Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

APLIKASI SUPERVISI DI RUANG PERAWATAN

Disusun Oleh :
1. ENI ROHMAWATI (P27220017 013)
2. KENCANA WULANJAR (P27220017 022)
3. PRANANDA EKA ROSITANINGRUM (P27220017 032)
4. WAHYU ATIKASARI (P27220017 042)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul
“Aplikasi Supervisi di Ruang Perawatan” dapat diselesaikan untuk
memenuhi tugas mata kuliah manajemen keperawatan.
Selama menyusun makalah ini banyak pihak yang telah
membantu penulis, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada
1. Bapak Suyanto selaku dosen pengampu mata kuliah
manajemen keperawatan yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan memberikan arahan kepada
penulis.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu–
persatu.
Semoga segala dukungan, doa dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan balasan kebaikan yang
berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini.Terima
kasih.

Surakarta, 21 September 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3 Tujuan masalah............................................................................ 3
1.4 Manfaat ..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Supervisi..........................................................................4
2.2 Sasaran Supervisi........................................................................ 4
2.3 Supervisor Keperawatan...............................................................4
2.4 Tugas Supervisor..........................................................................4
2.5 Kompetensi Supervisor.................................................................5
2.6 Fungsi Supervisor.........................................................................5
2.7 Prinsip – Prinsip ............................................................................6
2.8 Cara Supervisor............................................................................6
2.9 Model – Model Supervisor.............................................................7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................
9
3.2 Saran ......................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................10
LAMPIRAN 11

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pelaksanaannya supervisi bukan hanya mengawasi
apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya dengan
sebaik–baiknya, sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang
telah digariskan, tetapi juga bagaimana memperbaiki proses
keperawatan yang sedang berlangsung. Jadi dalam kegiatan
supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai obyek tetapi
juga sebagai subyek. Perawat diposisikan sebagai partner kerja
yang memiliki ide–ide, pendapat dan pengalaman yang perlu
didengar, dihargai, dan diikutsertakan dalam usaha–usaha
perbaikan proses keperawatan. Dengan demikian supervisi dapat
diartikan sebagai suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para tenaga keperawatan dalam melakukan
pekerjaan mereka dengan sebaik baiknya.
Seseorang yang melakukan kegiatan supervisi disebut
supervisor, harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi
kerja yang nyaman. Ini tidak hanya meliputi lingkungan fisik yang
aman, tetapi juga suasana kerja di antara para tenaga
keperawatan dengan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini yang
harus diupayakan seperti jumlah persediaan dan kelayakan
peralatan agar memudahkan pelaksanaan tugas.
Demikian juga dengan lingkungan yang sehat yang dapat
memberikan rasa bebas dari ancaman penyakit sehingga
menimbulkan keinginan untuk bekerja lebih baik. Supervisor juga
mengusahakan semangat kebersamaan misalnya dengan lebih
sering menggunakan kata–kata “kita” daripada kata–kata “saya”
saat berkomunikasi dengan perawat yang sedang disupervisi.

1
Pada akhirnya, agar dalam pelaksanaan supervisi dapat
mencapai tujuan, supervisor membuat perencanaan supervisi,
kemudian menentukan siapa yang akan disupervisi kemudian
melaksanakannya serta melakukan evaluasi dengan memberikan
penjelasan dalam bentuk arahan (actuiting) dari hasil supervisi
yang diperoleh kepada para pelaksana perawatan yang telah
disupervisi.

1.2 Rumusan Masalah


Ada sembilan rumusan masalah dalam makalah ini yaitu
1.2.1. Apa pengertian supervisi?
1.2.2. Apa sasaran yang harus dicapai dalam supervisi?
1.2.3. Bagaimana supervisor dalam keperawatan?
1.2.4. Apa saja tugas supervisor?
1.2.5. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki supervisor?
1.2.6. Apa fungsi supervisor?
1.2.7. Apa saja prinsip-prinsip supervisi keperawatan?
1.2.8. Bagaimana cara-cara dalam supervisi keperawatan?
1.2.9. Bagaimana model-model supervisi dalam
keperwatan?

1.3 Tujuan
Ada delapan tujuan dalam makalah ini yaitu untuk
1.3.1. Mengetahui pengertian supervisi.
1.3.2. Mendeskripsikan tentang sasaran yang harus dicapai
dalam supervisi.
1.3.3. Mendeskripsikan tentang supervisor dalam
keperawatan.
1.3.4. Mendeskripsikan tentang tugas supervisor.

2
1.3.5. Mendeskripsikan tentang kompetensi yang harus
dimiliki supervisor.
1.3.6. Mendeskripsikan tentang fungsi supervisor.
1.3.7. Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip supervisi
keperawatan.
1.3.8. Mendeskripsikan tentang cara-cara dalam supervisi
keperawatan.
1.3.9. Mendeskripsikan tentang model-model supervisi
dalam keperawatan?

1.4 Manfaat
Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang supervisi dalam
keperawatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Supervisi
Kegiatan supervisi merupakan suatu dorongan, bimbingan,
dan kesempatan bagi pertumbuhan perkembangan keahlian dan
kecakapan para perawat. Selain itu, supervisi juga berperan
sebagai pengamatan atau pengawasan secara langsung
terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin.
Swansburg (1999) mengatakan bahwa, supervisi adalah suatu
proses kemudahan untuk penyelesaian tugas–tugas
keperawatan. Sedangkan Thora Korn (1987) menyatakan bahwa
supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap
perawat dengan sabar, adil, serta bijaksana. Dengan demikian
diharapkan setiap perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat, dan tepat
secara mnyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
dari perawat yang bersangkutan.

2.2 Sasaran Supervisi


Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi antara lain; (1)
Pelaksanaan tugas keperawatan, (2) Penggunaan alat yang
efektif dan ekonomis, (3) Sistem dan prosedur yang tidak
menyimpang, (4) Pembagian tugas dan wewenang, (5)
Penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan, dan
keuangan.

2.3 Supervisor Keperawatan


2.3.1. Kepala ruangan

4
Kepala ruangan bertanggung jawab untuk melakukan
supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien
di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan
mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan
keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung
disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di
ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan
yang menerapkan metode tim, maka kepala ruangan dapat
melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim
masing–masing.
2.3.2. Pengawas perawatan (Supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di
bawah unit pelaksana fungsional (UPF) mempunyai pengawas
yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan
keperawatan.
2.3.3. Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang
keperawatan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi
baik secara langsung atau tidak langsung melalui para
pengawas perawatan.

2.4 Tugas Supervisor


Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
nyaman dan aman, efektif dan efisien. Oleh karena itu tugas
supervisi adalah; (1) Mengorientasikan staf dan pelaksana
keperawatan terutama pegawai baru. (2) Melatih staf dan
pelaksana keperawatan. (3) Memberikan pengarahan dalam
pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran,
fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan. (4)

5
Memberikan pelayanan bimbingan kepada pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

2.5 Kompetensi Supervisor


Seorang supervisor keperawatan dalam menjalankan
tugasnya sehari hari harus memiliki kemampuan dalam
2.5.1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas,
sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana
keperawatan.
2.5.2. Memberikan saran, nasihat, dan bantuan kepada staf
dan pelaksana keperawatan.
2.5.3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat
kerja kepada staf dan pelaksana keperawatan.
2.5.4. Mampu memahami proses kelompok (dinamika
kelompok).
2.5.5. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan
oleh staf dan pelaksana keperawatan.
2.5.6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja
perawat.
2.5.7. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan
yang diberikan lebih baik.

2.6 Fungsi Supervisor


Selain tugas dan kompetensi yang dimiliki oleh seorang
supervisor keperawatan memadai, supervisor keperawatan juga
harus menyadari tentang fungsi supervisor sebagai berikut
2.6.1. Dalam keperawatan fungsi supervise adalah untuk
mengatur dan mengorganisir proses pemberian pelayanan
keperawatan menyangkut pelaksanaan standar asuhan
yang telah disepakati.

6
2.6.2. Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam
memperbaiki faktor-faktor yang memengaruhi proses
pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
2.6.3. Fungsi utama supervisi modern adalah mengoordinasikan,
menstimulasi, dan mendorong ke arah peningkatan
kualitas asuhan keperawatan.
2.6.4. Fungsi supervise adalah membantu (asistensing), memberi
dukungan (supporting), dan mengajak untuk diikutsertakan
(sharing).

2.7 Prinsip-Prinsip
Selanjutrnya agar tugas supervisi dapat dijalankan dengan
baik maka seorang supervisor harus memahami prinsip-prinsip
supervise dalam keperawatan sebagai berikut
2.7.1. Didasarkan atas hubungan professional dan bukan pribadi.
2.7.2. Kegiatan direncanakan secara matang.
2.7.3. Bersifat edukatif, supporting, dan informal.
2.7.4. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksana
keperawatan.
2.7.5. Membentuk hubungan kerjasama yang demokratis antara
supervisor dan staf.
2.7.6. Harus objektif dan sanggup mengandalkan “self
evaluation”.
2.7.7. Harus progresif, inovatif, fleksibel, dan dapat
mengembangkan kelebihan masing-masing perawat yang
disupervisi.
2.7.8. Konstruktif dan kreaktif dalam mengembangkan diri
disesuaikan dengan kebutuhan.
2.7.9. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

7
2.8 Cara Supervisi
Secara teknis supervisi dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Dalam penerapannya disesuaikan dengan situasi
dan kondisi serta tujuan supervisi. Bila ditunjukkan untuk
bimbingan dan arahan serta mencegah dan memeperbaiki
kesalahan yang terjadi, maka supervisi langsung lebih tepat
digunakan. Jika fakta ditujukan untuk memantau proses
pelaksanaan tugas keperawatan yang telah dijalankan secara
global maka supervise tidak langsung lebih tepat digunakan.
Berikut ini penjelasan kedua cara supervisi tersebut
2.8.1. Supervisi langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung. Pada supervisi modern, diharapkan supervisor
terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian
petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Adapun cara
memberikan pengarahan yang efektif adalah; (1) Pengarahan
harus lengkap, (2) Mudah dipahami, (3) Menggunakan kata-kata
yang tepat, (4) Berbicara dengan jelas dan tidak terlalu cepat, (5)
Berikan arahan yang logis, (6) Hindari memberikan banyak
arahan pada satu waktu, (7) Pastikan bahwa arahan dipahami,
(8) Yakinkan bahwa arahan supervisor dilaksanakan sehingga
perlu tindakan lebih lanjut
2.8.2. Supervisi tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis seperti laporan
pasien dan catatan asuhan keperawatan pada setiap sif pagi,
sore, dan malam. Dapat juga dilakukan dengan menggunakan
laporan lisan seperti saat timbang terima sif, ronde keperawatan
maupun rapat dan bilamana memungkinkan memanggil secara
khusus para ketua tim dan kepala ruangan. Supervisor tidak

8
melihat langsung kejadian di lapangan, sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. Oleh karena itu klarifikasi dan umpan balik
diberikan agar tidak terjadi salah persepsi dan masalah segera
dapat diselesaikan
.
2.9 Model-Model Supervisi
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model
supaya supervise dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi
antara lain
2.9.1. Model konvensional
Supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk
menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan
keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan
dan memata-matai staf dalam menjalankan tugas. Model ini
sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari
pelaksanaan sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang
baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan.
2.9.2. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah
direncanakan sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau
masalah saja. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan dengan
model ini memiliki karakteristik sebagai berikut; (1)
Dilakukansecaraberkesinambungan, (2) Dilakukan dengan
prosedur, instrumen, dan standar supervisi yang baku, (3)
Menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan
umpan balik dan bimbingan
2.9.3. Model Klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat
pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga
penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuhan

9
keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis
melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar
keperawatan.
2.9.4. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan
personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor
dapat diterima oleh perawat pelaksana yang akan disupervisi.
Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya
sehingga hubungan antara perawat dan supervisor akan terbuka
yang mempermudah proses supervisi.

Melalui supervisi yang baik, perawat pelaksana akan


mendapat dorongan positif sehingga mau belajar dan
meningkatkan kemampuan profesionalnya. Di sisi lain supervisor
akan dapat menempatkan diri dan menampakkan diri sebagai
pembimbing yang siap mendengar dan berdiskusi mengatasi
masalah asuhan keperawatan yang muncul.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan di rumah sakit. Supervisi modern bukan
mencari kesalahan dan menghukum, tetapi memberi pengarahan
dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan secara efektif dan efisien.
Supervisor perlu membuat rencana supervisi dengan
dilengkapi oleh standar acuan agar hasil supervisi dapat
dianalisis untuk tindak lanjut perbaikan atau pemeliharaan
perilaku staf keperawatan. Oleh karena itu melalui supervisi
dapat tercapai motivasi kerja, kreativitas, ketrampilan dan
pengetahuan perawat yang akhirnya akan meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan.

3.2 Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu memahami
bahwa supervisi diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan yang lebih baik di rumah sakit. Sehingga
diharapkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
menjadi maksimal dan tidak mengecewakan masyarakat.
Secara khusus, perawat maupun tenaga kesehatan lainnya
diharapkan mampu menerapkan supervisi dalam intervensi
keperawatan. Supervisi bukan untuk mencari kesalahan dan
menghukum, namun memberi pengarahan dan petunjuk agar
perawat mampu menyelesaikan tugas yang diberikan secara
efektif dan efisien. Sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja,
kreativitas, keterampilan, dan pengetahuan perawat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Surali, Yanyan. 2010. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan


Praktis. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Suyanto. 2009. Mengenal Kepemimpinan dan manajemen
Keperawatan di Rumah Sakit. Yogyakarta:Mitra Cendekia Press

12
LAMPIRAN

ROLE PLAY SUPERVISI KEPERAWATAN

Pemeran Role Play

KARU : Prananda Eka Rositaningrum

Perawat Primer : Kencana Wulanjar

Perawat Asosiasi : Wahyu Atikasari

Pasien : Eni Rohmawati

Di RSUD Boyolali terdapat seorang pasien Post Op Fraktur Tibia Dekstra


yang kondisinya lemah dan terdapat luka jahitan pada kaki kanan bagian bawah,
luas jahitan 15 cm. Pada hari yang sama Kepala Ruang akan melakukan supervisi
terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Di ruang keperawatan,
KARU menyampaikan maksud dan tujuan supervisi kepada perawat primer dan
perawat asosiasi.

Prananda : Selamat pagi, apa semuanya sudah lengkap?

Kencana : Sudah bu.

Prananda : Baik, pagi ini saya akan melakukan supervisi. Jadi, tujuan untuk
dilakukannya supervisi adalah untuk mempelajari dan memperbaiki
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien kita.

Kencana : Untuk supervisi sendiri tindakan apa yang akan dilakukan?

Prananda : Pada hari ini, saya akan melakukan supervisi terhadap tindakan
perawatan, sesuai dengan jadwal apakah benar pasien yang bernama Ny.
Eni kamar no. 3 akan dilakukan tindakan tindakan perawatan luka dan
mengganti balutan?
13
Kencana : Benar Bu, hari ini jadwal perawatan luka dan mengganti balutan
pada pasien atas nama Ny. Eni kamar no. 3

Prananda : Kalau begitu silakan dipersiapkan peralatannya terlebih dahulu.

Kencana : Baik bu.

Di ruang Perawat

Kencana : Perawat Atika, segera dipersiapkan alat dan bahannya untuk


perawatan luka dan mengganti balutan.

Atika : Baik bu, akan segera saya persiapkan.

Prananda : Baik, pada hari ini kita mempunyai 1 pasien yang akan dilakukan
perawatan luka dan mengganti balutan. Jadi, untuk format
penilaian yang akan dilakukan pada supervisi hari ini saya akan
melakukan beberapa penilaian terhadap tindakan yang akan
dilakukan dan nanti saya akan memberikan penilaian terhadap
beberapa instrumen tindakan seperti teknik perawatan luka yang
benar. Mungkin ini ada beberapa format/instrumen penilaian,
silahkan dibaca dulu (menyerahkan map kepada PP).

Kencana : Iya Bu (menerima map).

Prananda : Ada yang ingin ditanyakan dari format penilaian tersebut?

Kencana : Tidak ada Bu.

Perawat Primer memberi instruksi kepada Perawat Asosiasi untuk


melakukan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan

Kencana : Perawat Atika, hari ini kamu yang akan melakukan tindakan
perawatan luka pada pasien Ny. Eni kamar no. 3.

Atika : Baik bu, siap.

14
(Setelah diberi instruksi oleh perawat primer, perawat Asosiasi menuju ke kamar
pasien dengan membawa perlengkapan untuk perawatan luka)

Prananda : Bagaimana perlengkapan untuk perawatan luka? Sudah lengkap


dan siap?

Atika : Sudah Bu.

Prananda : Oke, mari kita menuju ke pasien sekarang.

Setelah itu, KARU, PP, dan PA ke ruangan pasien

Atika : Selamat pagi Bu. Dengan ibu Eni ya?

Eni : Iya mbak, selamat pagi.

Atika : Bagaimana kabarnya hari ini bu?

Eni : Luka pada kaki saya masih sakit mbak.

Atika : Oh begitu, hari ini saya akan merawat luka dan mengganti
balutan, tujuannya agar luka pada kaki ibu segera sembuh dan
tidak terjadi infeksi. Bagaimana bu, apakah diperbolehkan?

Eni : Boleh mbak, silahkan.

Atika : Ada yang ditanyakan sebelumnya bu?

Eni : Tidak ada mbak.

Kemudian PA melakukan perawatan luka pada Ny. Eni

Atika : Ibu, kami sudah merawat luka dan mengganti balutan. Apakah
sudah merasa lebih nyaman dan apakah nyerinya masih terasa?

Eni : Iya mbak, nyerinya masih terasa saat balutannya di buka.

15
Di ruang perawat

Prananda : Baik tadi saya sudah melakukan penilaian terhadap hasil kerja
perawatan luka pada hari ini. Untuk secara prosedur perawatan
luka secara keseluruhan sudah baik, tapi tadi ada hal – hal yang
perlu kita perhatikan bersama.

Kencana : Apa itu bu?

Prananda : Dalam pemasangan tadi masih kurang interaksi / komunikasi


kepada pasien, nah tujuan untuk komunikasi kepada pasien dalam
melakukan tindakan yaitu pertama untuk distraksi / pengalihan rasa
nyeri pasien. Sepertinya hal itu yang perlu kita perhatikan. Dan
yang kedua adalah pada saat membuka balutan usahakan untuk
pelan – pelan agar pasiennya tidak mengalami nyeri. Oke ada yang
ingin diklarifikasi?

Kencana : Iya bu, saya menyadari akan hal itu dan nanti akan kami perbaiki.

Prananda : Ya bagus sekali, interaksi dan komunikasi dalam hal ini


komunikasi terapeutik sangat penting dilakukan dan untuk
semuanya sangat bagus sekali apa yang kalian lakukan pada hari
ini pertahankan dan tingkatkan terus. Sepertinya hanya itu yang
bisa saya sampaikan, untuk kurang dan lebihnya mohon maaf, saya
tutup pertemuan ini, wassalamu’alaikum wr. Wb.

Atika : Wa’alaikumussalam wr, wb. Terima kasih bu atas kritik dan


sarannya.

PP dan PA kembali ke ruangannya dan KARU melakukan dokumentasi


keperawatan untuk hasil supervisi

16

Anda mungkin juga menyukai