Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PARTUS PREMATURIS IMMUNENS (PPI)

DI RSUD GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI

Oleh :

APRILIANI BISROHUL KAMILA

2017.02.054

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PARTUS PREMATURIS IMMUNENS (PPI)

DI RSUD GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Ners Stikes Banyuwangi

Oleh :

APRILIANI BISROHUL KAMILA

2017.02.054

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2020
LAPORAN PENDAHULUAN PARTUS PREMATURIS IMMUNENS (PPI)

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran
dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid
terakhir.  
Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur adalah
persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37
minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah
kelahiran setelah 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu dari  hari pertama
menstruasi terakhir (Benson, 2012).
Menurut Rukiyah (2010), partus preterm adalah persalinan pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram.
2. Etiologi
Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :
a) Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD,
pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion
b) Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks,
pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus

Namun menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat


menyebabkan partus prematurus yaitu :
a) Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi
konisasi, dan iritabilitas uterus.
b) Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10
batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada
trimester I lebih dari 2 kali.

3. Manifestasi Klinis
Partus prematurus iminen ditandai dengan :
a) Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
b) Rasa berat dipanggul
c) Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
d) Keluarnya cairan pervaginam
e) Nyeri punggung

Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis.
Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi
tanda klinik sebagai berikut :
a) Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
b) Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm,
perlunakan sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.

4. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama
kehamilan atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau
membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses
persalinan secara dini. Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan
perdarahan (Norwintz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran
darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas
yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada
janin, menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah
imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjadilah maturitas paru
yang menyebabkan resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi
pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang
kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga
kesehatan saat kehamilan.

5. Pathway

Faktor ibu Faktor mayor


Faktor janin & Faktor monor
plasenta

Kehamilan < 37 minggu

Partus maturus Imminens

Rangsangan pada uterus Krisis situasional

Kontraksi Uterus Mk: Ansietas

Prostaglandin Mk: Kurang


pengetahuan

Dilatasi Serviks

Mk: Nyeri Akut

Kehilangan energi Mk: Intoleransi


berlebihan Aktivitas
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500
gram)
2. Tes nitrazin : menentukan KPD
3. Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan
adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S)
mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi
amniotic
4. Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus/status janin.

7. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi dan tirah baring
Untuk mempertahankan keadaan umum ibu dan mengurangi frekuensi
kontraksi yang bisa timbul karena aktifitas pasien.
2. Terapi Kortikosteroid
Terapi kortikosteroid diberikan bila usia kehamilan <35 minggu.
Diberikan untuk mempercepat pematangan paru janin
- Betamethasone 12 mg 1 M tiap 24 jam selama 48 jam
- Dexamethasone 6 mg 1 M tiap 12 jam selama 48 jam
Efek optimal terjadi setelah 24 jam pemberian terakhir mencapai
puncak dalam 48 jam dan bertahan sampai 7 hari.
Pemberian ulang kortikosteroid tidak berguna, bahkan dapat mengganggu
perkembangan motorik dan psikomotorik janin.
3. Tokolitik
Berikan tokolitik bila : kehamilan <35 minggu, dilatasi serviks <3cm, tidak ada
amnionitis, pre-eklampsia, atau perdarahan aktif, tidak ada gawat janin.
a) Betamimetik (ritrodine, terbutaline)
b) Magnesium Sulfat
Pemberian harus diawasi dengan ketat melalui pemeriksaan reflek patela,
frekuensi pernapasan, produksi urine.
Harus tersedia antidotium kalsium glukonat 10 ml dalam larutan 10%.
c) Indomethacine
Pemberian dapat peroral atau perektal. Dosis 50 – 100 mg diikuti dengan
pemberian selama 24 jam yang tidak melebihi 200 mg. Pemberian
Indomethacine selama 7 hari atau lebih pada kehamilan < 33 minggu tidak
meningkatkan resiko medis pada neonatus (A.B S yaifuddin, 2002).
d) Calcium Charel Bloker
Aktifitas miometrium bereaksi langsung dengan kalsium bebas dalam
sitoplasma dan penurunan kadar kalsium menyebabkan terhambatnya
konstraksi uterus.
e) Nifedipine
Nifedipine adalah tokolitik yang lebih aman dan efektif disbanding
betamimetik. Pemberian Nifedipine jaringan digunakan bersama dengan
MgSO4 karena akan memperkuat efek blokade neuromuskuler yang dapat
mengganggu fungsi jantung dan paru. Dosis Nifedipine 20 mg peroral
setipa 6 jam sampai konstraksi uterus menghilang.

A. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnesa
- Biodata klien.
b. Keluhan utama: ibu mengeluh perutnya terasa kenceng dan keluar darah atau
lender dari kemaluan dengan usia kehamilan 20-34 minggu.
c. Riwayat Kehamilan Ini
TM I : Pusing, mual muntah berlebihan, kurang darah, anemia meningkatkan
faktor resiko terjadinya partus prematurus iminen.
TM II : Keluhan perdarahan pada UK 20 minggu< merupakan salah satu faktor
terjadinya partus prematurus
TM III : Keluhan pengeluaran darah/lendir/air ketuban merupakan penyebab
persalinan preterm. Dapat disertai kenceng-kenceng yang semakin sering.
d. Riwayat Kesehatan
Pernah / sedang menderita penyakit diabetes, hipertensi, penyakit jantung atau
paru, penyakit infeksi kelamin (oleh trichomonas, streptococcus, gonococcus).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya infeksi menular dalam keluarga dapat menyebabkan persalinan
preterm apabila ibu hamil tertular infeksi. Seperti TBC, pneumonia, dll.
Fokus pengkajian keperawatan yaitu :
1. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK),
penyakit sebelumnya.
2. Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
3. Makanan/cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
4. Nyeri/Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit
selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
5. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi
vagina)
6. Seksualitas : Tulang servikal dilatasi, Perdarahan mungkin terlihat, Membran
mungkin ruptur (KPD), Perdarahan trimester ketiga, Riwayat aborsi,
persalinan prematur, riwayat biopsi konus, Uterus mungkin distensi
berlebihan, karena hidramnion, makrosomia atau getasi multiple.
a. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : -
 Tanda – tanda vital : TD , RR, N, T
 Head to toe:
- Kepala : hygiene rambut, keadaan rambut
- Mata : sclera: ikterik/tidak, konjungtiva: anemis/tidak, mata:
simetris/tidak
- Leher : pembengkakan kelenjar tiroid, tekanan vena jugularis
- Dada : pernafasan: jenis pernafasan, bunyi nafas, penarikan sela iga.
- Abdomen : nyeri tekan pada abdomen, teraba massa/ tidak pada
abdomen
- Ekstremitas : nyeri /tidak pada ekstremitas atas ataupun bawah, tidak
ada kelemahan
- Eliminasi / urinasi: ada/tidak konstipasi/ BAB dan susah BAK
b. Pemeriksaan per sistem
1. Status nutrisi dan penggunaan kimia :
Mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan, Mengukur lipat kulit trisep,
Mengukur lingkar lengan atas, Mengkaji kadar protein darah dan
keseimbangan kadar elektrolit dalam darah, Pengobatan lokal dan alkohol
2. Status pernafasan
Latihan napas dan penggunaan spinometri intensif, Pemeriksaan fungsi paru
dan AGD, riwayat sesak napas.
3. Status kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskuler, Kebiasaan merubah posisi secara mendadak,
Riwayat imobilisasi berkepanjangan, Hipotensi dan hipoksia, Kelebihan
cairan atau darah, Riwayat perdarahan
4. Fungsi imunologi
Kaji adanya alergi, Riwayat transfuse darah, Riwayat asthma bronchial,
Riwayat transplantasi ginjal.
5. Perkembangan gerontologi
Penyakit kronis, Ketakutan lansia, Fungsi jantung, ginjal, Aktivitas GI,
Dehidrasi, konstipasi, malnutrisi, Penurunan penglihatan dan sensasi,
Penyakit pribadi, Keadaan mulut
c. Pemeriksaan diagnostic
- Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai
2500 gram)
- Tes nitrazin : menentukan KPD
- Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu
menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap
sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru
janin, atau infeksi amniotik.
- Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status janin.

2. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut
2. Intoleransi aktivitas
3. Ansietas

3. Intervensi keperawatan

a. Nyeri Akut berhubungan obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi,


prosedur pembedahan (D.0077)
Tujuan : untuk mengetahui tingkat nyeri
Kriteria Hasil : tingkat nyeri 1 yaitu menurun (L.08066)
Intervensi :
1) Manajemen nyeri (I.08238)
a) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan
b) Terapeutik
- Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, tehik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan sumber dan jenis nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
c) Edukasi
- Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
2) Pemantauan Nyeri (I.08242)
a) Observasi
- Identifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri
- Monitor kualitas nyeri (mis. Terasa tajam, tumpul, diremas –
remas, di timpa beban berat).
- Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
- Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala
- Monitor durasi dan frekuensi nyeri
b) Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
c) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan jika perlu

b. Intoleransi aktifitas (D.0056)


Toleransi aktifitas (L.05047)
Tujuan : intoleransi aktifitas menurun
Kriteria Hasil :
- Frekuensi nadinmeningkat
- Saturasi oksigen meningkat
- Kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari hari meningkat
- Keluhan lelah menurun

Intervensi
1) Managemen energ (I.05178)
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk
mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses
pemulihan
Tindakan.
a) Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
b) Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
- Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitas duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan.
c) Edukasi
- Anurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
d) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
c.

Anda mungkin juga menyukai