Disusun Oleh:
Adiningsih Kurnia Wardani Mattarang (01.18.003)
Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bias kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan
makalah ini untuk kami.
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunianya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Kegawat Daruratan dengan makalah yang berjudul
“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRIK DENGAN
PERCOBAAN BUNUH DIRI“
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. saya menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca
yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman- teman.
(penulis)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 5
B. Tujuan Umum 5
C. Tujuan Khusus 5
D. Manfaat 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi 7
B. Etiologi 7
C. Tanda Dan Gejala 10
D. Jenis Jenis Bunuh Diri 11
E. Patofisiologi 12
F. Pemeriksaan Diagnostik 13
G. Pencegahan Dan Pengobatan 13
H. Penatalaksanaan 14
I. Analisa Data 15
J. Diagnosa Keperawatan 17
K. Intervensi 18
L. Evaluasi 25
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan 26
2. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai
hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu mempengaruhi
bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan
pola koping yang baik yang mampu mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga
seorang individu dapat terhindar dari merilaku maladaptive. Selain faktor pola koping,
faktor support system individu sangat memegang peranan vital dalam menghadapi stressor
tersebut.
Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut individu
yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive yang
mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat
yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.
Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus tentamen suicide berfokus pada
penanganan klien setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan percobaan bunuh
diri sehingga tidak berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri dari klien dengan tentamen
suicide.
B. Tujuan umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung
kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat tentang asuhan keperawatan klien dengan tentamin suicide.
C. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui
definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik ,
penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan klien tentamin suicide.
D. Manfaat
a) Bagi penulis yaitu untu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun
asuhan keperawatan serta menerapkan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
melukakn percobaan bunuh diri
c) Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan pada pasien yang mengalami percobaan bunuh diri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika
tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup
setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal
ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita,
2009.)
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan
sengaja (DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar
dalam psikiatri. Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan bunuh
diri 10 kali lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15%
dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi
penyebab terbanyak.
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang sebagai berikut :
a. Diagnosis praktik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat dan kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c. Lingkingan psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e. Factor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).
2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
3. Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak
faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial
dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi
social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu
menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan
keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
4. Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.
Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri
seseorang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi
menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
a. Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar
ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
b. Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha
mempengaruhi perilaku orang lain.
c. Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal atau
nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga
mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya.
Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
Selain itu Menurut mustika slide.com bunuh diri dapat disebabkan oleh :
1) Kegagalan untuk beradaptasi sehingga tidak dapat untuk menghadapi stress
2) Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal untuk
melakukan hubungan yang berarti.
3) Perasaan marah atau bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman bagi diri sendiri.
4) Cara untuk mengakhiri keputusan
5) Tangisan minta tolong
6) Dipermalukan didepan umum
7) Kehilangan pekerjaan
Menurut fitria, nita 2009 tanda gejala pasien percobaan pasien bunuh diri sebagai
berikut:
4) Bertindak impulsif
9) Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang depresi, psikosis
dan menyalahkan alcohol)
10) Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)
14) Pekerjaan
E. PATOFISIOLOGI
Tidak ada kesamaan faktor patofisiologi yang mendasari terjadinya bunuh diri atau
depresi Meskipun demikian, hal tersebut diyakini merupakan akibat faktor interaksi
perilaku, lingkungan sosial dan kejiwaan Rendahnya tingkat brain-derived neurotrophic
factor (BDNF) yang terkait secara langsung dengan bunuh diri dan secara tidak langsung
melalui perannya dalam kejadian depresi berat, gangguan stres pasca trauma, skizofrenia
dan gangguan obsesif-kompulsif. Dari studi Bedah mayat ditemukan adanya penurunan
tingkat BDNF pada hipokampus dan korteks prefrontal, pada orang yang mengalami
gangguan kejiwaan maupun yang tidak. Serotonin, sebuah neurotransmitter otak, diyakini
rendah tingkatnya pada orang yang bunuh diri. Hal ini sebagian didasarkan pada bukti
meningkatnya kadar reseptor 5-HT2A setelah kematian. Bukti lain termasuk
berkurangnya tingkat produk turunan serotonin, Asam 5-hidroksiindoleasetat, dalam
cairan tulang belakang otak. Namun, bukti langsung cukup sulit dikumpulkan.
Epigenetika, studi tentang perubahan dalam ekspresi genetika dalam merespons faktor
lingkungan yang tidak mengubah DNA yang mendasarinya, juga diyakini berperan dalam
menentukan risiko bunuh diri.
Woc
Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi
dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan tentamen suicide.
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok
yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika
dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral
Mendengarkan dengan seksama sekaligus mempelajari apa yang dia pikirkan dan rasakan
dapat membantu dia dalam mengatasi depresi yang dialami.
1) Jangan ragu untuk menanyakan padanya tentang adanya keinginan untuk bunuh
diri.
2) Jangan ragu untuk mengekspresikan rasa sayang, baik dalam bentuk perbuatan
maupun kata-kata.
3) Jangan mengabaikan perasaan dia terhadap suatu hal, meski hal itu sepele atau
mudah untuk diselesaikan.
4) Sebisa mungkin jauhkan barang-barang yang dapat digunakan untuk bunuh diri,
misalnya senjata api.
5) Jika Anda khawatir bahwa cara di atas masih belum cukup untuk bisa mencegah
upaya bunuh diri, maka Anda bisa membawa dia ke psikiater. Metode medis yang
mungkin disarankan oleh psikiater adalah:
a) Psikoterapi, salah satunya adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini akan
melatih pasien dalam menangani stres yang dapat memicu keinginan untuk
bunuh diri.
H. PENATALAKSANAAN
1) Pasien yang masih ingin hidup dan minta tolong , harus ditanggapi
2) Keinginan bunuh diri yang ringan dan terasa lucu harus ditanggapi karena
banyak yang ternyata berhasil
III. (S) Support system : tidak ada seseorang yang penting dan
dekat dengan pasien
IV. (S) Sex : wanita di atas 25 tahun dan pria di atas 45 tahun
I. ANALISA DATA
Subjetif
1. pasien mengungkapkan
keputusasaan
Objektif
1. berperilaku pasif
Subjektif:
1. sulit tidur
Objektif
1. Afek datar
2. kurang inisiatif
Gejala dan tanda mayor Gangguan psikiatri Harga diri rendah kronis
Subjektif
2. merasa malu/bersalah
Objektif
2. berjalan menunduk
Subjektif
2. Sulit tidur
3. mengungkapkan
keputusasaan
Objektif
Pasif
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(D.0135)
(D.0088)
(D.0086)
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik
Edukasi
- Anjurkan mendiskusikan
perasaan yang dialami kepada
orang lain
- Anjurkan menggunakan
sumber pendukung (mis.
layanan spiritual, penyedia
layanan)
Kolaborasi
- Kolaborasi tindakan
keselamatan kepada PPA
Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan terhadap kondisi
dengan realistis
- Anjurkan mempertahankan
hubungan (mis. menyebutkan
nama orang yang dicintai)
- Anjurkan mempertahankan
hubungan terapeutik dengan
orang lain Latih menyusun
tujuan yang sesuai dengan
harapan
Edukasi
- Anjurkan mempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi dengan orang
lain pasien
- Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
- Latih
pemyataan/kemampuan
positif diri
- Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangani situasi
L. EVALUASI
-Perhatikan hari – demi hari.
-Libatkan klien dalam mengevaluasi prilakunya.
1. Apakah ancaman Bunuh diri sudah menghilang
2. Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari
3. Apakah sumber koping sudah dipakai semua ?
4. Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif ?
5. Apakah sudah memakai koping positif ?
6. Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri ?
7. Apakah klien sudah mendapat keyakinan untuk pertumbuhan diri ?
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress dan berkembang dalam beberapa rentang. Banyak penyebab/alasan sescorang
melakukan bunuh diri diantaranya kegagalan beradaptasi,perasaan marah dan
terisolasi, dan lainnya Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman
bunuh diri serta percobaan bunuh diri. Pengkajian orang yang bunuh diri juga
mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah
tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut
2. Saran