(SUPERVISI KEPERAWATAN)
Dosen Pembimbing:
Dr. Mira Triharini, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh:
Rining Nur Hayati 132225035
Wa Ode Kartika 132225037
Safira Kaselina Ramadhani 132225039
Deva Tasmara 132225041
Sherly Amanda Gani 132225047
Mimi Husni 132225045
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Hidayah, Taufik dan Inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada dosen
pembimbing dan para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Supervisi Keperawatan....................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Umum Pembelajaran.....................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Definisi Supervisi Keperawatan................................................................4
2.2 Pelaksana Supervisi Keperawatan.............................................................4
2.3 Unsur Pokok Supervisi Keperawatan........................................................6
2.4 Manfaat Supervisi Keperawatan...............................................................9
2.5 Prinsip Supervisi Keperawatan.................................................................9
2.6 Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan.............................10
2.7 Langkah Supervisi Keperawatan.............................................................10
2.8 Alur Supervisi Keperawatan...................................................................14
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN............................................................15
3.1 Kasus Supervisi Keperawatan.................................................................15
3.2 Pembahasan Kasus Supervisi Keperawatan............................................15
3.5 Roleplay Keperawatan.................................................................................17
BAB IV PENUTUP..............................................................................................20
4.1 Simpulan..................................................................................................20
4.2 Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang berperan
untuk mempertahankan segala kegiatan yang telah terporgam agar dapat
dilaksnanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung
memungkinkan kepela ruang untuk menemukan berbagai hambatan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dan bersama bengan staf
keperawatan mencari jalan pemecahannya. Supervisi dalam keperawatan
bukan hanya sekedar kontrol, kegiatan supervsisi juga mencakup
penentuan kondisi-kondisi syarat-syarat personal maupun material yang
diperlukan untuk tercapainya tujuan asuhan keperawatan secara efektif
dan efisien (Puspitaningrum et al., 2022).
2
terhdapa kinerja perawat. Supervisi klinik oleh kepala ruang juga
berdampak terhadap kepuasan kerja perawat (Jariah, Sasualam, &
Agustini, 2022).
3
2. Mengetahui tentang fungsi supervisi keperawatan.
3. Mengetahui tentang manfaat dan frekuensi supervisi keperawatan.
4. Mengetahui tentang tujuan supervisi keperawatan.
5. Mengetahui tentang teknik dan melaksanankan supervisi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Manajer puncak tanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil kegiatan
serta proses manajemen organisasi. Tugas utamanya menetapkan
kebijaksanaan (policy), memberi petunjuk atau pengarahan umum
berkaitan dengan tujuan misalnya: Kanwil Depkes Provinsi, Kdinkes
Daerah, Direktur RS dan sebagainya.
2. Manajer menengah (Middle Manager)
Manajer menengah ini memimpin sebagian manjer tingkat pertama.
Tuganya menjabarkan kebijaksanaan top manjer kedalam program-
program Misalnya: Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang, Kasubdin
Provinsi, Kasubbag Dati II.
3. Manajer Tingkat Pertama (First line, First Level Manager, Supervisor
Manager)
Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para
pelaksanan atau pekerja. Melaksanankan supervisi sebagai mandor atau
supervisor. Misalnya: Kepala Seksi, Kepala Urusan.
5
Pelaksanan supervisi yang baik, memerlukan bekal kemampuan yang
banyak. Selain lima syarat atau karakteristik diatas juga dibutuhkan
kemampuan melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan atau
kepemimpinan.
Dalam pelaksanaan supervisi akan terdapat dua pihak yang melakukan
hubungan kegiatan yaitu pihak supervisor dan pihak yang disupervisi.
Supervisor melakukan kegiatan pelayanan profesional untuk membantu atau
membimbing pihak yang dilayani. Pihak yang disupervisi inilah yang
menerima layanan profesional berupa bantuan dan bimbingan agar mereka
dapat meningkatkan kemampuan dalam melkasnanakan kegiatan secara
efesien dan efektif (Sudjana .D, 2004).
Menurut WHO (1999) dalam buku Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Primer, proses pengawasan pegawai yang baik harus.
1. Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standar kerja, tindakan
pengawasan harus dilakukan pada saat yang tepat.
2. Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila tidak akan
memerlukan waktu lama untuk menerapkan dan menghasilkan efek yang
diinginkan.
3. Minimal, artinya pengawasan harus disedikana sedikit mungkin, yakni
sedikit yang diperlukan untuk menjamin pekerjaan akan diselesaikan dan
standar diperhatikan.
4. Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi seperti makan
tuan, para pekerja akan mencoba menghindarinya
6
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman
yang pasti seberapa sering supervisi dilakukan. Pegangan umum yang
digunakan tergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta
sifat penyesuaian yang akan dilakukan.
Menurut Nursalam (2002) melakukan supervisi yang tepat, harus bisa
menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan.
Sepanjang kontrol/supervisi penting. Tergantung bagaimana staf
melihatnya:
1) Overcontrol, kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi
yang diberikan. Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya.
2) Undercontrol, kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk
terhadap delegasi, dimana staf akan tidak produktif melaksanakan
tugas limpah dan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang
diharapkan. Hal ini akan berdampak terhadap pemborosan waktu dan
anggaran yang sebenarnya dapat dihindarkan. Berikan kesempatan
waktu yang cukup kepada staf untuk berfikir dan melaksanakan tugas
tersebut.
3. Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Menurut
(Nursalam, 2011), supervisi bertujuan untuk pemenuhan dan peningkatan
pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
keterampilan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas. Selain
itu, tujuan supervisi adalah:
1) Mengorganisasikan staf dan pelaksana keperawatan
2) Melatih staf dan pelaksana keperawatan
3) Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan
7
4) Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan
4. Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yang
bersifat pokok yaitu: menetapkan masalah dan prioritas, menetapkan
penyebab masalah, prioritas dan jalan keluarnya, melaksanakan jalan
keluar, dan menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya.
Untuk dapat melaksanakna supervisi yang baik ada dua teknik.
1) Pengamatan langsung
Pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus
memperhatikan :
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasaranya, dapat
menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini maka
pengamatan langsung ditunjukan pada suatu yang bersifat pokok
dan strategis saja.
b. Objektifitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan
suatu daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan
kesan negatif, misal rasa takut, tidak senang atau kesan
mengganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau
otoriter.
2) Kerja sama
Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan
penampilan bawahan didalam supervisi, perlu terjalin kerjasama
antara supervisor dengan yang disupervisi. Kerja sama tersebut akan
8
terwujud bila ada komunikasi yang baik, sehingga mereka yang
disupervisi merasakan masalah yang dihadapi juga masalah mereka
sendiri (Azwwar A, 1996) dalam Nursalam, 2011.
9
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir, dinyatakan melalui
petunjuk dan peraturan, uraian tugas, serta standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan
manajer.
10
2.7 Langkah Supervisi Keperawatan
1. Langkah I: mengadakan persiapan pengawasan.
a. Menentukan tujuan
b. Menetukan metode pengawasan yang tepat
c. Menetukan standar/kriteria pengukuran
2. Langkah II: menjalankan pengawasan
Terdiri dari tiga tahap
a. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, di mana rencana
pengawasan harus memuat system pengawasan, standar yang dipakai
dan cara pelaksanaan
b. Pelaksanaan pengawasan dapat dilaksanakan dengan berbagai system,
yaitu:
Sistem preventif: dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan
System represif: dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan,
misalnya memberikan laporan-laporan kegiatan
Sistem Verivikatif: pemeriksaan secara terperinci dengan
memberikan laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal
yang terjadi dalam pelaksanaan rencana.
System inspektif: system pengawasan dengan mengadakan
pemeriksaan setempat secara langsung dengan tujuan mengetahui
sendiri keasaan yang sebenarnya.
Sistem investigative: pengawasan dengan jalan mengadakan
penelitian dan penyelidikan untuk mengetahui kesalahan dan
membongkar adanya penyelewengan. System ini terdiri dari system
inspektif dan verifikatif
Kombinasi system preventif dan represif yaitu suatu system
pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun
sesudah usaha itu berjalan.
c. Penilaian dari pelaksanaan pengawasan
Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai,
tujuan, efektivitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian sebagai kegiatan
11
sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
mendeskripsikan dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan
sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (Sudajana, D. 2004).
Menurut UNESCO (1982) dikutip oleh Sudjana, D. 2004) evaluasi
dilakukan sejak pelaksanaan program, berkaitan dengan dimensi
kualitatif tentang efektivitas program, mengarah pada upaya
menyiapkan bahan masukan untuk pengambilan keputusan tentang
penyusunan tentang ketepatan, perbaikan perluasan, atau
pengembangan program, terkait dengan pengambilan keputusan tentang
penusunan rancangan dan isi program.
3. Langkah III memperbaiki penyimpangan
Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang
kurang atau salah untuk memperoleh hasil kerja yang lebih besar dan lebi
efisien. Setelah data melalui pengawas diperoleh, dianalisis serta masalah
yang timbul dicarikan pemecahnya serta mencegah membuat masalah
pada waktu mendatang. Pembinaan yang efektif dapat digambarkan
melalui 5 langkah:
a. Mengumpulkan informasi: melalui kenyataan atau peristiwa yang benar
terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang dibuat. Pengumpulan
informasi dianggap efektif bila dilaksanakan secara berkala dan
berkelanjutan dengan menggunakan pemantauan dan penelaahan
laporan kegiatan.
b. Mengidentifikasi masalah: Masalah akan muncul jika terjadi ketidak
sesuaian dengan atau kegiatan yang telah direncanakan. Ketidak
sesuaian menyebabkan adanya perbedaan antara kegiatan yang
seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang benar-benar terjadi.
Perbedaan tersebut disebut masalah
c. Menganalisis masalah: analisis yaitu untuk mengetahui jenis maslah
dan factor penyebab terjadinya masalah tersebut. Factor-faktor
penyebab dapat dating dari pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, biaya,
proses, fasilitas, waktu, kondisi lingkungan. Setelah ditemukan factor
12
penyebab, diidentifikasi pula sumber-sumber dan potensi yang dapat
digunkan untuk memecahkan masalah.
d. Mencari dan menetapkan alternative pemecahan masalah: kegiatan
pertama yaitu mengidentifikasi alternative upaya yang dapat
dipertimbangakan untuk memecah masalah, yag disusun setelah
memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan hambatan
yang akan ditemui dalam upaya pemecahan masalah
e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah: dapat dilaksanakan secara
langsung maupun tidak langsung. Pembina dapat dibagi 2 macam, yaitu
pembinaan individual (Pembinaan yang dilakukan terhadap seorang
pelaksana kegiatan. Pihak Pembina dapat memberikan dorongan,
bantuan, dan bimbingan langsung pada pelaksana kegiatan) dan melalui
orang lain (pembinaan dari organisasi yang lebih tinggi atau melalui
petugas khusus yang diberi tugan pembinaan. Sedangkan memalui
media tertulis yaitu dan korespondensi. Teknik kegiatan tidak langsung
yaitu memberi petunjuk, pedoman dan informasi kepada pihak yang di
bina tentang kegitan yang harus dikerjakan. Alat yang digunakan yaitu
media tertulis seperti surat menyurat, media cetak seperti brosir,
lembaran pedoman dan bulletin.
13
PRA
Supervis
i
PELAKSANAAN
PASCA
14
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
15
meningkat dan terbentuk kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang
memberi kepuasan pada pasien.
3.3 Mekanisme Kegiatan
Kegiatan Pelaksana Tempat
Pra 1. Salam pembuka Karu Ruang perawat
2. Menyampaikan maksud Perawat Primer
dan tujuan dilakukannya
supervisi
3. Menyampaikan materi,
waktu, sistem dan
penilaian supervisi
4. Memberikan kesempatan
kepada Perawat Primer
untuk bertanya
Intra 1. Melakukan pengawasan Karu Ruang rawat
dan koordinasi Perawat Primer
2. Menilai berdasarkan
format supervisi
3. Mencatat jika ditemukan
hal-hal yang perlu
didiskusikan bersama PP
4. Memberikan masukan
berupa saran atau
pembetulan dari tindakan
yang dilakukan
Post 1. Melakukan evaluasi hasil Karu Ruang perawat
supervisi dengan fair Perawat Primer
2. Memberikan feedback
3. Memberikan follow up
dan reinforcement
4. Melakukan dokumentasi
hasil supervisi
16
17
3.3 Instrumen Supervisi Keperawatan (terlampir)
18
Karu: Kalau begitu saya periksa terlebih dahulu ya. (Mengecek kelengkapan alat).
Baik, setelah saya cek, peralatan sudah lengkap dan sesuai SOP. Kemudian, bisa
langsung saja kita ke kamar pasien untuk melakukan Tindakan.
Ruang Rawat Inap
Karu : Selamat pagi bu, bagaimana kabarnya hari ini?
Ny. X : Pagi, alhamdulillah bu.
Karu : Tujuan kami hari ini untuk melakukan perawatan luka pada kaki ibu untuk
mencegah terjadinya infeksi pada kaki ibu. Apakah ada pertanyaan bu?
Ny. X : Tidak ada bu
PP : Untuk keluarga pasien apakah ada pertanyaan?
Keluarga Ny.X : Tidak ada bu.
PP : Baik kalau begitu kami akan mulai tindakan perawatan luka ya bu.
Perawat Primer melakukan perawatan luka kepada Ny. X dari mulai fase
interaksi hingga fase evaluasi. Karu mengamati jalannya tindakan
perawatan luka.
PP : Baik ibu, karena tindakan perawatan luka pada ibu telah selesai, kami izin
pamit untuk kembali ke ruangan perawat ya bu (sambil merapikan alat).
Ny. X & Keluarga : Terimakasih sus
Karu: Kalau begitu silahkan dilanjutkan. Setelah selesai, silahkan datang ke
ruangan saya ya.
PP : Baik, bu.
Ruang Karu
Karu : Apakah sudah selesai? Sudah cuci tangan?
PP : Sudah bu.
Karu : Boleh saya cek dokumentasinya?
PP : Silahkan bu. (Menyerahkan CPPT)
Karu : Baik, dokumentasinya pun telah ditulis secara lengkap. Sebelumnya,
apakah tadi ada tindakan yang terlewatkan?
PP : Sejauh yang saya pahami tidak ada bu, namun jika menurut ibu ada yang
terlewatkan saya ingin tau agar bisa memperbaiki diri.
Karu : Baik, Jadi setelah saya melakukan penilaian pada tindakan perawatan
luka pada Ny. X, secara keseluruhan sudah bagus, sudah baik, sudah dilaksanakan
19
dengan memegang prinsip-prinsip seperti steril dan sesuai dengan SOP. Hanya
saja, saat melakukan tindakan membuka hingga membersihkan luka, saya lihat
agak kurang interaksi dengan pasien.
PP : Oh iya bu
Karu : Kalau boleh tau, kenapa interaksi kurang dilakukan?
PP : Sepertinya saya terlalu fokus pada tindakan perawatan luka, ditakutkan
lukanya semakin parah, jadi kami kurang untuk melakukan interaksi
Karu : Jadi penyebabnya terlalu fokus ya sama tindakan nya.
PP : Iya bu
Karu : Karena tadi pasien terlihat meringis saat lukanya dirawat, itulah gunanya
interaksi ya. Bisa berperan sebagai distraksi untuk mengalihkan rasa nyerinya.
PP : Baik bu, saya menyadari akan hal itu.
Karu : Jadi untuk kedepannya lebih diperhatikan lagi, tingkatkan komunikasi
terapeutik dengan pasien.
PP : Baik bu, terimakasih bu atas masukannya. Untuk selanjutnya saya akan
memperbaikinya.
Karu : Iya, untuk yang lainnya sudah dilakukan dengan baik. Urutan prosedur,
prinsip steril, tata caranya sudah dilakukan dengan baik. Untuk hasil evaluasinya
total nilai nya 36 ya ners, sudah cukup baik. Kalau begitu, silahkan tanda tangan
dulu.
PP beserta Karu menandatangani form.
Karu : Baik kegiatan supervisi sudah selesai. Terimakasih atas partisipasi dan
kerjasamanya, dipertahankan dan ditingkatkan kinerjanya. Saya akhiri
wassalammualaikum silahkan kembali ke pekerjaan masing-masing.
PP : Waalaikumsalam bu
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit, dengan memberikan pengarahan dan petunjuk
agar perawatan dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien.
Supervisi harus dapat menjalankan fungsi manajerial yaitu bimbingan dan
pengarahan, dengan melakukan supervisi terhadap perawat pelaksana agar
tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan
kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan.
Manfaat supervisi, apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik,
akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah
timbulnya perasaan dihargai dan dapat meningkatkan rasa percaya diri,
supervisi mendorong praktek keperawatan yang aman dan mencerminkan
pelayanan perawatan pada pasien, meningkatkan pengembangan pribadi dan
profesional, tantangan bagi manajer untuk menfasilitasi staf dalam
mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalisme, meningkatkan
kuaitas dan keamanan pasien, mendidik perawat pelaksana melalui bimbingan
yang diberikan oleh supervisior, meningkatkan motivasi perawat pelaksanan
dalam bekerja.
4.2 Saran
1. Untuk Institusi Keperawatan
Supervisi perlu dilakukan secara berkala supaya dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja sehingga tujuan suatu organisasi keperawatan
dapat diwujudkan.
2. Untuk Mahasiswa
Supervisi keperawatan perlu dipahami dan diterapkan dalam roleplay
dengan tujuan agar mahasiswa bisa mengetahui dan memahami tentang
supervisi di keperawatan dan supaya mahasiswa bisa melaksanakannya di
21
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Lampiran 1. Form Penilaian Supervisi Perawatan Luka
FORMAT SUPERVISI
RAWAT LUKA
Hari/Tanggal : Supervisor :
Yang Disupervisi : Ruangan :
Aspek Dilakukan
Parameter Bobot Ket
Penilaian Ya Tidak
Persiapan A. Persiapan klien
1. Memberi penjelasan 1
kepada klien
2. Mengatur posisi klien
yang nyaman 1
B. Persiapan alat
1. Memeriksa rencana 1
tindakan keperawatan
2. Menyiapkan alat:
a). Steril
Kasa steril 1
Rawat luka set 1
Cairan NaCl 0,9% 1
Sarung tangan 1
b). Non steril
Sarung tangan 1
Gunting plester 1
Bengkok 1
Alat tulis 1
Jam tangan 1
Plester 1
Alas perlak 1
Masker 1
24
4. Pastikan untuk 2
menjaga kestrerilan
alat 1
5. Membuka perban
sebelumnya 2
6. Disinfektan lokasi
sekitar luka 3
7. Membersihkan luka
dengan kasa yang
dibasahi NaCl 0,9% 1
8. Memotong jaringan
nekrosis, apabila ada 2
9. Bersihkan lagi dengan
kasa yang dibasahi
NaCl 0,9% 2
10. Tutup luka dengan
dressing, lalu dengan
kasa kering 1
11. Rekatkan
menggunakan plester 1
12. Ambil alas perlak dan
bereskan alat
13. Dokumentasikan
Sikap 1. Komunikasi 1
2. Kerjasama 1
3. Tanggungjawab 1
4. Kewaspadaan 1
5. Evaluasi 1
Total Nilai 38
Nilai : Kriteria :
Ya :1 <56% = kurang >76% = baik
Tidak : 0 56-75% = cukup
Total skor
Nilai = x 100 %
Total nilai
Supervisor
(………)
25
Lampiran 2. Form Hasil Supervisi
Perawat Supervisor
NIP. NIP.
26
Lampiran 3
SUPEVISI KEGIATAN
KEPERAWATAN
Pengertian Supervisi keperawatan adalah suatu proses
pemberian sumber- sumber yang dibutuhkan perawat
untuk menyelesaikan tugas dalam
rangka mencapai tujuan (Nursalam, 2016).
27
keperawatan pada klien di ruang perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau
tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam
melaksanakan praktek keperawatan diruang
perawatan.
2. Pengawas perawatan :
a. Bertanggung jawab dalam mensupervisi
pelayanan pada kepala ruangan yang ada di
instalasinya.
3. Kepala seksi perawatan :
a. Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara
tidak langsung.
Langkah/Prosedur 1. Prasupervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan di
supervise
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi
yang akan dinilai
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kerja perawat berdasarkan
alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang
memelurkan pembinaan.
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk
mengadakan pembinaan dan klarifikasi
permasalahan
3. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi,
wawancara, dan memvalidasi data sekunder
a. Supervisor mengklarifikasi permasalahan
28
yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan
perawat
4. Pascasupervisi-3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-
fair).
b. Supervisor memberikan feedback dan
klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi).
c. Supervisor memberikan reinforcement dan
follow up perbaikan
29