Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN JIWA

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DAN


PENINJAUAN KASUS DENGAN RISIKO BUNUH
DIRI

Disusun oleh :

Ridha Febria (22090270014)


Rimala Reka Sinta (22090270017)
Risma Kuntari Putri (22090270043)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep
Asuhan Keperawatan dan Peninjauan Kasus dengan Risiko Bunuh Diri” ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan, dan doanya. Makalah ini mungkin
kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran ibu dosen dan teman-teman
untuk menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah yang kami tulis dapat memberikan tambahan wawasan bagi teman-teman
mahasiswa keperawatan dan semoga bisa menjadi bahan referensi untuk pembelajaran kita
bersama.

Jakarta, Maret 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................5
BAB II................................................................................................................................6
A. Pengertian...............................................................................................................6
B. Pengkajian Keperawatan......................................................................................8
BAB III............................................................................................................................16
A. Kasus.....................................................................................................................16
B. Pengakajian..........................................................................................................17
C. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 19
D. Intervensi Keperawatan..................................................................................... 19
E. Implementasi....................................................................................................... 21
F. Evaluasi................................................................................................................ 21
BAB IV..........................................................................................................................22
A. Kesimpulan.........................................................................................................22
B. Saran...................................................................................................................22

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja secara
sadar berkeinginan untuk mati. Menurut Herdman,(2012). Organisasi kesehatan dunia
(WHO) mendefinisikan bunuh diri sebagai tindakan membunuh atau mematikan diri
sendiri yang dilakukan secara sengaja dan dilakukan oleh orang yang bersangkutan dengan
pengetahuan penuh atau harapan bahwa hal tersebut dapat berakibat fatal.
Bunuh diri merupakan salah satu dari 20 penyebab utama kematian secara global
untuk umur dan hampir satu juta orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya (Buku
Asuhan Keperawatan Jiwa, 2018)
Berdasarkan UU Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, kesehatan jiwa
didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau individu dapat berkembang dalam hal
fisik, mental, spiritual, dan sosial. Sehingga individu tersebut menyadari kemampuan dari
diri sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Gejala yang menyertai gangguan ini antara
lain berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan berpikir, serta
tingkah laku aneh, misalnya agresivitas atau katatonik. Menurut Balitbangkes Kemenkes
RI (2013) gangguan jiwa berat dikenal juga dengan sebutan psikosis, dan salah satu contoh
psikosis yaitu skizofrenia.
Bunuh diri menurut Videbeck (2011) merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan
oleh seseorang untuk mengakhiri kehidupannnya. Perilaku bunuh diri adalah tindakan yang
dilakukan secara sengaja untuk membunuh diri sendiri. Bunuh diri dapat melibatkan
ambivalensi antara keinginan untuk hidup dan keinginan untuk mati. Perilaku bunuh diri
terdiri dari tiga tingkatan yaitu berupa ide/isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan
percobaan bunuh diri.

5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis Menyusunn “Konsep Asuhan
Keperawatan dan Peninjauan Kasus dengan Risiko Bunuh Diri”.

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan ini diharapkan mahasiswa mampu memahami Konsep Asuhan
Keperawatan dan Peninjauan Kasus dengan Risiko Bunuh Diri.

6
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
BUNUH DIRI

A. Pengertian
Bunuh diri merupakan Tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien
berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa
rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk
bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan perawat yang
tinggi dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien tidak
melakukan tindakan bunuh diri.

Rentang Respons
Respons Adaptif Respons Maladaptif

Pertumbuhan
Peningkatan Diri Perilaku destruktif Pencederaan diri Bunuh diri
Peningkatan
Berisiko diri tak langsung

Keterangan :
1. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin,
dan kesadaran diri meningkat.
2. Pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan merupakan posisi pada
rentang yang masih normal dialami oleh seorang individu yang sedang dalam
perkembangan perilaku.
3. Destruktif diri tak langsung merupakan pengambilan sikap yang kurang tepat
(maladaptive) terhadap situasi pertahanan diri. Yaitu setiap aktivitas yang
merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian,
seperti perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam
rekreasi yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang
secara sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
4. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa
bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh. Bentuk
umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai dan membakar kulit,
7
membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit demi sedikit,
dan menggigit jari.
5. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan.

1. Kategori Resiko Bunuh Diri


a Isyarat Bunuh Diri
Ditujukan dengan perilaku tidak langsung (gelagat) ingin bunuh diri, pada
kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidup
namun tidak disertai ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus asa,
atau tidak berdaya. Ungkapan hal-hal negative tentang diri menggambarkan
resiko bunuh diri.

b Ancaman Bunuh Diri


Ancaman bunuh diri biasanya diucapkan oleh klien yang berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana mengakhiri hidup dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut. Walaupun dalam kondisi ini klien
belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan.
Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan niat
bunuh dirinya tersebut.

c Percobaan Bunuh Diri


Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien menciderai atau melukai diri
untuk mengakhiri hidupnya. Dalam kondisi ini, klien aktif melakukan
percobaan bunuh diri dengan berbagai cara seperti minum racun, memotong
urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
(Buku Asuhan Keperawatan Jiwa, 2018)

B. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian tingkah laku bunuh diri temasuk aplikasi observasi melekat dan
keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik dan rencana spesifik.
Perawat harus mengkaji tingkat risiko bunuh diri, faktor predisposisi, presipitasi,
mekanisme koping, dan sumber koping pasien

8
Psikodinamika
Lima domain faktor risiko menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri
sepanjang siklus kehidupan, yaitu sebagai berikut.
1. Faktor predisposisi
a. Diagnosis Psikiatrik: perilaku bunuh diri 90% dewasa berkaitan dengan
penyakit psikiatrik antara lain gangguan alam perasaan (15%) (gangguan
bipolar dan depresi psikotik), penyalahgunaan zat (25-50%) yaitu alcohol
abuse, Skizofrenia (10-15%) dan gangguan ansietas yaitu panik dan PTSD
b. Personalitas: kepribadian hostility, umumnya muncul perilaku agression turn
inward (Freud), perilaku yang muncul dari kepribadian impulsif dan depresif
yaitu social withdrawal, low self esteem, tidak mampu mempercayai orang
lain, ketidakberdayaan, berpikir kaku dan infleksibel
c. Lingkungan Psikososial
1) Kehilangan: kematian, perpisahan atau perceraian
2) Kurangnya dukungan sosial: dukungan keluarga dan lingkungan terhadap
dirinya, terbiasa mendengar atau mengetahui bunuh diri dari media
3) Peristiwa kehidupan yang negatif: masalah interpersonal, dipermalukan
didepan publik, PHK, ancaman dipenjara
4) Penyakit medis kronik: Kanker, epilepsi,gangguan muskuloskeletal,
penyakit ulkus, HIV/AIDS
d. Riwayat Keluarga
1) Identifikasi dan imitasi upaya bunuh diri dalam keluarga
2) Stres dalam keluarga
3) Transmisi faktor genetik à penyakit mental, kembar monozigot > dizigot
e. Biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan dopaminergik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku merusak diri.

2. Faktor Presipitasi
a. Psikososial dan klinik
1) Keputusasaan
2) Ras kulit putih
3) Jenis kelamin laki-laki
4) Usia lebih tua
5) Hidup sendiri

9
b. Riwayat
1) Pernah mencoba bunuh diri.
2) Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
3) Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.
c. Stressor Presipitasi:
Prilaku destruktif diri ditimbulkan oleh stres berlebihan yang dialami individu
antara lain kejadian kehidupan yang memalukan misalnya masalah
interpersonal, kehilangan pekerjaan, ancaman penjara.

3. Sumber Koping
Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial dan kultural.
Durkheim membuat urutan tentang tingkah laku bunuh diri. Ada tiga subkategori
bunuh diri berdasarkan motivasi seseorang, yaitu sebagai berikut.
a. Bunuh diri egoistik
Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
b. Bunuh diri altruistik
Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
c. Bunuh diri anomik
Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi individu.

4. Mekanisme koping
Mekanisme yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego yaitu:
a. Denial yaitu menghindari realitas yang tidak diinginkan dengan mengabaikan
b. atau menolak untuk mengakuinya
c. Rasionalisasi yaitu memberikan penalaran atau penjelasan logis yang dapat
diterima secara sosial untuk membenarkan atau membuat suatu impuls,
perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima menjadi dapat diterima
d. Intelektualisasi yaitu penalaran atau logika berlebihan yang digunakan untuk
menghindari agar tidak mengalami perasaan yang mengganggu
e. Regresi yaitu kemunduran dalam menghadapi stres dengan perilaku yang
menjadi ciri dari tingkat perkembangan sebelumnya.
5. Faktor Risiko
Menurut SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)
Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.
Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam
bunuh diri.
10
Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya, “Tinggalkan saya sendiri atau
saya bunuh diri”.
Skor 4 :Aktif mencoba bunuh diri.
6. Faktor perilaku
a. Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan biasanya dikaitkan dengan program pengobatan yang dilakukan
(pemberian obat). Pasien dengan keinginan bunuh diri memilih untuk tidak
memperhatikan dirinya.
b. Pencederaan diri
Cedera diri adalah sebagai suatu tindakan membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja. Pencederaan diri dilakukan terhadap diri sendiri,
tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
c. Perilaku bunuh diri
Biasanya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
1) Ancaman bunuh diri, yaitu peringatan verbal dan nonverbal bahwa orang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih
lama lagi atau mungkin juga mengomunikasikan secara nonverbal melalui
pemberian hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya.
2) Upaya bunuh diri, yaitu semua tindakan yang diarahkan pada diri sendiri
yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarahkan pada kematian jika
tidak dicegah.
3) Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-
benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
7. Factor lain
Factor lain yang perlu diperhatikan dalma pengkajian pasien destruktif diri adalah
sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 2015)
a. Pengkajian lingkungan upaya bunu diri
1) Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan
2) Tindakan persiapan /metode yang dibutuhkan, mengatur rencana,
membicarakan tentang bunuh diri, memberikan barang berharga sebagai
hadiah, catatan untuk bunuh diri
3) Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan
11
4) Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih
5) Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui
b. Petunjuk gejala
1) Keputusasaan.
2) Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak berharga.
3) Alam perasaan depresi.
4) Agitasi dan gelisah.
5) Insomnia yang menetap.
6) Penurunan berat badan.
c. Penyakit psikiatrik
1) Upaya bunuh diri sebelumnya.
2) Kelainan afektif.
3) Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat.
4) Kelainan tindakan dan depresi pada remaja.
5) Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia.
6) Kombinasi dari kondisi di atas.
d. Riwayat psikososial
1) Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.
2) Hidup sendiri.
3) Tidak bekerja, perubahan, atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami.
4) Stres kehidupan ganda (pindah, kehilangan, putus hubungan yang berarti,
masalah sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin).
5) Penyakit medis kronis.
6) Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat.
e. Faktor-faktor kepribadian
1) Impulsif, agresif, rasa bermusuhan.
2) Kekakuan kognitif dan negatif.
3) Keputusasaan.
4) Harga diri rendah.
5) Batasan atau gangguan kepribadian antisosial.
f. Riwayat keluarga
1) Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri.
2) Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau keduanya.

12
C. Proses Keperawatan
1) Pohon Masalah
Risiko Bunuh Diri

Harga Diri Rendah

Kehilangan
2) Diagnosis
Risiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah.
3) Rencana Tindakan
Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosis keperawatan risiko bunuh diri.
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat.
b. Tindakan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
Anda dapat melakukan tindakan berikut.
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ke tempat
yang aman.
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang.
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat.
4) Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa Anda akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau
mencoba bunuh diri.
b. Tindakan
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian.
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya di sekitar pasien.
3) Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun sendiri.
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur.
13
D. Prinsip Tindakan
ISYARAT BUNUH DIRI DENGAN DIAGNOSIS HARGA DIRI RENDAH
Tindakan Keperawatan untuk Pasien Isyarat Bunuh Diri
1. Tujuan
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya.
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.

2. Tindakan
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
b. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara berikut.
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien.
5) Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan.
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara berikut.
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
2) Mendiskusikan dengan pasien efektivitas masing-masing cara
penyelesaian masalah.
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga dengan Pasien Isyarat Bunuh Diri
1. Tujuan
Keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
2. Tindakan
a. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah
muncul pada pasien.
2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri.
b. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
14
2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain sebagai
berikut.
a) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang
mudah diawasi. Jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
meninggalkan pasien sendirian di rumah.
b) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh
diri, seperti tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, serta zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau
racun serangga.
c) Selalu mengadakan dan meningkatkan pengawasan apabila tanda dan
gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan
pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala
untuk bunuh diri.
3) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain sebagai berikut.
1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
2) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan
bantuan medis.
d. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien.
1) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan.
2) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara
teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
3) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip
lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar
cara penggunakannya, dan benar waktu penggunaannya.

EVALUASI
1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan pasien yang tetap
aman dan selamat.
2. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan
bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan
15
keluarga berperan serta dalam melindungi anggota keluarga yang mengancam
atau mencoba bunuh diri.
3. Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan hal berikut.
a. Pasien mampu mengungkapkan perasaanya.
b. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
c. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
4. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan
risiko bunuh diri, sehingga keluarga mampu melakukan hal berikut.
a. Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri.
b. Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi anggota
keluarga yang berisiko bunuh diri.
c. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam
merawat anggota keluarga yeng berisiko bunuh diri.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. Kasus :

Tn.A dengan diagnosa depresi mengatakan bosan hidup karna merasa bersalah dengan
kedua orang tuanya karna gagal untuk masuk universitas yang diharapkan oleh klien dan
kedua orangtuanya. Keluarga terutama ibu mengatakan sudah kurang lebih 1 minggu klien
tidak nafsu makan dan makan hanya 1x dalam sehari ,dan saat berjalan tatapan selalu
kosong dan selalu menangis khususnya saat malam hari. Saat diajak berkomunikasi Klien
mengatakan malu dengan teman-temannya yang mendapat universitas yang bagus dan
ayah klien juga menyalahkan klien karna kurang belajar lebih giat padahal klien sudah
berusaha semaksimal mungkin. Klien tampak tidak bersemangat, tampak murung, lebih
banyak diam, tidak bergairah saat diajak berbicara dan lebih suka menyendiri. Saat
dilakukan pengkajian lebih lanjut dengan klien, di temukan banyak bekas luka sayatan
berupa goresan ditangan.kiri dan kanan klien. dan mengatakan ingin mati. Keluarga
terutama ibu klien, mengatakan sempat melihat dua hari yang lalu Tn.A melakukan
percobaan bunuh diri yang pertama kalinya dengan menemukan gunting kecil dikantong
jaket yang Tn A pakai saat klien tertidur di sofa ruang tengah.

B. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
1) Diagnosis psikiatri
Tn.A dalam kasus tersebut didiagnosis depresi, HDR
2) Sifat kepribadian
Sifat kepribadian pada Tn.A yang meningkatkan resiko bunuh diri adalah
suka menyendiri, merasa malu dan karna gagal untuk mewujudkan impian
kedua orang tuanya untuk bisa masuk ke universitas.

3) Lingkungan psikososial
Tn.A mulai mengalami gangguan ketika mendapati bahwa Tn.A tidak
lolos di universitas yang diharapkan oleh orang tuanya sejak saat itu Tn.A
mulai murung, lebih banyak diam dan lebih suka menyendiri.

4) Biologis
Tidak ada keturunan dari Tn.A yang sama memiliki gangguan seperti
dirinya.

17
5) Psikologis
Perilaku yang ditujukan oleh Tn.A dengan tampak tidak bersemangat,
tampak murung, lebih banyak diam, tidak bergairah saat diajak berbicara
dan lebih suka menyendiri. Dia juga merasa gagal dan tidak dapat
memenuhi keinginan ayahnya.

6) Sosiokultural:
Hubungan dengan orang disekitarnya, Tn.A memiliki hubungan yang baik
dengan ibunya. Akan tetapi, hubungan Tn.A dengan ayahnya dan teman
sekitarnya kurang baik. Dan hal tersebut salah satu yang melatarbelakangi
apa yang dialaminya sekarang.

b. Faktor prepitasi
Faktor pencetus dari kasus diatas adalah adanya rasa bersalah terhadap
orangtuanya, dan adanya perasaan k e c e w a terhadap keadaan dan diri
sendiri.

18
c. Respon terhadap stress
1) Kognitif
Kognitif klien sejak mengalami gangguan ini terganggu, yaitu ketika
diajak berbicara klien cenderung lebih banyak diam daripada
menanggapi pembicaraan.

2) Afektif
Tn.A seringkali menangis khususnya saat malam hari dan selalu
mencemaskan masa depannya.

3) Fisiologis:
Tn.A sering kali sulit tidur dimalam hari karena mencemaskan masa
depannya.

4) Perilaku
Tn.A sehari-harinya berperilaku seperti orang normal lainnya dalam
menjalani aktivitas hariannya, hanya saja orang sekeliling Tn.A sering
melihat Tn.A saat berjalan tatapan selalu kosong, tidak nafsu makan dan
makan hanya 1x dalam sehari. Selain itu, Tn.A sering berperilaku yang
membahayakan seperti menyayat goresan ditangan kanan dan kirinya
dengan gunting kecil.

5) Sosial
Hubungan sosial Tn.A dengan sekitar kurang baik terutama dengan ayah
nya.
d. Kemampuan Mengatasi Masalah/ Sumber Coping
1) Kemampuan personal:
Tn.A kurang bisa mengendalikan dirinya apabila sudah menyangkut
dengan teman dan orangtuanya, sehingga menurut orang sekitar Tn.A
melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.

2) Dukungan social:
Pada awalnya, keluarga dan teman-temannya sangat mendukung usaha
yang dilakukan oleh Tn.A, ketika mengetahui hasil yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan, orang sekitar mulai menjauhi Tn.A dan
ayahnya menyalahkan atas kegagalan Tn. A.

19
3) Asset material:
Tn.A merupakan seorang anak yang belum memiliki penghasilan,

C. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

Resiko Bunuh setelah dilakukan Observasi


Diri tindakan keperawatan -Identifikasi gejala resiko bunuh diri (mis:
diharapkan kondisi Gangguan mood, halusinasi, delusi, panik,
pasien penyalahgunaan zat, kesedihan, dan
- Perilaku gangguan kepribadian)
melukai diri -Identifikasi keinginan dan pikiran rencana
sendiri menurun bunuh diri
5 -Monitor lingkungan bebas bahaya secara
- Verbalitas ingin rutin (mis: barang pribadi, pisau cukur,
bunuh diri jendela)
menurun 5 - Monitor adanya perubahan mood atau
- Perilaku perilaku
merencanakan
bunuh diri Terapeutik
menurun 5 -Libatkan dalam perencanaan perawatan
- Verbalisasi mandiri
syarat bunuh -Libatkan keluarga dalam perencanaan
diri menurun 5 perawatan
-Lakukan pendekatan langsung dan tidak
menghakimi saat membahas bunuh diri
-Berikan lingkungan dengan pengamanan
ketat dan mudah dipantau (mis: tempat tidur
dekat ruang perawat)
-Tingkatkan pengawasan pada kondisi
tertentu (mis: Rapat staf, pergantian shift)
-Lakukan intervensi perlindungan (mis:
pembatasan area, pengekangan fisik), jika
diperlukan
-Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri
20
sebelumnya. Diskusi berorientasi pada masa
sekarang dan masa depan.
-Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh
diri di masa depan (mis: orang yang
dihubungi, kemana mencari bantuan)
-Pastikan obat ditelan.

Edukasi
-Anjurkan mendiskusikan perasaan yang
dialami kepada orang lain.
-Anjurkan menggunakan sumber pendukung
(mis: layanan spiritual, penyedia layanan).
-Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri
kepada keluarga atau orang terdekat.
-Informasikan sumber daya masyarakat dgn
program yang tersedia
-Latih pencegahan resiko bunuh diri (Latihan
asertif, relaksasi otot progresiffa)

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian obat antiansietas atau
antipsikotik sesuai indikasi.
-kolaborasi tindakan keselamatan kepada
PPA
-rujuk ke pelayanan Kesehatan mental jika
perlu.

21
22
E. Implementasi
Melakukan apa yang sudah direncanakan di intervensi kepada klien
F. Evaluasi
S : Tuliskan apa yang masih dirasakan klien
a. Klien mengatakan malu dengan teman-temannya yang mendapat universitas
yang bagus dan ayah klien juga menyalahkan klien karna kurang belajar lebih
giat padahal klien sudah berusaha semaksimal mungkin.

O : Klien tampak tidak bersemangat, tampak murung, lebih banyak diam, tidak
bergairah saat diajak berbicara, lebih suka menyendiri dan banyak bekas luka
sayatan berupa goresan ditangan.kiri dan kanan klien.

A : Tanda gejala yang masih ada atau yang sudah hilang


a. klien masih terlihat murung dan melakukan hal yang mengarah pada
mencedari diri.
b. klien masih tampak murung, tidak bergairah diajak bicara dan suka
menyendiri
P : Lanjutkan intervensi selanjutnya

23
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan
hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan
ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian atau luka yang menyakiti diri
sendiri. Terjadinya bunuh diri dapat diakibatkan oleh depresi maupun gangguan
sensori seperti halusinasi. Penatalaksanaan dilakukan dari segi medis dan
keperawatan. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan terapi farmakologi, sedangkan penatalaksanaan keperawatan yang
dilakukan berfokus pada klien dan keluarga klien. Selain penatalaksanaan, resiko
bunuh diri dapat dicegah melalui upaya pencegahan, baik upaya pencegahan dari
diri sendiri tetapi juga upaya pencegahan yang berasal dari lingkungan klien.

B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui
bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan resiko bunuh diri
dengan baik. Karena dengan adanya manajemen yang baik, maka angka kejadian
bunuh diri dapat ditekan dan hidup masyarakat akan menjadi lebih baik pula.

24
Daftar Pustaka

Yusuf, Ah.(2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Sundeen & Stuart. (2015). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Jurnal Keperawatan Jiwa. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN

SKIZOFRENIA DENGAN RISIKO BUNUH DIRI. Volume 8 No 2, Hal 211 - 216,

Mei 2020. FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan

PPNI Jawa Tengah

25

Anda mungkin juga menyukai