Oleh:
Andhini Nurul Fatimah
A14204048
Oleh:
Andhini Nurul Fatimah
A14204048
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
pada
Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program
Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian,
Tanggal kelulusan:_____________________
LEMBAR PERNYATAAN
Salim Hamid (Ayah) dan Hj. Siti Aisyah (Ibu). Penulis merupakan anak kedua
dari lima bersaudara dengan kakak bernama Tendry Zulfah Maharani, dan tiga
orang adik bernama Karina Rodwiyah, Lulu Chairizah, dan Muhammad Arya
Thoriq.
Bhakti Ibu Jakarta, 1994-1998 SDN Dukuh 03 Jakarta, SLTP Negeri 24 Jakarta
dan lulus pada tahun 2001, SMU Negeri 48 dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun
yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB.
Organisasi yang pernah dimasuki penulis adalah MISETA pada periode 2006-
2007. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan, seperti Rabuan Dosen KPM dan Dies
Natalis FEMA (MC) pada tahun 2006, POROS, dan ZONE A pada tahun 2006.
Selain itu, penulis juga pernah mengikuti English Journalistic Training pada
tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas rahmat
dalamnya kepada :
1. Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi sebagai dosen pembimbing studi pustaka dan
diselesaikan.
2. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS yang telah berkenan menjadi dosen penguji
3. Martua Sihaloho, MSi sebagai dosen penguji skripsi perwakilan dari komisi
pendidikan.
4. Keluarga tercinta (My super “Mom”, Papa, Ka’ Endi, Kiyna, Lulu, dan Yaya),
atas kasih sayang, motivasi, teguran, dan sejuta kisah berwarna yang telah
5. Teman-temanku, Elin, Anyu, Ucie, Fanty, Pibi, Ntep, Nia, Christin, Putri,
Lala, Bu Ratih, dan Bunda, atas dukungan yang diberikan kepada penulis.
6. Dwi Retno Hapsari, rekan seperjuangan dalam penyusunan skripsi.
7. Tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kerabat serta
seluruh pihak yang telah memberikan dorongan semangat serta doa sehingga
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................... i
DAFTAR TABEL....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN
5.3 Ikhtisar............................................................................................. 65
VI. PERANAN PKBM SANTIKA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
6.3 Ikhtisar............................................................................................. 95
LAMPIRAN................................................................................................ 116
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Halaman
unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya. Dalam konteks
historisnya, pendidikan telah ada sejak awal adanya manusia, jauh sebelum
munculnya Ilmu Pendidikan pada sekitar abad 19. Saat itu aktivitas mendidik
tujuan yang hendak dicapai. Tanpa tujuan yang pasti sepertinya suatu usaha yang
kita lakukan tidak akan menjadi berarti. Sama halnya dengan perumpamaan
tentang makan. Jika kita tidak pernah memiliki rasa kenyang dan puas terhadap
apa yang kita makan, aktivitas yang kita sebut “makan” tampaknya tidak akan
senikmat sekarang, selezat apapun makanan yang kita santap. Berdasarkan analogi
jenis program pendidikan yang sedang dikembangkan PLS saat ini mengacu pada
pemaparan dari Tim FKIP (2007), meliputi: pendidikan Kecakapan Hidup, Anak
dan Pelatihan Kerja, Kesetaraan, dan pendidikan sejenis lainnya yang ditujukan
Salah satu upaya yang ditempuh PLS dilakukan dalam bentuk pendekatan
dari hasil pertemuan antara Kepala Bidang Dikmas se Indonesia dengan Direktur
sudah dicanangkan oleh Dikmas saja tetapi bisa kegiatan belajar apa
lainnya harus disertai izin pemakaian minimal selama lima tahun dan
tengah pemukiman atau tempat tinggal calon warga belajar atau tidak
merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih dan dijadikan ajang
membuat suatu wadah atau lembaga PKBM, akan didapat potensi-potensi baru
ekonomi dan budaya1. Konsep dasar PKBM dari, oleh, dan untuk masyarakat
sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari
pendidikan, sangat berperan sebagai pengajar yang baik. Usia warga belajar pada
PKBM (dalam hal ini pada program Kesetaraan) yang tergolong ke dalam
1
Direktorat PTK-PNF, Profil Direktorat PTK-PNF PKBM, http://www.jugaguru.com/profile/49/,
Diakses pada 28 Desember 2007.
kategori orang yang telah dewasa, menuntut para tutor untuk menerapkan konsep
masyarakat dapat diartikan sebagai salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan
sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi
sosial (Suharto, 2006). Terkait pula dengan peranan tutor sebagai pendidik,
pendidikan sebagai ajang bisnis dan kurang menempatkan anak didik sebagai
subyek.
dalam tentang peranan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam rangka
pengembangan masyarakat dalam hal ini peranan PKBM Santika dalam rangka
pengembangan masyarakat.
lembaga atau instansi pemerintah, swasta, LSM atau pihak lain untuk
justru diintroduksikan sebagai alternatif yang dapat dipilih dan dijadikan ajang
perkotaan seperti Jakarta, juga tidak terlepas dari fenomena keberadaan PKBM
(baik swasta maupun negeri) yang saat ini tengah aktif ”menjalarkan” beragam
berikut:
Timur?
Timur
praktis bagi para tutor dan pengelola PKBM sebagai sarana untuk
pengembangan masyarakat.
education) merupakan salah satu dari berbagai istilah yang muncul dalam bidang
pendidikan yang terakhir menurut teori Coombs yang dipaparkan Ihsan (2005),
yakni pendidikan nonformal secara lebih spesifik di sebut juga dengan pendidikan
luar sekolah yang dilembagakan. Pendidikan luar sekolah semacam ini adalah
berencana di luar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini, tenaga pengajar, fasilitas,
disesuaikan dengan keadaan peserta, atau peserta didik agar didapat hasil yang
tahun 2003, menurut pengertian Axin dalam Soedomo (1989) yang dikutip
oleh warga belajar dan pembelajar di dalam suatu latar yang diorganisasi
Pelatihan Kerja, Kesetaraan, dan pendidikan sejenis lainnya yang ditujukan untuk
nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis.
belajar keaksaraan fungsional, kelompok belajar paket (A, B, dan C), kelompok
2
Lembaran Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003, http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, Diakses pada 23 November 2007.
pesantren, penyuluhan, magang, bimbingan belajar, kegiatan ekstrakurikuler,
2007).
Ditjen PLS.P. Berdasarkan definisi dari KNIU dan BP-PLS.P (2005), Pusat
informasi dan kegiatan belajar sepanjang hayat bagi setiap warga masyarakat agar
mereka dikelola dari, oleh, dan untuk masyarakat. PKBM menawarkan beberapa
keuntungan bagi para warganya, yakni: PKBM adalah tempat terjadinya kegiatan
Fungsional (KF)
suatu wadah yang didirikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Berbagai jenis
hidupnya.
sebagai pihak yang sangat berhak menentukan jenis program yang akan dilakukan
bersifat standar dan lebih berorientasi pada pasar. Kesadaran terhadap pentingnya
tonggak sejarah yang penting dalam menghadapi era globalisasi. Saat yang tepat
peluncuran strategi baru yang lebih inovatif. Justru kesadaran ini merupakan
pilihan terbaik guna membangkitkan kekuatan besar yang selama ini terpendam
dengan basis masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), dengan harapan dapat dijadikan pijakan dan titik permulaan
merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih dan dijadikan ajang
melembagakan PKBM, akan banyak potensi yang selama ini tidak tergali akan
pendekatan kultural dan persuasif. Selain itu, masih menurut Sihombing (1999),
yang dihadapi Indonesia saat ini, di masa yang akan datang pendidikan yang
dalam hal ini pendidikan nonformal harus berorientasi pada aspirasi masyarakat
dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat, secara kelembagaan, pada PKBM juga
melekat beberapa azas. Azas-azas yang dianut oleh PKBM dapat dibagi menjadi
tujuh azas, dan tidak menutup kemungkinan jika dikembangkan lagi dapat lebih
dari tujuh, sepanjang azas-azas itu tidak saling bertentangan dan sesuai dengan
misi yang harus diemban oleh PKBM. Azas-azas yang dimaksud meliputi
(Sihombing, 1999):
sekitar.
putus sekolah: SD, SLTP, SLTA, dari keluarga kurang mampu atau
Kumpulan warga belajar yang terdiri dari minimal 3-5 orang, maksimal
20-40 orang yang diikat dalam satu kelompok belajar pendidikan luar
Magang).
tertentu.
5. Sarana Belajar
proses belajar mengajar: (buku, alat tulis, alat peraga pendidikan, dan
sebagainya).
6. Panti Belajar
PKBM, yaitu:
- Gedung sekolah atau bangunan lain yang tidak digunakan lagi.
- Gedung sekolah atau bangunan ada izin dari kepala sekolah atau
(kelas).
7. Program Belajar
8. Ragi Belajar
9. Dana Belajar
Hasil yang telah dicapai oleh warga belajar baik kualitatif maupun
(Andragogy) yang dalam penelitian ini dibatasi hanya terfokus pada metode
sosial,ekonomi, dan budaya secara seimbang dan utuh. Pendidikan orang dewasa
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
formal sebagai berikut. Menelaah paparan dari Suprijanto (2007), Ceramah atau
pemikiran dan ide yang terorganisasi. Masih menurut paparan Suprijanto (2007),
Kuliah adalah cara yang cepat untuk memberikan informasi dan dengan
lain secara logis. Namun, pada ceramah dan kuliah yang asli, peserta tidak aktif
sehingga pertemuan dinilai kurang positif (Morgan, et al., 1976 dalam Suprijanto,
2007).
Permendiknas No.3 tahun 2008 dibagi ke dalam tiga tahapan, yakni: pendahuluan,
inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan
dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian diri dan refleksi, umpan
Agama dan Budaya, dan kegiatan lainnya membuka kesempatan bagi setiap orang
dapat dikaji lebih jauh mengenai peranan tiap-tiap komponen dalam rangka
perencanaan sosial diartikan oleh Faisal (1981) dalam Suprijanto (2007) sebagai
usaha, proses atau gerakan yang dimaksudkan agar masyarakat sebagai satu
sistem sosial dapat berkembang menjadi mampu menolong diri sendiri dalam
memberi arti pengembangan masyarakat sebagai usaha yang dilakukan oleh suatu
setempat agar mereka secara mandiri mampu memanfaatkan potensi dan peluang
secara berkelanjutan.
Struktural)
3
Jime Ife, “Community Development: creating community alternatives-vision, analysis and
practice”, di dalam Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat (Bogor: Fakultas
Pertanian IPB, 2003), hlm. 37-45.
4. Sustainability (Keberlanjutan)
5. Empowerment (Pemberdayaan)
pribadi dan politik, individu dan struktur, masalah pribadi dan isu umum.
komunitas.
8. Self-Reliance (Kemandirian)
Prinsip ini mengimplikasikan agar warga komunitas mencari atau berusaha menggunakan sumberdaya sendiri apabila
memungkinkan daripada menyandarkan diri pada bantuan luar.
Tindakan untuk tujuan langsung tidak dibenarkan bila tidak sesuai dengan
visi jangka panjang. Tindakan yang ditujukan untuk pencapaian visi jangka
dikembangkan dengan cara yang sesuai dengan situasi spesifik dan peka
Dalam pengembangan masyarakat, proses dan hasil adalah dua hal yang tak
Proses yang digunakan untuk mencapai tujuan harus sesuai dengan hasil-
dengan cara tanpa mengubah lembaga yang ada dan struktur sosial
Penerapan prinsip ini ialah agar orang-orang yang terlibat dalam proses
yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut
komunitas.
2005). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya dilihat sebagai usaha
banyak orang dari beragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan
dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis (Ihsan, 2005).
dan saling berperan. Hal ini didukung pula oleh realita di era sekarang ini di mana
setiap orang selalu menyadari akan peranan dan nilai pendidikan. Oleh karena itu,
seperti pernyataan Syam (1986) yang dikutip oleh Ihsan (2005), setiap warga
masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan
pencapaian tujuan yang mereka harapkan. Pada sisi lain, keberhasilan dari
wilayah tersebut.
dilaksanakan melalui jalur perguruan swasta, dunia usaha, kelompok profesi dan
pendidikan yang karena berbagai hal tidak mampu atau sempat untuk mengikuti
sekolah, masyarakat yang sudah atau akan bekerja namun dituntut memiliki
kualifikasi tertentu yang tidak diperoleh dari jalur sekolah, serta masyarakat yang
Misalnya, penilik Dikmas masih ada beberapa yang menangani lebih dari satu
kecamatan, dan dari kecamatan yang ada belum seluruhnya memiliki penilik
Dikmas. Demikian pula dengan kebutuhan akan tutor, sebagai contoh untuk
kenyataannya dilapangan baru dapat dipenuhi rata-rata lima orang tutor untuk
(satu set modul untuk tiga orang warga belajar). Hal ini terjadi karena
3. Tidak ada tempat belajar yang pasti. Hal ini menyebabkan adanya kesukaran
melaksanakan pembelajaran bisa di mana saja dan akan terjadi seperti apa
yang ditulis di atas kertas. Secara teoritis memang benar, tetapi dalam
5. Lemahnya akurasi data atau informasi tentang sasaran program. Kondisi ini
tepat waktu.
2.5 Kerangka Pemikiran
Pendidikan nonformal yang saat ini disebut juga dengan Pendidikan Luar
formal. Berdasarkan latar belakang adanya life long educational program yang
bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar, dan adanya kesepakatan
dibutuhkan oleh masyarakat, maka mulai sejak itu dirintis sebuah wadah
Masyarakat (PKBM).
Jakarta Timur merupakan salah satu PKBM di wilayah perkotaan. Sejalan dengan
belajar oleh PKBM, dan adanya “pengikraran” ijazah sebagai penentu dari
Kesetaraan (Paket A, B, dan C). Program belajar merupakan salah satu dari 10
program yang dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah Program Kesetaraan
Paket C. Secara umum, PKBM terbagi menjadi dua tipe, yaitu: PKBM negeri dan
pengembangan masyarakat. Selain itu, peranan PKBM Santika juga dapat dikaji
dari penerapan konsep pendidikan orang dewasa dalam proses pembelajaran yang
kemandirian.
PKBM
swasta
Konsep andragogy
dalam
proses pembelajaran
Realisasi tujuh azas Upaya
Hambatan yang dianut PKBM penyelesaian
pelaksanaan beragam
pendidikan - Metode belajar hambatan oleh
PKBM
Mendorong Pengembangan
Masyarakat
Indikator:
- Partisipasi
- Pemberdayaan
Kemandirian
Keterangan:
: Berhubungan
: Mempengaruhi
keberhasilan PKBM.
3. Beragam upaya yang sedang dilakukan oleh PKBM tampaknya masih
dan mutu yang memadai, ratio modul untuk warga belajar program
program, dan Jadwal pelaksanaan belajar mengajar yang tidak selalu dapat
adanya tempat belajar yang pasti diduga sudah teratasi oleh adanya
PKBM. Selain itu, Sifat netral yang dimiliki oleh PKBM dalam upaya
berkenaan dengan suatu peristiwa atau gejala sosial yang dalam hal ini mengenai
menggali berbagai realitas dan proses sosial maupun makna berdasarkan kepada
sehingga dalam penelitian yang mengkaji lebih dalam tentang peranan Pusat
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Tipe studi
kasus yang dipilih ialah studi kasus instrumental, seperti yang dikemukakan oleh
Stake dalam Sitorus (1998), bahwa studi kasus instrumental merupakan kajian
atas suatu kasus khusus untuk memperoleh wawasan atas suatu isu atau wawasan
untuk penyempurnaan teori. Dalam hal ini kasus tersebut merupakan instrumen
bagi peneliti dalam memahami permasalahan tertentu. Kasus khusus yang dibahas
Santika, Jl. Bambu Wulung No. 2, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung,
Jakarta Timur. PKBM tersebut dipilih karena sangat terkait dengan kasus
penelitian, dengan alasan antara lain: pertama, PKBM Santika merupakan salah
satu PKBM di Kecamatan Cipayung yang aktif dalam hal kinerja program
Kedua, PKBM Santika merupakan PKBM swasta yang dikelola secara swadaya
oleh sebuah yayasan yang diharapkan sesuai untuk dijadikan tempat penelitian
dalam hal mengetahui peranan ”aktor penggerak” dalam PKBM, yakni pemilik
yayasan sebagai ketua pengelola PKBM yang juga hendak diteliti dalam
Fokus penelitian ini adalah warga belajar paket C yang sedang belajar di
kelas III. Hal ini dikarenakan, berdasarkan pada hasil penjajagan awal diperoleh
data bahwa: pertama, pada dasarnya semua program pendidikan nonformal pada
keleluasaan untuk memilih jenis program apapun (pada PKBM) untuk dijadikan
Kedua, pemilihan warga belajar kelas III pada paket C di PKBM Santika, dengan
kelas dibawahnya (kelas I dan II) di PKBM tersebut, serta dengan lebih
waktu tersebut yang telah dilakukan selama dua minggu pada bulan Februari,
sedangkan tahap pengumpulan data dilakukan selama satu bulan pada bulan April
(Lampiran 2).
PKBM dalam rangka pengembangan masyarakat. Oleh karena itu, yang menjadi
aspek permasalahan. Subjek penelitian dipilih secara purposif dengan jumlah yang
Satuan analisis dalam penelitian ini adalah dua komponen dalam struktur
organisasi PKBM Santika, yakni para pengurus PKBM dan komunitas warga
belajar di dalamnya; dalam hal ini mencakup tiga orang pengelola PKBM Santika
dan tiga orang tutor, serta enam orang warga belajar yang mengikuti program
dalam penelitian ini terdiri dari Ketua Pengelola PKBM Santika, Lulusan warga
Cipayung, dan informan lain yang diperoleh melalui teknik bola salju (snowball).
Informan lain diperoleh dengan menanyakan pada informan kunci tentang siapa
saja orang-orang yang dapat memberikan informasi sesuai dengan topik penelitian
dari informan kunci yang juga menjadi responden dalam penelitian ini (Ketua
kombinasi dari sumber data, tenaga peneliti, teori, dan metodologi dalam suatu
wawancara, dan analisis dokumen untuk dapat memperoleh kombinasi data yang
akurat. Data kualitatif yang diperoleh dapat berupa data primer dan sekunder
(Lampiran 3).
Santika serta informan di luar PKBM Santika, yakni Kasi Dikmenti Kecamatan
dengan cara sengaja (purposif), yakni dengan mendatangi lokasi penelitian dan
dan juga informan lain. Wawancara mendalam pada tahap awal dilakukan dengan
pendekatan informal dengan responden dan sejumlah informan. Hal ini peneliti
belajar komputer agar dapat mengamati partisipasi warga belajar pada program
paket C tersebut dengan lebih seksama dan penerapan metode pembelajaran yang
dilakukan oleh para tutor dan kegiatan tutorial yang dilakukan. Selain itu, selama
untuk memahami aktivitas yang terjadi antara tutor, pengelola, dan warga belajar
penulis tuangkan dalam bentuk catatan harian yang menjadi data primer di dalam
penelitian ini. Pencatatan hasil tersebut peneliti lakukan sesegera mungkin, yakni
sebelum 24 jam setelah peneliti selesai mengambil data setiap harinya. Hal ini
yang bersangkutan, antara lain: Persentase jumlah warga belajar Program Paket C
tahun 2007/2008, Struktur organisasi PKBM Santika, Profil tutor, Jadwal kegiatan
nasional Program Kesetaraan Paket C pada PKBM Santika, serta dokumen lain
data lain diperoleh dari data kependidikan di PLS setempat serta buku-buku
analisis data. Semua data yang telah didapat kemudian diolah melalui tiga jalur
analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Tahapan analisis data primer dan
dijadikan bahan acuan dalam menyusun tulisan, sedang data yang tidak
tersebut dijadikan sub bab pada skripsi ini. Tahap selanjutnya adalah
satu PKBM swasta yang terdapat di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Konsep
oleh pengelola Yayasan Santika pada saat wawancara mendalam. PKBM swasta
merupakan istilah untuk PKBM yang dikelola oleh instansi di luar pemerintah,
sementara PKBM negeri merupakan suatu istilah bagi PKBM yang dikelola oleh
pemerintah.
program pendidikan persamaan tingkat SMP dan SMA. Saat itu, ia menempatkan
kegiatan belajar tersebut pada sebuah STM di daerah Bambu Apus. Pada tahun
Sejak tahun 1994, ia pun telah mendirikan dan mengelola sebuah sekolah
formal (SMU Santika) yang masih berjalan sampai saat ini. Panti Belajar yang
saat ini digunakan oleh PKBM Santika merupakan gedung yang sama dengan
gedung penyelenggaraan kegiatan belajar pada SMU Santika. Kegiatan belajar
SMU dilaksanakan sejak pagi hingga siang hari. Sementara, untuk kegiatan
belajar di PKBM Santika dimulai sejak pukul 18.30-20.30 WIB. Kegiatan
belajar bagi program Paket C dilaksanakan secara rutin setiap hari Senin-
Jumat. Pada Program Paket B, kegiatan belajar-mengajar dilakukan setiap hari
Senin, Rabu, dan Jumat. Paparan lengkap mengenai jadwal kegiatan belajar di
PKBM khusus untuk Program Kesetaraan Paket C dapat dilihat pada Lampiran
5.
Beragam perkembangan telah dialami oleh PKBM Santika. Saat ini, panti
belajar tersebut telah mengalami perkembangan. Jumlah kelas yang pada awalnya
hanya berjumlah tiga kelas, saat ini telah bertambah menjadi tujuh lokal kelas.
Selain itu, saat ini kelompok belajar Paket C juga diberikan satu pelajaran
tersebut dilaksanakan setiap hari Senin sampai Jumat, pada pukul 15.00-17.00
WIB. Materi pelajaran untuk kursus mencakup program microsoft word dan excel.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola yayasan, diketahui bahwa saat ini
jumlah warga belajar untuk program paket C (kelas I, II, dan III) masing masing
Foto: Andhini N. F
Gambar 4. Situasi Belajar pada Kursus Komputer di PKBM Santika
Fenomena yang nantinya juga peneliti bahas pada bab selanjutnya terkait
dengan keberadaan PKBM Santika, salah satunya mengenai penjurusan yang
ada di PKBM Santika. Terhitung sejak awal pelembagaan PKBM tersebut,
pihak pengelola memutuskan untuk membuka kelas IPS untuk program Paket
C. Mata ajaran IPA hanya diberikan kepada kelompok belajar Paket C yang
duduk di kelas satu. Namun, pada tahun ajaran 2006/2007, PKBM Santika
sempat membuka kelas untuk jurusan IPA bagi 14 orang warga belajarnya.
4.2 Visi dan Misi PKBM Santika
Sejalan dengan visi dan misi PKBM secara umum, PKBM Santika
• Visi
• Misi
pemberdayaan masyarakat.
Coombs yang dipaparkan Ihsan (2005), yakni pendidikan nonformal secara lebih
persekolahan.
personal yang tersusun dari beberapa tingkatan jabatan yang mencerminkan tugas
Ketua
Tata Usaha
Tutor
Warga Belajar
Santika yang terdiri dari Ketua, Tata Usaha, dan Penanggung jawab tiap program.
Tabel 1. Nama Tutor PKBM Santika dan Mata Ajaran yang Diasuhnya
Saat ini, dua dari sembilan tutor di atas berstatus non-aktif. Kedua orang
tutor tersebut yakni tutor untuk mata pelajaran Ekonomi dan Bahasa Inggris.
Kekosongan tersebut kemudian diatasi dengan cara menjadikan tutor lain dan
pemimpin program Paket C sebagai pengganti para tutor yang non-aktif. Pelajaran
Bahasa Inggris para warga belajar dibimbing oleh Pak Krt yang merupakan putra
sulung dari pemilik Yayasan Santika. Akhirnya, saat ini PKBM Santika berjalan
(swasta), tentu saja PKBM Santika memiliki ”induk” yang berperan untuk
hal ini, Yayasan Santika merupakan instansi swasta yang berperan mengatur
serangkaian kegiatan pada PKBM Santika. Sebagai sebuah instansi, tentu saja
”aktor penggerak utama” di dalam struktur organisasi yang biasa disebut Ketua
Yayasan. Pada kasus PKBM Santika, Bapak Suy merangkap sebagai ketua atau
dijalankan PKBM Santika dalam rangka pengembangan masyarakat, pada bab ini
juga dipaparkan mengenai profil pemilik dan ketua pengelola PKBM Santika.
Bapak Suy merupakan seorang anak lurah Gombong yang lahir 59 tahun yang
lalu, tepatnya pada 17 Februari 1949. Bapak dari empat orang anak ini merupakan
sulungnya (Krt), telah aktif menjadi tutor dan pemimpin program tambahan
keterampilan (komputer) pada PKBM Santika sejak satu tahun yang lalu
(menggantikan posisi adiknya, Baj). Sementara, salah satu putri dari Bapak Suy,
Mah, saat ini dipercaya untuk menjadi Kepala Sekolah di SMU Santika.
pengalaman beliau, yakni menjadi Kepala Sekolah di SMP Budi Siswa 2, SMA
Manggarai.
pendidikan nonformal hingga saat ini, PKBM Santika tidak pernah bekerjasama
dengan instansi lain (non-pemerintah). Namun, pada tahun 2002 PKBM Santika
komputer (program tambahan keterampilan) yang berjalan selama tiga tahun. Saat
itu, pemerintah menyediakan tutor khusus yang diperuntukkan bagi warga belajar
kursus komputer para warga belajar. Akhirnya, saat ini PKBM Santika telah
dikelola oleh pihak swasta umumnya dituntut untuk dapat menjalankan beragam
program secara swadaya. Namun peran pemerintah terlihat jelas dalam hal
PKBM dalam mendidik keterampilan para warga belajar. Namun, sampai saat ini
Sesuai dengan pemaparan pada bab sebelumnya (bab III), yang menjadi
responden pada penelitian ini adalah warga belajar pada PKBM Santika yang
belajar pada PKBM Santika didominasi oleh masyarakat yang tinggal di luar
wilayah Kelurahan Cipayung dengan rentang usia 16-45 tahun. Ketua pengelola
belajar biasa, dan warga belajar istimewa. Kategori inilah yang selanjutnya
Terkait dengan Gambar 6, untuk tahun ajaran saat ini, jumlah warga belajar di
PKBM Santika, dalam hal ini untuk Program Paket C kelas I, II, dan III berjumlah
162 orang warga belajar. Berdasarkan karakteristik warga belajar dalam aspek
pada Program Paket C di PKBM Santika merupakan warga belajar yang berasal
dari kalangan anak putus sekolah (45,06 %). Sementara persentase jumlah warga
belajar terendah adalah warga belajar yang berasal dari kalangan pekerja swasta
karyawan tetap atau swasta (contoh: Pegawai swasta, Staf administrasi, Staf
pelaksana, dan sebagainya), dan anggota masyarakat usia sekolah yang tidak lulus
ujian nasional atau di-drop out dari sekolah formal. Sementara, warga belajar
biasa adalah warga belajar dengan karakteristik di luar karakteristik warga belajar
istimewa. Contohnya Sipil ABRI, anggota masyarakat yang kurang mampu secara
(kelas III)/ Januari 2008, dari 115 orang warga belajar Paket C yang terdaftar,
hanya 9 sampai 22 orang yang hadir setiap harinya dalam kegiatan pembelajaran
akan pentingnya proses pembelajaran dalam sistem pendidikan. Hal ini diperkuat
”Yah seperti yang mbak liat saja setiap harinya, paling cuma belasan orang yang
datang. Apalagi kalau hujan.Tapi mau bagaimana, pikiran mereka juga sudah
tidak fokus rata-rata. Ada yang sudah ngantuklah, ada yang cape karena habis
kerja kan langsung datang ke PKBM. Jadi memang yang datang itu cuma yang
benar-benar semangat saja.” (Ans, 33 tahun)
kelurahan di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur dengan luas wilayah 3,17 Km2,
jiwa yang terdiri dari 8.281 jiwa laki-laki dan 7.108 jiwa perempuan. Jumlah
survei fisik perkotaan tahun 20065, Kelurahan Bambu Apus terdiri dari lima RT
sebagai berikut6.
4
Badan Pusat Statistik Kotamadya Jakarta Timur, Cipayung dalam Angka (Jakarta: BPS-
Statistics, 2007), hlm. 23.
5
Ibid., hlm. 10.
6
Ibid., hlm. 1.
Batas Utara : Kelurahan Lubang Buaya
kelurahan ini sebagian besar adalah pedagang dengan persentase 31,94 persen.
Selanjutnya adalah petani 19,38 persen, pegawai swasta 18,45 persen, PNS 12,43
persen, buruh 9,52 persen, dan TNI/POLRI sebesar 8,28 persen. Wilayah yang
terkenal dengan Kelompok Kesenian Lenong Betawi Norai Grup ini merupakan
sentra pengrajin sepatu Olah Raga lokal di RW 01. Selain itu juga terdapat
mayoritas warga Kelurahan Bambu Apus, yakni sebanyak 15.001 orang beragama
Islam. Selanjutnya adalah umat Katolik sebanyak 214 orang, Protestan 121 orang,
Hindu 20 orang, dan umat Budha sebanyak 33 orang. Terkait dengan fakta
tersebut, belum terdapat sarana peribadatan bagi warga non-muslim. Saat ini, baru
terdapat sembilan masjid dan 11 langgar di wilayah Bambu Apus bagi warga
7
Rohmah, Profile Wilayah Kelurahan Bambu Apus, http://www.jaktim.beritajakarta.com/Info
Wilayah_Detail.asp, Diakses pada 3 Maret 2008.
8
Badan Pusat Statistik Kotamadya Jakarta Timur, op.cit., hlm. 44-45.
Sejalan dengan keberadaan kelompok kesenian, Komunitas Kelurahan
tancap, dangdutan, blantek dan lenong setiap kali ada warga komunitas yang
menikah atau dikhitan, serta pasar malam yang masih relatif sering ditemukan di
wilayah tersebut.
9
BPPLSP Jayagiri, Sasaran Pendidikan Nonformal, http://bpplsp-reg2.info/pls1a.php2007,
Diakses pada 16 Juni 2008.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Bambu Apus Sasaran Pendidikan Nonformal
Berdasarkan Kelompok Usia Tertentu (16-44 tahun) Tahun 2007
usia 16-44 tahun yang menjadi sasaran pendidikan nonformal tahun 2007 sebesar
7.898 jiwa. Angka ini membuktikan bahwa keberadaan PKBM Santika (dengan
tersebut merupakan salah satu jawaban dari kebutuhan sebagian besar komunitas
setempat.
BAB V
prioritas calon warga belajar oleh PKBM Santika, serta keterkaitan antara
penelitian ini mencakup semua warga belajar PKBM Santika yang bertempat
tinggal pada radius maksimum 10 Km dari lokasi PKBM Santika. Paparan lebih
di PKBM Santika digolongkan ke dalam dua tipe, yakni Warga Belajar Biasa
(WBB) dan Warga Belajar Istimewa (WBI). Salah satu hal yang membedakan
kedua tipe warga belajar tersebut ialah dalam hal jumlah biaya yang mereka
Cipayung, Munjul, Pondok Ranggon, Cilangkap, Setu, Ciracas, dan Bambu Apus.
berdasarkan hasil analisis data sekunder (arsip PLS) keberadaan PKBM Santika
Bahkan saat ini di Kelurahan Bambu Apus, tengah dibangun sebuah sekolah
komunitas warga belajar di PKBM tersebut juga diramaikan oleh masyarakat luar
warga belajar berasal dari wilayah yang beragam. Mulai dari masyarakat yang
tinggal di luar wilayah Jakarta Timur (Slipi, Kebon Jeruk, Cibinong, dan
sebagainya).
masyarakat sekitar juga masyarakat luar bukan sekedar pelengkap yang tidak
berbagai alasan tertentu tidak mampu/ sempat mengikuti pembelajaran pada jalur
pendidikan formal.
Fakta seputar maraknya warga belajar yang berasal dari luar wilayah
umumnya mereka yang hendak belajar di PKBM merasa “malu” jika warga di
sekitar tempat tinggal mereka mengetahui bahwa mereka (yang umumnya sudah
bekerja) mengikuti pembelajaran pada jalur nonformal (dalam hal ini Program
Paket C). Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk mendaftarkan diri pada
PKBM yang terletak jauh dari tempat tinggal mereka. Di sisi lain, dari hasil
biaya pembelajaran bagi masyarakat yang hendak mengikuti program paket yang
”Beberapa PKBM yang di wilayah rumah aku, yang aku tahu si ternyata mahal
mbak, biaya masuknya rata-rata tiga jutaan. Trus sempat ada juga yang
menawari home schooling tapi per bulannya 600 ribu, mahal kan.” (Mjr, 19
tahun)
PKBM Santika yang diutarakan oleh beragam pihak tersebut, didukung pula oleh
fakta bahwa Kelurahan Bambu Apus merupakan wilayah yang tidak luas, yakni
hanya 3,17 kilometer persegi (berdasarkan hasil analisis data sekunder). Adanya
PKBM bagi masyarakat sekitar sebagai hal yang tidak mutlak diperlukan, namun
tetap dibutuhkan oleh sebagian masyarakat sekitar yang tidak sempat atau belum
didukung pula oleh pernyataan salah seorang tutor PKBM Santika berikut ini.
“Di bilang sangat mendesak keberadaannya juga tidak, namun dibilang perlu ya
memang diperlukan oleh sebagian masyarakat, baik masyarakat sekitar maupun
masyarakat luar. Tapi memang masyarakat dari kelurahan sini tidak banyak
karna kan luas Kelurahan Bambu Apus kan kecil. Kalau untuk masyarakat
sekitar dalam artian se- Kecamatan Cipayung dan sebagian kelurahan di luar
wilayah kecamatan sini ya lumayan banyak juga.” (Ans, 33 tahun)
penyesuaian prioritas calon warga belajar oleh PKBM swasta seperti PKBM
Santika, bukan merupakan suatu hal yang patut dipermasalahkan oleh PLS selaku
Pembina. Walaupun pada dasarnya penyesuaian tersebut terkesan berbeda dengan
konsep yang ada, namun selama penyesuaian tersebut mampu memfasilitasi lebih
kualitas hidup masyarakat oleh “pasar”. “Pasar” dalam konteks penelitian ini
mengacu pada setiap pihak atau pelaku usaha maupun institusi yang terkait
dimaksud dapat berupa jalur pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi ataupun
oleh peneliti yang merepresentasi urgensi keberadaan PKBM bagi warga belajar
“Karna saya berusaha untuk dapat penyesuaian dikerjaan saya, akhirnya saya
daftar di PKBM Santika ini mbak. Sebelumnya kan saya bekerja dengan
menggunakan ijazah SMP. Makanya saya ikut Paket C agar bisa dapat ijazah
dengan cara yang benar trus saya bisa dapat penyesuaian karir di kerjaan saya.”
(Sut, 31 tahun)
Pernyataan responden (warga belajar) lain yang juga menyoroti urgensi PKBM
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tercermin dari pernyataan berikut ini
“Apa ya, kalau aku bisa lulus dan dapat ijazah trus aku bisa lanjutkan ke kuliah
mbak. Aku ingin sekali mbak jadi bidan. doain ya mbak agar bisa kuliah seperti
mbak.” (Rsd, 18 tahun)
merupakan alasan utama dari warga belajar dalam mengikuti Program Kesetaraan
(Paket C) dalam hal ini pada PKBM Santika. Pembahasan lebih lanjut mengenai
peranan PKBM Santika akan dikaji pada bab berikutnya mengenai peranan
Foto: Andhini N. F.
dipaparkan oleh peneliti sebagai tambahan pada bab ini untuk memberikan
Cipayung, yang “dimanfaatkan” oleh pihak swasta hanya sebagai “ajang bisnis”.
ketahui lebih dalam berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan tutor yang
pernah bekerja di PKBM X. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat
“Aku kan pernah ngajar di situ, Yayasan X yang di SMA dan di PKBMnya. Tapi
ternyata, upah yang PKBM tidak dibayarkan oleh pengelola. Ngajarnya tiap hari
minggu. Trus murid PKBMnya ndak ada yang datang. Malah anak SMAnya
yang disuruh datang. Saya jadi seperti kasih les ke anak SMA, bukannya ngajar
murid paket PKBMnya.” (Rar, 40 tahun)
Sejalan dengan fakta tersebut, secara kebetulan pada saat peneliti sedang
bahasan ini tidak peneliti kaji lebih dalam karena berdasarkan hasil penjajagan
5.3 Ikhtisar
Urgensi keberadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) bagi
pendidikan formal yang masih dibutuhkan oleh komunitas setempat untuk dapat
wilayah tersebut juga dirasakan oleh sebagian anggota komunitas luar wilayah.
di PKBM Santika, terdiri dari individu-individu yang belum sempat/ tidak mampu
setempat dan luar wilayah sebagai peluang yang potensial bagi mereka untuk
memperoleh ijazah yang mereka yakini sebagai syarat utama untuk dapat diterima
oleh ”pasar”.
BAB VI
PERANAN PKBM SANTIKA DALAM RANGKA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
6.1 Refleksi Peranan PKBM Melalui Azas-Azas yang Dianut PKBM Santika
PKBM dan konsep Pendidikan Orang Dewasa (Andragogy) dalam jalannya sistem
pendidikan dari PKBM. Sistem pendidikan dari PKBM dalam hal ini terdiri dari
10 komponen pendidikan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya (bab II).
telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dalam hal ini dibatasi sebagai masyarakat
yang tinggal pada radius terjauh 10 Km dari lokasi PKBM Santika. Pembatasan
Hal ini didasarkan pada analisis terhadap berbagai pernyataan yang diungkapkan
oleh para responden (warga belajar, tutor Paket C, dan pengelola) yang bermuara
sekolah yang terdiri dari masyarakat sekitar yang tidak lulus ujian nasional pada
jalur formal, dikeluarkan dari lembaga pendidikan formal (drop out) karena
salah seorang warga belajar kelas tiga Paket C yang tinggal di Kelurahan Bambu
Apus berikut.
“Sangat bermanfaat mbak untuk aku. Kan cita-cita aku mau jadi bidan, dan itu
kan butuh ijazah SMA. Ya tujuan aku supaya bisa dapat ijazah SMA untuk
melanjutkan sekolah kebidanan yang di Cikarang mbak. Trus kalau ikut kursus
komputer yang di PKBM Santika itu untuk nambah kemampuan. Ya kan nanti
kalau kerja mengetik jadi sudah bisa mbak.” (Rsd, 18 tahun)
program yang dijalankan oleh PKBM Santika, tidak hanya dirasakan oleh
masyarakat sekitar yang menjadi warga belajarnya, tetapi juga oleh masyarakat
luar yang banyak terdaftar sebagai warga belajar Paket C di PKBM Santika.
Manfaat yang dimaksud dalam hal ini lebih mengarah pada keberadaan atau
analisis data sekunder (absensi warga belajar kelas III Paket C) diketahui bahwa
sebagian besar warga belajar di PKBM Santika. Kondisi ini ditunjukkan oleh rata-
rata kehadiran warga belajar di kelas yang hanya berkisar pada angka 9 sampai 22
orang setiap harinya. Masyarakat luar yang terdaftar di PKBM Santika (pada
“Kebanyakan mereka kerja. Jadi tidak bisa dipaksakan juga untuk ikut
pembelajaran di kelas. Mencari nafkah memang tetap prioritas utama. Ada yang
seminggu sekali atau dua kali masih datang. Tapi untuk murid-murid yang
karyawan lebih banyak motivasinya kurang untuk hadir di kelas. Cuma hadir pas
ujian saja, sama dengan anak yang tidak lulus UN formal mereka tidak mau
datang.” (Suy, 59 tahun)
Begitupun dengan warga belajar yang berasal dari masyarakat yang tidak
lulus ujian nasional pada jalur pendidikan formal. Berdasarkan kutipan di atas
PKBM Santika. Mereka hanya hadir pada saat ujian nasional pendidikan
kesetaraan diselenggarakan.
Foto: Andhini N. F.
harus mampu memberikan dan menciptakan program yang bermakna dan dapat
azas tersebut dalam rangka pengembangan masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan
dengan menganalisis hasil belajar yang telah di capai oleh warga belajar. Hasil
pada PKBM Santika tahun 2005-2007, dan perkembangan lulusan Program Paket
C PKBM Santika.
pemberdayaan, tujuan akhir beragam program PKBM pada dasarnya ialah untuk
depan.
dalam bentuk tabel mengenai perkembangan jumlah warga belajar yang mengikuti
ujian nasional Program Kesetaraan Paket C pada PKBM Santika tahun 2005-2007
di Tabel 3.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam satu tahun, PKBM Santika membagi
pelaksanaan ujian nasional bagi warga belajar Paket C ke dalam dua periode
kelulusan, yakni bulan Juni dan November. Tabel tersebut juga menunjukkan
bahwa dalam kurun waktu tiga tahun, persentase rata-rata jumlah lulusan
persentase kelulusan untuk jurusan IPA (yang hanya dilaksanakan satu kali
pada November 2006) berjumlah 92,68 persen Berdasarkan data tersebut, dapat
responden dan informan yang tahu persis mengenai kelanjutan studi maupun
karier masyarakat yang telah memperoleh ijazah setara SMU melalui Program
studi di berbagai perguruan tinggi, dan tidak sedikit pula yang berhasil
lulusan PKBM yang secara kebetulan peneliti temui pada saat sedang berada di
Informan, yang merupakan ibu dari seorang putra tersebut, datang ke PKBM
untuk mengambil ijazahnya. Ia tercatat telah lulus dari Program Paket C pada
PKBM Santika di tahun 2007 lalu. Selama terdaftar sebagai warga belajar, ia
mengakui bahwa ia termasuk salah satu warga belajar yang rutin hadir pada
sebagai salah seorang staf pada salah satu perseroan yang bergerak dibidang jasa.
Masih menurut pernyataan Ibu En, ijazah Paket C benar-benar tidak mendapat
memperbaiki hidup. Selain itu, selain adanya keinginan untuk memperbaiki hidup,
pada PKBM Santika karena putranya yang telah duduk di bangku SMP selalu
“ Ikut Paket C di sini berarti buat saya mbak. Setelah lulus saya sekarang bisa
dapat penyesuaian di kerjaan saya. Lumayan untuk menyekolahkan anak-anak
saya. Jadi tidak sesulit dulu. Dan jadi tidak malu lagi sama anak saya itu.” (En,
35 tahun)
kompetensi warga belajar maupun lulusan bukan merupakan tolak ukur utama
menempatkan kualitas lulusan PKBM pada konteks penilaian yang tidak mungkin
“Indikator dilihat dari banyaknya jumlah kelulusan. Dalam hal ini berarti bisa
diketahui bahwa PKBM Santika telah mencapai itu. Di samping itu, indikator
lainnya adalah kemampuan PKBM untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat yakni yang belajar di dalamnya. Seperti misalnya, untuk
penyesuaian jabatan dan untuk orang-orang yang ingin lanjut kuliah, ini sudah
terbukti. Malah ada beberapa lulusan PKBM yang diterima di universitas negeri.
Dan ABRI juga banyak yang naik pangkat setelah ambil Paket C di PKBM.”
(Mrt, 58 tahun)
Namun demikian, kebermaknaan Program Paket C pada PKBM Santika
berupa kursus komputer) dan pengetahuan para warga belajar melalui proses
pengembangannya lebih lanjut agar keberdayaan yang didapat oleh setiap warga
kesempatan atau peluang untuk memperbaiki kualitas hidup) tapi juga kualitas
penggunaan konsep fleksibilitas dari PKBM oleh warga belajar (dalam kajian ini
untuk kasus PKBM Santika) sebagai “pemakluman” untuk tidak mengikuti proses
pembelajaran di kelas.
perorangan, bukan milik satu kelompok atau golongan tertentu, dan bukan milik
bersama. Terkait dengan rumusan tersebut, khusus dalam hal perencanaan, PKBM
menerapkan azas tersebut secara total. Namun demikian, saat ini peran serta
warga belajar PKBM Santika mulai mengalami peningkatan. Kondisi ini dapat
dianalisis lebih lanjut dengan mengkaji keterlibatan atau partisipasi warga belajar
dan tutor dalam serangkaian kinerja dan pengambilan keputusan dalam PKBM
dari PKBM swasta. Menelaah lebih dalam mengenai penerapan azas kebersamaan
dalam PKBM Santika, kajian seputar keterlibatan komunitas warga belajar dan
Santika. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (bab IV), terhitung sejak awal
membuka kelas hanya bagi jurusan IPS saja. Mata pelajaran IPA hanya diberikan
kepada kelompok belajar Paket C yang duduk di kelas satu. Hal ini pada awalnya
“Dari awal memang pihak yayasan sudah mengarahkan bahwa PKBM Santika
hanya membuka atau menyediakan kelas IPS. Mungkin didasarkan oleh
pertimbangan seputar kemampuan murid PKBM.” (Ans, 33 tahun)
Namun, dalam penentuan jurusan Paket C yang dibutuhkan, saat ini PKBM
pendapat mereka. Hal ini dibuktikan dari dibukanya jurusan IPA pada tahun
ajaran 2006/ 2007, atas pengajuan dari 14 orang warga belajar PKBM Santika.
pemilikan PKBM, dalam hal penentuan waktu belajar mengajar, pengelola PKBM
Santika menjadwalkan kegiatan belajar mengajar dari hari Senin sampai Jumat.
Hal ini tentu tidak dijalankan secara “saklek” seperti jadwal belajar pada lembaga
berapapun warga belajar yang hadir. Begitupun dalam hal penentuan jadwal
“Kita tidak etis juga kalau memaksa mereka hadir terus untuk belajar. Kan
prioritas utama mereka ya pastinya kerjaan dong. Paling seminggu satu atau dua
kali hadir juga sudah bagus sekali. Tapi kalau anak-anak usia sekolah yang rajin
ya tiap hari pasti datang. Seperti kursus komputer ini sebagai contoh, saya
memang memberi keleluasaan bagi mereka. Bisanya datang hari apa, ya silahkan
saja.” (Krt, 35 tahun)
Tanpanya, mustahil dapat terjadi interaksi belajar yang terarah dalam kelas. Pada
PKBM Santika, tutor pun diberi kesempatan untuk menentukan hari belajar yang
sanggup ia penuhi. Hal ini biasa di bahas dalam rapat tahunan yang rutin diadakan
oleh ketua PKBM yang diantaranya membahas tentang kinerja para tutor.
Terkait dengan azas kebersamaan dalam aspek partisipasi dalam
“Awal masuk saya bayar seratus ribu trus untuk SPP bulanan beda mbak. Kelas
satu itu 50, kelas dua 75, trus sekarang 100. Memang sudah ditentukan begitu
mbak. Tapi saya ndak keberatan mbak, memang wajar, tidak terlalu
memberatkan saya selama ini.” (Inw, 19 tahun)
Hal ini ditunjukkan dari adanya standar biaya masuk yang telah ditetapkan PKBM
Santika. Selain itu, untuk kursus komputer, setiap warga belajar yang ikut
(word dan excel). Standar tersebut secara lebih lengkap disajikan pada Tabel 3.
Tabel 4. Standar Alokasi Pembiayaan yang Dikenakan bagi Warga Belajar Paket
C
Alokasi Biaya
No Kriteria Warga Keterangan
Biaya SPP Biaya
Belajar
masuk lain
Ujian:
1. Warga Belajar Rp. I : Rp.
Rp. 20.000,-
I, II, III :
100.000,- 50.000,- Tingkatan kelas
Biasa (WBB) sampai Ijazah:
II : Rp.
Rp. 100.000,-
Rp. 75.000,-
800.000,- III : Rp.
100.000,-
Ujian: SPP sudah
2. Warga Rp. 20.000,-
Belajar Minimum Rp. termasuk ke
Ijazah:
1.750.000,- dalam biaya
Istimewa Rp. 100.000,-
masuk
(WBI)
Sumber: Rumusan hasil wawancara mendalam
Sejalan dengan kondisi di atas, alokasi honor tutor juga telah memiliki standar
baku yang ditetapkan oleh pengelola PKBM. Fakta tersebut menunjukkan bentuk
pengelolaan sepihak yang diperankan oleh PKBM swasta seperti PKBM Santika.
“Honor tutor memang sudah ditentukan yayasan. Itulah, karena milik swasta jadi
kalau untuk masalah keuangan baik murid atau tutor tidak ada hak untuk campur
tangan sama sekali.” (Ans, 33 tahun)
PKBM Santika, diketahui bahwa tutor PKBM Santika memiliki honor yang lebih
Setiap satu jam pelajaran para tutor mendapat honor sebesar Rp. 40.000,-.
“Honor tutor di sini bisa dicek paling besar diantara PKBM sekitar sini. Empat
puluh ribu per satu jam pelajaran.” (Krt, 35 tahun)
pengelola PKBM dan standar biaya masuk PKBM Santika tersebut, tidak menjadi
suatu hambatan bagi para warga belajar dan tutor PKBM Santika. Mereka secara
tegas menyatakan bahwa PKBM Santika telah berhasil menjalankan kinerja secara
selanjutnya.
diri sendiri. Meminta dan menerima bantuan dari pihak lain merupakan alternatif
Namun, saat ini PKBM Santika telah mampu menjalankan kursus komputer
khususnya dalam pembiayaan (yang sedikit dibantu oleh Block Grant) PKBM
mandiri.
Ketersediaan tutor di PKBM Santika pun saat ini telah diperoleh secara mandiri.
pendidikan PKBM.
dan mau mengabdi kepada masyarakat melalui pembelajaran. Selain itu, para
masyarakat yang dipilih oleh PKBM Santika tersebut merupakan masyarakat yang
tinggal di sekitar lokasi PKBM Santika sehingga dapat disimpulkan pula bahwa
atau panti belajar PKBM Santika. Meskipun dapat dipastikan bahwa renovasi ini
didukung pula oleh keberadaan lembaga pendidikan formal (SMA Santika) yang
dibawahi oleh Yayasan Santika, namun kemampuan warga belajar PKBM untuk
Jumlah lokal kelas yang awalnya hanya berjumlah tiga kelas, saat ini
berkembang menjadi tujuh kelas. Gedung pun sekarang tampak lebih nyaman
karena telah berlantai keramik putih dan dinding telah terlapisi oleh cat tembok
harus sesuai dan selaras dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar
masyarakat sekitar. Berdasarkan paparan pada bab sebelumnya (bab V), diketahui
sekolah di sekitar wilayah Cipayung, yang terdaftar sebagai warga belajar PKBM.
yang dijalankannya, pada akhirnya dapat dikatakan sesuai dengan situasi dan
masyarakat.
Fakta ini dapat disoroti, antara lain melalui pernyataan dari sebagian besar
kualitas hidup.
“Saya merasa butuh ikut Paket C karena untuk dapat ijazah gitu. Kan ingin bisa
lulus SMA biar dapat kerja saja, biar nasib tidak begini-begini saja.” (Soh, 21
tahun)
Menelisik lebih dalam mengenai penerapan azas kebutuhan oleh PKBM Santika,
seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya (bab IV) kebutuhan
masyarakat sekitar maupun masyarakat luar yang menjadi warga belajar mengarah
jenjang yang lebih tinggi, atau meningkatnya kesempatan bagi warga belajar
“Iya jelas, kan rata-rata memang ngejarnya ijazah, termasuk saya yang ingin
dapat penyesuaian. Tapi selain itu memang wawasan jadi nambah juga, biar
kadang yang dijelasin masuk, kadang tidak.” (Hem, 19 tahun)
komputer juga merupakan hasil konsensus antara pengelola, tutor, dan warga
diketahui bahwa kursus komputer baru mulai aktif dijalankan sejak Januari 2008.
mewajibkan kursus tersebut untuk diikuti oleh setiap warga belajar Paket C.
berikut.
“Kalau kursus komputer ya saya butuh untuk saya nanti kalau misalnya bisa
kerja jadi sekertaris mbak, kan harus bisa mengetik.” (Inw, 19 tahun)
6.1.7 Azas Tolong Menolong
pembelajaran masyarakat yang didasarkan atas rasa saling asah, asih, dan asuh di
penerapan azas tolong menolong pada kinerja PKBM Santika dalam rangka
Santika telah mampu menerapkan azas tersebut dalam konteks interaksi antar
tutor, antar warga belajar, dan antara tutor dengan warga belajar.
Tolong menolong antar tutor terlihat dari kerjasama dan komunikasi yang
pengelolaan PKBM Santika. Contoh nyata mengenai hal ini terlihat dari
penuturan salah seorang tutor mengenai konflik yang terjadi di dalam pengelolaan
administrasi PKBM Santika. Pada awal bergabungnya salah seorang tutor yang
merupakan putra dari pengelola dan pemilik Yayasan Santika di PKBM Santika,
wewenang pengelolaan uang SPP warga belajar sempat ditangani oleh tutor
gunakan sehingga selama tiga bulan honor tutor tidak dibayarkan. Akhirnya,
setelah para tutor dan pengelola berunding, dan atas kerjasama yang baik maka
kondisi yang sempat memicu kemarahan tutor tersebut dapat diselesaikan secara
baik.
yang sering tidak mengikuti pembelajaran diberikan salinan materi pelajaran oleh
warga belajar yang hadir pada pertemuan sebelumnya yang tidak mereka hadiri.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa mereka saling membantu dalam hal
Sejalan dengan hal tersebut, azas tolong menolong juga tercermin dari
kerjasama antara tutor dengan warga belajar Paket C dalam hal interaksi belajar di
kelas. Rumusan ini didasarkan pada hasil pengamatan berperanserta terbatas, baik
pada saat pembelajaran warga belajar kelas tiga Paket C di dalam kelas maupun
pada saat pelaksanaan kursus komputer, serta hasil wawancara mendalam dengan
para tutor dan warga belajar Paket C di PKBM Santika. Keterbatasan waktu
belajar atau waktu belajar yang singkat, mendorong tutor untuk lebih “cerdik”
dalam mensiasati penyampaian inti materi pelajaran agar dapat ditangkap oleh
warga belajar.
“Guru di sini bagus mbak. Bagusnya tidak banyak teori, inti-inti pelajaran
dijelasin semua, padahal kan susah juga karena waktu kan terbatas mbak. Salut
deh makanya.” (Mjr, 19 tahun)
mereka sebagai individu yang telah dianggap dewasa untuk mampu menghargai
“Kalau dikelas, interaksi murid ke tutor juga baik. Mereka pasti bertanya kalau materi belum mengerti,
mereka ndak diam saja. Jadi kami para tutor yang terbantulah.” (Rar, 40 tahun)
masyarakat yang dapat dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini. Tiga prinsip yang
paparan ini dibahas mengenai jalannya tiga prinsip tersebut dalam realisasi tujuh
PKBM Santika dengan calon warga belajar yang terdiri dari anggota
yang dianut PKBM Santika dapat dirumuskan pada dasarnya PKBM Santika
suatu bukti nyata masih adanya “aktor penggerak” PKBM (dari pihak swasta)
yang tidak memanfaatkan PKBM sebagai “ajang bisnis” semata, tapi berupaya
hal seputar peranan PKBM Santika yang masih perlu dibenahi, terkait dengan
prinsip pengembangan masyarakat dalam realisasi tujuh azas yang dianut oleh
sosial, ekonomi, dan budaya secara seimbang dan utuh (Suprijanto, 2007).
merupakan hal yang patut dikaji lebih dalam. Dikatakan demikian karena dalam
harus diwujudkan tidak hanya sebatas hasil yang dicapai namun juga totalitas
sistem pendidikan di PKBM. Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
(bab II), tutor adalah sumber belajar yang merupakan warga masyarakat (guru)
atau warga masyarakat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan serta mau
sebagai pengajar yang memberi identifikasi dan peniruan kepada murid, namun
lebih berperan dalam upaya pengarahan diri warga belajar untuk memecahkan
masalah. Bab ini, akan mengkaji lebih lanjut mengenai metode pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran (tutorial) yang diterapkan oleh tutor pada PKBM Santika.
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
dewasa. Selain itu, waktu belajar yang terbatas (lebih kurang 40 menit/ satu jam
pelajaran) ditambah dengan pelaksanaan pembelajaran pada malam hari juga ikut
pembelajaran mereka. Hal ini terlihat jelas dari adanya kesadaran para tutor
bahwa mereka bukanlah guru melainkan seorang pendamping bagi warga belajar
“Ya tentu beda dengan cara mengajar anak SD. Kebetulan saya juga mengajar di
SD. Kalau aku di sini hanya mendampingi saja. Yang pasti disesuaikan dengan
usia mereka.” (Ans, 33 tahun)
sekolah formal. Metode penyajian formal berupa ceramah atau kuliah yang
diselingi dengan diskusi masih menjadi pilihan bagi tutor PKBM Santika. Secara
teoritis, kuliah adalah cara yang cepat untuk memberikan informasi dan dengan
menggunakan “catatan kuliah” dapat berpindah dari satu pemikiran ke pemikiran
Sejalan dengan fakta tersebut, sebagian besar tutor PKBM Santika juga
kekurangan dari metode penyajian formal berupa ceramah atau kuliah, para tutor
PKBM Santika juga selalu berusaha mengajak warga belajar ke dalam suatu
diskusi interaktif, baik dalam mata pelajaran sosial maupun mata pelajaran logika
kelas Matematika, terlihat jelas bahwa tutor tidak menempatkan diri sebagai
belajar.
namun karena mayoritas telah berpengalaman sebagai guru, para tutor PKBM
Santika telah mampu menjalankan peranannya dengan baik, terkait dengan proses
Paket C sama sekali tidak disebabkan oleh faktor peranan tutor, namun lebih
hendak dicapai secara umum oleh Program Paket C adalah untuk menghasilkan
dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan oleh tutor pada
tetap memberikan copy-an materi agar warga belajar dapat mempraktekkan materi
2008). Oleh karena itu, pada bahasan ini akan diuraikan mengenai tahapan
tersebut.
pukul 15.00-17.00 WIB setiap Senin sampai Jumat. Hal ini tentu saja sangat
untuk kegiatan belajar pada program pokok (Paket C) di dalam kelas, alokasi
waktu belajar yang sempit (tiga jam pelajaran/hari, @40 menit) tentu saja
a. Kegiatan Pendahuluan
o Menyampaikan tujuan
b. Kegiatan Inti
warga belajar
c. Kegiatan Penutup
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti
mendampingi)
c. Kegiatan Penutup
dilakukan.
warga belajar
Penjabaran di atas didasarkan pada hasil pengamatan berperan serta terbatas yang
dilakukan peneliti dan hasil wawancara mendalam kepada sejumlah tutor yang
oleh PKBM Santika berupa kegiatan tutorial. Terkait dengan istilah “tutorial”,
tutor dalam hal ini tentu memiliki peran yang penting dalam membelajarkan
telah mampu menempatkan warga belajar sebagai individu dewasa yang tidak
6.3 Ikhtisar
(dalam hal penyelenggaraan) dapat dibuktikan dari jumlah program yang semakin
meningkat dan bermutu (azas kemanfaatan). Selain itu, saat ini PKBM Santika
telah memiliki dukungan pendanaan yang memadai secara mandiri, serta memiliki
dalam Paket C (azas kebersamaan), juga dari adanya kesesuaian antara program
azas keselarasan).
pembelajaran dengan baik dan lancar, dimana setiap tutor maupun warga
belajar saling membantu dalam pencapaian hasil belajar yang optimal (azas
teknik penyajian formal berupa kuliah atau ceramah (adanya “catatan kuliah”)
dan diimbangi dengan peran tutor PKBM Santika yang menempatkan diri sebagai
masih terdapat beberapa peran PKBM yang belum mampu dijalankan dengan baik
hidup melalui peran serta dari setiap anggota komunitas dengan prinsip
BAB VII
HAMBATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN PADA PKBM SANTIKA
DAN UPAYA PENYELESAIANNYA DALAM RANGKA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
memadai
tingkat keberhasilannya
tepat waktu
Terkait dengan paparan di atas, berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap warga belajar, tutor, dan pengelola
PKBM Santika, didukung pula dengan hasil pengamatan berperanserta terbatas dan hasil analisis data sekunder
(absensi warga belajar kelas tiga Paket C, data hasil belajar warga belajar pada Program Paket C, jadwal pelaksanaan
belajar mengajar, dan profil tutor), adapun hambatan pelaksanaan pendidikan yang dirasakan oleh para subjek tersebut
ialah keterbatasan waktu pembelajaran serta kurangnya atensi warga belajar akan pentingnya proses pembelajaran.
terbatas, telah disepakati oleh para subjek pendidikan di PKBM Santika sebagai
Paket C, diketahui bahwa waktu yang dimiliki oleh setiap tutor untuk
menyampaikan inti pelajaran hanya berkisar 25 menit. Hal ini tentu saja
mungkin.
“Apa ya, hambatannya masalah waktu untuk mengajar yang sempit. Paling cuma
20menitan.” (Ans, 33 tahun)
Sejalan dengan fakta tersebut, warga belajar Paket C yang juga merupakan subjek
berkembang.
Santika merasakan bahwa kurangnya atensi warga belajar akan pentingnya proses
jumlah kehadiran warga belajar pada kegiatan tutorial di dalam kelas. Seperti
yang telah diketahui sebelumnya, jumlah kehadiran warga belajar kelas tiga Paket
C, berdasarkan hasil analisis data sekunder berupa absen warga belajar, hanya
Sementara, didaftar absen pun dari 115 orang warga belajar kelas tiga
Paket C yang terdaftar, hanya 46 orang warga belajar yang tercatat pernah hadir
(minimal satu kali) dikelas. Hal ini menunjukkan bahwa 69 orang warga belajar
kelas tiga Paket C dapat dipastikan belum pernah mengikuti proses pembelajaran.
“Motivasi murid yang rendah. Ini jelas terlihat dari kehadiran murid. Setiap hari
paling hanya belasan yang hadir. Paling banyak 20anlah. Apalagi murid yang
anak-anak tidak lulus UN sekolah formal, mereka sama sekali tidak ikut
pembelajaran. Untuk yang sudah kerja ya saya menekankan kepada mereka
untuk mengusahakan hadir walau sekali dua kali setiap bulannya. Tapi memang
pekerjaan mereka harus diprioritaskan.” (Suy, 59 tahun)
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa minimnya atensi warga belajar akan
bermuara pada tujuan yang sama, masing-masing dilakukan oleh para pengelola,
tutor, maupun warga belajar pada PKBM Santika. Paparan selengkapnya terurai
warga belajar yang jarang/ tidak pernah hadir dalam proses belajar.
Hal ini dimaksudkan sebagai upaya alternatif pembelajaran bagi warga belajar
(berupa belajar mandiri) yang dengan beberapa sebab tertentu tidak dapat
Menelisik lebih lanjut mengenai upaya yang dijalankan oleh tutor untuk
dianggap paling tepat oleh mereka. Strategi yang dimaksud merupakan cara
materi yang dianggap sebagai inti dari keseluruhan materi. Selain itu,
pengulangan materi secara beturut-turut juga tidak jarang dilakukan oleh tutor
poin penting dari setiap materi yang disampaikan. Namun demikian, semua materi
disampaikan secara urut dan tidak terpisah-pisah, sehingga para warga belajar
rutin.
“Biasanya belajar dan baca-baca di rumah, jadi aku buat target gitu mbak. Setiap
hari minimal satu sampai dua jam aku harus belajar sendiri di rumah.” (Rsd, 18
tahun)
Sejalan dengan hal tersebut, para warga belajar yang terbatasi oleh alasan-alasan
dalam belajar dengan cara meng-copy materi dari warga belajar lainnya yang
hadir di kelas.
7.3 Ikhtisar
PKBM Santika dalam menjalankan peranannya sebagai wadah pendidikan
subjek pendidikan di PKBM Santika sebagai salah satu hambatan utama dalam
kehadiran warga belajar dalam kegiatan tutorial setiap harinya, terbukti telah
tutor (dengan menyampaikan poin-poin penting dari setiap materi), dan inisiatif
tidak terlepas dari tren perkembangan PKBM yang aktif memfasilitasi beragam
warga masyarakat.
Netralitas yang dimaksud, yakni terdapat keleluasaan bagi setiap instansi baik
(dalam hal ini Paket C) selama tujuh tahun terakhir. Saat ini, untuk Program Paket
C, 162 orang anggota komunitas setempat dan luar wilayah tercatat sebagai warga
dana lainnya. Bantuan pemerintah berupa Block Grant yang dialokasikan untuk
kegiatan administrasi dan penyediaan sumber belajar, saat ini tidak lagi diterima
mereka menjadi lebih berdaya. Bahkan, urgensi PKBM di wilayah tersebut juga
komunitas yang menyatukan diri sebagai warga belajar di PKBM Santika, terdiri
dari individu-individu yang belum sempat/ tidak mampu mengikuti pembelajaran
pada jalur pendidikan formal. Hasil penelitian secara jelas menggambarkan bahwa
komunitas warga belajar masih berorientasi pada perolehan ijazah sebagai syarat
terpenting diterima oleh ”pasar”. Mereka belum menyadari bahwa saat ini
keterampilan dan kemampuanlah yang menjadi syarat utama untuk dapat diterima
Namun, dalam hal partisipasi, PKBM Santika dengan statusnya sebagai lembaga
serta mereka.
seperti Jakarta?. Studi kasus PKBM Santika dalam hal ini dianggap mampu
PKBM, akan muncul tiga aktor utama yang ”bermain” di dalamnya. Ketiga aktor
yang dimaksud, yakni: pemerintah, swasta, dan masyarakat. Konsep ini mengarah
pada kerangka good governance system11 yang merupakan suatu konsepsi berisi
gagasan dan nilai untuk mengatur pola hubungan antara pemerintah, dunia usaha
Pemerintah
Lokal
Insentif
Swasta PKBM
Sumber Daya/
Potensi Lokal
Masyarakat
(komunitas)
Sejalan dengan konsepsi tersebut, dapat diketahui bahwa tiga pihak yang berperan
dalam pendidikan berbasis komunitas seperti PKBM, dalam kasus PKBM Santika
11
Dadang Solihin, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance di Negara-Negara
Berkembang, http://www.slideshare.net/, Diakses pada 16 Juni 2008.
mencakup Pemerintah lokal, Yayasan Santika, dan Komunitas warga belajar yang
mengawasi jalannya kinerja pihak swasta (Yayasan Santika). Peran ini dijalankan
dijalankan oleh PKBM Santika. Dalam hal ini, pemerintah lokal belum mampu
monitoring para penilik dari PLS setempat terhadap kinerja PKBM. Selain itu,
dari hasil penelitian lapang, diketahui bahwa penilik PLS belum menjalankan
tanggung jawab sesuai prosedur yang ditetapkan (dalam hal rutinitas pelaksanaan
pembinaan).
Terlepas dari kondisi tersebut, dalam hal penyelenggaraan ujian nasional bagi
komunitas warga belajar PKBM, seluruh kegiatan ditangani secara penuh oleh
pihak PLS.
Hal ini tercermin dari persentase rata-rata jumlah lulusan PKBM Santika setiap
tahunnya yang lebih dari 80 persen, serta perkembangan anggota komunitas yang
telah lulus dari PKBM. Membahas tentang netralitas PKBM, pihak swasta harus
tetap menyadari bahwa pendidikan yang berbasis komunitas tidak hanya
program semata. Namun, sejak awal perencanaan program hingga evaluasi akhir,
good governance system, berperan sebagai ”partisipan aktif” yang berhak untuk
komunitas yang mereka jalankan. Terkait dengan kasus PKBM Santika, kesadaran
terlihat. Hal ini terbukti dari tidak adanya keterlibatan komunitas warga belajar
tersebut, PKBM Santika belum mampu secara total melibatkan partisipasi aktif
komunitas, pada dasarnya PKBM merupakan salah satu contoh terbaik dari
9.1 Kesimpulan
Jakarta Timur, tergambar oleh dua kondisi yang direpresentasikan oleh PKBM
Santika, yaitu: adanya penyesuaian prioritas calon warga belajar oleh PKBM
setempat dan luar wilayah untuk mengubah kehidupan mereka menjadi lebih
berdaya. Program Paket C yang dijalankan oleh PKBM Santika diyakini oleh
sebagian anggota komunitas setempat dan luar wilayah sebagai peluang yang
potensial bagi mereka untuk memperoleh ijazah yang mereka yakini sebagai
karakteristik warga belajar yang telah dianggap sebagai individu dewasa. Metode
yang belum mampu dijalankan dengan baik oleh PKBM Santika, diantaranya:
Beberapa upaya yang dilakukan, yaitu: pembenahan sistem pendidikan oleh pihak
pengelola, penggunaan strategi pembelajaran oleh tutor, dan inisiatif dari para
9.2 Saran
adapun saran yang dapat penulis jabarkan terkait dengan topik penelitian, yaitu:
masyarakat pembelajar.
untuk hadir dalam pembelajaran di kelas dan tidak hanya hadir dalam
kuantitas.
dalam membina PKBM secara benar dan rutin sesuai prosedur yang
ada agar dapat mendukung peranan PKBM dalam rangka mendorong
pengembangan masyarakat.
bertahan di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chan, Sam M.dan Tutu T. Sam. 2006. Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan Era
Otonomi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. 2003. Informasi Ringkas Tentang Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Bandung: CV. Aria Duta.
Sihombing, Umberto. 1999. Pendidikan Luar Sekolah: Kini dan Masa Depan.
Jakarta: PD. Mahkota.
Soeitoe, Samuel. 1982. Psikologi Pendidikan: Untuk Para Pendidik dan Calon
Pendidik. Jakarta: LP-FEUI.
: Lokasi
Kecamatan Cipayung
Dalam Sketsa Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur
Kegiatan Lokasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
• Biodata Responden/Informan*
Hari/ Tanggal :
Lokasi Wawancara :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
A.3 Tutor
I. Urgensi keberadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
1. Sebagai seorang tutor di PKBM Santika, bagaimana pendapat anda
mengenai pentingnya keberadaan PKBM tersebut bagi masyarakat di
sekitar kelurahan Bambu Apus, Jakarta Timur?
II. Peranan yang dijalankan oleh lembaga pendidikan nonformal
seperti PKBM dalam rangka pengembangan masyarakat
2. Bagaimana partisipasi tutor dalam hal penetapan besarnya upah tutor
di PKBM Santika?
3. Menurut pendapat anda sebagai seorang tutor, apakah program
Kesetaraan Paket C yang dilengkapi dengan pelatihan komputer
merupakan program yang benar-benar dibutuhkan masyarakat sekitar
PKBM Santika? Mengapa?
4. Bagaimana partisipasi warga belajar dalam proses pembelajaran
bersama tutor pada PKBM Santika?
5. Bagaimana karakteristik warga belajar secara keseluruhan?
6. Bagaimana kinerja pengelola PKBM Santika saat ini dalam rangka
mengembangkan masyarakat sekitar?
B. Informan
B.1 Kasi Dikmenti Kecamatan Cipayung
1. Mengapa pendirian PKBM di wilayah Kecamatan Cipayung menjadi
penting keberadaannya?
2. Apa keunggulan PKBM Santika dibanding dengan PKBM lain yang
ada di Kecamatan Cipayung, terkait dengan peranannya untuk
mengembangkan masyarakat sekitar?
3. Sejauhmana keaktifan kinerja penilik PLS dalam memantau
pengelolaan PKBM Santika?
4. Bagaimana kinerja yang ditampilkan oleh pengelola PKBM Santika
selama ini?
5. Berapa jumlah PKBM (swasta dan negeri) di Kecamatan Cipayung,
Jakarta Timur?
6. Adakah bantuan yang diberikan oleh pemerintah bagi PKBM di
wilayah Cipayung (khususnya PKBM Santika)?
7. Jika ada, Apa sajakah bantuan yang telah diberikan tersebut?
8. Apakah terdapat pertemuan rutin antara pihak PLS dengan para
pengelola PKBM se-Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur?
9. Apa sajakah hambatan yang masih dikeluhkan oleh para pengelola
PKBM (khususnya PKBM Santika) di Kecamatan Cipayung dalam
hal pelaksanaan program-programnya?
10. Sejauhmana pihak PLS menindaklanjuti keluhan ataupun masukan
dari para pengelola PKBM tersebut?
128
Lampiran 6
PROFIL TUTOR PKBM SANTIKA
No. Nama L/P Umur Status Perkawinan Agama Pendidikan Terakhir Alamat
1 Rak L 47 tahun Kawin Islam S1 Komplek TMII Bambu Apus Jakarta Timur
2 Sun P 44 tahun Kawin Islam S1 Komplek TMII Bambu Apus Jakarta Timur
3 Ans P 33 tahun Kawin Islam D3 Jl. Bambu Hitam No. 56 Bambu Apus
4 Was L 46 tahun Kawin Islam D3 Jl. Lubang Buaya No. 156 Jakarta timur
5 Sul L 46 tahun Kawin Islam S1 Jl. Bambu Apus, Gg. SDN 01, Jakarta Timur
7 Rar P 40 tahun Kawin Islam S1 Jl. Gempol, Bambu Apus Jakarta Timur
PKBM SANTIKA
Para responden yang berasal dari kategori warga belajar PKBM Santika
menjelaskan bahwa proses awal mereka bergabung di PKBM tersebut didukung
oleh informasi dari rekan ataupun kerabat yang pernah mendapat pembelajaran
Paket C pada PKBM Santika. Terdapat beragam hal yang melatar belakangi para
anggota komunitas tersebut untuk memilih PKBM sebagai tempat belajar.
Umumnya, keterbatasan keuangan, waktu, dan kemampuan diri, dan status/ posisi
dalam suatu pekerjaan, merupakan faktor yang mendorong mereka untuk belajar
di PKBM Santika.
PKBM SANTIKA
Berdasarkan pandangan salah seorang tutor, hal ini disebabkan adanya anak-anak
usia sekolah yang mampu namun ”enggan” mengikuti pembelajaran pada jalur
formal. Alasan-alasan seputar peraturan sekolah formal yang ”saklek” disebut
oleh tutor sebagai salah satu kemungkinan penyebab ”keengganan” tersebut.
Komponen PKBM Kondisi awal (tahun 2001) Kondisi terkini (tahun 2008)
Tutor Enam orang Delapan orang
Lokal kelas pada Tiga kelas Tujuh kelas (tiga kelas yang
Panti Belajar dibuka untuk kegiatan
belajar PKBM)
Fasilitas - TBM (belum difungsikan)
Warga belajar 20 orang 162 orang
(Paket C)
Program Paket B, dan Paket C Paket B, Paket C, dan
tambahan keterampilan
untuk Paket C (Kursus
komputer)
Pengelolaan Masih bergantung pada Swadaya WB
bantuan pemerintah
Ragi belajar - -
Sarana belajar Modul dari pemerintah 12 unit komputer
Modul berupa foto copyan
dan bantuan dari pemerintah
Berdasarkan pengakuan beliau, tutor di PKBM Santika memiliki
keunggulan karena mayoritas merupakan sarjana strata satu dengan pengalaman
mengajar yang dimiliki oleh setiap tutor PKBM. Sementara, warga belajar Paket
C di PKBM Santika yang berjumlah 162 orang merupakan warga belajar yang
berasal dari wilayah yang beragam di Jakarta. Mereka dikategorisasi oleh beliau
ke dalam dua tipe Warga belajar (WB); Warga Belajar Biasa (WBB) dan Warga
Belajar Istimewa (WBI).
Terkait dengan masyarakat pembelajar di PKBM Santika, Pak Suy selaku ketua
pengelola PKBM Santika menyadari bahwa partisipasi warga belajar dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran memang masih minim. Banyaknya jumlah
warga belajar yang telah bekerja, menciptakan waktu pembelajaran menjadi jauh
lebih ”fleksibel” dari konsep yang semestinya.
“Kebanyakan kan mereka kerja. Jadi tidak bisa dipaksakan juga untuk ikut
pembelajaran di kelas. Mencari nafkah memang tetap prioritas utama. Ada yang
seminggu sekali atau dua kali masih datang. Tapi untuk murid-murid yang
karyawan lebih banyak motivasinya kurang untuk hadir di kelas. Cuma hadir pas
ujian saja, sama seperti anak yang tidak lulus UN formal pada tidak mau datang
mereka.” (Suy, 59 tahun)
Kondisi tersebut pada akhirnya mengantarkan Ketua pengelola PKBM Santika
pada suatu kesimpulan bahwa minimnya atensi warga belajar PKBM Santika akan
pentingnya mengikuti proses pembelajaran, merupakan suatu hal yang telah
menghambat pelaksanaan pendidikan oleh PKBM Santika dalam rangka
pengembangan masyarakat. Hal ini tercermin dari kutipan pernyataan beliau,
berikut ini.
“Motivasi murid yang rendah. Ini jelas terlihat dari kehadiran murid. Setiap hari
paling hanya belasan yang hadir. Paling banyak 20anlah. Apalagi murid yang
anak-anak tidak lulus UN sekolah formal. Mereka sama sekali tidak ikut
pembelajaran. Untuk yang sudah kerja ya saya menekankan kepada mereka untuk
mengusahakan hadir walau sekali dua kali setiap bulannya. Tapi memang
pekerjaan mereka harus diprioritaskan.” (Suy, 59 tahun)
“Dari awal kita selalu menyampaikan kepada mereka untuk mengusahakan hadir.
Sebagai upaya lain, kita juga sudah memberikan modul berisi rangkuman semua
pelajaran. Baru sebatas itu saja. Karena sulit juga, mereka kan sudah bekerja.”
(Suy, 59 tahun)
Selain itu, dalam rangka mengembangkan warga belajar, Pak Suy selaku Ketua
PKBM Santika sedang berencana untuk melakukan pemasangan internet bagi
warga belajar PKBM Santika. Terkait dengan pengembangan yang sedang
dijalankan oleh PKBM Santika, terhitung sejak tahun 2005, PKBM Santika
melakukan renovasi panti belajar dalam rangka memenuhi keinginan warga
belajar PKBM Santika dalam rangka penciptaan kondisi pembelajaran yang
nyaman dan lancar.
Lampiran 11
4. Krt 9 35 Tutor
5. Rar 9 9 40 Tutor
6. Ans 9 33 Tutor