PEMBUKAAN
Latar Belakang
KAJIAN TEORI
Kehadiran, atau sikap benar-benar ada untuk klien, adalah bagian dari
komunikasi terapeutik. Perawat tidak boleh terlihat bingung; sebaliknya, klien
harus merasa bahwa dia merupakan fokus utama perawat selama interaksi. Hadir
untuk klien ditunjukkan dengan postur terbuka sdan santai serta mencondongkan
tubuh ke arah klien. Perawat menghadap ke klien secara langsung dan
mempertahankan kontak mata.
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerepan teknik
berkomunikasiyang berbeda pula. Berikut adalah teknikh komunikasi berdasarkan
referensi
2. Menunjukkan Penerimaan
Dalam pertanyaan terbuka , kesan klien dijadikan subjek dan bukan objek,
artinya yang mendominasi interaksi justru dari klien dan bukan
sebalikknya.mari kita bandingkan kesdua pertanyaan ini.
Pada pernyataan poin (A) akan kita dapatkan data yang mungkin lebih dari
satu kalimat atau satu kata, karena pertanyaan tu sebabnya pertanyaan
terbuka yanag memberikan peluang kapada ibu utuk mencritan kejadian-
kejadian yang dialami oleh anaknyan selama dirumah. Pertanyaan tersebut
memberikan kesempatn kepada ibu utuk mengingat-ingat kembali
kejadian yang telah terjadi pada anakanya. Beda dengan pertanyaan (b)
yang mempersempit gerak dan imajinasi ibu dalam mengungkapkan apa
yang dialami anakanya sewaktu dirumah. Mungkin ibu akan menjawanb
dengan jawaban ya atau tidak saja (yes and no question) tanpa mampu
memgembangkan tanda dan gejala yang ada pada anaknya.kesannya justru
perawat yang mndominasi interaksi dan jawabannyang dihasilkan
kemungkinan abnyak yang bias kerena tampak sekali perawat mendikte
klien. Kegiatan ini bernilai trapeutik apabila klien menunjukkan
penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi nonterapeutik apabila
perawat mendominasi interaksi dan menolak respons klien (stuart and
sundeen, 1995). Hal inilah yang dikatakan klien sebagai objek dan bukan
subjek.
Semestinya pertanyaan yang ditujukan pada klien itu padat dan jelas yang
tidak berbelit –belit, serta bersifat basa-basi terlebuh lagi pertanyaan yang
melebar dari kontek masalah. Pertanyaan tersebut menjadikan klien
bingung menjawab, apalagi saat klien dirumah sakit, perasaan cemas
selalu ada dipikikrannya. Pertanyaan yang lebar menjadikan klien enggan
menanggapi, dan itu beresiko terhadap hubungan perawat-klien. Harus
disadari oleh perawat bahwa data yang digali adalah data yang
berhubungan dengan keluhan klien saja (data primer), sedangkan data
pendamping (data sekunder) bisa didapatkan dari cara lain, yaitu studi
dokumenter, observasi, maupun pemeriksaan fisik. Contohnya: ”bapak
sakitnya apa?, Kapan sakitnya?, dimana sakitnya?, diantar oleh siapa?,
pakai kendaraan apa?, dan sebagainya.
K: “aku ini sakit, kalau tak sakit mana mungkin ke rumah sakit.”
Pertanyaan tersebut menambah kecemasan klien karena perawat hanya
memperhatikan kepentingan pribadinya tanpa memperhatikan kecamasan
yang dialami klien akibat masalah yang dihadapinya.
5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan
untuk mengklarifikasi untuk menyamakan pengertian, maksud, dan ruang
lingkup pembicaraan karena informasi sangat penting dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Geldard, D dalam Suryani (2006) berpendapat
bahwa klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau
pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti
dari ungkapannya. Ini berarti klarifikasi dapat diartikan sebagai upaya
untuk mendapatkan persamaan persepsi antara klien dan perawat tentang
perasaan yang dihadapi dalam rangka memperjelas masalah untuk
menfokuskan perhatian.
6. Memfokuskan
7. Menawarkan Informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi
klien terhadap keadaannya. Memberikan tambahan informasi merupakan
pendidikan kesehatan bagi klien. Selain itu, tindakan ini akan menambah
rasa percaya klien terhadap perawat, karena perawat terkesan menguasai
masalah yang dihadapi klien. Sebaiknya, jika perawat menahan informasi
saat klien membutuhkan, akan membuat klien tidak percaya kepada
perawat. Untuk itu perawat harus mampu menguasai ilmu pengetahuan
yang memadai tentang masalah yang dihadapi klien sebagai bekal dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Apabila ada informasi yang ditutupi
oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh
memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi
memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
Contoh:
Contoh:
10. Diam
Diam yang dilakukan perawat terhadap klien adalah bertujuan untuk
menunggu respons klien untuk mengungkapkan perasaannya. Teknik
komunikasi yang dilakukan perawat dengan tidak bicara apapun (diam)
merupakan teknik komunikasi yang memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengorganisir dana menyusun pikiran atau ide sebelum
diungkapkan kepada perawat. Hal ini memungkinkan klien
mengekspresikan ide dan pikirannya dengan detail dan sistematis.
Penggunnaan metode diam memerlukan keterampilan dan ketetapan
waktu, jika tidak maka akan menimbulakan rasa tidak enak. Menurut Boyd
& Nihart dalam Nurjannah, I (2001:58), diam digunakan pada saat klien
perlu mengekspresikan ide tetapi tidak tahu bagaimana
melakukannya/menyampaikan hal tersebut. Diam memungkinkan klien
untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, megorganisir pikirannya,
dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus
mengambil keputusan. Diam sangat berguna untuk memelihara
ketenangan dan diharapkan diam tidak bisa dilakukan dalam waktu yang
lama, karena mengakibatkan klien jadi khawatir. Diam sangat beda sekali
dengan mendiamkan.
Perilaku mendiamkan tidak dibenarkan dalam konteks komunikasi
terapeutik. Perawat mendiamkan klien disebabkan perawat jengkel dengan
klien yang terlalu mengkritik, cerewet, rewel, dan tidak kooperatif.
Perilaku destruktif yang timbul dari klien disebabkan ada yang kurang dari
klien sehingga perawat harus sadar dan tanggap dengan perilaku tersebut.
Perawat perlu koreksi diri, mungkin ada yang kurang dalam memberikan
pelayanan keperawatan sehingga timbul perilaku destruktif dari klien.
Dalam konteks komunikasi, diam yang dilakukan oleh seseorang
menganduung banyak arti dan persepsi. Menurut Nurjannah, I (2001),
diam diartikan dan dipersepsikan antara lain sebagai berikut.
a. Seseorang telah mengerti.
b. Marah dan frustasi, tetapi menolak untuk mengungkapkan.
c. Kesediaan orang untuk menanti.
d. Bosan.
e. Mendengarkan penuh perhatian.
f. Seseorang tidak dapat berpikir atau tidak mampu menangkap
pembicaraan.
11. Meringkas
Contoh:
Contoh:
Contoh:
“.....teruskan.......!”
“.....dan kemudian....?”
“Ceritakan kepada saya tentang itu.... .”
16. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien
untuk melihatnya dalam suatu perspektif
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan
klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu
kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat
kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Perawat akan
dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data
tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam
memenuhi kebutuhannya.
Contoh :
17. Refleksi
Teknik refleksi yang dilakukan perawat bukan untuk menilai pikiran dan
perasaan klien, akan tetapi perawat mengembalikan lagi pikiran dan
perasaan yang merupakan bagian dari dirinya sendiri sehingga klien
mencoba untuk menilai lagi pikiran dan perasaan yang telah ada sebagai
upaya untuk mengevaluasi dan menimbang-nimbang keputusan yang
diambil. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat dan
pikiran pasien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu
melakukan hal tersenut sehingga ia pun akan berfikir bahwa dirinya adalah
manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu
yang terintegritas dan bukan sebagai bagian dari orang lain.
K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi sya bahkan tidak
melepon saya, kalau dia datang saya tidak igin berbicara dengannya.”
Kesimpulan:
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kemampun menerapkan teknik komunikasi trapeutik memrlukan latihan
dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak
dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu, dan ruang yang turut
memegaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
trapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat. Komunikasi juga
akan memberikan dampak trapeutik bila dalam pengguananya
diperhatikan sikap dan teknik komunikasi trapeutuk. Hal ini yang cukup
penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan
faktor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan
kemampuan berhubungan terpeutik.
4.2 Saran