Anda di halaman 1dari 39

1

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN


TINDAKAN IBU BALITA TENTANG PENANGANAN DIARE DI KELURAHAN
KAWANGU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWANGU KABUPATEN SUMBA
TIMUR

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Keperawatan

OLEH:

PUTRI FLORENTINA TAMU INA


NIM: PO.5303203200684

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU
2023
2

LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN


TINDAKAN IBU BALITA TENTANG PENANGANAN DIARE

DISUSUN OLEH :

PUTRI FLORENTINA TAMU INA

NIM : PO5303203200684

Telah disetujui untuk diujikan di depan Dewan Penguji Politeknik


Kesehatan Kemenkes Kupang Prodi Keperawatan Waingapu.

PEMBIMBING

MARTHA METI KODY, S.Kep. Ns., M.Kes


NIP. 19661015198903 2 001

MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

MARIA KARERI HARA, S.Kep. Ns., M.Kes


NIP. 19670210 198903 2 001
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1.................................................................................................................. Latar
Belakang.................................................................................................. 1
1.2.................................................................................................................. Rumusan
Masalah................................................................................................... 2
1.3.................................................................................................................. Tujuan
Penelitian................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................. 4
1.4.1 Bagi Masyaraka.............................................................................. 4
1.4.2 Bagi Penelit.................................................................................... 5
1.4.3 Bagi Puskesmas.............................................................................. 5
1.4.4 Bagi Institusi.................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Teori..........................................................................................
2.1.1 Pengertian Diare.............................................................................
2.1.2 Penyebab Diare..............................................................................
2.1.3 Patofisiologi................................................................................... 9
2.1.4 Tanda dan Gejala............................................................................ 10
2.1.5 Penanganan.................................................................................... 11
2.2. Konsep Balita......................................................................................... 13
2.2.1 Pengertian.......................................................................................
2.2.2 Karakteristik Balita........................................................................
2.2.3 Kebutuhan Gizi Balita....................................................................
2.2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi status gizi balita.....................
2.3. Konsep Pengetahuan..............................................................................
2.3.1 Pengertian.......................................................................................
2.3.2 Cara memperoleh pengetahuan......................................................
2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan...........................
2.3.4 Pengukuran tingkat pengetahuan...................................................
2.4. Konsep Tindakan...................................................................................
2.4.1 Pengertian Tindakan.......................................................................
2.4.2 Tingkat Tindakan...........................................................................
2.4.3 Tindakan Kesehatan.......................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep...................................................................................
3.2. Definisi Operasional...............................................................................
4

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


4.1. Jenis Penelitian....................................................................................... 14
4.2. Rancangan Penelitian............................................................................. 14
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................. 15
4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................. 16
4.5. Variabel Penelitian................................................................................. 17
4.6. Kriteria Inklusi dan Eklusi..................................................................... 21
4.7. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan data, Analisa Data.................. 22
4.8. Etika Penelitian...................................................................................... 24
4.9. Kuesioner............................................................................................... 25
5

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan bimbingaNya Penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini sesuai
harapan dengan judul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan
Tindakan Ibu Balita Tentang Penanganan Diare di Kelurahan Kawangu Kabupaten Sumba
Timur”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ijinkan Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Martha Mety Kodi, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan serta memotivasi
Penulis dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Melkisedek Landi selaku penguji yang telah memberikan masukan
kepada penulis dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Irfan SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menempuh pendidikan
Diploma Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
2. Ibu Maria Kareri Hara, S.Kep, Ns., M.Kes sebagai Ketua Program Studi Keperawatan
Waingapu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
perkuliahan di Program Studi Keperawatan Waingapu.
3. Bapak/Ibu Dosen yang telah membekali Penulis dengan pengetahuan selama proses
perkuliahan.
6

4. Kedua orang tua tercinta, serta adik, dan kaka, maupun saudara tersayang yang selalu
mendoakan dan mendukung baik secara spiritual, materil dan moril pada penulis
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. Untuk teman-teman saya Jordy Cristanto , Jenlin Patang, Dian Haba, Selin Ina, Intan,
Yoan Kila yang selalu memberikan dukungan doa dan motivasi dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh kawan kelas III A dan semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan
namanya satu persatu yang selalu mendukung dan membantu serta memberi motivasi
kepada Penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini

Waingapu, Februari 2023

Penyusun
7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
negara-negara berkembang (Raini, 2016). Diare masih menjadi suatu problematika dan
masalah bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang terutama di Indonesia. Angka
mortalitas, morbiditas dan insidennya cenderung meningkat (Kementerian Kesehatan RI,
2011). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok
yang paling tinggi menderita diare (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Secara global, ada
hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak setiap tahun (WHO, 2017).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada Tahun 2017 ada sekitar 1,7
miliar kasus diare dengan angka kematian 525.000 anak balita setiap tahun. Pada negara
berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare
pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang di butuhkan
anak untuk bertumbuh dan berkembang, sehingga diare merupakan penyebab utama
malnutrisi pada anak.Pada tahun 2010 dilaporkan 2,5 jutakasus terbanyak di NTT karena
kurang memadainya status gizi pada anak dan kurangnya sanitasi air bersih. (3) Di
Indonesia penyakit diare merupakan salah satu penyebab kematian.Urutan kedua terjadi
pada balita dan urutan kelima bagi bayi dan urutan ke sembilan bagi semua umur. Berdasarkan
data profil kesehatan Indonesia tahun 2016, penemuankasus diare yang ditangani 46,4% dari
jumlah penderita diare keseluruhan yang tercacat berjumlah 6.897 orang.Tahun 2017 kasus diare
sebesar 142,757 dan yang ditangani sebesar 46,097 kasus (32,3%). (4) Berdasarkan Profil
Kesehatan Provinsi NTT tahun 2015, untuk 10 penyakit di rumah sakit, penyakit diare merupakan
penyakit yang banyak diderita pada balita di NTT dengan jumlah 98,918 kasus yang menempati
8

urutan ke tiga diantara penyakit malaria danISPA. (5) Berdasarkan profil kesehatan
kabupaten/kota, perkiraan kasus diare di provinsi NTT tahun 2011 berjumlah 200.721 kasus yang
di tangani sebanyak 111.046 kasus atau 55,3%(5) .Pada tahun 2012, kasus diare sebanyak 206.216
dan yang di tangani sebesar 106,193 kasus (51,5%), pada tahun 2013 di perkirakan kasus diare
sebesar 209,553 dan yang ditangani sebesar 102,217 (48,8%),pada tahun 2014 di temukan
penderita diare yang ditangani 86,429 kasus (80,2%),pada tahun 2015 penderita diare yang di
temukan dan ditangani sebesar 98,918 (90%). (6) Berdasarkan dataprevalensi kasus diare pada
balita berdasarkan diagnosis berjumlah 11,0%, prevalensi kasus diare pada balita berdasarkan
diagnosis gejala berjumlah 18,5%. Proporsi penggunaan oralit untuk penanganan diare berjumlah
34,8%. Kasus diare di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 2.544.084. Di indonesia diare
merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita. dan nomor lima bagi seluruh
umur. Diare selalu menjadi 10 besar penyakit yang selalu ada 2012-2013 dari 8.236
menjadi 16.033balita (Destri et al, 2010). Untuk penyakit diare, Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota tahun 2014-2017, menunjukan bahwa penanganan kasus diare 4 (empat)
tahun terakhir mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2014 jumlah penderita diare yang
ditemukan sebesar 107.790 kasus dan yang ditangani sebesar 86.429 kasus (80,2%),
selanjutnya pada tahun 2015 penderita diare yang ditemukan 109.569 kasus dan ditangani
sebesar 88.974 (81,2%), pada tahun 2016 penderita diare yang ditemukan sebesar 111.355
kasus, yang ditangani sebanyak 91.938 kasus (82,6%) dan tahun 2017 penderita diare
yang ditemukan berjumlah 113.148 kasus, yang ditangani 80.209 kasus (70,9%). Angka
kesakitan diare NTT tahun 2017 sebesar 214 kasus per 1.000 penduduk.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas kesehatan kabupaten sumba timur terdapat
5,390 kasus diare pada balita tahun 2022, terdapat 1,086 kasus, pada tahun 2020 terdapat
4,633 kasus. Berdasarkan data yang di peroleh dari p puskesmas Kawangu menunjukan
jumlah kasus diare pada balita yaitu 290 kasus pada tahun 2022, pada tahun 2021
terdapat 72 kasus, pada tahun 2020 terdapat 533 kasus.

Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan lingkungan yang
belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, keadaan sosial ekonomi dan
perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi terjadinya
diare. Selain itu, diare juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau
makanan yang diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri
penyebab diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni (Purwaningdyah,
2015).
9

Penanganan dan pengobatan diare yang tidak tepat dapat menjadi masalah dehidrasi
yang serius. Tingkat pengetahuan dari pendidikan yang dimiliki ibu juga berpengaruh
terhadap pemilihan obat-obatan dalam 3 penanganan pertama diare pada anak. Penyakit
diare sering menyerang pada anak balita dari pada dewasa dikarenakan daya tahan
tubuhnya yang masih lemah, namun masih banyak ibu balita yang belum cukup mampu
memberikan penanganan yang baik, hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan tentang
penanganan diare pada balita masih rendah sehingga akan mempengaruhi sikap ibu dalam
penanganan diare pada anaknya. Penyakit diare sering menyerang pada anak-anak dari
pada dewasa dikarenakan daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Namun masih banyak
ibu yang belum cukup mampu memberikan penanganan yang baik, hal ini dikarenakan
pengetahuan tentang penanganan diare pada anak masih rendah sehingga akan
mempengaruhi sikap ibu dalam penanganan diare pada anaknya. Oleh karena itu, Peran
ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan
karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting.
Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap, tetapi
mempunyai hubungan yang positif, yaitu dengan peningkatan pengetahuan maka dapat
terjadi perubahan sikap (Farida, 2016). upaya penanggulangan diare yang dapat dilakukan
meliputi penggunaan air bersih, lingkungan tempat yang tidak tercemar dan pengetahuan
ibu dalam mengambil tindakan untuk mencegah atau mengobati terjadinya diare pada
balita.
Berdasarkan fenomena masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN DAN TINDAKAN IBI BALITA TENTANG PENANGANAN
DIARE.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan pernyataan penelitian
bagaimanakah pengaruh Pendidikan pengetahuan Tindakan ibu balita tentang penangan
diare.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pada penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
10

a. Tujuan umum
Tujuan umum yang dilakukan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Pendidikan Kesehatan terhadap pengetahuan dan Tindakan ibu balita tentang
penanganan diare.
b. Tujuan Khusus
 Mengidentifikasi pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap pengetahuan ibu
balita tentang penanganan diare.
 Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan ibu balita
tentang penanganan diare.
 Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan
tindakan ibu balita tentang penanganan diare.
1.4 Manfaat
2 Bagi masyarakat
Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan masyarakat tentang
pentingnya pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penanganan diare
3 Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan sebagai proses belajar dalam menampilkan ilmu dan
metode penelitian ilmiah dan mempersiapkan peneliti sebagai calon tenaga
kesehatan dalam mengebankan ilmu keperawatan serta menjalankan tugas sebagai
perawat peneliti.
4 Bagi Puskesmas
Penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan referensi dalam
membuat program selanjutnya.
5 Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi peneliti
selanjutnya dalam mengembankan penelitian yang lebih baik.
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diare

2.1.1 Pengertian

Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan cair. Bisa
juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat dikatakan diare bila BAB
sudah lebih dari 3 kali sehari buang air besar, dan sedangkan neonatus dikatakan
diare jika sudah buang air besar sebanyak lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia
dewi, 2014). Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana
buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair
dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat
dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih, 2013).

2.1.2 Penyebab Diare

Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam Wijayaningsih (2013)


ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu sebagai berikut:

a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh: 1) Infeksi virus, kuman-kuman


pathogen dan apatogen seperti shigella, salmonella, golongan vib-rio, E. Coli,
12

clostridium perfarings, B. Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus


yang disebabkan bahan-bahan kimia dari makanan (misalnya keracunan makanan,
makanan yang pedas, 9 terlalu asam), gangguan psikis (ketakuatan, gugup), gangguan
saraf, alergi, hawa dingin dan sebagainya. Defisiensi imun terutama SIGA (secretory
imonolbulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata
usus dan jamur terutama canalida.

b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:

1. Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin dan


mineral.
2. Kurang kalori protein.
3. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir Sedangkan menurut
Ngastiyahdalam (Wijayaningsih, 2013), penyebab dari diare dapat dibagi
dalam beberapa faktor yaitu:

a. Faktor infeksi

 Infeksi enternal Merupakan penyebab utama diare pada


anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus,
poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
astrovirus, dan lain-lain, dan infeksi parasite: cacing (ascaris,
trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa (Entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas humonis), jamur
(canida albicous). Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat
pencernaan makanan seperti Otitis Media Akut (OMA),
Tonsillitis atau Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun.

b. Faktor malabsorbsi

 Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan


sukrosa) dan monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan
galaktosa). Pada anak serta bayi yang paling berbahaya adalah
intoleransi laktosa.
 Protein.
13

 Lemak.
 Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.
 Faktor psikologis

2.1.3 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadinya
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati asam lambung, mikroorganisme tersebut 11 berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat dari toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal menurut Wijayaningsih (2013)
sebagi berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pemasukan (output), merupakan penyebab terjadi kematian pada
diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja/feses. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun didalam tubuh, terjadinya penimbunan
asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metoabolisme yang bersifat
asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau
anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam
cairan intraseluler.
14

3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa
darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50 persen pada anak-anak.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Menurut Lia dewi (2014), berikut ini adalah tanda dan gejala anak yang
mengalami diare:

a) Cengeng, rewel.
b) Suhu meningkat.
c) Gelisah.
d) Nafsu makan menurun.
e) Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya. Kelamaan,
feses ini akan berwarna hijau dan asam.
f) Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan
tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan
kesadaran, dan diakhiri dengan syok.
g) Anus lecet.
h) Berat badan menurun.
i) Turgon kulit menurun.
j) Mata dan ubun-ubun cekung.
k) Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering.

2.2.5 Penanganan

Upaya pencegahan diare dapal dilakukan dengan cara :

1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare. Kumankuman patogen


penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-orai. Pemutusan penyebaran kuman
15

penyebab diare perlu difokuskan pada acara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare
yang terbukti efektif meliputi :

a) Pemberian ASI yang benar


b) Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c) Penggunaan air bersih yang cukup
d) Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar
dan sebelum makan
e) Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga f.
Membuang tinja bayi yang benar

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host) Cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain :

a) Memberi ASI paling tidak sampai dua tahun


b) Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
c) Imunisasi campak

Penanganan utama pada anak diare adalah memastikan kecukupan asupan cairan anak
untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan gangguan elektrolit. Cairan yang paling ideal adalah
cairan rehidrasi oral (CRO) atau oralit yang mengandung air, gula dan
elektrolit. Berikan cairan tersebut sebanyak 10 ml/kg BB setiap kali diare. Pemberian
dilakukan secara perlahan selama 30-60 menit. Jika bayi masih mendapatkan ASI, ASI
diteruskan dengan frekuensi yang lebih sering. Anak yang sudah makan, diberikan makanan
seperti biasa dengan tetap memperhatikan sanitasi dan kebersihan penyajian makanan.

Orangtua perlu mengetahui tanda bahaya diare pada anak, yaitu dehidrasi. Anak dikatakan
dehidrasi ringan-sedang jika anak tampak lebih lemas daripada biasanya, mata kelihatan
lebih cowong, kulit terlihat kering dan frekuensi buang air kecil (BAK) lebih jarang dan air
seni tampak lebih kuning pekat. Pada dehidrasi ringan-sedang anak masih mau diberikan
minum dan tampak kehausan.

Apabila anak sudah tidak mau minum sama sekali, maka harus curiga bahwa anak sudah
jatuh ke dehidrasi berat. Tanda lain dehidrasi berat adalah sangat lemas hingga penurunan
kesadaran, kejang, sesak napas, mata sangat cowong, bibir dan lidah sangat kering, elastisitas
16

kulit sudah sangat berkurang dan tidak buang air kecil sama sekali. Segera bawa anak ke
dokter jika didapatkan tanda bahaya tersebut. Antibiotik tidak rutin diberikan pada anak
diare karena penyebab tersering adalah infeksi virus yang sifatnya akan sembuh sendiri.
Pemberian antibiotik harus berdasarkan pertimbangan dokter dari pemeriksaan yang
dilakukan pada anak. Obat stop diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang mengalami
diare. Tablet zinc perlu diberikan pada anak diare karena akan menurunkan tingkat keparahan
diare, mempercepat penyembuhan dan mengurangi risiko berulangnya diare pada masa yang
akan datang. Pada anak berusia kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg, dan jika anak lebih dari
6 bulan 20 mg selama 10 hari.

  Oleh karena penyebab tersering diare adalah infeksi, maka kondisi yang dapat memicu
terjadinya diare adalah higienitas dan sanitasi yang buruk. Menjaga kebersihan lingkungan,
kebersihan diri, sanitasi makanan dan penyediaan air bersih merupakan cara untuk mencegah
terjadinya diare. Pastikan anak memakan makanan yang dibersihkan dengan air bersih,
dimasak dengan benar-benar matang dan disajikan dengan alat makan yang bersih. Selain itu,
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga 2 tahun bersama MPASI dapat
meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Memberikan vaksin rotavirus juga dapat mengurangi
risiko terjadinya diare berat pada bayi dan anak.

Apabila diare berlanjut dan tidak mengalami perbaikan atau terdapat tanda bahaya pada
anak, segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanju

2.2 Konsep Balita

2.2.1 Pengertian

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan
perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan
kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta
mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan.
Konsumsi makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status gizi
anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, 2017).
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Menurut Sediaotomo
17

(2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra
sekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan lain
masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan pasa masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan
pernah terulang kembali, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan balita merupakan
usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Proses
pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda-beda, bisa cepat maupun
lambat tergantung dari beberapa faktor, yaitu nutrisi, lingkungan dan sosial ekonomi
keluarga.

2.2.2 Karakteristik Balita

Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di bawah satu
tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang yang dikenal dengan
batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia
pra sekolah (Proverawati & Wati, 2010).
Menurut karakterisik, balita terbagi dalam dua kategori, yaitu anak usia 1- 3 tahun
(batita) dan anak usia pra sekolah. Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif,
artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan oleh ibunya (Sodiaotomo,
2010).
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra sekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya
dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena perut balita masih kecil sehingga
tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali makan (Proverawati & Wati,
2010).
Sedangkan pada usia pra sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes
18

sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap ajakan. Pada masa ini berat badan
anak cenderung mengalami penurunan, ini terjadi akibat dari aktifitas yang mulai
banyak maupun penolakan terhadap makanan.

2.2.3 Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita di antaranya adalah energi
dan protein. Kebutuhan energi sehari untuk tahun pertama kurang lebih 100-200
kkal/kg berat badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat,
lemak dan protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang
diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan
protein dalam serum serta mengganti sel-sel yang telah rusak dan memelihara
keseimbangan cairan tubuh.
Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi yang mempunyai tiga
fungsi, yaitu sebagai sumber lemak esensial, zat pelarut vitamin A, D, E dan K serta
memberikan rasa sedap dalam makanan. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan
adalah sebanyak 60-70% dari total energi yang diperoleh dari beras, jagung, singkong
dan serat makanan. Vitamin dan mineral pada masa balita sangat diperlukan untuk
mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan (Dewi, 2013).

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Faktor yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi status gizi adalah
asupan makanan dan penyakit infeksi. Beberapa faktor yang melatarbelakangi kedua
faktor tersebut, misalnya faktor ekonomi dan keluarga (Soekirman, 2012).
1. Ketersediaan dan Konsumsi Pangan
Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan
cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk
menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan
lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat
keadaan gizi. Penyebab masalah gizi yang pokok di tempat paling sedikit dua
pertiga dunia adalah kurang cukupnya pangan untuk pertumbuhan normal,
kesehatan dan kegiatan normal. Kurang cukupnya pangan berkaitan dengan
ketersediaan pangan dalam keluarga. Tidak tersedianya pangan dalam keluarga
19

yang terjadi terus menerus akan menyebabkan terjadinya penyakit kurang gizi.
Gizi kurang merupakan keadaan yang tidak sehat karena tidak cukup makan
dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi baik
secara kualitas maupun kuantitas dapat menurunkan status gizi. Apabila status gizi
tidak cukup maka daya tahan tubuh seseorang akan melemah dan mudah terserang
infeksi.

2. Infeksi
Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan
mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke
dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan
kehilangan zat gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak dapat
mengakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang. Terkadang orang tua
juga melakukan pembatasan makan akibat infeksi yang diderita sehingga
menyebabkan asupan zat gizi sangat kurang sekali bahkan bila berlanjut lama
dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
3. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang
merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan.
Status gizi yang baik penting bagi kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu
menyusui dan anaknya. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting
dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat
mencapai keadaan gizi yang seimbang.
4. Higiene Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak lebih mudah
terserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat mempengaruhi status gizi. Sanitasi
lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban,
jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga. Semakin
tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, maka semakin kecil risiko anak
terkena penyakit kurang gizi (Soekirman, 2012).
20

3.3 Konsep Pengetahuan

3.3.1 Pengertian

Pengetahuan menurut Notoatmodjo adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan merupakan hal yang sangat utuh terbentuknya
tindakan seeorang (over behavior). Karena dalam penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

3.3.2 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :

1. Cara Coba-Salah (Trial dan Eror)


Cara coba-coba ini di lakukan dengan menggunakan bebrapa
kemungkinandalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak
berhasil, di coba kemungkinan yang lain. Apabila kedua kemungkinan ini gagal
pula, maka di coba dengan kemungkinan ketiga, dan apa bila kemungkinan ketiga
gagal di coba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut
dapat di pecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode Trial (coba) dan
error (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba).
2. Secara kebetulan
Penemuan kebenarn secara kebetulan terjadi karena tidak di sengaja oleh orang
yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim erease oleh summer
pada tahun 1926. ada suatu hari Summer sedang bekerja dengan ekstraks ecetone,
dan karena terburu-buru ingin bermin tennis, maka ekstraks ecetone tersebut di
simpan di dalam kulkas. Keesokan harinya ketika ingin meneruskan percobaannya,
ternyata ekstraks ecetone yang di simpan di dalam kulkas tersebut timbul kristal-
kristal yang kemudian di sebut enzim urese.
3. Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebisaan dan tradisi-
tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan
21

tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya di wariskan turun


temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan kata lain pengetahuan
tersebut di peroleh berdasarkan pada pemegang otoritas yakni orang yang
mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama, ahli ilmu pengetahuan atau ilmuan. Prinsip ini adalah, orang lain
menerima pendapat yang di kemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,
tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan
fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini di sebabkan karena
orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang di
kemukakannya adalah sudah benar.

4. Berdasarkan pengalaman pribadi


Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan. Atau
pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
5. Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat tau common sense kadang-kadang dapat menemuka teori atau
kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, pada orang tua zaman
dahulu agar anaknya dapat menuruti nasihat orang tuanaya, atau agar anak disiplin
menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya di jewer di
telinganya atau di cubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang
berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan
metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian
hadiah dan hukuman (reward and punishmen) merupakan cara yang masih di anut
oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukandari Tuhan
melalui para nabi. Kebenaran ini harus diterima dan di yakini oleh pengikut-
pengikut agama yang bersangkutan. Terlepas apakah dari kebenaran itu rasional
atau tidak. Sebab kebenaran ini di terima oleh para Nabi adalah wahyu dan bukan
karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
7. Kebenaran secara intuitif
22

Kebenaran secara intituitif di peroleh manusia secara cepat sekali melalui


proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.
Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar di percaya karena kebenaran ini
tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis kebenaran ini
diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
8. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir umat
manusia pun ikut berkembang. Dari sini telah mampu menggunakan penalaran
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirnya baik melalui
induksi atau deduksi.

9. Induksi
Sebagaimana telah disebut sebelumnya, bahwa induksi adalah proses penarikan
kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang
bersifat umum.
10. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum
kekhususan.

3.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

(Mubarak, 2011) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan antara lain:
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
agar dapat memahami suatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi. Hal
tersebut membuat pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka
akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan
informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
23

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman


dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek
fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri
dari empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,
hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi
karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf
berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menajdikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal,
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan
pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut
menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang
sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang.
Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam
kehidupannya.
f. Kebudayaan Lingkungan Sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam
suatu wilayah mepunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
g. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh sesuatu informasi dapat membantun
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
24

3.3.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang


menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden yang ingin
dilakukan atau di ukur dapat disesuaikan engan tingkat pengetahuan.
Hasil pengukuran tingkat pengetahuan dengan menggunakan angket atau
koesioner pada umumnya berupa presentase yang menggambarkan tingkat
pengetahuan baik, cukup ataupun pengetahuan kurang.

4.4 Konsep Tindakan

4.4.1 Pengertian Tindakan

Tindakan (practice) merupakan salah satu dominan operasiaonal dari perilaku


kesehatan. Tindakan merupakan overt behavior atau suatu respon nyata seseorang
terhadap adanya stimulus. Tindakan juga merupakan suatu perbuatan subjek terhadap
objek. Dapat dikatakan tindakan karena merupakan tindak lanjut dari sikap. Menurut
Notoatmodjo (2014) sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor perdukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana. Seteleh
seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapatan terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan
ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya
(dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan.

4.4.2 Tingkatan Tindakan Yaitu :

Persepsi (Perception) merupakan mengenal dan memilih berbagai objek


sehubungan dengan tindakan yang akan dialami
1. Praktik terpimpin (guided respons) , yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu
tapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan
2. Praktik secara mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang telah dapat
melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis.
25

3. Adaptasi (adoption), yaitu sesuatu tindakan yang sudah berkembang. Artinya apa
yang dlakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan
modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Untuk mengukur perilaku dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan melihat tindakan atau kegiatan
responden, secara tidak langsung yaitu dengan melakukan wawancara terhadap kegiatan-
kegiatan yang telah dilkukan responden dimasa lampau.

4.4.3 Tindakan Kesehatan

a. Tindakan sehubungan dengan penyakit (mencakup pencegahan maupun


penyembuhan penyakit)
b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c. Tindakan kesehatan lingkungan
Tindakan merupakan suatu respon terbuka yang mudah diamati atau dilihat orang
lain bila dibandingkan dengan sikap yang merupakan suatu respon yang tertutup,
sehingga sulit diamati secara jelas. Salah satu hal yang mempengaruhi terbentuknya
suatu praktik atau tindakan diperlukan adanya faktor dukungan (support).
26

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep

Pengetahuan Ibu

 Baik
Pendidikan  Cukup
Kesehatan
 Kurang
Tindakan Ibu

Keterangan :

: Diteliti
27

: Tidak diteliti

: Garis yang mempengaruhi


28

3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Parameter Alat Skala Ukur Hasil


operasional Ukur Ukur
1. Variabel Suatu Ibu balita dapat kuesioner ordinal Dikatakan
pengetahuan
independen pemahaman ibu mengetahui tentang
pengetahuan balita tentang penanganan 1. Baik jika
responden
ibu balita penanganan penyakit diare. menjawab 8-
tentang diare. diare 1. Definisi 10
pertanyaan
diare dengan benar
2. Penyebab (80-100%)
Diare 2. Cukup jika
3. tanda dan responden
mampu
gejala diare menjawab 5-
4. Penangana 7 pertanyaan
dengan benar
n Diare (50-70%)

3. Kurang jika
responden
mampu
menjawab
<5
pertanyaan
dengan benar
(<50%)

(Arikunto, 2006)
2. Variabel Segala upaya Tindakan ibu balita kuesioner Ordinal
Independen atau tindakan
tentang penanganan 1. Baik jika
tentang yang dilakukan
penangana ibu ibu balita diare. responden
balita terhadap terhadap menjawab 8-
1. Pemberian 10
penanganan penanganan
diare . diare. asi pertanyaan
dengan benar
2. Pemberian (80-100%)
pendampin
2. Cukup jika
g asi responden
3. Mengguna mampu
menjawab 5-
kan air 7 pertanyaan
bersih yang dengan benar
(50-70%)
cukup
3. Kurang jika
4. Mencuci
29

Tangan responden
mampu
Sebelum
menjawab
Makan <5
pertanyaan
5. Mengguna
dengan benar
kan Jamban (<50%)
6. Membuang (Arikunto, 2006)
tinja yang
benar.

\
30

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan Metode Penelitian kuantitatif. Penelitian


kuantitatif adalah teknik yang di gunakan untuk mengelola data yang berbentuk angka
atau data kualitatif yang di angkat (sugiono,2010). Pada penelitian ini menggambarkan
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan tindakan ibu balita tentang
penanganan diare di kelurahan kawangu wilayah kerja puskesmas kawangu, kabupaten
sumba timur.
4.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Kuantitatif yaitu untuk


meneliti bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan tindakan
ibu balita tentang penanganan diare di kelurahan kawangu kabupaten sumba timur.

4.3 Populasi

1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan suatu variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti. Populasi menurut Notoatmodjo (2012) adalah keseluruhan objek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa kilimbatu, kelurahan
kawangu. ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita di kelurahan
kawangu desa kilimbatu.

2. Sampel

Menurut suharsimi Arikunto(2006) sampel merupakan sebagian atau wakil populasi


yang diteliti. Winarno surakhmad (1998) mengemukakan bahwa, sampel yang
jumlahnya sebesar populasi yang dijadikan objek penelitian disebut sampel total.
Metode sampel yang diambil dari penelitian ini adalah sampel jenuh. Sampel jenuh
yaitu semua anggota populasi di jadikan sampel. Jadi jumlah sampelnya 30 responden
di Desa Kilimbatu Kabupaten Sumba Timur.

N
n¿ 2
N + N (d )
31

500
= 2
1+ 500(0,05)

500
=
1+ 500(0,0025)

500
=
1+ 0,625

= 396

4.4 Lokasi dan waktu penelitian


a. Tempat penelitian
Dilakukan diwilayah desa kilimbatu kelurahan kawangu, kecamatan pandawai
Kabupaten Sumba Timur
b. Waktu penelitian
penelitian dilaksanakan pada bulan februari 2023

4.5 Variabel penelitian


a) variabel independent (variabel bebas.)
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel tergantung. pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan dan tindakan ibu balita tentang penanganan diare
yaitu variabel yang nilainya di tentukan oleh variabel terkait. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan.

b) Variabel Dependen (variabel Terikat )


Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
respon yang muncul sebagai akibat dari variabel-variabel lain ( Nursalam 2008 )
Variabel dependen dari penelitian ini adalah pengetahuan dan tindakan
32

4.6 Kriteria Inklusi dan Eklusi

1. Inklusi
- Seluruh masyarakat yang berdomisili di Desa Kilimbatu
- Bersedia menjadi responden dalam penelitian
- Bersedia mengisi kuisioner

2. Eklusi

- Responden yang tidak mengisi kuisioner hingga selesai.


- Responden yang tidak mengembalikan kuisioner.

4.7 Instrumen Penelitian

Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar
kuisioner yang di buat peneliti untuk ibu balita di kelurahan kawangu dengan 20 butir
pertanyaan, yang masing-masing terdiri dari 10 pertanyaan untuk pengetahuan dan 10
pertanyaan untuk tindakan.

4.8 Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan Data Dan Analisa Data

1. Teknik Pengumpulan Data


Data dikumpulkan oleh peneliti berupa data dari hasil wawancara, observasi,
dokumentasi yang dicatat dan catatan lapangan yang terdiri dari 2 aspek yaitu
deskripsi dan refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alamiyang berisi tentang
apa yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan, dan alami sendiri oleh peneliti.
Pengamatan juga mencakup data-data lainnya baik itu data verbal maupun nonverbal
dari peneliti ini.

a. Data primer
Data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama peneliti yang
dilakukan dengan wawancara.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber kedua yaitu data awal dari Dinas
Kesehatan Waingapu, Puskesmas Waingapu, Wikipedia, Scribd, referensi dari
buku ataupun jurnal yang berkaitan dengan Diare
1. Reduksi Data
33

Reduksi data merupakan proses pemilihan/penyederhanaan data-data


yang di peroleh baik itu dari hasil wawancara, observasi, maupun
dokumentasi yang didasarkan atas fokus permasalahan. Setelah melalui
proses pemilihan data, maka akan ada data yang penting dan data yang
tidak digunakan. Maka kemudian data diolah dan disajikan dengan
bahasa maupun tulisan yang lebih ilmiah dan lebih bermakna.
2. Teknik pengolahan data
Data sebagai berikut setelah data ini di kumpulkan selanjutnya dilakukan
pengolahan:

a. Editing
Editing digunakan untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah
terisi lengkap atau belum.
b. Coding
Coding digunakan untuk mengklasifikasikan jawaban dari
responden dengan memberikan kode pada masing-masing jawaban
menurut item dalam beberapa tema yang ditemukan sesuai dengan
hasil wawancara.

3. Analisis data

Setelah data didapatkan dari perhitungan tersebut diatas pengetahuan


dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Baik bila menjawab benar 8-10 pentanyaan dengan presentasi 80%-100%


2. Cukup bila menjawab benar 5-7 pertanyaan dengan presentase 50%-70%
3. Kurang bila menjawab benar 1-4 pertanyaan dengan presentase >50

Selanjutnya Tindakan dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Baik bila menjawab benar 8-10 pentanyaan dengan presentasi 80%-100%


2. Cukup bila menjawab benar 5-7 pertanyaan dengan presentase 50%-70%
3. Kurang bila menjawab benar 1-4 pertanyaan dengan presentase >50%
34

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk table dan narasi sehingga


menggambarkan Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan
tindakan ibu balita tentang penanganan diare.

4.9 Etika penelitian

Setelah mendapat persetujuan atau izin dari ketua program studi keperawatan waingapu
peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pada masalah etika penelitian meliputi:

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informant conset)

Lembar persetujuan diberikan kepda subjek yang akan diteliti, peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian yang dilaksanakan serta dampak yang mungkin terjadi
selama dan sesudah pengumpulan data keluarga pasien yang bersedia diteliti harus
menandatangani lembar persetujuan yang disediakan. Jika keluarga pasien menolak atau
tidak bersedia maka peneliti tidak memaksanya dan tetap menghormati hak-hak mereka.

2. Anominity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden pada format pengumpulan data (kuisoner), cukup dengan memberi nomor kode
pada masing-masing lembar tersebut.

3. Konfidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan responden di jamin oleh peneliti


35

JADWAL PENELITIAN

N Kegiatan Jan Feb Ma Apr Mei Jun


o r
1 Persiapan proposal  
2 Seminar proposal 
3 Perbaikan proposal 
4 Pengumpulan data 
5 Penyusunan laporan  
6 Ujian KTI  
7 Pengumpulan KTI 
36

LEMBAR KUESIONER
STUDI DESKRIPTIF PENGETAHUANI IBU BALITA TENTANG PENCEGAHAN
PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KAMBANIRU KECAMATAN KAMBERA KABUPATEN SUMBA TIMUR
TAHUN 2023

I. DATA UMUM
IDESNTITAS RESPONDEN
1. Responden..................................................................(Diisi peneliti)
2. Umur : ...................................................................
3. Jenis Kelamin : ...................................................................
4. Pendidikan : ...................................................................
5. Pekerjaan : ...................................................................
II. DATA KHUSUS

Petunjuk pengisian: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat


dan benar. Berilah tanda (√)pada jawaban yang dianggap benar.

1. Apakah Anda pernah mendengar tentang penyakit diare ?

a. Pernah

b. Tidak Pernah

2. Jika pernah apakah anda tahu apa yang dimaksud dengan penyakit diare ?

a. Muntah

b. Mencret

c. Muntah dan Mencret

d. Tidak Tahu
37

3. Apakah akibat yang akan ditimbulkan oleh diare ?

a. Dehidrasi

b. Lemas

c. Kematian

d. a,b,c semua benar

4. Apa saja yang dapat menyebabkan diare ?

a. Kuman Penyakit

b. Tidak cuci tangan sebelum makan

c. Makanan dan air yang kotor

5. Menurut anda, diare menular melalui apa saja ?

a. Air

b. Makan dan minuman

c. udara

6. Mneurut anda berapa kali buang air besar dalam sehari hingga disebut sebagai

pebderita diare ?

a. 1-3

b. Lebih dari 3 kali

c. Tidak tahu

7. Bagaimana cara mencegah diare ?

a. Selalu menjaga kebersihan

b. Memasak air minum hingga mendidih

c. Mencuci tangan setelah buang air besar dan buang air kecil

d. a,b,c benar semua


38

8. Apa yang pertama kali harus diberikan kepada penderita diare ?

a. Obat anti diare

b. Larutan air, gila-garam

9. Manakah kebiasaan yang dapat mengurangi terjadinya diare pada anak ?

a. Mencuci tangan setelah buang air besar dan buang air kecil

b. Tidak menggunakan botol susu yang kurang bersih

c. a,b benar semua

10. Diare merupakan penyakit pada sistem ?

a. Penapasan

b. Pencernaan
39

No Pernyataan Ya Tidak
1. Saya dan anak saya selalu mencuci tangan di air yang mengalir
dengan sabun sebelum dan sesudah makan .
2. Apakah air minum yang di minum selalu dimasak sampai
mendidih
3. saya selalu menggunakan air bersih untuk memasak .
4. Saya dan anak saya selalu menggunakan jamban jika BAK
(buang air kecil ) dan BAB (buang air besar ).
5. Setelah anak buang air besar dan membuang tinja bayi saya
segera mencuci tangan .
6. Saya selalu menganjurkan anak saya untuk selalu mencuci
tangan yang benar dengan 6 langkah .

7. Saya selalu memberikan larutan air,gula, garam pada saat anak


terkena diare.
8. Saya selalumemberikan air minum lebih banyak kepada anak
sebelum terkena diare.
9. Setalah masak saya selalu menutup makanan.
10. Saya selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan

Anda mungkin juga menyukai