Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BUNUH DIRI
Pembimbing : Endang Caturini S, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :

1. Firdiya Yuliana (P27220016 152)


2. Fitiyani (P27220016 154)
3. Husnul Khotimah (P27220016 167)
4. Nur Aini Dwi Ma’ruf (P27220016 169)
5. Nur Hening Nita P. (P27220016 172)

DIV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2018/2019
BUNUH DIRI

A. PENGERTIAN
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin
“suicidium”, dengan “sui” yang berarti sendiri dan “cidium” yang berarti
pembunuhan.Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku
pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang
memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan
bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah
mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga
individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang
dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).
Bunuh diri menurut Maris (2007) merupakan tindakan yang secara sadar
dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Tanda dan gejalanya meliputi
sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, dan memberikan isyarat verbal maupun
nonverbal.
Dari aliran eksistensial, Baechler mengatakan bahwa bunuh diri mencakup
semua perilaku yang mencari penyelesaian atas suatu masalah eksistensial dengan
melakukan percobaan terhadap hidup subjek (dalam Maris dkk., 2000). Menurut Corr,
Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa disebut bunuh diri, maka harus
disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun demikian, intensi bukanlah hal yang
mudah ditentukan, karena intensi sangat variatif dan bisa mendahului, misalnya untuk
mendapatkan perhatian, membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan
sebagai penderitaan, atau mengakhiri hidup. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan
Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
1 Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2 Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3 Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4 Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
B. ETIOLOGI
Menurut Dalami (2009:101-102), etiologi bunuh diri yang digolongkan atas berbagai
unsur antara lain:
1. Penyebab bunuh diri pada anak
Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan, situasi keluarga yang kacau,
perasaan tidak disayang, selalu dikritik, gagal sekolah, takut atau dihina di
sekolah, kehilangan orang yang dicintai, dihukum orang lain.
2. Penyebab bunuh diri pada remaja
Hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit mempertahankan hubungan
interpersonal, pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak
mengerti orang lain, kehilangan orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah
dengan orang tua, masalah seksual, depresi.
3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
Self ideal yang terlalu tinggi, cemas akan tugas akademik yang banyak, kegagalan
akademi berarti kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua, kompetisi
untuk sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut
Perubahan status dari mandiri ketergantungan penyakit yang menurunkan
kemampuan berfungsi, perasaan tidak berarti di masyarakat, kesepian dan isolasi
social, kehilangan ganda (seperti pekerjaan kesehatan pasangan, sumber hidup
berkurang.Beberapa factor determinan pada perilaku bunuh diri: kebudayaan,
jenis kelamin, umur, status social, status perkawinan, gangguan jiwa (Dalami,
2009:102-103). Mann dari bidang psikiatri mengatakan penyebab bunuh diri
berada di otak, akibat kurangnya tingkat 5-HIAA, reseptor post-sinapsis, dan
pertanda biologis lainnya (dalam Maris dkk., 2000). Berikut beberapa faktor
penyebab bunuh diri yang didasarkan pada kasus bunuh diri yang berbeda-beda
tetapi memiliki efek interaksi di antaranya (dalam Maris dkk.,2000;
Meichenbaum, 2008):
a. Major-depressive illness, affective disorder.
b. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan
bunuhmemiliki level alkohol dalam darah yang positif).
c. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri.
d. Sejarah percobaan bunuh diri.
e. Sejarah bunuh diri dalam keluarga.
f. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan.
g. Hopelessness dan cognitive rigidity.
h. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan
dengan kelompok teman yang suicidal).
i. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas.
j. Rendahnya tingkat 5-HIAA.
k. Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia global,
halusinasi perintah).
l. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan bunuh
diri).
m. Akses pada media untuk melukai diri sendiri.
n. Penyakit fisik dan komplikasinya.
o. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas.

C. RENTANG RESPON BERHUBUNGAN DENGAN BUNUH DIRI


1. Rentang sehat sakit dapat dipakai untuk mengabarkan respon adaptif
sampai respon maladaptive pada bunuh diri.
2. Respon adaptif menghargai diri.
3. Respon maladaptif menghargai diri.
4. Merusak diri sendiri secara langsung.
5. Berani mengambil resiko dalam mengembangkan diri.
Dalam kehidupan, individu selau menghadapi masalah atau sressor. Respon
individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki
serta tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat senantiasa berespon secara
adaptif dan jika gagal ia berespon secara maladaptive dengan menggunakan
koping bunuh diri (Dalami, 2009:104).
D. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah usaha yang diarahkan untuk menanggulangi stress.Usaha
ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha pemecahan masalah
langsung.Dari sudut kedokteran dapat dikemukakan bahwa setidak-tidaknya orang
yang hendak melakukan bunuh diri egoistic atau anomik berada dalam keadaan
patologis.Mereka semua sedang mengalami gagguan fungsi mental yang bervariasi
dari yang ringan sampai yang berat karena itu perlu ditolong.Pencegahan bunuh diri
altruistic boleh dikatakan tidak mungkin kecuali bila kebudayaan dan norma-norma
masyarakat diubah (Dalami, 2009:104).

E. METODE BUNUH DIRI


Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (dalam Maris dkk.,
2000). Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan intensi mati.
Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa metode memiliki makna
khusus atau simbolisasi dari individu. Secara umum, metode bunuh diri terdiri dari 6
kategori utama yaitu:
1. Obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)
2. Menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)
3. Senjata api dan peledak
4. Menenggelamkan diri
5. Melompat
6. Memotong (menyayat dan menusuk).

F. TANDA DAN GEJALA


1. Sedih
2. Marah
3. Putus asa
4. Tidak berdaya
5. Memberikan isyarat verbal maupun non verbal
G. PENATALAKSANAAN
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian sungguh-
sungguh.Pertolongan pertama bisanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di rumah sakit, dibagian penyakit dalam atau bagian
bedah.Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran
penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis.Penentuan perawatan
tidak bergantung pada factor social, tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang
mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri.
Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat dilakukan evaluasi
psikiatri.Tidak ada hubungan beratnya gangguan badanlah dengan gangguan
psikologik.Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan
mentalnya.Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektrokonvulsi, obat-
obat terutama berupa anti depresan dan psikoterapi (Dalami, 2009:105).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan tingkah lakubunuh diri difokuskan pada pencegahan bunuh
diri.Pencegahan dapat dicapai karena semua individuambivalen terhadap hidup dan
tidak ada yang seratus persen ingin mati.Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda
atau gejala yang dapat menentukan tingkat risiko dari tingkah laku bunuh diri
(Dalami, 2009:105).Menurut Dalami (2009) ada tiga macam perilaku bunuh diri:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditujukan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan “segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya”.Pada kondisi ini sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya namun
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa tidak
berdaya.Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut.Secara aktif telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.Walaupun dalam kondisi ini
klien belum pernah mencoba bunh diri, pengawasan ketat harus dilakukan,
kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana
bunuh diri.
3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk
menyakiti hhidupnya. Pada kondisi ini klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari
tempat yang tinggi (Dalami, 2009:110-111).
Faktor-Faktor dalam PengkajianPasien Destruktif Diri
1. Pengkajian Lingkungan Upaya Bunuh Diri
a. Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan.
b. Tindakan persiapan-metoda yang dibutuhkan, mengatur rencana,
membicarakan tentang bunh diri, memberikan milik berharga sebagai
hadiah, catatan untuk bunuh diri.
c. Pengguanaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan.
d. Pemahaman letalitas dari metoda yang dipilih.
e. Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
2. Petunjuk Gejala
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan berat badan
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social.
3. Penyakit Psikiatrik
a. Upata bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat
d. Kelainan tindakan dan depresi pada remaja
e. Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia
f. Kombinasi dari kondisi di atas
4. Riwayat Psikososial
a. Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru dialami
d. Stress kehidupan multiple (pindah, kehilangan, putus hubungan yang
berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap krisis disiplin)
e. Penyakit medic kronik
f. Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat
5. Faktor-Faktor Kepribadian
a. Impulsive, agresif, rasa bermusuhan
b. Kekakuan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan atau gangguan kepribadian antisosial
6. Riwayat Keluarga
a. Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri
b. Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau keduannya

B. POHON MASALAH

Resiko Bunuh diri

Resiko Mencederai diri,


Orang lain, lingkungan.

Perilaku kekerasan

Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan NANDA
Berhubungan Dengan Respons Perlindungan Diri
a. Penyesuaian, kerusakan
b. Ansietas
c. Gangguan citra tubuh
d. Koping komunitas, inefektif
e. Koping, keluarga inefektif, perlemahan
f. Koping, individu inefektif
g. Menyangkal, inefektif
h. Deficit volume cairan, risiko terhadap
i. Kesepian, risiko terhadap
Ketidakpatuhan
a. Nutrisi, perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh
b. Nutrisi, perubahan: lebih dari kebutuhan tubuh
c. Gangguan harga diri
Mutilasi diri, risiko terhadap
a. Distress spiritual
Amuk, risiko terhadap: diarahkan-pada diri

D. RENCANA KEPERAWATAN
Respon Protektif-Diri Maladaptif
Diagnosis keperawatan: potensial untuk melakukan tindak kekerasan terhadap diri
sendiri.Hasil yang diharapkan: pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri
secara fisik.

Tujuan jangka-pendek Intervensi Rasional


Pasien tidak akan Observasi dengan ketat Prioritas tertinggi diberikan
melakukan aktivitas yang pada aktivitas penyelamatan
Pindahkan benda yang
mencederakan dirinya. hidup pasien.
berbahaya
Perilaku pasien harus
Siapkan lingkungan yang
diawasi sampai kendali diri
aman
memadai untuk keamanan.
Berikan kebutuhan fisiologik
dasar

Kontrak untuk keamanan jika


tepat

Pantau pengobatan

Pasien akan Identifikasi kekuatan- Perilaku destruktif-


mengidentifikasi aspek- kekuatan pasien dirimencerminkan depresi
aspek positif yang ada Ajak pasien untuk berperan yang mendasar dan terkait
pada dirinya. serta dalam aktivitas yang dengan harga diri rendah
disukai dan dapat serta kemarahan terhadap diri
dilakukannya sendiri.
 Dukung keberhasilan diri dan
keinginan untuk berhias
 Tingkatkan hubungan
interpersonal yang sehat
Pasien akan Permudah kesadaran, Mekanisme koping
mengimplementasikan penamaan dan ekspresi maladaptive harus diganti
dua respons protektif diri perasaan dengan yang sehat untuk
yang adaptif.  Bantu pasien mengenal mengatasi stress dan ansietas.
mekanisme koping yang tidak
sehat
 Identifikasi alternative cara
koping
 Beri imbalan untuk perilaku
koping yang sehat
Pasien akan Bantu orang terdekat untuk Isolasi social menyebabkab
mengidentifikasi dua berkomunikasi secara harga diri rendah dan depresi,
sumber dukungan social konstruktif dengan pasien mencetuskan perilaku
yang bermanfaat.  Tingkatkan hubungan destruktif terhadap diri
keluarga yang sehat sendiri.
 Identifikasi sumber komunitas
yang relevan
 Prakarsai rujukan untuk
menggunakan sumber
komunitas
Pasien akan mampu Libatkan pasien dan orang Pemahaman dan peran serta
menguraikan rencana terdekat dalam perencanaan dalam perencanaan pelayanan
pengobatan dan asuhan kesehatan meningkatkan
rasionalnya.  Jelaskan karakteristik dari kepatuhan.
kebutuhan pelayanan
kesehatan yang telah
diidentifikasi, diagnosis
medic, dan rekomendasi
tindakan dan medikasi
 Dapatkan respons terhadap
rencana asuhan keperawatan
 Modifikasi rencana
berdasarkan umpan balik
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta: TIM

Maris, R et all. 2007. Comprehensive Textbook of suicidology, Guilford Press Carpenito,


Belmont.

Stuart, G. W. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai