(SUPERVISI KEPERAWATAN)
Dosen Pembimbing:
Dr. Mira Triharini, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh:
Rining Nur Hayati 132225035
Wa Ode Kartika 132225037
Safira Kaselina Ramadhani 132225039
Deva Tasmara 132225041
Sherly Amanda Gani 132225047
Mimi Husni 132225045
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Hidayah, Taufik dan Inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada dosen
pembimbing dan para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang Supervisi.........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan Umum Pembelajaran...................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Definisi Supervisi.....................................................................................3
2.2 Pelaksana Supervisi..................................................................................4
2.3 Unsur Pokok Supervisi.............................................................................6
2.4 Manfaat Supervisi....................................................................................8
2.5 Prinsip Supervisi......................................................................................9
2.6 Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan...........................10
2.7 Langkah Supervisi..................................................................................10
2.1 Alur Supervis.........................................................................................13
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN............................................................15
3.1 Kasus......................................................................................................15
3.2 Pembahasan............................................................................................15
3.3 Roleplay........................................................................................................16
BAB IV PENUTUP..............................................................................................19
4.1 Simpulan................................................................................................19
4.2 Saran.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
dilaksnanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung
memungkinkan kepela ruang untuk menemukan berbagai hambatan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dan bersama bengan staf
keperawatan mencari jalan pemecahannya. Supervisi dalam keperawatan
bukan hanya sekedar kontrol, kegiatan supervsisi juga mencakup
penentuan kondisi-kondisi syarat-syarat personal maupun material yang
diperlukan untuk tercapainya tujuan asuhan keperawatan secara efektif
dan efisien (Puspitaningrum et al., 2022).
v
Pelaksanaan supervisi keperawatan diberbagai rumah sakit belum
optimal dan fungsi manajemen tidak mampu diperankan oleh perawat
sebagian besar rumah sakit di indonesia. Kegiatan supervisi lebih banyak
pada kegiatan pengawasan bukan pada kegiatan bimbingan, observasi dan
penilaian, model supervisi klinik keperawatan di indonesia belum jelas
seperti apa dan bagaimanan implementasi rumah sakit. Bagian
keperawatan seringkali dihadapkan dengan permsalahan kinerja perawat
tentang pemberian asuhan keperawatan yang belum otimal hal ini masih
dikeluhkan oleh pasien, keluarga, dan profesi lain yang bekrja di rumah
sakit (Nursalam, 2011).
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vii
berkaitan dengan tujuan misalnya: Kanwil Depkes Provinsi, Kdinkes
Daerah, Direktur RS dan sebagainya.
2. Manajer menengah (Middle Manager)
Manajer menengah ini memimpin sebagian manjer tingkat pertama.
Tuganya menjabarkan kebijaksanaan top manjer kedalam program-
program Misalnya: Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang, Kasubdin
Provinsi, Kasubbag Dati II.
3. Manajer Tingkat Pertama (First line, First Level Manager, Supervisor
Manager)
Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para
pelaksanan atau pekerja. Melaksanankan supervisi sebagai mandor atau
supervisor. Misalnya: Kepala Seksi, Kepala Urusan.
viii
kemampuan melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan atau
kepemimpinan.
Dalam pelaksanaan supervisi akan terdapat dua pihak yang melakukan
hubungan kegiatan yaitu pihak supervisor dan pihak yang disupervisi.
Supervisor melakukan kegiatan pelayanan profesional untuk membantu atau
membimbing pihak yang dilayani. Pihak yang disupervisi inilah yang
menerima layanan profesional berupa bantuan dan bimbingan agar mereka
dapat meningkatkan kemampuan dalam melkasnanakan kegiatan secara
efesien dan efektif (Sudjana .D, 2004).
Menurut WHO (1999) dalam buku Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Primer, proses pengawasan pegawai yang baik harus.
1. Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standar kerja, tindakan
pengawasan harus dilakukan pada saat yang tepat.
2. Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila tidak akan
memerlukan waktu lama untuk menerapkan dan menghasilkan efek yang
diinginkan.
3. Minimal, artinya pengawasan harus disedikana sedikit mungkin, yakni
sedikit yang diperlukan untuk menjamin pekerjaan akan diselesaikan dan
standar diperhatikan.
4. Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi seperti makan
tuan, para pekerja akan mencoba menghindarinya
ix
yang pasti seberapa sering supervisi dilakukan. Pegangan umum yang
digunakan tergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta
sifat penyesuaian yang akan dilakukan.
Menurut Nursalam (2002) melakukan supervisi yang tepat, harus bisa
menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan.
Sepanjang kontrol/supervisi penting. Tergantung bagaimana staf
melihatnya:
1) Overcontrol, kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi
yang diberikan. Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya.
2) Undercontrol, kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk
terhadap delegasi, dimana staf akan tidak produktif melaksanakan
tugas limpah dan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang
diharapkan. Hal ini akan berdampak terhadap pemborosan waktu dan
anggaran yang sebenarnya dapat dihindarkan. Berikan kesempatan
waktu yang cukup kepada staf untuk berfikir dan melaksanakan tugas
tersebut.
3. Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanankan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Menurut
WHO (1999), tujuan dari pengawasan yaitu:
1) Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia.
2) Memungkinkan pengawasan menyadari kekurangan-kekurangan para
petugas kesehatan dalam hal kemampuan, engetahuan dan
pemahaman serta mengatur pelatihan yang sesuai.
3) Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan
atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan
kenikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut.
4) Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi
petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik.
x
5) Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada
kinerja tersebut.
4. Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yang
bersifat pokok yaitu: menetapkan masalah dan prioritas, menetapkan
penyebab masalah, prioritas dan jalan keluarnya, melaksanakan jalan
keluar, dan menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya.
Untuk dapat melaksanakna supervisi yang baik ada dua teknik.
1) Pengamatan langsung
Pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus
memperhatikan :
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasaranya, dapat
menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini maka
pengamatan langsung ditunjukan pada suatu yang bersifat pokok
dan strategis saja.
b. Objektifitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan
suatu daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan
kesan negatif, misal rasa takut, tidak senang atau kesan
mengganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau
otoriter.
2) Kerja sama
Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan
penampilan bawahan didalam supervisi, perlu terjalin kerjasama
antara supervisor dengan yang disupervisi. Kerja sama tersebut akan
terwujud bila ada komunikasi yang baik, sehingga mereka yang
xi
disupervisi merasakan masalah yang dihadapi juga masalah mereka
sendiri (Azwwar A, 1996) dalam Nursalam, 2011.
xii
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan
manajer.
xiii
a. Menentukan tujuan
b. Menetukan metode pengawasan yang tepat
c. Menetukan standar/kriteria pengukuran
2. Langkah II: menjalankan pengawasan
Terdiri dari tiga tahap
a. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, di mana rencana
pengawasan harus memuat system pengawasan, standar yang dipakai
dan cara pelaksanaan
b. Pelaksanaan pengawasan dapat dilaksanakan dengan berbagai system,
yaitu:
Sistem preventif: dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan
System represif: dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan,
misalnya memberikan laporan-laporan kegiatan
Sistem Verivikatif: pemeriksaan secara terperinci dengan
memberikan laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal
yang terjadi dalam pelaksanaan rencana.
System inspektif: system pengawasan dengan mengadakan
pemeriksaan setempat secara langsung dengan tujuan mengetahui
sendiri keasaan yang sebenarnya.
Sistem investigative: pengawasan dengan jalan mengadakan
penelitian dan penyelidikan untuk mengetahui kesalahan dan
membongkar adanya penyelewengan. System ini terdiri dari system
inspektif dan verifikatif
Kombinasi system preventif dan represif yaitu suatu system
pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun
sesudah usaha itu berjalan.
c. Penilaian dari pelaksanaan pengawasan
Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai,
tujuan, efektivitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian sebagai kegiatan
sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
mendeskripsikan dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan
xiv
sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (Sudajana, D. 2004).
Menurut UNESCO (1982) dikutip oleh Sudjana, D. 2004) evaluasi
dilakukan sejak pelaksanaan program, berkaitan dengan dimensi
kualitatif tentang efektivitas program, mengarah pada upaya
menyiapkan bahan masukan untuk pengambilan keputusan tentang
penyusunan tentang ketepatan, perbaikan perluasan, atau
pengembangan program, terkait dengan pengambilan keputusan tentang
penusunan rancangan dan isi program.
3. Langkah III memperbaiki penyimpangan
Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang
kurang atau salah untuk memperoleh hasil kerja yang lebih besar dan lebi
efisien. Setelah data melalui pengawas diperoleh, dianalisis serta masalah
yang timbul dicarikan pemecahnya serta mencegah membuat masalah
pada waktu mendatang. Pembinaan yang efektif dapat digambarkan
melalui 5 langkah:
a. Mengumpulkan informasi: melalui kenyataan atau peristiwa yang benar
terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang dibuat. Pengumpulan
informasi dianggap efektif bila dilaksanakan secara berkala dan
berkelanjutan dengan menggunakan pemantauan dan penelaahan
laporan kegiatan.
b. Mengidentifikasi masalah: Masalah akan muncul jika terjadi ketidak
sesuaian dengan atau kegiatan yang telah direncanakan. Ketidak
sesuaian menyebabkan adanya perbedaan antara kegiatan yang
seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang benar-benar terjadi.
Perbedaan tersebut disebut masalah
c. Menganalisis masalah: analisis yaitu untuk mengetahui jenis maslah
dan factor penyebab terjadinya masalah tersebut. Factor-faktor
penyebab dapat dating dari pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, biaya,
proses, fasilitas, waktu, kondisi lingkungan. Setelah ditemukan factor
penyebab, diidentifikasi pula sumber-sumber dan potensi yang dapat
digunkan untuk memecahkan masalah.
xv
d. Mencari dan menetapkan alternative pemecahan masalah: kegiatan
pertama yaitu mengidentifikasi alternative upaya yang dapat
dipertimbangakan untuk memecah masalah, yag disusun setelah
memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan hambatan
yang akan ditemui dalam upaya pemecahan masalah
e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah: dapat dilaksanakan secara
langsung maupun tidak langsung. Pembina dapat dibagi 2 macam, yaitu
pembinaan individual (Pembinaan yang dilakukan terhadap seorang
pelaksana kegiatan. Pihak Pembina dapat memberikan dorongan,
bantuan, dan bimbingan langsung pada pelaksana kegiatan) dan melalui
orang lain (pembinaan dari organisasi yang lebih tinggi atau melalui
petugas khusus yang diberi tugan pembinaan. Sedangkan memalui
media tertulis yaitu dan korespondensi. Teknik kegiatan tidak langsung
yaitu memberi petunjuk, pedoman dan informasi kepada pihak yang di
bina tentang kegitan yang harus dikerjakan. Alat yang digunakan yaitu
media tertulis seperti surat menyurat, media cetak seperti brosir,
lembaran pedoman dan bulletin.
PRA
Supervis
i
PELAKSANAAN
xvi
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Saat shift malam, tiba-tiba seorang supervisor datang ke ruang Melati
untuk melihat kinerja staf perawat. Kebetulan saat itu akan dilakukan
perawatan luka pada pasien Ny. A. Supervisor pun menjelaskan dan
menjalankan supervisinya pada staf perawat di ruangan tersebut. Saat
supervisi, perawat A dan perawat B tidak banyak berinteraksi dengan pasien,
seperti validasi identitas pasien dan menjelaskan prosedur. Hal tersebut
terjadi karena perawat A dan perawat B terlalu fokus.
3.2 Pembahasan
Pada teknik supervisi, proses supervisi keperawatan mengacu pada
standar asuhan keperawatan (Nursalam, 2011). Dalam melakukan tindakan
keperawatan, tentunya harus melakukan validasi identitas pasien sesuai
dengan 6 sasaran keselamatan pasien, yaitu menggunakan nama lengkap,
tanggal lahir, dan nomor rekam medis. Hal tersebut bertujuan untuk
menghindari kesalahan pemberian tindakan pada orang yang salah. Dalam
memberikan asuhan keperawatan, sangat penting untuk menjaga komunikasi
dengan pasien. Komunikasi keperawatan dapat diartikan sebagai suatu seni
penyampaian serangkaian pesan atau informasi terkait kegiatan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat dengan pasien. Komunikasi bermanfaat untuk
menjalin hubungan saling percaya dengan pasien. Proses komunikasi
keperawatan akan berjalan dengan baik jika pasien dan perawat memiliki
tujuan yang sama mengenai treatment keperawatan (Pieter, 2017).
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan juga penting karena pasien berhak
tahu apa yang akan dilakukan/diberikan pada tubuhnya.
Pada pascasupervisi, supervisor hendaknya memberikan feedback dan
klarifikasi terkait kesalahan yang dilakukan pelaksana kegiatan (perawat).
Supervisor juga dapat melakukan follow up perbaikan pada perawat tersebut
sehingga diharapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat dapat
xvii
meningkat dan terbentuk kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang
memberi kepuasan pada pasien.
3.3 Mekanisme Kegiatan
Kegiatan Pelaksana Tempat
Pra 1. Salam pembuka Karu Ruang perawat
2. Menyampaikan maksud Perawat Primer
dan tujuan dilakukannya Perawat Assosiate
supervisi
3. Menyampaikan materi,
waktu, sistem dan
penilaian supervisi
4. Memberikan
kesempatan kepada
Perawat Primer untuk
bertanya
Intra 1. Melakukan pengawasan Karu Ruang rawat
dan koordinasi Perawat Primer
2. Menilai berdasarkan Perawat Assosiate
format supervise
3. Mencatat jika
ditemukan hal-hal yang
perlu didiskusikan
bersama PP
4. Memberikan masukan
berupa saran atau
pembetulan dari
tindakan yang dilakukan
Post 1. Melakukan evaluasi Karu Ruang perawat
hasil supervisi dengan Perawat Primer
fair Perawat Assosiate
2. Memberikan feedback
3. Memberikan follow up
xviii
dan reinforcement
4. Melakukan dokumentasi
hasil supervisi
3.4 Instrumen (terlampir)
3.5 Roleplay
Di RSUD Pelita Kasih terdapat seorang pasien Post Op Apendiks yang
kondisinya lemah dan terdapat luka jahitan pada perut kanan bagian bawah,luas
jahitan 7 cm. Pada hari yang sama Kepala Ruangan akan melakukan supervisi
terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Diruang keperawatan, Karu
menyampaikan maksud dan tujuan supervisi kepada perawat primer dan perawat
asosiasi.
KARU : Selamat pagi, apa semuanya sudah lengkap?
Perawat Primer : Sudah bu.
KARU : baik, pagi ini saya akan melakukan supervisi. Jadi, tujuan untuk
dilakukannya supervisei adalah untuk mempelajari dan memperbaiki tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien kita.
Perawat Primer : Untuk sepervisi sendiri tindakan apa yang akan dilakukan
supervisi?
KARU : Pada hari ini, saya akan melakukan supervisi terhadap tindakan
perawatan, sesuai dengan jadwal apakah benar pasien yang bernama Ny. X kamar
no 8 akan dilakukan tindakan perawatan luka dan mengganti balutan?
Perawat Primer : Memang benar pak hari ini jadwal perawatan luka dan
mengganti balutan pada pasien atas nama Ny. X kamar no.8
KARU : Kalau begitu silahkan dipersiapkan peralatannya terlebih dahulu.
Perawat Primer : Baik pak.
Diruang Nurs Station
Perawat Primer : Baik teman teman, segera dipersiapkan alat dan bahannya untuk
perawatan luka dan pengganti balutan
Perawat Asosiate 1 : Baik ners, akan segera saya persiapkan.
Perawat Primer : Ners A tolong dibantu juga ya ??
Perawat Asosiate 2 : Iya ners akan segera saya siapkan.
xix
KARU : Baik, pada hari ini kita mempunyai 1 pasien yang akan dilakukan
perawatan luka dan mengganti balutan. Jadi, untuk format penilaian yang akan
dilakukan pada supervisi pada hari ini saya akan melakukan beberapa penilaian
terhadap tindakan yang akan dilakukan dan nanti saya akan memberikan penilaian
terhadap beberapa insrumet tindakan seperti teknik perawatan luka yang benar.
Mungkin ini ada beberapa format/instrumen penilaian silahkan di baca dulu
(menyerahkan map kepada PP).
Perawat Primer : Bu, kami akan merawat luka dan mengganti balutan, tujuannya
luka pada tubuh agar cepet sembuh dan tidak terjadi infeksi. Bagaimana bu
apakah ibu bersedia?
xx
Kemudian PA1 & 2 melakukan perawatan luka kepada Ny X.
Perawat Primer : Ibu kami sudah merawat luka dan mengganti balutan, apakah
sudah merasa lebih nyaman dan apakah nyerinya masih terasa?
KARU : Baik tadi saya sudah melakukan penilaian terhadap hasil kerja perawatan
luka pada hari ini. Untuk secara prosedur perawatan luka secara keseluruhan
sudah baik, tapi tadi ada hal- hal yang perlu kita perhatikan bersama.
Perawat Primer : Iya bu, saya menyadari akan hal itu dan nanti akan kami
perbaiki.
KARU : Ya bagus sekali, interksi dan komunikasi dalam hal ini komunikasi
terapeutik sangat penting dilakukan dan untuk semuanya sangat bags sekali apa
yang kalian lakukan pada hari in pertahankan terus dan sepertinya hanya itu yang
bisa saya sampaikan., untuk kurang dan lebihnya mohon maaf, saya tutup
pertamuan ini, wasalammualaikum wr,wb.
xxi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit, dengan memberikan pengarahan dan petunjuk
agar perawatan dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efesien.
Supervisi harus dapat menjalankan fungsi manajerial yaitu bimbingan dan
pengarahan, dengan melakukan supervisi terhadap perawat pelaksana agar
tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan
kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan.
4.2 Saran
1. Untuk Institusi Keperawatan
Supervisi perlu dilakukan secara berkala supaya dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja sehingga tujuan suatu organisasi keperawatan
dapat diwujudkan.
2. Untuk Mahasiswa
Supervisi keperawatan perlu dipahami dan diterapkan dalam roleplay
dengan tujuan agar mahasiswa bisa mengetahui dan memahami tentang
0
supervisi di keperawatan dan supaya mahasiswa bisa melaksanakannya
dikemudian hari saat menjadi seorang perawatan atau seorang supervisi
dengan ideal.
DAFTAR PUSTAKA
1
Lampiran 1. Form Penilaian Supervisi Perawatan Luka
FORMAT SUPERVISI
RAWAT LUKA
Hari/Tanggal : Supervisor :
Yang Disupervisi : Ruangan :
Aspek Dilakukan
Parameter Bobot Ket
Penilaian Ya Tidak
Persiapan A. Persiapan klien
1. Memberi penjelasan 1
kepada klien
2. Mengatur posisi klien
yang nyaman 1
B. Persiapan alat
1. Memeriksa rencana 1
tindakan keperawatan
2. Menyiapkan alat:
a). Steril
Kasa steril 1
Rawat luka set 1
Cairan NaCl 0,9% 1
Sarung tangan 1
b). Non steril
Sarung tangan 1
Gunting plester 1
Bengkok 1
Alat tulis 1
Jam tangan 1
Plester 1
Alas perlak 1
Masker 1
2
4. Pastikan untuk 1
menjaga kestrerilan
alat 1
5. Membuka perban
sebelumnya 1
6. Disinfektan lokasi
sekitar luka 1
7. Membersihkan luka
dengan kasa yang
dibasahi NaCl 0,9% 1
8. Memotong jaringan
nekrosis, apabila ada 1
9. Bersihkan lagi dengan
kasa yang dibasahi
NaCl 0,9% 1
10. Tutup luka dengan
dressing, lalu dengan
kasa kering 1
11. Rekatkan
menggunakan plester 1
12. Ambil alas perlak dan
bereskan alat
13. Dokumentasikan
Sikap 1. Komunikasi 1
2. Kerjasama 1
3. Tanggungjawab 1
4. Kewaspadaan 1
5. Evaluasi
Total Nilai 33
Nilai : Kriteria :
Ya :1 <56% = kurang >76% = baik
Tidak : 0 56-75% = cukup
Total skor
Nilai = x 100 %
Total nilai
Supervisor
(………)
3
Lampiran 2. Form Hasil Supervisi
4
Lampiran 3
SUPEVISI KEGIATAN
KEPERAWATAN
Pengertian Supervisi keperawatan adalah suatu proses
pemberian sumber- sumber yang dibutuhkan perawat
untuk menyelesaikan tugas dalam
rangka mencapai tujuan (Nursalam, 2016).
5
keperawatan pada klien di ruang perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau
tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam
melaksanakan praktek keperawatan diruang
perawatan.
2. Pengawas perawatan :
a. Bertanggung jawab dalam mensupervisi
pelayanan pada kepala ruangan yang ada di
instalasinya.
3. Kepala seksi perawatan :
a. Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara
tidak langsung.
Langkah/Prosedur 1. Prasupervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan di
supervise
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi
yang akan dinilai
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kerja perawat berdasarkan
alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang
memelurkan pembinaan.
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk
mengadakan pembinaan dan klarifikasi
permasalahan
3. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi,
wawancara, dan memvalidasi data sekunder
a. Supervisor mengklarifikasi permasalahan
6
yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan
perawat
4. Pascasupervisi-3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-
fair).
b. Supervisor memberikan feedback dan
klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi).
c. Supervisor memberikan reinforcement dan
follow up perbaikan