Anda di halaman 1dari 17

asuhan keperawatan

Senin, 13 November 2017

Asuhan keperawatan Hidramnion

ASUHAN KEPERAWATAN HIDRAMNION
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

TRI EPIPANIAS GEA


DOSEN PENGAJAR : NS. Adventy R.B.G. S.kep M. kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa Dan Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, saya bisa menyusun dan menyajikan Makalah Askep Keperawatan Hidroamnion
sebagai salah satu tugas kuliah. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi.           
Penulisan  menyadari bahwa dalam penyusunan makalah Askep Keperawatan Hidroamnion
ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan dapat
menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan Makalah Askep Keperawatan
Hidroamnion ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan
pembaca dalam memahami maksud penulis.

                                                                                                Medan, 04 November 2017

Tri Epipanias gea

DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1  
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang ..........................................................................................
2.      Tujuan .......................................................................................................
BAB 2
TINJAUAN  TEORITIS
1.      Pengertian.................................................................................................
2.      fungsi cairan amnion................................................................................
3.      etiologi.....................................................................................................
4.      faktor prediposisi....................................................................................
5.      tanda dan gejala......................................................................................
6.      patohfisiologi..........................................................................................
7.      diagnosis.................................................................................................
8.      pemeriksaan penunjang .........................................................................
9.      penata pelaksanaan.................................................................................
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................
Saran.......................................................................................................
Daftar  Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN

1.      LATAR  BELAKANG
Hidramnion dijumpai pada sekitar 1% dari semua kehamilan. Sebagian besar penelitian klinis
mendefinisikan hidramnion sebagai indeks cairan amnion yang lebih besar, insiden 1% dari
hampir 36.450 kehamilan.
Penelitian lainnya berbasis populasi, tetapi mungkin masih belum mencerminkan insiden
yang sebenarnya kecuali dilakukan ultrasonografi secara universal. Bagaimanapun, hidramnion
yang jelas patologi berkaitan dengan malformasi janin, terutama susunan saraf pusat atau saluran
cerna. Sebagai contoh, hidramnion terdapat pada sekitar separuh kasus ensefalus dan atresia
esofagus. Secara spesifik, pada hampir separuh kasus sedang dan berat, ditemukan adanya
anomali janin. Namun, hal yang sebaliknya tidak berlaku dan dalam Spanish Collaboration Study
Of Congenital Malformations (ECEMC) terhadap lebih dari 27000 janin dengan anomali, hanya
3,7% yang mengalami hidramnion.
Tiga persen lainnya mengalami hidramnion. Dengan menggunakan lebih dari 36000 wanita
dengan indeks normal sebagai kontrol, hidramnion menandakan peningkatan bermakna dalam
sebuah akhir yang merugikan. Satu temuan yang menarik adalah sebagian besar gangguan
perinatal terjadi pada wanita nondiabetik yang mengalami hidramnion. Hasil dari 105 wanita
yang dirujuk untuk evaluasi kelebihan cairan amnion. Lalu para peneliti ini mengamati bahwa
hampir 65% dari 105 kehamilan ternyata abnormal. Terdapat 47 janin tunggal dengan satu
anomali atau lebih, saluran cerna (15), hidrops nonimun (12), susunan saraf pusat (12), toraks
(9), tulang rangka (8), kromosom (7), jantung (4). Dari 19 kehamilan kembar hanya 2 yang
normal.
Menurut Rustam Mochtar, keadaan yang sering djumpai adalah hidramnion yang ringan,
dengan jumlah cairan 2-3 liter. Untuk kasus yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion
kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital anomali lebih sering didapati pada hidramnion
yaitu sebesar 17,7-29%. Hidramnion yang sering didapati bersamaan dengan : gemeli atau hamil
ganda (12,5%), hidrops foetalis, diabetes mellitus, toksemia gravidarum.

2.      TUJUAN
1.      Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi tentang penyakit Hidramnion dan tanda
gejalanya.
2.      Mahasiswa mampu memahami tentang factor predisposisi dan komplikasi yang dapat terjadi
pada Hidramnion
3.      Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada Hidramnion baik dalam pengkajian,
melakukan pemeriksaan fisik, penunjang, diagnose keperawatan, implementasi serta evaluasi
pada hidramniaon.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.      PENGERTIAN
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal,
biasanya lebih dari 2 liter. Tapi ada beberapa ahli yang berpendapat sampai 4 atau 5 liter,
sedangkan Kustner mendapatkan sampai 15 liter pada kehamilan baru 5 bulan.
Pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat mencapai 1000 cc lalu kemudian menurun
setelah mingu ke 38 sehingga akhirnya hanya beberapa ratus cc saja (Sarwono, 2002). Ciri fisik
ketuban (amnion) atara lain :
a)      Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc.
b)      Air ketuban berwarna putih keruh.
c)      berbau amis dan berasa manis.
d)     Reaksinya agak alkalis atau netral dengan berat jenis 1,008
e)      komposisi terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut
lanugo, verniks kaseosa, dan garam anorganik.
f)       Kadar protein kira-kira 2,6% g per liter, terutama albumin.
g)      Dijumpainya lesitin dan sfingomielin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui apakah
paru-paru janin sudah matang, sebab peningkatan kadar lesitin merupakan tanda bahwa
permukaan paru-paru (alveoli) diliputi oleh zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru
untuk berkembang dan bernafas.
h)      Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau ada janin letak sungsang, maka akan kita
jumpai warna air ketuban yang keruh kehijauan, karena talah bercampur dengan mekonium.
Pada beberapa penelitian, komponen-komponen cairan amnion ditemukan memiliki fungsi
sebagai biomarker potensial bagi abnormalitas-abnormalitas dalam kehamilan. Beberapa tahun
belakangan, sejumlah protein dan peptide pada cairan amnion diketahui sebagai faktor
pertumbuhan atau sitokin, dimana kadarnya akan berubah-ubah sesuai dengan usia kehamilan.
Cairan amnion juga diduga memiliki potensi dalam pengembangan medikasi stem cell.

2.      FUNGSI CAIRAN AMNION


Cairan amnion merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin
selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion merupakan perpanjangan dari matriks
ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia
kehamilan 8 minggu, terbentuk uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin. Selanjutnya
janin mulai bisa menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan
permukaan plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa cairan amnion
berfungsi sebagai:
a)      Proteksi (melindungi janin terhadap trauma dari luar)
b)      Mobilisasi (memungkinkan ruang gerak bagi janin)
c)      Homeostatis (menjaga keseimbangan suhudan lingkungan asam-basa (pH) dlm rongga amnion,
untuk suasana lingkungan yg optimal bagi janin)
d)     Mekanik (menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterin terutama pada
persalinan)
e)      Pada persalinan (membersihkan / melicinkan jalan lahir, dengan cairan yang steril, sehingga
melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir)
f)       sistem imun bawaan karena memiliki peptid antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan
fungi patogen tertentu.
3.      ETIOLOGI
Hidromnion terjadi karena:
a)      Produksi air ketuban bertambah yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel amnion,
tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan amnion,
misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus.
b)      Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus,
atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital. Air ketuban yang telah
dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh
janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah
ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei,
anencephalus atau tumor-tumor placenta. Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa
hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang
belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena
pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan. Pada atresia oesophagei
hidramnion terjadi karena anak tidak menelan.
c)      Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban, alhasil
volume ketuban meningkat .
d)     Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni. Pada gemelli mungkin
disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan oleh
karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya amnion lebih
besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta besar.
e)      Ada proses infeksi
f)       Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga
fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan.
g)      Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol.
h)      Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus

4.      FAKTOR PREDISPOSISI
Polihidramnion sering terkait dengan kelainan janin :
Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena :
a.       Anensepali (suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk)
b.      Spina bifida (kondisi yang terjadi ketika janin berkembang di dalam rahim dan tulang
belakangnya tidak membentuk dengan benar atau cacat tabung saraf).
c.       Atresia oesophaguis ( esophagus yang tidak membentuk secara sempurna)
d.      Omphalocele (Usus bayi, hati, atau organ-organ lain melekat di luar perut melalui pusatnya).
e.       Hipoplasia pulmonal
f.       Hidrop fetalis (kondisi serius di mana sejumlah cairan abnormal terbangun di dua atau lebih area
tubuh janin atau bayi baru lahir atau edema janin).
g.      Kembar monosigotik
h.      Hemangioma (tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru lahir)
Polihidramnion sering berkaitan dengan kelainan ibu:
a.       Diabetes Melitus
b.      Penyakit jantung
c.       Preeklampsia adalah masalah umum yang terjadi pada saat kehamilan meliputitekanan darah
tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan
cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.

5.      TANDA DAN GEJALA


TANDA :
1.      Ukuran uterus dan abdomen lebih besar dibanding yang seharusnya
2.      Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
3.      detak jantung janin sulit terdengar.
4.      Balotemen janin jelas
GEJALA :
1.      Sesak nafas.
2.      rasa tak nyaman di perut karena tekanan pada diafragma.
3.      Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi.
4.      Edema karena tekanan pada pembuluh darah vena karena pembesaran dari uterus.
5.      Varises dan hemoroid
6.      Nyeri abdomen
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka keadaan ini sering berlangsung
secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa seperti “meledak” serta rasa mual. Kulit
abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih baru Polihidramnion akut atau
kronik dapat menyebabkan abortus atau persalinan preterm.Gejala utama yang menyertai
hidramnion terjadi semata-mata akibat faktor mekanisme dan terutama disebabkan oleh tekanan
didalam dan disekitar uterus  yang mengalami verdistensi terhadap organ-organ didekatnya.
Apabila peregangannya berlebihan, ibu dapat mengalami dispnea dan paa kasus ekstrim,
mungkin hanya dapat bernafas apabila posisi tegak. Sering terjadi odem akibat penekanan
system vena besar oleh uterus yang sangat besar, terutama di ekstrimitas bawah, vulva, dan
dinding abdomen. Walaupun jarang, dapat terjadi oliguria berat akibat obsruksi ureter oleh uterus
yang sangat besar.

6.      PATOFISIOLOGI
Mekanisme hidramion sebagai produksi tetap tapi konsumsi kurang atau nihil sehinga terjadi
hidramnion. Atau produksi hebat atau meningkat tapi konsumsi biasa.
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat mirip dengan
cairan ektrasel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya
berlangsung tidak saja melalui amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua,
janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan amnion. Hampir pasti proses ini secara
bermakna mengatur pengendalian volume cairan amnion. karena dalam keadaan normal janin
menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan
volume cairan amnion.
Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi bila janin tidak
dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas bukan satu-satunya
mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard dan Abramovich mengukur hal ini dan
menemukan bahwa pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam
jumlah yang cukup banyak. Pada kasus anesefalus (suatu keadaan dimana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk) dan spina bifida (kondisi yang terjadi ketika janin
berkembang di dalam rahim dan tulang belakangnya tidak membentuk dengan benar atau cacat
tabung saraf). faktor etiologinya mungkin adalah meningkatnya transudasi cairan dari meningen
yang terpajan ke dalam rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus, apabila
tidak terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di
serebrospinal yang tidak terlindung atau berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan
sekresi arginin vasopressin.
Hal sebaliknya telah jelas dibuktikan bahwa kelainan janin yang menyebabkananuria hampir
selalu menyebabkan oligohidramnion (cairan ketuban terlalu sedikit). Pada hidramnion yang
terjadi pada kehamilan kembar monozigot, diajukan hipotesis bahwa salah satu janin merampas
sebagian besar sirkulasi bersama dan mengalami hipertropi  jantung, yang pada gilirannya
menyebabkan peningkatan luaran urin pada masa neonates dini,yang mengisyaratkan bahwa
hidramnion disebabkan oleh meningkatnya produksi urin janin. Hidramnion yang sering terjadi
pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum dapat diterangkan. Salah satu
penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik.

7.      DIAGNOSIS
Pada saat anamnesis didapatkan hal-hal sebagai berikut :
a.       Perut terasa lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
b.      Sesak napas. Beberapa ibu mengalami sesak napas berat, pada kasus ekstrem ibu hanya bernapas
bila berdiri tegak.
c.       Nyeri ulu hati dan sianosis
d.      Nyeri perut karena tegangnya uterus
e.       Oliguria. Kasus ini sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena uretra mengalami obstruksi
akibat uterus yang membesar melebihi kehamilan normal.

Pada saat inspeksi didapatkan hal-hal berikut :


a.       Perut terlihat sanJgat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan kadang-
kadang umbilikus mendatar
b.      Ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah karena kehamilannya.
c.       Edema pada keduai tungkai, vulva, dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi terhadap
sebagian besar system pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu besar.

Pada saat dilakukan palpasi didapatkan hal-hal berikut ini :


a.       Perut tegang dan terdapat nyeri tekan
b.      Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya
c.       Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan

Pada saat dilakukan auskultasi, denyut jantung janin sulit untuk didengar.
Pada saat melakukan Rontgen foto abdomen :
a.       Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang banyak janin
tidak jelas
b.      Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan etiologi, seperti
anomali kongenital (anensefali atau gemelli)
Pada saat melakukan pemeriksaan dalam Selaput ketuban teraba dan menonjol  walaupun diluar
his.

8.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Foto rontgen (bahaya radiasi)
2.      USG
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila indeks cairan amnion (ICA) melebihi 24-25 cm
pada pemeriksaan USG. Berdasarkan pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
a.       Mild Hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm dalam dimensi
vertical. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi
b.      Moderate Hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-15 cm
dalamnya. Insiden sebesar 15%.
c.       Severe Hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan bebbas dalam
kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden sebesar 5%.

9.      PENATALAKSANAAN
Implikasi Keperawatan hidromnion dibagi dalam tiga fase :
1.      Waktu hamil
a.       Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis.
b.      Ajarkan klien untuk melaporkan setiap tanda ruptur membrane atau kontraksi uterus.
c.       Bantu klien untuk menghindari konstipasi dengan cara meningkatkan masukan serat dalam diet
atau dengan menggunakan pencahar sesuai resep karena terdapat kemungkinan terjadi rupture
membran akibat peningkatan tekanan uterus.
d.      Ingat bahwa agens antiinflamasi nonsteroid seperti indometachin dapat efektif dalam
menurunkan pembentukan cairan amnion.
e.       Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegah atau menghentikan persalinan
premature.
f.       Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk
istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan
obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi
abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc per jam sampai keluhan
berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi  his dan solutio placenta, apalagi bila
anak belum viable.

Komplikasi pungsi dapat berupa :


1)      Timbul his
2)      Trauma pada janin
3)      Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4)      Infeksi serta syok
5)      bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta, maka
pungsi harus dihentikan.
2.      Waktu partus
a.       Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
b.      Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegh atau menghentikan persalianan
premature.
c.       Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks
bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa
tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pela
d.       Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban
mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama
supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio
placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia
uteri.

             3.   Post partum 


a.       Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan
golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika.
b.      Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
c.       Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi
berikan antibiotika yang cukup.
d.      Kaji bayi baru lahir dengan cermat terhadap  factor yang dapat membuatnya tidak mampu
menelan in utero.

Terapi Medis
Pada persiapan terapi hidramnion harus dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap; darah
lengkap, system hemopoesis, fungsi liver dan ginjal, ultrasonografi.
Pengobatan Hidramnion dapat dibagi menjadi 3 jenis :
1.      Hidramnion menahun
Terapi yang diberikan adalah obat oral :
a.       Indometasin 25-50 mg tiga kali/hari
Keuntungannya : Menurunkan produksi urin janin sehingga menurunkan jumlah air ketuban
Kerugiannya :
a)      Dapat menimbulkan vasokonstriksi umum pembuluh darah termasuk yang menuju SSP
b)      Mempercepat tertutupnya duktus arteriosus Bothali sehigga terjadi perubahan hemodinamik
setelah lahir.
c)      Pemberian obat Indometasin harus diikuti dengan pemeriksaan USG untuk menetapkan AFI atau
poket vertical dalam kantong amion. Dengan demikian dapat dihindari terjadinya
oligohidramnion.
b.      Hidramnion akut-mendadak usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Penatalaksanaan untuk
hiramnion akut dapat dilakukan dengan 2 metode :
a)      Amniosestesis
                                        a.      Dinding abdomen didesinfeksi

                                       b.      Tutup dengan duk steril sekitarnya

                                       c.      Jarum spiral no.22 dimasukkan menembus dinding abdomen langsung ke kavum uteri dengan

tuntunan USG
                                      d.      Selanjutnya air ketuban dikeluarkan sekitar 500 cc setiap kali tindakan.
e.      Amniosentesis dilakukan pada janin yang masih premature dengan usia kehamilan kurang
                                       

dari 35 minggu
Amniosentesis tidak sulit dilakukan tetapi mempunyai komplikasi :
1.      Sebagai induksi persalinan premature
2.      Terjadi solusio plasenta
3.      Trauma langsung pada janin, plasenta dan menimbulkan perdarahan intrauteri
4.      Infeksi khoriomanionitis
Jika terjadi komplikasi yang serius, tindakan selanjutnya adalah operasi profilaksis mortalitas
maternal.
b)      Memecahkan ketuban
Pada pemeriksaan ultrasonografi usia kehamilan kurang dari 35 minggu, tetapi memiliki
kelainan congenital yang fatal, maka dilakukan amniotomi. Amniotomi dengan pertimbangan
untuk melakukan induksi persalinan dan mengharapkan “euthanasia” terhadap janin yang tidak
mungkin bertahan hidup, karena kelainan kongenitalnya bersifat fatal.

c.       Hidramnion mendadak dengan usia kehamilan diatas 35 minggu. Amniotomi merupakan satu-
satunya tindakan untuk dapat mencapai sasaran :
a.       Mengurangi keluhan maniefestasi klinis hidramnion akut.
b.      Bahwa dengan usia di atas 35 minggu, dapat diperkirakan kemungkinan janin akan dapat
diselamatkan dengan kemampuan perawatan dan pelayanan prematuritas.
Kompilkasi amniotomi pada hidramnion :
a.         Terjadi fetal distress sehingga segera dilakukan tindakan seksio sesarea.
b.        Solusio plasenta dan prolaps tali pusat, pada aliran air ketuban yang deras akan meningkatkan
tindakan seksio sesarea pada hidramnion

1)      Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1.    Pengkajian
a.       Identitas pasien
Dalam pengkajian, hal-hal yang perlu dikaji seperti : nama pasien, umur, alamat, pekerjaan,
agama, suku, nama penanggung jawab, hubungan penanggung jawab dengan klien dan
sebagainya.
b.      Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang ketempat pelayanan kesehatan dan apa-apa
saja yang dirasakan pasien. dalam kasus polihidramnion ini keluhan utama yang biasa ditemui :
perut lebih berat dan lebih besar dari biasanya
a.       mengeluh sesak nafas
b.      mual muntah
c.       nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya uterus
c.       Riwayat kesehatan
a)      Lalu: mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus, hepatitis dan TBC.
b)      Sekarang    :  mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, hepatitis, TBC. Yang  harus diperhatikan yaitu penyakit jantng dan diabetes
melitus karena polihidramnion sering berkaitan degan keduanya.
c)      Keluarga :   mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita penyakit
menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
d)     Riwayat pernikahan
e)      Riwayat menstruasi
f)       Riwayat kehamilan dan persalinan
g)      Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui apa jenis kontrasepsi  yang digunakan ibu, berapa lamanya, apa masalahnya, atau
efek samping yang dirasakan ibu, serta apa alasan ibu untuk berhenti memakai kontrasepsi.

h)      Pemeriksaan fisik
1.      Aktifitas
-          Kelelahan
-          aktivitas menurun karena perut terasa tegang dan lebih berat dari biasanya
2.      Sirkulasi
-          TD dan nadi mungkin menurun yang berhubungan dengan kompresi vena kava
-          Detak jantung janin sulit terdengar
-          Waspada terhadap adanya deselerasi variebel yang dapat berindikasi prolaps tali pusat
-          Sionasis
3.      Integritas ego
Kehamilan biasanya direncanakan.
4.      Eliminasi
-          Konstipasi
-          Oliguria berat
5.      Makanan dan carian
Sirkulasi pada daerah ekstremitas bawah menurun, sehingga kemungkinan ada edema karena
uterus yang terus menerus menegang akan menekan diafragma dan pembuluh darah pelvis
6.      Neurosensori
Dapat mengalami kesulitan fungsi otot ( misal sklerosis multiple, miastenia gravis, paralisis)
7.      Pernapasan
Sesak nafas yang parah
8.      Seksualitas
-          Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
-          Vulva dan perineum membengkak
-          Kaji diameter pelvis
i)        Pemeriksaaan diagnostik
-          USG : AFI di atas 25 cm atau poket lebarnya di atas 8 cm.
-          Tes toleransi glukosa : untuk mengetahui adanya indikasi diabetes gestasional. Ibu yang
mengalami diabetes gestasional beresiko tinggi mengalami hidramnion.
-          Jumlah trombosit : Pada ibu dengan riwayat perdarahan jumlah trombosit meningkat
-          Urinalisis : Mendeteksi bakteriuria
-          Pemeriksaan koagulasi (APPT. PPT, PT) : Mengidentifikasi kelainan pembekuan bila ada
perdarahan. Pada Kehamilan dengan hidramnion, resiko terjadinya perdarahan sangat tinggi.
j)        Analisa Data
No Tanda Penyebab Masalah
1DS: pasien Biasanya sering sesak Tekanan diafragma ke arah paru Pertukaran gas
nafas Diepneu( sesak nafas) terganggu
-   Adanya masalah sirkulasi/  Pertukaran gas terganggu
pernapasan
2DS:  pasien mengatakan perutnya Cairan amnion Ansietas
besar tidak seperti biasanya
DO:
-   Perut besar tidak sesuai  Pembesaran rongga rahim
umur kehamilan
-   PaienTampak gelisah Prubahan fisik seprti pembesaran
eerut tidak sesuai umur kehamilan
 cemas
3 DS:  pasien mengatakan Pembesran rongga rahim Kurangnya
tidak mengetahui tentang pengetahuan
penyakit yang dialaminya
DO:
-   Tampak bingung  Prubahan fisik sprti pembesran
-   Sering bertanya- tanya Perut tidak sesuai umur kehamilan
tentang penyakitnya
-   Tampak gelisah Kurangnya pengetahuan
4 DS: pasien mengatakan cepat Cairan amnion berlebihan Intoleransi
lelah, sesak dan tidak aktifits
nyaman Menekan diafragma ke arah paru
DO:
-   Pasien tampak lemah, Dispneu
lemas  Kondisi lemah dan kelelahan
5 DS: pasien mengatakan Cairan berlebihan Resiko cidera
perutnya tegang tinggi
DO:
-   Perut terlihat lebih besar Pembesaran rongga rahim
dari usia kehamilan  Peningkatan pergerakan janin
 Resiko cidera tinggi

2)      Diagnosa Keperawatan
a.       Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat hidramnion
b.      Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui
c.       Intoleransi aktivitas b/d dispneu.
d.      Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan hidrmnion.
e.       Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion
3)       Intervensi Keperawatan
Dx1 : Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat hidramnion
Tujuan : setelah dilakukan intervensi, gangguan pertukaran gas teratasi
Kriteria Hasil :
a.       Pasien tidak sesak lagi
b.      RR normal (18-20 x/menit)
c.       Klien merasa nyaman

Intervensi Rasional
-  Kaji kelainan pernapasan yg dapat-   Kondisi ini, baik yg ada sebelum atau
mempengaruhi fungsi paru, seperti asma atau selama kehamilan, yang meenurunkan
tuberkulosis, frekuensi pernapasan, atau upaya atau mempengaruhi kapasitas
ibu dan munculnya bunyi nafas. pertukaran oksigen, menganggu
-   Perhatikan kondisi yg menimbulkan perubahan pertukaran gas normal.
vaskular/penurunan sirkulasi plasenta (mis :-   Luasnya masalah vaskular maternal dan
diabetes, masaalah jantung) atau yg mengubah penurunan kapasiatas pembawa oksigen
kapasitas pembawa oksigen (mis : anemia, berpengaruh langsung pada sirkulasi
hemoragi) dan pertukaran gas uteroplasenta.
-  
 Pantau TD dan nadi -   Peningkatan TD dpt menandakan HAK;
penurunan TD dan peningkatan nad dpt
menyertai hemoragi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur/kursi pada-   Menurunkan upaya pernapasan dan
posisi tegak atau semifowler bila upaya meningkatkan konsumsi oksigen sesuai
pernafasan menurun penurunan diafragma, meningkatakan
diameter dada vertikal.
-   Anjurkan pasien u/ melakukan posisi miring-   Meningkatkan perfusi ginjal/plasenta,
kiri. juga merupakan posisi efektif untuk
mencegah syndrom hipotensi terlentang.
-   Ketidakadekuatan nutrsi dapat
-   Tinjau ulang sumber vitamin C, zat besi,dan mengakibatkan anemia defisiensi zat
protein. Identifikasi zat-zat yg membantu besi dan dapat menimbulkan masalah
absorbsi zat besi (asam sedang, vit. c) dan yg transpor oksigen.
menurunkan absorbsi (alkalin sedang, susu)
-   Beri obat-obat sesuai indikasi : -   Mendilatasi bronkial, tetapi dapat
·    Teofilin dihubungkan dengan efek samping
·    Besi dekstran (inferon) takikardi pada klien atau janin
-   Beri oksigen supplemental -   Pemberian parenteral mungkin perlu
pada adanya anemia defisiensi zat besi
berat untuk meningkatkan oksigen ibu.

Dx. 2 : Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan ansietas berkurang atau hilang
Kriteri Hasil
         Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
         Kecemasan pasien berkurang atau hilang
         Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukan kurangnya kecemasan
Intervensi Rasional
-   Perhatikan tingkat ansietas dan derajat-   Stres yg tidak diatasi dapat
pengaruh terhadap kemampuan untuk membuat mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas
keputusan kehamilan dengan penerimaan normal
dari kehamilan atau janin.
-   Memudahkan perkembangan hubungan
-   Berikan kehangatan secara emosional dan saling percaya.
situasi medukung dan terima klien/pasangan-   Ansietas dapat dikurangi apabila
seperti adanya mereka. informasi atau bantuan telah ada.
-   Berikan akses 24 jam pada tim perawat-   Hubungan keluarga yg buruk dan tidak
kesehatan. tersedianya sistem pendukung dapat
-   Kaji tingkat stres klien/pasangan berkenaan meningkatkan tingkat stres.
dengan komplikasi medis. -   Anxietas/stres dapat disertai dgn
-     pelepasan katekolamin, menciptaka
-   Kaji respon fisilogis terhadap ansietas (TD, respon fisik yg mempengaruhi rasa
nadi) sejahtera klien dan kemudian
meningkatkan anxietas.

4)      Evaluasi
Merupakan tindakan akhir dari proses keperawatan, yaitu untuk mengetahui perkembangan
penyakit pasien serta efektifitas pengobatan yang sudah diberikan. Adapun evaluasi yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
a.       Tidak ada lagi keluhan sesak nafas pada pasien
b.      Pasien merasa lebih nyaman
c.       Pasien dapat bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa
d.      Pasien memahami prognosis penyakit, perkembangan pengobatan dari penyakitnya
e.       Ansietas pada pasien berkuran atau hilang
                                      

                                 

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Hidramnion atau adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban
melebihi dari batas normal
Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter,  sedangkan kasus
hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion
berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan system saraf pusat dan
traktus gastrointestinal

B.     Saran
Bagi tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan
yang sehat sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya hidramnion.
Bagi ibu hamil, harus lebih sering memeriksakan kondisi kehamilannya karena pemeriksaan
kehamilan sangat penting untuk menghindari terjadinya hidramnion

DAFTAR PUSTAKA
Fadlun dan Achmad Feryanto. Asuhan Kebidanan Patologis. Salemba Medika : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono.; Ilmu Kebidanan. Jakarta. Hal 358-359 (2002).

Davison, Gerald C. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Gary, F, Cunningham.; Obstetry William. Jakarta. Hal 910-915(2015)

Prawirohardjo, Sarwono.; ilmu kebidanan. Jakarta. Hal 358-359(2002)

Muchtar , Rustam. Sinopsis obbstetry jilid 1. Jakarta : EGC, 1998

Bickley, Iynn S. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Jakarta : EGC,2008

Syaifuddin. Anatomi fisiologi. Ed-4. Jakarta:EGC,2011

Anda mungkin juga menyukai