Produk Ikan”. Ejournal Penelitian
Humaniora. Volume 19, Nomor 2. 2014. Universitas Negeri
Yogyakarta.

Nurul Hakim, Fatwa. “Family Care Unit dalam Penanganan Permasalahan


Keluarga”. ejournal Sosiologi. Volume 1, Nomor 1. 2017. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial.

Rahmawati, Evi. 2017. Peran Pendamping Masyarakat Miskin melalui


Program Keluarga Harapan, jurnal of Nonformal Education and
Community Empowerment volume 1 nomor 2 (Semarang :
Universitas Negeri Semarang.

Rohim, Sabrur. “Argumen Keluarga Berencana dalam Islam”. ejournal Ilmu


Syariah dan Hukum. Volume 1, No 2. 2016. IAIN Surakarta

Suryawati. Memahami Kemiskinan secara Multidimensial. JMPK. Vol


08/No 03/September/2015
118

Slamet, Widodo dkk. “Model Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Keluarga


Nelayan Miskin Melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna
Terpadu”. Ejournal Majalah Ekonomi No 1. 2011. Univeristas
Bengkulu, Universitas Gajah Mada, Universitas Airlangga.

Saefullah, Lalu dkk. “Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Ketahanan


Keluarga Tenaga Kerja Indonesia”. Ejorunal Sosiologi Pendidikan
Humanis. Volume 2, Nomor 2. 2018. Universitas Gajah Mada.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia “Program Indonesia Sehat


dengan Pendekatan Keluarga 2017” di akses pada hari senin tanggal
15 juli 2019. www.depkes.go.id

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia “Hari Keluarga NASIONAL


XXV Tahun 2018 : Cinta Keluarga, Cinta Terencana” Di akses pada
hari Jumat tanggal 26 Juli 2019. www.depkes.go.id

Undang-Undang, Keputusan Pemerintah, Peraturan Pemerintah, Dan


Peraturan Daerah

Tim Nasional Percepatan Dan Penanggulangan Kemiskinan. “Program


Bantuan Untuk Individu, Keluarga Dan Kelompok Tidak Mampu
Menuju Bantuan Sosial Terintegrasi”. (Sekretariat Wakil Presiden
RI). 2018. www.Tnp2k.go.id

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 84/HUK/2010 Tentang


Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 2
DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto-foto wawancara dengan pendamping PKH


Foto-foto wawancara dengan Keluarga Penerima Manfaat
Foto-foto KPM dalam kegiatan Program Keluarga Harapan
Sumber : Data Dokumentasi Peneliti
Lampiran 3

CATATAN OBSERVASI

Observer : Mety Andriyani


Oberver ke : ke 1- 11 (selesai)
Tempat : Kecamatan Bojongsari Depok
Waktu : 29 Mei- 28 November 2019
Metode obervasi : Observasi terbuka
Variabel : Pemberdayaan masyarakat melalui program keluarga
harapan di kecamatan bojongsari depok jaa barat
Deskripsi latar : Tempat kerja pendamping dan rumah-rumah kegiatan
usaha keluarga penerima manfaat
Subjek penelitian : individu dan masyarakat

No Tanggal Mengamati Objek Observasi Keterangan

1 09 Mei 2019 Lokasi Kesbangpol Kantor Kesbangpol Kota Tangerang


KotaTangerang selatan yang terletak di daerah
Selatan Serpong BSD Kota Tangerang
selatan.
Peneliti mengunjungi kantor
kesbangpol tangsel untuk meminta
surat rekomendasi penelitian untuk
selanjutnya sebagai syarat agar bisa
diserahkan kepada kesbangpol kota
Depok untuk melakukan penelitian
di PKH Dinas sosial Depok.
2 25 Juni 2019 Kantor Walikota Terletak di Jl Margonda Rya No 54,
Dinas Sosial dan Depok. Kec Pancoran Mas Kota
Kesbangpol Kota Depok Jawa Barat
Lokasi Depok Setelah mengantongi izin resmi dari
kesbangpol tangerang selatan
peneliti kemudian mengunjungi
kantor kesbangpol kota Depok
untuk melakukan penelitian di PKH
Dinas Sosial Depok. Tepatnya di
PKH Kecamatan Bojongsari
No Tanggal Mengamati Objek Observasi Keterangan
3 13 juli 2019 Lokasi Kantor Terletak di Jl Raya Ciputat Parung
Kecamatan Bojongsari, Bojongsari lama. Kota
Bojongsari Depok Jawa Barat
Depok Peneliti kemudian menyerahkan
surat izin penelitian dari Fakultas
kepada Kasi Kemas kecamatan
Bojongsari untuk selanjutnya
peneliti bisa terjun lapangan
langsung di PKH Bojongsari.
4 30 Agustus Lokasi Kantor Pertemuan kedua, peneliti
2019 Kecamatan mengunjungi kantor kecamatan
Bojongsari Bojongsari untuk kembali bertemu
Depok dengan Kasi Kemas Kecamatan
Bojongsari untuk meminta peta
lokasi dan update terbaru situasi dan
kondisi masyarakat Bojongsari
terutama di bidang kesehatan dan
pendidikannya.
5 11 September Lokasi Wilayah Jl Duren Mekar 6 Bojongsari lama.
2019 Kelurahan Duren Kecamatan Bojongsari Depok, Jawa
Mekar Barat.
Peneliti kemudian mengunjungi
pendaping PKH untuk
membicarakan maksud dan tujuan
penelitian yang akan berlangsung
beberapa waktu kedepan oleh
peneliti.
6 24 September Lokasi Wilayah Pertemuan kedua dengan para
2019 Kelurahan Duren pendamping peneliti melakukan
Mekar wawancara intensif dengan
koordinator kecamatan PKH
Bojongsari mengenai sejarah dan
profil pendamping PKH Bojongsari.
7 25 September Lokasi Kesbangpol Kota Dikarenakan izin penelitian selama
2019 Depok tiga bulan pertama sudah habis
kemudian peneliti memperpanjang
waktu penelitian tiga bulan
kedepan.
8 05 Oktober Lokasi Wilayah Peneliti dan Fikri koordinator PKH
2019 KUBE E- Kelurahan Duren Bojongsari bertemu untuk
warong Mekar mengunjungi KUBE-jasa E-warong
untuk mewawancarai KPM dan
survei keadaan E-warong yang
berada di Kelurahan Duren mekar
No Tanggal Mengamati Objek Observasi Keterangan
9 12 Oktober Lokasi Wilayah Minggu berikutnya ada agenda
2019 Kumpul Kelurahan Duren kumpul kelompok FDS dengan
Kelompok Mekar KPM PKH yang berada di
FDS Kelurahan Duren mekar bersama
Fikri pendamping PKH. disana
peneliti berbaur dengan KPM dan
sempat untuk mengisi materi salah
satu modulnya. Kemudian setelah
acara selesai peneliti melakukan
wawancara dengan ketua kelompok
dari KPM PKH.
10 16 Oktober Lokasi Wilayah Dalam wawancara terakhir intensif
2019 Kelurahan Duren dengan para pendamping PKH
Mekar Bojongsari selama dua jam lebih.
Dan para pendamping PKH
memperbolehkan peneliti untuk
mengunjungi rumah produksi Bu
Susi salah satu KPM PKH yang
sudah sukses dengan usaha produksi
olahan keripiknya.
11 28 November Lokasi Wilayah Peneliti melakukan konfirmasi
2019 Produksi Kelurahan Serua lapangan dengan mengunjungi
Kube PKH Depok rumah produksi Bu susi yang berada
Bu Susi di Kelurahan Serua. Peneliti juga
melakukan wawancara dengan Bu
susi seputar sejarah awal rumah
produksi usahanya sampai sekarang
ini sampai sukses dan omset
perminggunya sudah mencapai
jutaan rupiah dan sudah bisa
memberdayakan KPM yang berada
disekitar rumahnya.
Sumber: Data obervasi lapangan Peneliti
Lampiran 4

PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA

Pemberdayaan masyarakat melalui Program Keluarga Harapan


(PKH) di Kecamatan Bojongsari Depok
Tujuan : Menggali informasi mengenai profil, proses
pemberdayaan dan kegiatan di PKH
Informan : Pendamping Program keluarga harapan (PKH)
Profil Pendamping PKH
1. Nama lengkap
2. Alamat tinggal
3. Tanggal lahir
4. Pendidikan
5. Sudah berapa lama menjadi pendamping PKH ?
6. Alasan/motivasi menjadi pendamping PKH ?
7. Kegiatan lain selain menjadi pendamping ?
8. Apa saja kegiatan dan tanggungjawab pendamping PKH ?
9. Sasaran dari PKH itu kriterinya seperti apa?
10. Bagaimana proses pemberdayaannya ?
11. Kegiatan pemberdayaan apa saja yang ada di PKH?
12. Bagaimana respon dan partisipasi masyarakat terhadap PKH ini?
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA
Pemberdayaan masyarakat melalui Program Keluarga Harapan (PKH) di
Kecamatan Bojongsari Depok

Tujuan : Menggali informasi mengenai hasil pemberdayaan dan kegiatan


di PKH
Informan : Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
Family Development Session (FDS)
1. Siapa nama ibu ?

2. Alamat rumah dimana ?

3. Sudah berapa lama menjadi KPM ?

4. Apakah proses kegiatan pemberdayaan dari PKH dirasakan mudah oleh ibu?

5. Apa saja yang disiapkan KPM untuk mengikuti kegiatan FDS/pertemuan

kelompok ini?

6. Bagaimana perasaannya setelah mengikuti FDS/pertemuan kelompok ini?

7. Sudah sejauh mana ibu mengerti dari materi yang disampaikan dalam

FDS/pertemuan kelompok ini ?

8. Apakah ada perubahan kesadaran atau perilaku setelah mengikuti

FDS/pertemuan kelompok ini?


KUBE-JASA E-Warong

1. Siapa nama ibu?

2. Alamat rumah ?

3. Sudah berapa lama menjadi KPM PKH Bojongsari ?.

4. Apakah proses kegiatan ini dirasakan mudah ?

5. Bagaimana perasaannya setelah mengikuti pemberdayaan PKH ini?

6. Berapa pengeluaran E-warong perbulannya?

7. Berapa pemasukan E-warong perbulannya ?

8. Apakah dari hasil e-warong bisa untuk menabung ?

9. Sejauh mana dari hasil e-warong membantu perekonomian KPM ?

10. dalam memanagemen e-warong ?


DAFTAR INFORMAN

No Nama Pekerjaan Tanggal


wawancara

1 Yaya Kasi Kemas 30 Agustus 2019


Kecamatan
2 Fikri A Solehudin S.pd Pendamping 11, 24 september
PKH 2019
05, 12, 16
Oktober 2019

3 Meaygie Priayudana S.sos Pendamping 11, 24 September


PKH 2019
12, 16 Oktober
2019

4 DimasAdrianto Hermawan Pendamping 11, 24 September


M.A PKH 2019
12, 16 Oktober
2019

5 Munarti Pendamping 16 Oktober 2019


PKH
6 Cici Ibu rumah tangga 12 Oktober 2019

7 Ipah Ibu rumah tangga 05 Oktober 2019

8 Kartinah Ibu rumah tangga 05 Oktober 2019

9 Asmi Ibu rumah tangga 12 Oktober 2019

10 Ana Ibu rumah tangga 05 Oktober 2019

11 Susi Ibu rumah tangga 28 November


2019

Sumber: Data Wawancara Peneliti


TRANSKIP WAWANCARA

Wawancara Profil Pendamping

Pendamping 1

1. Nama lengkap : Dimas Adrianto Hermawan M.A


2. Alamat tinggal : pd petir, grandwijaya blok B 91.
3. Tanggal lahir : 24 februari 1989
4. Pendidikan :
a. S1 Universitas Nasional jurusan Ilmu
Komunikasi 2015
b. S2 STIAMI jurusan managemen
Administrasi Publik 2017
5. Sudah berapa lama menjadi pendamping PKH : sudah dua tahun ini
6. Alasan/motivasi menjadi pendamping PKH :
Jawab : tidak ada sih, waktu itu ada pendaftaran pendamping PKH
yaudah ikut aja dan waktu itu jga masih ga tau tugasnya ngapain aja, tapi
setelah di diklat barulah paham.
7. Kegiatan lain selain menjadi pendamping :

Jawab : tidak ada, hanya sebagai pendamping PKH saja.

8. Apa saja kegiatan dan tanggungjawab pendamping PKH :


Jawab : diantaranya verifikasi data, verifikasi pendidikan dan kesehatan,
penyaluran dana bantuan, pendampingan fds. Secara umum sih begitu.
Tapi misalkan ada kendala-kendala teknis dilapangan pendamping turun
lapangan untuk mengecek. Misalkan ketika pencairan dana bantuan dan
ada salah satu ATM KPM yang saldo nya masih 0, nah pendamping
menyambangi rumahnya buat konfirmasi.
9. Sasaran dari PKH itu kriterinya seperti apa?
Sasrannya keluarga yang kurang mampu dalam ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan kesejahteraan sosial.
10. Bagaimana proses pemberdayaannya ?
Kalo Proses dari perekrutan peserta KPM yaitu mulai seleksi, validasi data.
Terus selanjutya sesuai dengan tugas dan tanggungjawab dari pendamping
yaitu penyaluran bantuan sosial PKH, pemutakhiran data KPM, verifikasi
lapangan, dan merubah perilaku KPM ke arah yang lebih baik melalui
kegiatan FDS (Family Development session)
11. Kegiatan pemberdayaan apa saja yang ada di PKH?
banyak, kan ada KUBE (kelompok usaha bersama) itu sebuah usaha yang
diciptakan pendamping untuk KPM yang nantinya dikelola oleh KPM dengan
didampingi oleh pendamping PKH. seperti e-warong, KWT, Kube-jasa PKH
Bu susi, trus juga usaha-usaha kecil KPM lainnya.
12. Bagaimana respon dan partisipasi masyarakat terhadap PKH ini?
Baik, sejauh ini mereka berpartisipasi dengan baik dan masih banyak yang
ikut kegiatan dan kalo ada undangan untuk kumpul KPM selalu hadir.
Pendamping 2

1. Nama lengkap : Meaygie priayudana


2. Tanggal Lahir : 30 september 1991
3. Alamat tinggal : Jl Masjid Nurul Huda, Rt 01/Rw 05 Bojongsari
lama
4. Pendidikan terkahir : Sarjana Sosial (S.Sos) Kesejahteraan Sosial di
UIN Jakarta 2014
5. Sudah berapa lama menjadi pendamping PKH ?

Jawab : sudah satu tahun lebih menjadi pendamping PKH Bojongsari


6. Alasan/motivasi menjadi pendamping PKH ?
Jawab : Tidak ada alasan khusus, hanya mencari pekerjaan yang sesuai
dengan lulusan jurusan kesejahteraan sosial.
7. Kegiatan lain selain menjadi pendamping ?
Jawab : tidak ada, sementara ini hanya fokus di pendampingan PKH
saja.
8. Apa saja kegiatan dan tanggungjawab pendamping PKH ?
jawab : banyak secara general mendampingi KPM untuk berdaya.
Diantaranya ada Verifikasi data, verifikasi lapangan, penyaluran bantuan
non tunai, family development session yang pertemuan kelompok itu.
Semisal ada keluhan dari KPM melayani dan menkonfirmasi data-data
yang salah. Mendampingi kelompok-kelompok usaha bersama.
9. Sasaran dari PKH itu kriterinya seperti apa?

Keluarga yang membutuhkan dan berhak di bantu. data keluarga yang


telah terdaftar di Kementerian Sosial

10. Bagaimana proses pemberdayaannya ?


Data yang yang telah diterima oleh pendamping nah itu dikirimin surat
melalui ketua RT/RW atau kader buat kumpul dikelurahan atau aula buat
di validasi data dan dikasih tau hak dan tanggungjawab KPM PKH.
Kalo sudah di validasi nanti KPM wajib untuk mengikuti setiap kegiatan
yang ada di PKH serta mereka berhak untuk menerima bantuan tunai dan
bantuan nontunai.
Untuk pemberdayaan di bidang ekonominya akan diberdayakan lewat
kewirausahaan berdagang KUBE dan lainnya yang udah dijelasin.
11. Kegiatan pemberdayaan apa saja yang ada di PKH?
Ada Family development session Untuk merubah kesadaran ke arah yang
lebih baik bersangkutan dengan keluarga dan komunikasi
yang baik yang terangkap dalam lima modul. Terus ada KUBE KWT, E-
warong, Kube-jasa PKH juga.
12. Bagaimana respon dan partisipasi masyarakat terhadap PKH ini?
Masyarakat tentu senang menerima bantuan dari pemerintah untuk
meringankan beban keluarganya, dan merekapun masih nurut kalo dipanggil
untuk kumpul anggota.
Pendamping 3
1. Nama lengkap

Jawab : Fikri Ahmad Solehudin S.pd

2. Tempat tanggal lahir

Jawab : Bogor, 25 Oktober 1989

3. Alamat tinggal

Jawab : Parung tengah Rt 01/Rw 03. Kelurahan duren mekar Bojongsari

Depok

4. Pendidikan terakhir

jawab: sarjana Pendidikan di STAI Al-karimiyah. Sempat di UIN tapi gak

keburu lulus jadi aja pindah Univ.

5. Sudah berapa lama menjadi pendamping PKH

jawab: sejak awal PKH dibojongsari ini ada, tahun 2014 waktu itu. Sudah 5

tahunan. Saya juga kan pendamping pertama waktu pas PKH mulai ada di

bojongsari, tapi waktu itu KPM nya belum sebanyak sekarang,

dulu masih ratusan sekarang sudah ribuan. Sekarang merangkap juga

sebagai koordinator PKH Kecamatan.

6. Alasan/motivasi menjadi pendamping PKH

jawab : bisa berguna bagi masyarakat, saya kan orangnya senang gitu

berbaur dengan masyarakat, menyambangi keluarga-keluarga yang butuh

bantuan, selalu diskusi dengan KPM mengenai keluhan gitu. Dan bagi
saya dengan seperti itu saja sudah menjadi kebanggaan bagi saya bisa

bermanfaat bagi sekitar warga depok ini.

7. Kegiatan lain selain menjadi pendamping

Jawab : pedagang sembako dan ATK dan dibantu juga sama istri.

8. Apa saja kegiatan dan tanggungjawab pendamping PKH

Jawab : sesuai dengan SOP pendamping sosial PKH ada lima yaitu

validasi data CKPM, penyaluran dana bantuan sosial PKH, pemutakhiran

data KPM, verifikasi komitmen komponen KPM, fds.

9. Sasaran dari PKH itu kriterinya seperti apa?

Keluarga yang kurang mampu, dulu sih kriterianya cukup ketat ya yaitu

mereka yang penghasilannya dibawah 10 ribu. Kalo sekarang mah ya

jarang yang penghasilannya segitu udah meningkat seiring berjalannya

waktu.

10. Bagaimana proses pemberdayaannya ?

Setelah pendamping menerima data keluarga dari Kementerian sosial

kemudian pendamping melakukan survei lapangan buat memastikan

apakah data dengan keadaan lapangan itu sesuai tapi jarang sih paling

margin erornya dari seribu data Cuma 5-10 orang aja. Dan itupun masih

dipertimbangkan kalo mereka memang berhak menerima bantuan.

Selanjutnya nanti keluarga tersebut diberikan surat undangan untuk

kumpul tempatnya kondisional saja jangan jauh-jauh dari pemukiman


warga yang sedang kami undang. Nanti di tempat itu CKPM kumpul

dengan membawa persyaratan yang telah disebutkan untuk selanjutnya

melakukan validasi data.

Nahh setelah itu kalo sudah resmi jadi KPM mereka akan dijamin KIS,

KIP, dan lainnya mereka juga akan menerima bantuan tunai dan nontunai

yang disesuaikan dengan komponen setiap keluarganya.

11. Kegiatan pemberdayaan apa saja yang ada di PKH?

Kegiatanya itu banyak, kalo untuk kegiatan lapangan itu ada KUBE

KWT yang berada di Duren seribu, terus ada E-warong yang baru ada

tiga kelurahan tapi nanti bakal ada e-warong di kelurahan lainnya ini

kami lagi menyiapkan kebutuhan dana dan lain-lainnya.

Selain di KUBE banyak ko KPM yang lainnya juga yang memiliki usaha

rumahan, seperti keripik, terus gorengan-gorengan gitu. Kami

pendamping kasih modal terus mereka konsisten buat usahanya.

12. Bagaimana respon dan partisipasi masyarakat terhadap PKH ini?

Tentunya mereka senang menerima bantuan karena bisa meringankan

sedikit beban keluarganya. Anak-anak PKH bisa sekolah sampai SMA,

kesehatannya baik dan untuk yang lansia dan disabilitas beratnya juga

terbantu dengan adanya PKH ini.


Wawancara Keluarga penerima manfaat E-warong Bu Ipah

1. Siapa nama ibu?

Jawab : ipah

2. Alamat rumah ?

Jawab : kp desa, Rw 04/Rw 01. Jl Hj samaun Duren mekar Bojongsari

3. Sudah berapa lama menjadi KPM PKH Bojongsari ?

Jawab : kalo saya sudah lama, ya sejak PKH itu ada di bojongsari depok

sejak 2014.

4. Apakah proses kegiatan ini dirasakan mudah ?

Jawab : mudah sih, saya juga kan ketua kelompok di FDS dan ketua e-

warong juga disamping itu saya harus bersemangat untuk menjalankan

ini sebagai acuan buat anggota lainnya agar bisa semangat juga.

5. Bagaimana perasaannya setelah mengikuti pemberdayaan PKH ini?

Jawab : saya senang alhamdulillah bisa dapet bantuan dari pemerintah

melalui program keluarga harapan ini, karena dengan ini biaya sekolah

anak bisa terbantu gitu dengan PKH ini.

6. Berapa pengeluaran E-warong perbulannya?

Jawab : ngga banyak sih sekitar 700 ribu an

7. Berapa pemasukan E-warong perbulannya ?

Jawab : sudah di atas satu juta

8. Apakah dari hasil e-warong bisa untuk menabung ?


Jawab : sejujurnya belum bisa sih kalo menabung mah, hanya bisa

untuk keperluan sehari-hari saja.

9. Sejauh mana dari hasil e-warong membantu perekonomian KPM ?

Jawab : kalo dari hasil warung sih engga ya, kalo dari hasil

penyaluran saja yang bisa bantu-bantu anak sekolah

10. Seberapa efektif pendamping dalam memanagemen e-warong ?

Jawab : kalo menurut saya mah sudah efektif, karena setiap kalo

kita ga ngerti selalu sedia untuk menjelaskan dan mendampingi

kita sebagai KPM.


Wawancara KPM E-warong teh ana

1. Siapa nama ibu?

Jawab : ana (tiga puluh tahun).

2. Alamat rumah ?

Jawab : kp desa, Rw 04/Rw 01. Jl Hj samaun Duren mekar Bojongsari

3. Sudah berapa lama menjadi KPM PKH Bojongsari ?

Jawab : saya sudah sejak tahun 2014

4. Apakah proses kegiatan ini dirasakan mudah ?

Jawab : sangat mudah ya, alhamdulillah saya juga menjalaninya dan saya

juga di ewarong sebagai bendaharanya

5. Bagaimana perasaannya setelah mengikuti pemberdayaan PKH ini?

Jawab : mengalir aja, alhamdulillah terbantu dengan adanya program

keluarga harapan ini, setiap keluarga juga pasti merasa senang dan terbantu.

6. Berapa pengeluaran E-warong perbulannya?

Jawab : tidak banyak ya, jarang belanja nya karena kita juga sebelahan sama

warung lainnya jadi tidak banyak belanja paling kalo di kira-kira sekitar 700

ribu an perbulan

7. Berapa pemasukan E-warong perbulannya ?

Jawab : pastinya kalo pemasukan lebih dari pengeluaran sih, alhamdulillah

bisa cukup untuk belanja keperluan warung aja.


8. Apakah dari hasil e-warong bisa untuk menabung ?

Jawab : sejauh ini belum sih, kalo penghasilan ewarong di keep untuk

belanja keperluan warung saja, paling kalo keperluan keluarga mah kita

terbantunya dari BPNT, trus penyaluran bantuan lainnya. Itu pun hanya

untuk keperluan sehari-hari saja untuk anak-anak sekolah.

9. Sejauh mana dari hasil e-warong membantu perekonomian KPM ?

Jawab : iya itu saja untuk keperluan sehari-hari atau kebutuhan yang

tidak terduga lainnya, kan keperluan rumah tangga itu banyak ya.

10. Seberapa efektif pendamping dalam memanagemen e-warong ?

Jawab ? bagus sih, cukup bagus untuk maanagemennya, Cuma kadang

kalo saya lagi penting nih nelpon atau whatsapp ngga di angkat, karena

mungkin lagi dijalan. Di responnya agak lama gitu.


Wawancara KPM FDS Bu Kartinah

1. Siapa nama ibu ?

Jawab : Kartinah

2. Alamat rumah dimana ?

Jawab : Kp Desa Rt 04/Rw 01 Duren Mekar Bojongsari Depok

3. Sudah berapa lama menjadi KPM ?

Jawab : Dari awal PKH itu ada, dari 2014. Jadi sekitar 5 tahun an lah

4. Apakah proses kegiatan pemberdayaan dari PKH dirasakan mudah oleh ibu?

Jawab : Kalo untuk saya sangat mudah sih, kalo ada kegiatan-kegiatan kaya

gini mah saya bisa selalu hadir, Cuma ya kalo lagi ada acara-acara keluarga

saja jadwalnya bentrok bisa izin tpi jarang sih kan pertemuan ini penting jadi

saya selalu menyempatkan untuk datang karena ini sangat penting buat saya

sebagai KPM.

5. Apa saja yang disiapkan KPM untuk mengikuti kegiatan FDS/pertemuan

kelompok ini?

Jawab : Paling menyerahkan potokopi kartu keluarga, paling kalo dari KPM

itu menyiapkan tempat saya diskusi sama keluarga kelompok, tergantung

tempat mana yang bisa digunakan.


6. Bagaimana perasaannya setelah mengikuti kegiatan FDS/pertemuan

kelompok ini?

Jawab : Alhamdulillah senang karena kalo PKH ada acara saya selalu

mengikuti dan bisa ketemu juga saya ibu-ibu tetangga sekalian untuk

silaturahmi juga.

7. Sudah sejauh mana ibu mengerti dari materi yang disampaikan dalam

FDS/pertemuan kelompok ini ?

Jawab : iya kalo untuk cara mendidik anak mah saya sudah bisa

alhamdulillah engga susah, anak saya ada yang sudah lulus SMA, ada

yang masih SMA dan yang paling kecil ada yang masih MI dan

alhamdulillah semuanya bisa sekolah dan terpenuhi kebutuhannya

semenjak jadi KPM di PKH ini. dan anak saya juga rajin-rajin ke

sekolah, belajarnya dan ngaji nya juga ngga susah, dan anaknya juga

sudah mengerti. Karena materi yang disampaikan juga mudah, saya

menjadi cepat untuk mencerna dari apa yang disampaikan pendamping

jadi langsung ngerti aja, dan seandainya ada yang tidak bisa dimengerti

kan juga bisa nanya ke pendmaping jadi bisa buat diskusi juga.

8. Apakah ada perubahan kesadaran atau perilaku setelah mengikuti


FDS/pertemuan kelompok ini?
Jawab : Alhamdulillah setelah mengikuti FDS ini selalu ada pengetahuan
baru buat saya, seperti bersosialisasi yang benar itu kaya gimana. Dan saya
juga selalu mengikuti apa saja yang disampaikan oleh pendamping dan
mencoba mempraktekannya dirumah.

Wawancara KPM FDS Bu Asmi


1. Siapa nama ibu ?

Jawab : Asmi

2. Alamat rumah dimana ?

Jawab : Jl suhaimi, parung poncol Rt 02/Rw 02. Duren mekar Bojongsari

Depok

3. Sudah berapa lama menjadi KPM ?

Jawab : sejak awal sih dari tahun 2014 sampai sekarang

4. Apakah proses kegiatan pemberdayaan dari PKH dirasakan mudah oleh ibu?

Jawab : mudah ko, alhamdulillah kalo ada pertemuan kaya gini saya selalu

dateng dan tepat waktu. Kemarin juga ada bentrok sama rapat diluar tpi saya

tetep memprioritaskan FDS ini.

5. Apa saja yang disiapkan KPM untuk mengikuti kegiatan FDS/pertemuan

kelompok ini?

Jawab : kalo alat-alat mah pendamping yang siapkan, kalo saya sebagai ketua

kelompok mengkoordinir anggota-anggota yang lain kasih kabar. Menyiapkan

tempat, konsumsi dan potokopi materi buat acaranya.


6. Bagaimana perasaannya setelah mengikuti FDS/pertemuan kelompok ini?

7. Sudah sejauh mana ibu mengerti dari materi yang disampaikan dalam

FDS/pertemuan kelompok ini ?

Jawab : alhamdulillah senang dan dapat pencerahan dari apa yang

disampaikan pendamping soal menjadi orangtua yang lebih baik.

8. Apakah ada perubahan kesadaran atau perilaku setelah mengikuti

FDS/pertemuan kelompok ini?

Kalo saya kan orangtua nya seneng banget ngomelin anak saya kalo

misalkan bandel atau telat pulang sekolah, tapi kalo ada suami saya tuh

saya ga berani ngomel. Kalo ga ada suami aja saya ngomelin anak karna

kalo ada suami mah anak ga boleh di omelin. Abisan saya suka kesel gitu

deh.

Nah kan setelah materi acar pengasuhan anak ini disampaikan saya saya

menjadi tercerahkan supaya jangan ngomelin anak lagi, bisa lebih sabar

lagi. Dan kalo marah mau mencoba buat tarik nafas pelan-pelan gitu

supaya engga jadi emosi. Dan kalo misalkan anak telat pulang

sekolah saya tanya baik-baik darimana kan dulu mah kalo telat pulang

sekolah saya langsung semprot itu anak saya omelin deh, sekarang mah

engga saya tanya baik-baik. Insyaallah saya mau muali mempraktekkan

dirumah dari materi pendampingan anak ini.


Wawancara KPM FDS Teh cici

1. Siapa nama ibu ?

Jawab : dinensi Aulia biasa di panggil Cici

2. Alamat rumah dimana ?

Jawab : Jl H suhaimi parung poncol Rt 02/Rw 02, duren mekar Bojongsari

Depok

3. Sudah berapa lama menjadi KPM ?

Jawab : Dari awal PKH itu ada sejak 2014 sudah mau 6 tahun.

4. Apakah proses kegiatan pemberdayaan dari PKH dirasakan mudah oleh ibu?

Jawab : alhamdulillah bagi saya mah sangat mudah dan saya sebagai ketua

kelompok kalo ngasih tau ke anggota lain pun langsung pada ngerti dan pada

dateng ke acaranya dan tepat waktu. Dan kalo ada acara yang bentrok dengan

jadwal FDS ini saya mah tetep dateng ke sini karena ini penting.

5. Apa saja yang disiapkan KPM untuk mengikuti kegiatan FDS/pertemuan

kelompok ini?

Jawab : kalo untuk anggota kelompok paling yang disiapkan itu potokopian

materi yang disampaikan oleh pendamping biar jadi lebih mudah dan

nyambung pas pendamping menyampaikan materi, kalo ketua kelompok ituu

menyiapkan tempat dan konsumsi seperti air mineral.


6. Bagaimana perasaannya setelah mengikuti FDS/pertemuan kelompok

ini?

Jawab : pastinya senang ya menambah pengetahuan baru, bisa

silaturahmi dengan tetangga. Dan menjadi lebih paham bagaimana

mendidik anak dan bagaimana menjadi orangtua yang lebih baik untuk

anak saya.

7. Sudah sejauh mana ibu mengerti dari materi yang disampaikan dalam

FDS/pertemuan kelompok ini ?

Jawab : alhamdulillah saya menjadi lebih mengerti bagaimana menjadi

orangtua yang lebih baik itu, dan di materi juga kan di ajarin bagaimana

bekerjasama dengan suami dalam mendidik dan mengasuh anak yang

lebih baik. Kan ada materi yang kalo mendidik anak itu jangan emosian,

lebih tenang dan lebih sabar. Dan saya juga mau mempraktekkannya

dirumah.

8. Apakah ada perubahan kesadaran atau perilaku setelah mengikuti

FDS/pertemuan kelompok ini?

Jawab : alhamdulillah setelah pertemuan yang sekarang ini menjadi lebih

mengerti dari pertemuan-pertemuan yang kemarin. Saya menjadi

tersadarkan karena dipertemuan ini banyak diarahkan oleh pendamping

tata cara yang baik dan benar menghadapi anak yang bandel. Insyaallah
saya sebagai orangtua akan mendidik anak jadi lebih baik dan akan

menjadi contoh yang baik untuk anak saya.

Wawancara KPM Bu Susi

1. Siapa nama ibu?


Susi
2. Alamat rumah dimana ?
Di jl Mandor Tadjir No 5D, Serua. Kecamatan Bojongsari Kota Depok.
3. Sudah berapa lama jadi KPM PKH?
Sejak awal PKH itu ada di Bojongsari dari tahun 2014 sampai sekarang 2019
4. Apakah kegiatan pemberdayaan ini dirasakan mudah ?
Pas awal-awal saya masih bingung kan ya yang dikasih uang 500 ribu itu saya
gak tau harus diapain uang itu. Sampai saya simpen lama karena takut
gimana-gimana. Tapi pas dikasih arahan sama pendamping uangnya harus
diapakan baru saya mengerti dan saya jadikan buat modal awal ngerintis usaha
keripik saya.
5. Bagaimana perkembangan usaha ibu setelah menjadi KPM PKH?
Alhamdulillah bagus. Saya kan awalnya itu hanya menjual keripiknya orang
lain. Saya jalan kaki keliling sekitar sini dan alhamdulillah selalu habis. Nah
setelah dapet bantuan dari PKH saya mulai berani buat buka usaha sendiri
bikin keripik-keripik gitu dan dijual masih keliling naik sepeda.
Butuh waktu bertahun-tahun supaya bisa seperti ini, banyak yang udah kenal
sama saya dan udah banyak yang pesan keripik di saya. Pesanan saya sudah
sampa ke lebak bulus, depok, dan gunung sindur yang dari PT yang menjadi
distributor produk olahan makanan saya.
6. Berapa penghasilan dari hasil penjualan usaha ?
Penghasilannya alhamdulillah sekitar enam uta rupiah perminggu tapi itu
penghasilan kotornya ya belum untuk gaji KPM yang kerja di saya itu.
Belum sama keperluan produksi lagi.
7. Apakah hasil dari usaha ini membantu perekonomian keluarga ?
Alhamdulillah membantu. Anak-anak saya bisa sekolah dipesantren dua
orang dan yang kecil juga bisa terpenuhi kebutuhan buat pendidikannya.
Dan saya juga bisa beli motor dari hasil usaha produksi ini
8. Sudah efektifkah tugas pendamping dalam managemen KPM PKH?
Bagus ko, dimas pendamping kelurahan serua kan intens dampingannya,
apalagi kan kalo saya bingung dia selalu ada buat KPM yang butuh
bantuan gitu. Dan selalu ada solusi kalo ada masalah di KUBE.

Anda mungkin juga menyukai