Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

A. Pengertian
Bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja
untuk mengakhiri kehidupan. Individu secara sadar berkeinginan untuk mati
sehingga melakukan tindakan-tindakn untuk mewujudkan keinginan tersebut.
(Kelliat, 2011).
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku
destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian. (Hartono, 2010).
Definisi bunuh diri adalah suatu upaya yang di dasari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-
isyarat percobaan atau ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian
luka atau menyakiti diri sendiri. Prilaku bunuh diri merupakan salah satu
gangguan respon protektif diri menurut (Stuart and Sudden.2013).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bunuh
diri adalahsuatuupayaseseorangmelukaidirinyasendiri yang
dapatmengakhirihidupnya.

B. Rentang respon risiko bunuh diri

Respon adaptif respon


maladaptive

Menghargai diri Berani mengambil Merusak diri Bunuh diri


risiko dalam sendiri secara
mengembangkan tidak langsung
diri
(Stuart and Sudden.2013).

C. Tahapan Bunuh Diri


1. Ancaman bunuh diri: peringatan verbal ataupun nonverbal bahwa orang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri
2. Upaya bunuh diri: semua tinakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan
oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah
3. Bunuh diri: mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan
(Stuart& Sudden.2013).

D. Tanda Dan Gejala


Menurut (Stuart &Sudden, 2013) tanda dan gejala yang
seringmunculpadapasiendenganresikobunuhdiriyaitu:
1. Data Subyektif
Menyatakan ingin bunuh diri atau ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
2. Data Obyektif
a. Adanya isyarat bunuh diri
b. Ada ide bunuh diri
c. Pernah mencoba bunuh diri
d. Keputusasaan
e. Agitasi dan gelisah
f. Menarik diri dari lingkungan sosial
g. Kelainan afektif
h. Alkoholisme

E. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis dan genetic
Faktor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya rsiko bunuh diri.
b. Faktor psikologis
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
c. Faktor sosial budaya
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori, yaitu
a) Egoistic
Orang yang tidak terintegrasi pada kelompok sosial.
b) Atruitik
Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat
c) Anomic
Suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan
beradaptasi dengan stressor ( Hartono.2010)
2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yng
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pncetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri (Stuart&Sudden, 2013)

F. Akibat
Tindakan resiko bunuh diri ataupun bunuh diri jelas dapat berujung pada
kematian. Namun bila bunuh diri digagalkan maka banyak hal yang dapat
terjadi pada pasien. Hal yang kemungkinan dapat terjadi adalah ekspresi
keputusasaan, penurunan BB, depresi, upaya bunuh diri selanjutnya. Menarik
diri dari lingkungan sosial dan HDR, sehingga masalah-masalah yang
ditimbulkan akibat bunuh diri perlu diperhatikan oleh perawat jiwa. Jangan
sampai masalah-masalah tersebut justru memudahkan untuk bunih diri lagi
(Hartono, 2010)

G. Psikopatologi
Menurut Yosep (2011), semua perilaku bunuh diri adalah serius apapun
tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan
kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan
mempunyai niat untuk melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi
menjadi 3 kategori :
1. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau non verbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi
seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan
seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu
yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan.
Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung
mati mungkin jika mati tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya.

H. Diagnosis Keperawatan Utama


Masalah keperawatan utama resiko bunuh diri

I. Penatalaksanaan
Strategi pelaksanaan pasien resiko bunuh diri. Ada beberapa penatalaksanaan
lain pada pasien dengan resiko bunuh diri yaitu:
1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan
pada diri sendiri, dengan cara :
a. Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
b. Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup,
dukungan social yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam
kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan.
2. Berikan lingkungan yang aman (safety) berdasarkan tingkatan resiko ,
managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi:
a. Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan
didekat ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
b. Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat
membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel
listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.
3. Membantu meningkatkan harga diri klien
a. Tidak menghakimi dan empati
b. Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
c. Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
d. Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan
control impuls yang rendah.
e. Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila
diindikasikan.
4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social
a. Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien
membutuhkan dukungan social yang adekuat.
b. Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai
termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.
c. Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
5. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.
a. Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif.
b. Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
c. Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi
sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri.
d. Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping
e. Explorasi perilaku alternative
f. Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai
(Purba, 2009)
J. Fokus Intervensi
1. Tindakan mandiri
SP I
a. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
b. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
c. Melakukan kontrak treatment
d. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
e. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
SP II
a. Mengidentifikasi aspek positif pasien.
b. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri.
c. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagaiindividu yang
berharga.
SP III
a. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien.
b. Menilai pola koping yang biasa dilakukan.
c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif.
d. Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif.
e. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian.
SP IV
a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
b. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
c. Member dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang realistis.
2. Tindakan modalitas
a. TAK stimulasi persepsi untuk harga diri rendah
Sesi I: Identifikasi hal positif pada diri
Sesi II: melatih positif pada diri
b. TAK sosialisasi
Sesi I: kemampuan memperkenalkan diri
Sesi II: kemampuan berkenalan
Sesi III: kemampuan bercakap-cakap
Sesi IV: kemampuan bercakap-cakap topic tertentu
Sesi V: kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
Sesi VI: kemampuan bekerjasama
Sesi VII: evaluasikemampuansosialisasi
3. Tindakan kolaboratif
Pasien dalam krisis karena kematian 1rang terdekat atau
peristiwalain dengan perjalanan waktu yang terbatas akan berfungsi lebih
baik setelah menerima sedasi ringan seperlunya, terutama bila sebelum
itutidurnya terganggu. Benzodiazepin merupakan obat terpilih dan
ramuanyang khas ialah lorazepam (Ativan)1mg 1-3x sehari untuk 2
minggu. Iritabilitas pasien mungkin meningkat dengan penggunaan
teratur . ini merupakan satu resiko untuk bunuh diri, maka Benzodiazepin
harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang bersikap keras dan
bermusuha. Hanya sejumlah kecil dari medikasi ituharus disediakan,dan
pasien harus diikuti dalam beberapa hari.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Kelliat, B A. 2011. Buku Keperawatan Peran Serta Keluarga dalam Perawatan


Jiwa. Jakarta : EGC.

Purba, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah


Psikososial danGangguan Jiwa. Medan: USU Press

Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Refika Aditama


.
Stuart&Sudden. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksana Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
STRATEGI PELAKSANAAN : RESIKO BUNUH DIRI
A. Kondisi Klien
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering melukaitubuhnyasendiri
Klien mengatakan ingin mengakhiri hidupnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh diri
C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien dapat mengontrol rasa inginbunuhdiri
2) Pasiendapatberfikirpositifterhadapdirinya.

D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SP 1 Pasien : Mengidentifikasi benda yang membahayakan, Mengajar
mengendalikan dorongan bunuh diri, Melatih mengendalikan dorongan
bunuh diri.

ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, pekenalkan nama Saya Richard Mahasiswa keperawatan
yang akan merawat bapak. Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa?”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang masalah yang bapak
alami ? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit”
KERJA:
” Bagaimana perasaan bapak setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini
bapak paling merasa menderita di dunia ini ? Apakah bapak pernah kehilangan
kepercayaan diri?”
”Apakah bapak merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang
lain?”
”Apakah bapak merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?”.
”Apakah Bapak sering mengalami kesulitan berkonsentrasi ?”
”Apakah Bapak berniat unutuk menyakiti diri sendiri?”Ingin bunuh diri atau
berharap bapak mati?””Apakah Bapak pernah mencoba bunuh diri? ” Apa
sebabnya, bagaimana caranya?” Apa yang Bapak rasakan?”
”Baik Pak, sekarang saya akan mengajarkan kepada bapak untuk mengontrol rasa
ingin bunuh diri bapak.” Jika bapak sedang merasa kesal atau marah bapak bisa
melakaukan teknik relaksasi nafas dalam.”
”Jadi caranya seperti ini ya pakai ? Tutup mata bapak, dan bayangkan bapak
sedang marah dan kesal, kemudian Bapak tarik nafas lewat hidung secara
perlahan, tahan 1-3 detik kemudian hembuskan lewat mulut.” Sekarang coba
bapak contohkan ?”
”Bagus sekali Bapak bisa melakukannya. Jadi jika rasa ingin bunuh diri itu
muncul bapak bisa melakukan relaksasi nafas dalam yang saya ajarkan.”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau rasa itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau
jam berapa saja latihannya? Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan rasa ingin bunuh diri dengan cara yang kedua? Jam berapa
pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya”
”Baiklah, hari ini saya rasa cukup, besok kita berjumpa lagi.”

Anda mungkin juga menyukai