DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
RINA NATALIA NIM : 2215142013590
SRI HERDINA NIM : 2215142013588
HERNA PRAMUDIAN NIM : 2215142013594
FITRI YENI EKA PUTRI NIM: 2215142013591
DOSEN PEMBIMBING :
NS.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan “Makalah Asuhan Keperawatan Dengan Kolostomy”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah maternitas di Universitas Mohammad Natsir. Dalam penulisan makalah ini
penulis merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah singkat ini.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini, dan juga
menjadi faktor koreksi bagi penulis guna menyusun makalah yang akan datang. Akhir
kata penulis ucapkan syukur dan terima kasih, semoga bermanfaat. Amin.
20 Oktober 2023
Kelompok 2 progsus
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor
(Harahap, 2006). Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah
pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991). Kolostomi adalah
suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit
pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa colostomi merupakan suatu membuatan
lubang di dinding perut dengan tujuan untuk mengeluarkan faces dapat bersifat sementara
ataupun permanen.
Kolostomi merupakan Suatu tindakan membuat lubang pada kolon tranversum kanan maupun
kiri Atau kolonutaneustomi yang disebut juga anus prenaturalis yang dibuat sementara atau
menetap. Kolostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat,
sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Kolostomy pada bayi dan
anak biasanya bersifat sementara. Kolostomi dapat menimbulkan komplikasi dan perubahan
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses
sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup
kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui
abdomen yang disebut kolostomi double barrel. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan
abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post
kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien
dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya
bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang
dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan
segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses. Perawat harus
segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses atau jika
kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus
mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari
terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien. Kulit sekitar stoma yang
mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien
alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu
dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.
2. Kolostomi Permanen
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau
pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus.
Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).
Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup.
2) Double barreled
Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang direksesi dikeluarkan melalui
dinding abdominal mengakibatkan dua stoma.Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan
Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan
glass rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat
B. Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang dikenal sebagai sindrom
poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi resiko kanker kolon
(dragovich, 2009).
Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi dinding sebelah
dalam usus besar. seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini memperbesar dan akhirnya
mengembangkan polip dikolon, yang pada akhirnya menyebabkan kanker usus besar. kanker
biasanya terjadi sebelum usia 40 tahun. sindrom adenomatosa poliposis cenderung berjalan
dalam keluarga. faktor lain yang beresiko tinggi mengembangkan kanker kolon, meliputi hal-
hal berikut :
2. kanker payudara, kanker rahim atau ovarium sekarang atau di masa lalu.
4. merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi untuk kanker usus besar.
C. Patofisiologi
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon,kolitis
ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi
yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden, tranversum dan sigmoid ). Lubang
tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen.Kolostomi asenden dan transversum
bersifat sementara, sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Obstipasi/diare
4. Perut kembung
3. Komplikasi
a. Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit
1) Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat loop ilium.
3) Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak
sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen tipis
dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan tipis.
b. Iritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung enzim
pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar,
c. Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid biasanya
normal.
d. Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase normal
feses.
e. Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar melalui
celah.
f. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses
yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan
irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini
g. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi
pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan
dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena
adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit. Stenosis
j. Perdarahan stoma
k. Hernia Paracolostomy
l. Pendarahan Stoma
m. lnfeksi luka operasi
Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta perawatan
4. Klasifikasi Kolostomi
1) Loop Colostomy
Biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya kolostomi tersebut akan
ditutup. Jenis kolostomi ini biasanya mempunyai stoma yang berukuran besar, dibentuk di
2) End Colostomy
Terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran
GI dapat dibuang atau dijahit tertutup (disebut Kantong Hartman) dan dibiarkan didalam
rongga abdomen, end colostomy merupakan hasil terapi bedah pada kanker kolorektal.
3) Double-Barrel Colostomy
Terdiri dari dua stoma yang berbeda yaitu stoma proksimal yang berfungsi dan stoma distal
1. Kolostomi sementara dibuat misalnya pada penderita gawat perut dengan peritoritis yang
2. Meningkatkan kenyamanan.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
1. Pengkajian
a. Keadaan stoma :
4) Posisi stoma.
3) Kualitas nyeri.
Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri, gambaran diri, & peran.
2) Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat.
F. Diagnosa Keperawatan
4) Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat tindakan colostomy
6) Nutrisi kuarang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
G. Analisa Data
DO :
a) Klien nampak lemah
b) Klien nampak gelisah
c) Klien nampak meringis
d) Klien nampak memegang
daerah yang nyeri e.
Tanda-tanda vital :
e) TD : 120/80 mmhg
S : 35,6 oC N : 88 x/m
P : 22 x/m
H. Intervensi Keperawatan
I Implementasi Keperawatan
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut berhubungan 1. Mengidentifikasi S:
dengan agen pencedera lokasi, karakteristik, 1. Klien mengatakan nyeri
fisiologis durasi, frekuensi, pada daerah perut
kualitas, intensitas nyeri 2. Klien mengatakan nyeri
Hasil : saat bergerak
a. Klien mengatakan 3. Klien mengatakan nyeri
nyeri pada daerah perut yang dirasakan seperti
b. Klien mengatakan tertusuk-tusuk
nyeri saat bergerak 4.Klien mengatakan
c. Klien mengatakan mengatakan nyerinya
nyeri yang dirasakan terusmenerus
seperti tertusuk-tusuk 5.Klien mengatakan skala
d. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan 7
mengatakan nyerinya
terus-menerus O:
e. Klien mengatakan 1. Klien nampak
skala nyeri yang memegang daerah yang
dirasakan 7 nyeri
f. Klien nampak 2. Skala nyeri 7
memegang daerah yang 3. Klien nampak gelisah
nyeri 4. Klien nampak meringis
g. Skala nyeri 7 5. TTV : TD : 120/60
2. Mengidentifikasi mmHg
respon nyeri non verbal
Hasil : Nadi : 88 x/menit RR : 22
a. Klien nampak gelisah x/menit S: 36,50C
b. Klien nampak
meringis A:
3. Memberikan terapi nyeri akut belum teratasi
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri P : intervensi 1, 2, 3,
(mis. 4,5,7,8 dan 9dilanjutkan
TENS, hypnosis,
akupressur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain) Hasil :
Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam 4.
Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri Hasil : nampak
tidak ada kegaduhan
diruangan klien
4 Berkolaborasi dengan
tim medis lain dalam
pemberian analgetik
Hasil :
a. Injeksi Ceftriaxone /
12 jam
b. Injeksi Ranitidine 1
amp/12 jam
c. Paracetamol tablet
500 mg 3x1