Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Oleh:
Adita Ramadhany Avivatin
22030034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

Nama :Adita Ramadhany Avivatin


Prodi : Profesi Ners
NIM : 22030034
Tugas laporan pendahuluan “Resiko Bunuh Diri Di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya” dibuat sebagai syarat untuk melengkapi tugas Praktik Klinik Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa pada tanggal 5 September – 2 Oktober 2022

Surabaya, 3 September 2022


Mahasiswa

Adita Ramadhany Avivatin


NIM. 22030034

Mengetahui, Mengetahui,
Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

Ns. Sukma Ayu C. K., M.Kep., Sp.Kep.J Dini Mei Widayanti, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP.03043 NIP.03011
Mengetahui,
Pembimbing Klinik

KUSNOTO

RESIKO BUNUH DIRI


A. Konsep Dasar Bunuh Diri
1. Pengertian
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian (Gail W. Stuart, 2006).
Perilaku bunuh diri meliputu isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau mernyakiti diri
sendiri (Yosep, Iyus. 2009).
2. Tanda dan Gejala
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
Riwayat psikososial:
a. Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
Faktor-faktor kepribadian :
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisocial (Rastirainia, 2009)
3. Tingkatan
Menurut Tri Aan (2009), perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :
a) Suicidal ideation.
Sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak
ditekan.
b) Suicidal intent.
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang
konkrit untuk melakukan bunuh diri,
c) Suicidal threat.
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan
dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
d) Suicidal gesture.
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada
diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi
sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang
dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya
meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya.
e) Suicidal attempt.
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu
ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang
mematikan.
f) Suicide.
Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah didahului
oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil
melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan
bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari individu
yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam.
4. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori:
a) Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak mendapat
respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan
bunuh diri.
b) Upaya bunuh diri: semua tindakan yang dilakukan individu terhadap diri
sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c) Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan, orang
yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar ingin mati
mungkin akan mati.
B. Rentang Respon ( Menurut Yosep 2009)

Respon Adatif ResponMaladaptif

Peningkatkan Berisiko destruktif Destruktif diri Pencederaan


Bunuh Diri tidak langsung Diri Diri

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman


bunuh diri mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar
dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adatif pada diri seseorang.

a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri


secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertolongan diri. Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalakan diri sendri terhadap situasi yang
seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat
bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpimnan padahal sudah
melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat atau maladaptive terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya
yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau
bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri. Seorang melakukan percobaan bunuh diri tau pencederaan
diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan tindakan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

B. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (2004), faktor predisposisi bunuh diri antara lain:
1. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa
bermusuhan, implisif dan depresi.
2. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
4. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
D. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh
diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada
diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
E. Mekanisme Koping
1. Mood/affek: Depresi yang persisten, merasa sedih, merasa jauh dari orang
lain, afek datar, sering mendengar atau melihat bunyi yang sedih dan unhappy,
membenci diri sendiri, merasa dihina, sering menampilkan sesuatu yang tidak
adekuat di sekolah, mengharapkan untuk dihukum.
2. Perilaku/behavior: Perubahan pada penampilan fisik, kehilangan fungsi, tak
berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan, gangguan tidur, sensitive
3. Sekolah dan hubungan interpersonal: Menolak untuk ke sekolah, bolos dari
sekolah, sosial teman-temannya, kegiatan-kegiatan sekolah dan hanya interest
pada hal – hal yang menyenangkan, kekurangan system pendukung sosial
yang efektif.
4. Keterampilan koping: Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan
diri, tidak menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang
secara total tidak berdaya.
F. Faktor – faktor Risiko Bunuh Diri
a. Perilaku
1. Membeli senjata
2. Mengubah surat wasiat
3. Membuat surat wasiat
4. Perubahan sikap yang nyata
5. Membeli obat dalam jumlah yang banyak
b. Fisik
1. Nyeri kronik
2. penyakit fisik
3. penyakit terminal
c. Psikologis
1. Penganiayaan masa kanak-kanak
2. Riwayat bunuh diri dari keluarga
3. Rasa bersalah
4. Remaja homoseksual
d. Situasional
1. Remaja yang tinggal ditatanan nontradisional
2. Ketidakstabilan ekonomi
3. kehilangan kebebasan
4. pension
e. Sosial
1. Gangguan kehidupan keluarga
2. kesepian
3. Kehilangan hubungan yang penting
4. putus asa
f. Verbal
1. menyatakan keinginan untuk mati
2. mengancam bunuh diri
G. Jenis Bunuh Diri
a. Bunuh diri egoistik (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu
seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalanintergrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentang untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang menikah.
b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antar individu
dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma
kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat
atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada
pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya

Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan ( pada diri sendiri,


orang lain, lingkungan dan verbal)
Effect

Resiko Bunuh Diri


Core Problem

Harga Diri Rendah Kronik


Causa
A. DIAGNOSA
1. Risiko Bunuh Diri.
2. Harga diri rendah kronik
3. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal.

B. TINDAKAN KEPERAWATAN KEPADA PASIEN


1. Tujuan keperawatan
a. klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
c. Klien dapat mengeskspresikan perasaannya
d. Klien mengunakan dukungan sosial
e. Klien menggunakan dukungan sosial
2. Tindakan keperawatan
a. Kenalkan diri pada klien
b. Tanggapi perbicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal
c. Bicara tegas, jelas,jujur
d. Bersifat hargai dan bersahabat
e. Temani klien saat keinginan menciderai diri meningkat
f. Jauhkan klien dari benda benda yang membahayakan(seperti pisau,
silet, gunting,tali kaca)
g. Dengarkan keluhan yang klien rasakan
h. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,ketakutan
dan keprihatinan.
i. Beri dorongan pada klien untuk mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapan karena harapan adalah hal yang penting dalam
kehidupan
j. Bantu klien untuk memahami bahwa ia dapat mengatasi aspek-aspek
keputusasaan dan memisahkan dari aspek harapan.
k. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu (outonomi,
mandiri, rasional pemikiran kognitif,fleksibilitas dan spiritualitas.
l. Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (missal:
hubungan antar sesame, keyakinan,hak-hak untuk diselesaikan).
m. Ajarkan klien untuk mengantisipasi pengalaman yang dia senang
melakukan setiap hari(missal:berjalan,membaca buku favorit dan
menulis surat.
n. Bantu klien untuk mengenali hal-hal yang dicintai,yang ia sayangi dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain disamping tentang
kegagalan dalam kesehatan
o. kaji dan kerahkan sumber-sumber eksternal individu(orang
terdekat,tim pelayanan kesehatan,kelompok pendukung,agama yang
dianutnya)
p. kaji system pendukung keyakinan (nialai,pengalaman masa
lalu,aktifitas keagamaan,kepercayaan agama).lakukan rujukan selesai
indikasi (missal:konseling dan pemuka agama).

Anda mungkin juga menyukai