Anda di halaman 1dari 25

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRIK DENGAN

PERCOBAAN BUNUH DIRI

Disusun Oleh:
Adiningsih Kurnia Wardani Mattarang (01.18.003)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DIAN HUSADA MOJOKERTO
2021
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bias kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan
makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto, 6 April, 2021

Nama Nim Tanda Tangan Mahasiswa


Adiningsih Kurnia Wardani 0118003
Mattarang
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunianya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Kegawat Daruratan dengan makalah yang berjudul
“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRIK DENGAN
PERCOBAAN BUNUH DIRI“

Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. saya menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca
yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman- teman.

Mojokerto, 6 April, 2021

(penulis)
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 5
B. Tujuan Umum 5
C. Tujuan Khusus 5
D. Manfaat 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi 7
B. Etiologi 7
C. Tanda Dan Gejala 10
D. Jenis Jenis Bunuh Diri 11
E. Patofisiologi 12
F. Pemeriksaan Diagnostik 13
G. Pencegahan Dan Pengobatan 13
H. Penatalaksanaan 14
I. Analisa Data 15
J. Diagnosa Keperawatan 17
K. Intervensi 18
L. Evaluasi 25

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan 26
2. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai
hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu mempengaruhi
bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan
pola koping yang baik yang mampu mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga
seorang individu dapat terhindar dari merilaku maladaptive. Selain faktor pola koping,
faktor support system individu sangat memegang peranan vital dalam menghadapi stressor
tersebut.
Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut individu
yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive yang
mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat
yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri.
Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus tentamen suicide berfokus pada
penanganan klien setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan percobaan bunuh
diri sehingga tidak berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri dari klien dengan tentamen
suicide.

B. Tujuan umum

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung
kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat tentang asuhan keperawatan klien dengan tentamin suicide.
C. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui
definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik ,
penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan klien tentamin suicide.
D. Manfaat

a) Bagi penulis yaitu untu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun
asuhan keperawatan serta menerapkan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
melukakn percobaan bunuh diri

b) Sebagai bahan masukan dan pengembangan pengetahuan institusi pendidikan

c) Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan pada pasien yang mengalami percobaan bunuh diri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika
tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup
setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal
ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita,
2009.)

Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan
sengaja (DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar
dalam psikiatri. Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan bunuh
diri 10 kali lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15%
dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi
penyebab terbanyak.

B. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang sebagai berikut :
a. Diagnosis praktik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat dan kepribadian

Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.

c. Lingkingan psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.

d. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

e. Factor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin, adrenalin, dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).

2. Faktor Presipitasi

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

3. Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak
faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial
dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi
social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu
menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan
keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

4. Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

Respon adaptif Respon maladaptif


Peningkatan diri Beresiko Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh diri
destruktif tidak langsung

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.
Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri
seseorang.

Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi
menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.

a. Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar
ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
b. Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha
mempengaruhi perilaku orang lain.
c. Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal atau
nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan  secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga
mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya.
Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.

Selain itu Menurut mustika slide.com bunuh diri dapat disebabkan oleh :
1) Kegagalan untuk beradaptasi sehingga tidak dapat untuk menghadapi stress
2) Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal untuk
melakukan hubungan yang berarti.
3) Perasaan marah atau bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman bagi diri sendiri.
4) Cara untuk mengakhiri keputusan
5) Tangisan minta tolong
6) Dipermalukan didepan umum
7) Kehilangan pekerjaan

C. TANDA DAN GEJALA

Menurut fitria, nita 2009 tanda gejala pasien percobaan pasien bunuh diri sebagai
berikut:

1) Mempunyai ide untuk bunuh diri

2) Mengungkapkan keinginan untuk mati

3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan

4) Bertindak impulsif

5) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)

6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri


7) Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat
yang mematikan)

8) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah, dan


mengasingkan diri)

9) Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang depresi, psikosis
dan menyalahkan alcohol)

10) Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)

11) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan


dalam karier)

12) Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun

13) Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)

14) Pekerjaan

15) Konflik interpersonal

16) Latar belakang keluarga

17) Orientasi seksual

18) Sumber sumber personal

19) Sumber sumber social

20) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

D. JENIS JENIS BUNUH DIRI


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Bunuh diri egoistic (factor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-
olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.

2) Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)


Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya.

3) Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)


Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan
yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

E. PATOFISIOLOGI

Tidak ada kesamaan faktor patofisiologi yang mendasari terjadinya bunuh diri atau
depresi Meskipun demikian, hal tersebut diyakini merupakan akibat faktor interaksi
perilaku, lingkungan sosial dan kejiwaan Rendahnya tingkat brain-derived neurotrophic
factor (BDNF) yang terkait secara langsung dengan bunuh diri dan secara tidak langsung
melalui perannya dalam kejadian depresi berat, gangguan stres pasca trauma, skizofrenia
dan gangguan obsesif-kompulsif. Dari studi Bedah mayat ditemukan adanya penurunan
tingkat BDNF pada hipokampus dan korteks prefrontal, pada orang yang mengalami
gangguan kejiwaan maupun yang tidak. Serotonin, sebuah neurotransmitter otak, diyakini
rendah tingkatnya pada orang yang bunuh diri. Hal ini sebagian didasarkan pada bukti
meningkatnya kadar reseptor 5-HT2A setelah kematian. Bukti lain termasuk
berkurangnya tingkat produk turunan serotonin, Asam 5-hidroksiindoleasetat, dalam
cairan tulang belakang otak. Namun, bukti langsung cukup sulit dikumpulkan.
Epigenetika, studi tentang perubahan dalam ekspresi genetika dalam merespons faktor
lingkungan yang tidak mengubah DNA yang mendasarinya, juga diyakini berperan dalam
menentukan risiko bunuh diri.
Woc
Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)

Rsiko Bunuh Diri

Gangguan interaksi sosial (Menarik Diri)

Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi
dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan tentamen suicide.
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok
yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika
dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral

G. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

Mendengarkan dengan seksama sekaligus mempelajari apa yang dia pikirkan dan rasakan
dapat membantu dia dalam mengatasi depresi yang dialami.

1) Jangan ragu untuk menanyakan padanya tentang adanya keinginan untuk bunuh
diri.

2) Jangan ragu untuk mengekspresikan rasa sayang, baik dalam bentuk perbuatan
maupun kata-kata.

3) Jangan mengabaikan perasaan dia terhadap suatu hal, meski hal itu sepele atau
mudah untuk diselesaikan.

4) Sebisa mungkin jauhkan barang-barang yang dapat digunakan untuk bunuh diri,
misalnya senjata api.

5) Jika Anda khawatir bahwa cara di atas masih belum cukup untuk bisa mencegah
upaya bunuh diri, maka Anda bisa membawa dia ke psikiater. Metode medis yang
mungkin disarankan oleh psikiater adalah:

a) Psikoterapi, salah satunya adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini akan
melatih pasien dalam menangani stres yang dapat memicu keinginan untuk
bunuh diri.

b) Pemberian obat. Obat golongan antipsikotik, seperti clozapine, sering diberikan


pada pasien skizofrenia untuk menekan risiko munculnya keinginan untuk
bunuh diri.

H. PENATALAKSANAAN

1) Pasien yang masih ingin hidup dan minta tolong , harus ditanggapi

2) Keinginan bunuh diri yang ringan dan terasa lucu harus ditanggapi karena
banyak yang ternyata berhasil

3) Eksplorasi motivasinya, bunuh diri dapat berkaitan denagn berbagai macam


patologi

4) Atasi dulu keadaan kegawatan fisik

5) Lanjutkan dengan menggeledah pasien untuk mencegah peluang berulangnya


kejadian tersebut dan lakukan wawancara dengan pihak keluarga

6) Setelah kegawatan fisik teratasi, perlu ditinjau:

a) Beratnya risiko bunuh diri dalam waktu dekat menggunakan kriteria


dari tuckmanan dan Youngman yang di modofikasi (kriteria MAS
SALAD).

I. (M) Mental status: gangguan afektif berat atau psikosis

II. (A) Attempt: niat percobaan bunuh diri (PBD)yang kuat


PBD ini bukan pertama kali

III. (S) Support system : tidak ada seseorang yang penting dan
dekat dengan pasien

IV. (S) Sex : wanita di atas 25 tahun dan pria di atas 45 tahun

V. (A) Age: usia lanjut

VI. (L) Loss: kehilangan (status atau pasangan ) dalam 6 bulan


terakhir

VII. (A) Alcoholism: peminum minuman keras

VIII. (D) Drug: penyalahgunaan dan ketergantungan zat

b) Kondisi klinis pasien keseluruhannya

7) Bila keadaan diatas kurang baik, rawat di psikiatri

8) Bila keadaan diatas menyokong, berikan rawat jalan

I. ANALISA DATA

Symtom Etiologi Problem


Gejala dan tanda mayor Stress jangka panjang Keputusasaan

Subjetif

1. pasien mengungkapkan
keputusasaan

Objektif

1. berperilaku pasif

Gejala dan tanda minor

Subjektif:

1. sulit tidur

2. selera makan menurun

Objektif

1. Afek datar

2. kurang inisiatif

3. kurang terlibat dalam


aktivitas perawatan

4. meninggalkan lawan bicara

Gejala dan tanda mayor Gangguan psikiatri Harga diri rendah kronis

Subjektif

1. menilai diri negatif (mis.


Tidak berguna)

2. merasa malu/bersalah

3. menolak penilaian positif

Objektif

1. enggan mencoba hal baru

2. berjalan menunduk

3. postur tubuh menunduk

Gejala dan tanda minor

Subjektif

1. merasa sulit berkonsentrasi

2. Sulit tidur
3. mengungkapkan
keputusasaan

Objektif

Kontak mata kurang

Lesu tidak bergairah

Pasif

Berbicara lesu dan lirih

Sulit membuat keputusan

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Bunuh Diri Berhubungan Dengan Gangguan Psikologis

(D.0135)

2. Keputusasaan Berhubungan Dengan Stress Jangka Panjang

(D.0088)

3. Harga Diri Rendah Kronis Berhubungan Dengan Gangguan Psikiatri

(D.0086)

K. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Resiko bunuh diri Setelah dilakukan proses Pencegahan bunuh diri (I.14538)
keperawatan diharapkan
Observasi:
kontrol diri meningkat
(L.09076) - Identifikasi gejala isiko bunuh diri
(mis. gangguan mood, halusinasi,
Kriteria hasil:
delusi, panik, penyalahgunaan zat,
1. verbalisasi keinginan kesedihan, gangguan kepribadian)
bunuh diri menurun
- Identifikasi kainginan dari pikiran
2. verbalisasi rencana
rencana bunuh diri
bunuh diri menurun
- Monitor lingkungan bebas bahaya
3. perlaku merencanakan
secara rutin (mis. barang pribadi,
bunuh diri menurun
pisau cukur, jendela)
4. alam perasaan depresi
- Monitor adanya perubahan mood
menurun
atau perilaku

Terapeutik

- Libatkan dalam perencanaan


perawatan mandiri

- Libatkan keluarga dalam


perencanaan perawalan

- Lakukan pendekatan langsung dan


tidak menghakimi saat membahas
bunuh diri

- Berikan lingkungan dengan


pengamanan ketat dan mudah
dipantau (mis. tempat tidur dekat
ruang perawat)

- Tingkatkan pengawasan pada


kondisi tertentu (mis. rapat staf,
perganlian shift)

- Lakukan intervensi perlindungan


(mis. pembalasan area,
pengekangan fisik), jika
diperlukan

- Hindari diskusi berulang tentang


bunuh diri sebelumnya, diskusi
berorientasi pada masa sekarang
dan mesa depan dan masa
sekarang

- Diskusikan rencana menghadapi


ide bunuh diri di masa depan (mis.
orang yang dihubungi, ke mana
mencari bantuan)

- Pastikan obat ditelan

Edukasi

- Anjurkan mendiskusikan
perasaan yang dialami kepada
orang lain

- Anjurkan menggunakan
sumber pendukung (mis.
layanan spiritual, penyedia
layanan)

- Jelaskan tindakan pencegahan


bunuh diri kepada keluarga
atau orang terdekat

- Informasikan sumber daya


masyarakat dan program yang
tersedia

- Latih pencegahan risiko


bunuh diri (mis. latihan
asertif, relaksasi otot
progresif)

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat


antiansietas, atau antipsikotik,
sesuai indikasi

- Kolaborasi tindakan
keselamatan kepada PPA

- Rujuk ke pelayanan kesehatan


mental, jika perlu

2 Keputusasaan Setelah dilakukan proses Promosi harapan (I.09307)


keperawatan diharapkan
Observasi
harapan meningkat
(L.09068) - Identifikasi harapan pasien
dan keluarga dalam
Kriteria hasil:
pencapaian hidup
1. keterlibatan dalam
Terapeutik
aktivitas keperawatan
meningkat - Sadarkan bahwa kondisi yang
dialami memiliki nilai penting
2. selera makan
meningkat - Pandu mengingat kembali
kenangan yang
3. inisiatif meningkat
menyenangkan Libatkan
4. minat komunikasi pasien secara aktif dalam
verbal meningkat perawatan

5. afek datar menurun - Kembangkan rencana

6. verbalisasi keputusan perawatan yang melibatkan

pasif tingkat pencapaian tujuan


sederhana Berikan
7. pola tidur menurun
kesempatan kepada pasien
dan keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok sampai
dengan kompleks

- Ciptakan lingkungan yang


memudahkan mempraktikkan
kebutuhan spiritual

Edukasi

- Anjurkan mengungkapkan
perasaan terhadap kondisi
dengan realistis
- Anjurkan mempertahankan
hubungan (mis. menyebutkan
nama orang yang dicintai)

- Anjurkan mempertahankan
hubungan terapeutik dengan
orang lain Latih menyusun
tujuan yang sesuai dengan
harapan

- Latih cara mengembangkan


spiritual diri Latih cara
mengenang dan menikmati
masa lalu (mis. prestasi,
pengalaman)
3 Harga diri rendah Setelah dilakukan proses Promosi harga diri (I. 09308)
kronis keperawatan harga diri
Observasi:
meningkat (L. 09069)
- Identifikasi budaya, agama,
Kriteria hasil:
ras, jenis kelamin, dan usia
1. penilaian diri positif terhadap harga diri.
meningkat
- Monitor verbalisasi yang
2. penerimaan penilaian merendahkan diri sendiri
positif terhadap diri
- Monitor tingkat harga diri
sendiri meningkat
setiap waktu, sesuai
3. merjalan menampakkan kebutuhan
wajah meningkat
Terapeutik
4. konsentrasi meningkat
- Motivasi terlibat dalam
5. tidur meningkat verbalisasi positif untuk diri

6. kontak mata meningkat sendiri

7. gairah aktivitas - Motivasi menerima tantangan

meningkat atau hal baru

8. percaya diri berbicara - Diskusikan pernyataan

meningkat tentang harga diri

9. kemampuan membuat - Diskusikan kepercayaan


keputusan meningkat terhadap penilaian diri

10. perasaan bersalah - Diskusikan pengalaman yang


menurun meningkatkan harga diri
Diskusikan persepsi negatif
11. perasaan malu menurun
diri

- Diskusikan alasan mengkritik


diri atau rasa bersalah

- Disukusikan penetapan tujuan


realistis untuk mencapai harga
diri yang lebih tinggi

- Diskusikan bersama keluarga


untuk menetapkan harapan
dan batasan yang jelas

- Berikan umpan balik positif


atas peningkatan mencapai
tujuan

- Fasilitasi lingkungan dan


aktivitas yang meningkatkan
harga diri

Edukasi

- Jelaskan kepada keluarga


pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif
diri

- Anjurkan mempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi dengan orang
lain pasien

- Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki

- Anjurkan membuka diri


terhadap kritik negatif
Anjurkan mengevaluasi
perilaku

- Ajarkan cara mengatasi


bullying

- Latih peningkatan tanggung


jawab untuk diri sendiri

- Latih
pemyataan/kemampuan
positif diri

- Latih cara berfikir dan


berperilaku positif

- Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangani situasi

L. EVALUASI
-Perhatikan hari – demi hari.
-Libatkan klien dalam mengevaluasi prilakunya.
1. Apakah ancaman Bunuh diri sudah menghilang
2. Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari
3. Apakah sumber koping sudah dipakai semua ?
4. Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif ?
5. Apakah sudah memakai koping positif ?
6. Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri ?
7. Apakah klien sudah mendapat keyakinan untuk pertumbuhan diri ?

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress dan berkembang dalam beberapa rentang. Banyak penyebab/alasan sescorang
melakukan bunuh diri diantaranya kegagalan beradaptasi,perasaan marah dan
terisolasi, dan lainnya Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman
bunuh diri serta percobaan bunuh diri. Pengkajian orang yang bunuh diri juga
mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah
tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut

2. Saran

Hendaknya perawat menmiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasien yang


ingin mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh
diri pasien Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta


PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).Jakarta
PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).Jakarta
Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry, Mosby, St Louis.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, Bed.Elsevier
Mosby, Philadelphia
Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing, Mosby, St Louis.

Anda mungkin juga menyukai