DI SUSUN OLEH :
GUNAWATY 2007013
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI
A. PENGERTIAN
1. Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).
2. Dari aliran eksistensial, Baechler mengatakan bahwa bunuh diri mencakup semua
perilaku yang mencari penyelesaian atas suatu masalah eksistensial dengan
melakukan percobaan terhadap hidup subjek (dalam Maris dkk., 2000). Menurut
Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa disebut bunuh diri, maka
harus disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun demikian, intensi bukanlah hal
yang mudah ditentukan, karena intensi sangat variatif dan bisa mendahului,
misalnya untuk mendapatkan perhatian, membalas dendam, mengakhiri sesuatu
yang dipersepsikan sebagai penderitaan, atau mengakhiri hidup. Menurut Maris,
Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara
lain:
a. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan
hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
B. JENIS
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar
kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan
oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
1. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide,
atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan.
Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini
memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
2. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan
perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,
3. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
4. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan,
misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada
lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati
dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki
kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami
konflik mental. Tahap ini sering di namakan “Crying for help” sebab individu
ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan.
5. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai
indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat
yang mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami
ambivalen akan kehidupannya.
6. Suicide, Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang
berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan
percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari
individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam.
D. PENYEBAB
Menurut Dalami (2009:101-102), etiologi bunuh diri yang digolongkan atas berbagai
unsur antara lain:
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko bunuh
diri meliputi:
1. Faktor predisposisi
a. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
untuk perilaku resiko bunuh diri
e. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku resiko bunuh diri.
2. Faktor presipitasi
a. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
b. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/
gagal melakukan hubungan yang berarti.
3. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
E. RENTANG RESPON
F. METODE BUNUH DIRI
Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (dalam Maris
dkk., 2000). Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan intensi
mati. Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa metode memiliki
makna khusus atau simbolisasi dari individu. Secara umum, metode bunuh diri terdiri
dari 6 kategori utama yaitu:
G. AKIBAT
1. Keputusasaan
2. Menyalahkan diri sendiri
3. Perasaan gagal dan tidak berharga
4. Perasaan tertekan
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan berat badan
7. Menarik diri dari lingkungan social
8. Pikiran dan rencana bunuh diri
H. PSIKOPATOLOGI
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan,
mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh
diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori :
I. POHON MASALAH
SP3 :
Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan. berikan pujian, kaji ulang resiko bunuh diri
Diskusikan harapan dan masa depan
Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
Latih cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap (setahap demi
setahap)
Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga,
lingkungan dan tahapan yang dipilih
SP4 :
Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan serta kegiatan yang dipilih. berikan pujian
Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga,
lingkungan dan tahapan yang dipilih untuk persiapan masa depan
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN
SP 1
A. Kondisi Klien
DS :
1. Pasien Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2. Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
DO :
1. Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (menjadi sangat patuh)
2. Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol).
3. Kehilangan anggota keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien :
a. Identifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri : isyarat, ancaman, percobaan (jika
percobaan segera rujuk)
b. Identifikasi tanda-tanda bahaya yang mengancam (lingkungan aman untuk pasien)
c. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif
diri sendiri, latihan afirmasi / berpikir aspek positif yang dimiliki
d. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif 5 kali perhari
D. Strategi Komunikasi
1. FASE ORIENTASI
a. Salam : “ selamat pagi “
b. Evaluasi/validasi :
“ Perkenalkan nama saya Puput Sandiana, saya biasa dipanggil Suster Puput, saya
bertugas pada shift pagi mulai pukul 07.00 -14.00”
“ Boleh tahu nama mbak siapa ?
“ Senang dipanggil siapa ? Ohh Santi. Baiklah mbak Santi,”
“ Bagaimana perasaan mbak Santi hari ini?
c. Kontrak :
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mbak rasakan selama ini
dan cara mengatasinya, saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin mbak
sampaikan. Santi mau berbicara dimana dan berapa lama kita mau berbicara?
Bagaimana kalau 10 menit? nanti pukul 13.00 setelah makan siang di taman ?”
2. FASE KERJA
“Coba ceritakan apa yang menyebabkan mbak ingin menyakiti diri sendiri dan
mencoba untuk mengakhiri hidup mbak? Setelah kejadian itu terjadi sepertinya
mbak merasa menjadi orang yang paling menderita di dunia ini, merasa
kehilangan kepercayaan diri, dan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
Adakah niat mbak untuk menyakiti diri sendiri?”
“Baiklah tampaknya mbak memerlukan bantuan untuk menghilangkan
keinginan untuk bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar mbak untuk
memastikan tidak ada benda benda yang membahayakan mbak . Nah,
karena mbak tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup, maka saya tidak akan membiarkan mbak sendiri. Saya akan
menemani mbak. Coba apa yang akan mbak lakukan kalau keinginan bunuh diri
muncul? Ya, saya setuju. mbak harus memaggil perawat yang bertugas di
tempat ini untuk membantu dan menemani mbak.
“Sekarang mari kita latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri.
Caranya mbak harus yakin bahwa kehidupan besok akan lebih baik dari
sekarang, katakan dalam diri mbak ‘saya masih ingin hidup besok’, ‘saya pasti
bisa lebih baik dari sekarang. Sekarang coba pikirkan dan bicara dalam hati
dengan diri sendiri. Ya bagus mb, saya yakin mbak dapat melakukannya.
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi subyektif :
“Bagaimana perasaan setelah kita bincang-bincang selama ini ?”
b. Evaluasi obyektif :
“Coba mb sebutkan cara tersebut ?” Bagus mbak luar biasa”
c. Rencana tindak lanjut :
“Baiklah, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang meningkatkan
harga diri pasien isyarat bunuh diri.
d. Kontrak :
Besok kita bertemu lagi jam berapa? mau berapa lama?, mau dimana tempatnya?”
SP 2
A. Kondisi Klien
DS :
1. Pasien Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2. Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
DO :
1. Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
2. Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol).
3. Kehilangan anggota keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 2 Pasien :
a. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, berikan pujian, kaji ulang resiko
bunuh diri
b. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri : buat daftar aspek positif
keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berfikir aspek positif keluarga dan lingkungan
c. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga dan lingkungan
D. Strategi Komunikasi
ORIENTASI
1. Salam : “Selamat pagi mbak , masih ingat dengan saya? Ya betul sekali.
2. Evaluasi/validasi :
Bagaimana perasaan mbak saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan?
3. Kontrak :
Baik, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang bagaimana cara
berfikir positif dan menghargai diri sendiri sebagai individu yang berharga. Dimana
enaknya kita berbincang – bincang mb? berapa lama mb mau berbincang – bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA
“Apa saja dalam hidup mbak yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih
dan rugi kalau mb meninggal. Coba mbak ceritakan hal-hal yang baik dalam
kehidupan mbak . Keadaan yang bagaimana yang membuat mbak merasa puas?
Bagus. Ternyata kehidupan mbak masih ada yang baik yang patut mbak syukuri.
Coba mbk sebutkan kegiatan apa yang masih dapat mbak lakukan selama ini.
Bagaimana kalau mbak mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.
“Apa kegiatan sehari – hari mb dahulu?”keterampilan apa yang mbak miliki?apa
hobby mbk?(menjahit)”wah…rupanya mbk pandai menjahit ya, tidak semua orang
bisa menjahit lho mbak.
“Coba ceritakan kepada saya kapan pertama kali mbak belajar menjahit?siapa yang
dahulu mengajari mb?dimana?
“Terus bagaimanacara menjahit yang baik itu?”bagus!!”coba kita buat jadwal untuk
kemampuan mbak ini ya,berapa kali sehari/seminggu mbak mau menjahit?”oh iya mb,
2 kali seminggu ya. Senin dan kamis.
“kira- kira yang diharapkan dari kemampuan menjahit ini apa?”
Apa yang mb sedang fikirkan sekarang?apakah mb tahu apa saja cara yang bisa kita
lakukan agar selalu berfikir positif?”pertama buat daftar ucapan syukur, kedua
berbicara positif pada diri sendiri. Jadikan diri mb sendiri sebagai teman bukan
musuh. Ketiga nyatakan kata – kata positif kepada orang lain dan kepada diri sendiri.
Keempat ketahui cita – cita, impian dan minat mb. Apakah mb mempunyai suatu
impian, minat dan cita – cita? “ nah bagus sekali, mb sudah punya impian. “ coba kita
masukan dalam jadwal harian mb. Mb mau latihan berapa kali?” dua kali seminggu
juga?” hari apa saja mb?” senin dan kamis?”baiklah.
TERMINASI
e. Evaluasi subjektif :
Bagaimana perasaan mb setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa
saja yang patut di syukuri dalam hidup mb? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik
dalam kehidupan mb jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus mb.
Coba mb ingat lagi hal-hal lain yang masih mb miliki dan perlu di syukuri!” apakah
ada yang ingin mb tanyakan?
f. Evaluasi objektif :
“ jadi mb, sudah tahukah tentang aspek positif mb?bisa mb jelaskan lagi?”tadi kan
kita sudah bagaimana cara berfikir positif dan menghargai diri sebagai individu yang
berharga”
Bagaimana caranya mb?”setelah ini coba mb lakukan latihan bagaimana cara berfikir
positif dan menghargai diri sebagai individu yang berharga”. Nanti kalau mb ada
masalah mb bisa menpraktekkannya cara yang telah kita pelajari tadi.
g. Rencana tindak lanjut :
“ini ada format kegiatan cara berfikir positif dan menghargai diri. Nanti kalau mb
melakukan sesuai dengan jadwal kita mb kasih tanda contreng ya disini.
h. Kontrak waktu :
Besok kita ketemu lagi ya mb?”mb maunya jam berapa”? tempatnya dimana?
“nanti kita akan membicarakan tentang harapan dan masa depan mb, setuju? Baiklah,
kalau begitu saya pamit dulu. Selamat siang.
SP 3
A. Kondisi Klien
DS :
1. Pasien Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2. Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
DO :
1. Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
2. Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alcohol).
3. Kehilangan anggota keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 3 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan lingkungan.
berikan pujian, kaji ulang resiko bunuh diri
2. Diskusikan harapan dan masa depan
3. Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
4. Latih cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap (setahap demi setahap)
5. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga, lingkungan dan
tahapan yang dipilih
D. Strategi Komunikasi
ORIENTASI
1. Salam :
Selamat pagi mb, bertemu dengan saya lagi. Mb masih ingat dengan saya kan?
Semoga saja masih ingat.
2. Evaluasi/validasi :
Bagaimana perasaan mb hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri? Apalagi hal-
hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!
3. Kontrak :
Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah mb selama
ini. Mau berapa lama mb? Mau disini saja?
KERJA
Coba ceritakan situasi yang membuat mb ingin bunuh diri. Selain bunuh diri apalagi
kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya mb . Nah, sekarang coba kita
diskusikan tindakan yang menguntungan dan merugikan dari seluruh cara tersebut.
Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut mb cara
yang mana? Ya saya juga setuju dengan pilihan mb. Sekarang kita buat rencana
kegiatan untuk mengatasi perasaan mb ketika mau bunuh diri dengan cara tersebut.
Kita mulai dari mb setelah dari sini ya? Nah, setelah dari sini mb mau tinggal di
mana? Di rumah sendiri atau di rumah orang tua mb? Baiklah, mb mau tinggal di
rumah orang tua mb ya. apa yang mb inginkan selama ini belum tercapai? Nah,bagus.
Setelah keluar dari sini mb mencoba mencari pekerjaaan lagi, agar keinginan mb
menjadi orang sukses dapat terwujud. Saya yakin mb paasti bisa..semoga sukses ya
mb….
TERMINASI
a. Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan mb setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang mb gunakan. Coba mb
melatih cara yang mb pilih tadi.
c. Rencana tindak lanjut :
Besok kita akan mengulang lagi bagaimana cara mengatasi masalah ketika
perasaan ingin bunuh diri itu muncul.
d. Kontrak :
Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi di sini ya? kira – kira mau berapa
menit? bagaimana kalau 20 menit? Baiklah sekarang mb bisa beristirahat, selamat
siang.
.
SP 4
A. Kondisi Klien
DS :
1. Pasien Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2. Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
DO :
1. Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
2. Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alcohol).
3. Kehilangan anggota keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 4 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan lingkungan serta
kegiatan yang dipilih. berikan pujian
2. Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
3. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga, lingkungan dan
tahapan yang dipilih untuk persiapan masa depan
D. Strategi Komunikasi
ORIENTASI :
1. Salam :“Selamat pagi bu! ”
2. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan mb hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri? Apalagi
hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!
3. Kontrak :
Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang
selama ini timbul. Mau dimana dan berapa lama?bagaimana kalau 20 menit?
KERJA:
Coba ceritakan situasi yang membuat mb ingin bunuh diri. Selain bunuh diri,
apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah begini ada beberapa
cara yang di sarankan kemarin yaitu berfikir positif dengan membuat daftar kegiatan
sehari – hari mb. Cara tersebut menolong agar mb tidak berfikir untuk bunuh diri,
misal dengan melakukan berucap syukur, kegiatan menjahit dan bersosialisasi.
Bagaimana mb sudah jelas, atau masih ada yang akan ditanyakan ?”.
TERMINASI
a. Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan mb setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi objektif: coba sebutkan kembali berapa cara yang dapat dilakukan saat
keinginan bunuh diri muncul ? terus apa lagi ?.... Bagus”
c. Kontrak : bagaimana kalau keluarga menengok kita akan bercakap – cakap lagi
tentang cara mengatasi masalah yang sudah mb lakukan? Besok di jam yang
sama kita akan bertemu lagi di sini. Bagaimana, mau berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit saja ?
d. Rencana tindak lanjut “Jangan lupa besok kalau mb sudah pulang dan seperti
ada keinginan bunuh diri tolong ingatkan cara - cara yang sudah diajarkan tadi
ya!”. Baiklah sekarang mb bisa beristirahat, selamat siang.
DAFTAR PUSTAKA
Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Yosep Iyous. 2009. Keperawatn Jiwa. Bandung: Refika Adira
http:www.ilmukeperawatan/denganklienbunuhdiri.com
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo
2003
Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung:
RSJP.2000