Anda di halaman 1dari 32

MANAJEMEN KEPERAWATAN

(SUPERVISI KEPERAWATAN)

Dosen Pembimbing:
Dr. Mira Triharini, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:
Rining Nur Hayati 132225035
Wa Ode Kartika 132225037
Safira Kaselina Ramadhani 132225039
Deva Tasmara 132225041
Sherly Amanda Gani 132225047
Mimi Husni 132225045

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Hidayah, Taufik dan Inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Manajemen Keperawatan.

Harapan kami, semoga makalah ini membantu dalam menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada dosen
pembimbing dan para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 3 Mei 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Supervisi Keperawatan....................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Umum Pembelajaran.....................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Definisi Supervisi Keperawatan................................................................4
2.2 Pelaksana Supervisi Keperawatan.............................................................4
2.3 Unsur Pokok Supervisi Keperawatan........................................................6
2.4 Manfaat Supervisi Keperawatan...............................................................9
2.5 Prinsip Supervisi Keperawatan.................................................................9
2.6 Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan.............................10
2.7 Langkah Supervisi Keperawatan.............................................................10
2.8 Alur Supervisi Keperawatan...................................................................14
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN............................................................15
3.1 Kasus Supervisi Keperawatan.................................................................15
3.2 Pembahasan Kasus Supervisi Keperawatan............................................15
3.5 Roleplay Keperawatan.................................................................................17
BAB IV PENUTUP..............................................................................................20
4.1 Simpulan..................................................................................................20
4.2 Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Supervisi Keperawatan


Pengelolahan pelayanan keperawatan sistem manajerial
keperawatan yang tepat untuk mengarakan seluruh sumber daya
keperawatan alam menghasilkan pelayanan keperawatan yang prima dan
berkualitas. Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi
dari sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen
untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan. Hal ini, tentu perlu
didukung oleh seorang manjer yang mempunyai kemampuan manajerial
yang handal untuk melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian aktivitas-aktivitas keperawatan.

Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terkait pelaksaan


dokumentasi asuhan keperawatan di irna medik RSUD Dr Soetomo
Surabaya menunjukkan bahwa prosentase kelengkapan di tahap diagnosa
keperawatan sebesar 90,3%, tahap intervensi 79,3%, tahap implementasi
87,4% dan tahap evaluasi 52%. Presentase tersebut secara umum telah
memenuhi standart yang ditetapkan rumah sakit, akan tetapi pada saat
dilakukan observasi langsung masih banyak ketidaksesuaian dengan
pedoman baik dari SIKI, SDKI maupun SLKI. Survei terkait pelaksanaan
kegiatan supervisi di rumah sakit RSUD Dr Soetomo diperoleh informasi
bahwa supervisi klinik/keperawatan dilakukan secara berjenjang tetapi
pada pelaksanaannya belum optimal meskipun sudah ada SOP supervisi
keperawatan di rumah sakit RSUD Dr Soetomo. Pelaksanaan supervisi
yang belum optimal disebabkan oleh frekuensi pelaksanaan yang tidak
teratur, materi yang disupervisi belum jelas dan supervisi yang dilakukan
hanya sebatas mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan secara
tidak langsung (Nuryati, 2022).

1
Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan yang berperan
untuk mempertahankan segala kegiatan yang telah terporgam agar dapat
dilaksnanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung
memungkinkan kepela ruang untuk menemukan berbagai hambatan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dan bersama bengan staf
keperawatan mencari jalan pemecahannya. Supervisi dalam keperawatan
bukan hanya sekedar kontrol, kegiatan supervsisi juga mencakup
penentuan kondisi-kondisi syarat-syarat personal maupun material yang
diperlukan untuk tercapainya tujuan asuhan keperawatan secara efektif
dan efisien (Puspitaningrum et al., 2022).

Kepala ruang sebagai ujung tombak tercapai tujuan pelayanan


keperawatan di rumah sakit harus mempunyai kemampuan untuk
melakukan supervisi untuk mengelolah asuhan keperawatan. Supervisi
yang dilakukan kepala ruang berperan untuk mempertahankan segala
kegiatan yang telah direncanakan dapat dilkasnanakan sesuai standar.
Supervsisi memerlukan peran aktif semua perawat yang terlibat dalam
kegiatan pelayanan keperawatan sebagai mitra kerja yang dimiliki ide,
pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai dan
diikutseratakan dalam proses perbaikan pemeberian asuhan keperawatan
dan pendokumentasian (V.A.R.Barao, R.C.Coata, J.A.Shibli, M.Bertolini,
& J.G.S.Souza, 2022).

Kepala ruang sebagai sorang supervisor bertanggung jawab dalam


supervisi keperawatan kepada pasien. Kepala ruang bertanggung jawab
mengawasi perawat pelaksanan dalam melakukan praktik keperawatan.
Peran kepela runga sebagai supervisor sangat penting. Peran supervisor
dapat menentukan apakah pelayanan keperawatan (nursing care delivery)
mencapai standar mutu atau tidak.Supervisi klinik berpengaruh terhadap
kepuasan kerja dan kinerja perawat. Penerapan supervisi yang tepat akan
menyebabakan perawat pelaksana merasa diterima, dihargai dan
dilibatkan sehingga timbul komitmen tinggi untuk memajukan pelayanan
keperawatan. Supervisi klinik dapat meningkatkan kinerja perawatan
pelaksana. Peran supervisor sebagai penilai berpengaruh secara signifikan

2
terhdapa kinerja perawat. Supervisi klinik oleh kepala ruang juga
berdampak terhadap kepuasan kerja perawat (Jariah, Sasualam, &
Agustini, 2022).

Pelaksanaan supervisi keperawatan diberbagai rumah sakit belum


optimal dan fungsi manajemen tidak mampu diperankan oleh perawat
sebagian besar rumah sakit di indonesia. Kegiatan supervisi lebih banyak
pada kegiatan pengawasan bukan pada kegiatan bimbingan, observasi dan
penilaian, model supervisi klinik keperawatan di indonesia belum jelas
seperti apa dan bagaimanan implementasi rumah sakit. Bagian
keperawatan seringkali dihadapkan dengan permsalahan kinerja perawat
tentang pemberian asuhan keperawatan yang belum otimal hal ini masih
dikeluhkan oleh pasien, keluarga, dan profesi lain yang bekrja di rumah
sakit (Nursalam, 2011).

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, amaka supervisor


diharapkan mampu membina, mempertahankan dan meningkatkan
kualitas maupun kuantitas pekerjaan yang dilakukan para medical
representative. Supervisor harus mampu membentuk tim yang efektif
dengan cara tukar-menukar pengalaman. Meningkatkan keinginan untuk
berkembang, membimbing, menekankan dan memberikan umpan balik
secara terus-menerus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian supervisi keperawatan?
2. Siapakah yang menjadi pelaksana supervisi keperawatan?
3. Bagaimanan frekuensi supervisi keperawatan?
4. Apa tujuan supervisi keperawatan?
5. Bagaimanan teknik supervisi keperawatan?

1.3 Tujuan Umum Pembelajaran


Mengetahui tentang supervisi keperawatan.
1.4 Tujuan Khusus Pembelajaran
1. Mengetahui tentang pengertian supervisi keperawatan.

3
2. Mengetahui tentang fungsi supervisi keperawatan.
3. Mengetahui tentang manfaat dan frekuensi supervisi keperawatan.
4. Mengetahui tentang tujuan supervisi keperawatan.
5. Mengetahui tentang teknik dan melaksanankan supervisi keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Supervisi Keperawatan


Menurut Sudjana, 2004 (dalam Nursalam, 2011), Supervisi merupakan
upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang
disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah
ditetapkan secara efesien dan efektif.
menurut Arief, 1987 (dalam Nursalam, 2011), merumuskan sebagai suatu
proses kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
tenaga pelaksana program, sehingga program itu dapat terlaksanan semua
dengan proses dan hasil yang diharapkan. supervisi keperawatan adalah
kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat
pelayanan yang bermutu setiap saat (Depkes, 2000).

2.2 Pelaksana Supervisi Keperawatan


Pelaksanan atau yang bertanggung jawab melakasanakan supervisi adalah
atasan, yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Kelebihan
yang dimaksud sering dikaitkan dengan status yang lebih tinggi (supervisor)
dan karena itu fungsi supervisi memang dimiliki oleh atasan. Namun untuk
keberhasilan, supervisi harus lebih mengutamakan kelebihan pengetahuan
atau keterampilan.
Menurut Ali Zaidin dalam bukunya Dasar-Dasar Kepemimpinan dalam
Keperawatan membagi tingkatan atas kelas manajer dalam melakukan
supervisi.
1. Manajer puncak (Top Manajer)

4
Manajer puncak tanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil kegiatan
serta proses manajemen organisasi. Tugas utamanya menetapkan
kebijaksanaan (policy), memberi petunjuk atau pengarahan umum
berkaitan dengan tujuan misalnya: Kanwil Depkes Provinsi, Kdinkes
Daerah, Direktur RS dan sebagainya.
2. Manajer menengah (Middle Manager)
Manajer menengah ini memimpin sebagian manjer tingkat pertama.
Tuganya menjabarkan kebijaksanaan top manjer kedalam program-
program Misalnya: Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang, Kasubdin
Provinsi, Kasubbag Dati II.
3. Manajer Tingkat Pertama (First line, First Level Manager, Supervisor
Manager)
Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para
pelaksanan atau pekerja. Melaksanankan supervisi sebagai mandor atau
supervisor. Misalnya: Kepala Seksi, Kepala Urusan.

Untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik diperlukan beberapa


syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi atau
supervisor (Azwar A, 1996) adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi, atau apabila tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan
batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksanan supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yang disupervisi.
3. Pelaksanan supervisi ahrus memiliki ketrampilan melakukan supervisi,
artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus mempunyai sifat edukasi, suportif dan bukan
otoriter.
5. Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-gesa
melainkan secara sabar berupaya meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap bawahan yang di supervisi.

5
Pelaksanan supervisi yang baik, memerlukan bekal kemampuan yang
banyak. Selain lima syarat atau karakteristik diatas juga dibutuhkan
kemampuan melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan atau
kepemimpinan.
Dalam pelaksanaan supervisi akan terdapat dua pihak yang melakukan
hubungan kegiatan yaitu pihak supervisor dan pihak yang disupervisi.
Supervisor melakukan kegiatan pelayanan profesional untuk membantu atau
membimbing pihak yang dilayani. Pihak yang disupervisi inilah yang
menerima layanan profesional berupa bantuan dan bimbingan agar mereka
dapat meningkatkan kemampuan dalam melkasnanakan kegiatan secara
efesien dan efektif (Sudjana .D, 2004).
Menurut WHO (1999) dalam buku Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Primer, proses pengawasan pegawai yang baik harus.
1. Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standar kerja, tindakan
pengawasan harus dilakukan pada saat yang tepat.
2. Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila tidak akan
memerlukan waktu lama untuk menerapkan dan menghasilkan efek yang
diinginkan.
3. Minimal, artinya pengawasan harus disedikana sedikit mungkin, yakni
sedikit yang diperlukan untuk menjamin pekerjaan akan diselesaikan dan
standar diperhatikan.
4. Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi seperti makan
tuan, para pekerja akan mencoba menghindarinya

2.3 Unsur Pokok Supervisi Keperawatan


Menurut Azwar A, 1996 (dalam Nursalam, 2011) Dalam melaksanankan
supervisi terdapat beberapa unsur pokok. Unsur-unsur pokok yang dimaksud
adalah pelaksana, sasaran, frekuensi, tujuan dan teknik.
1. Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan yang melakukan pekerjaan. Sasaran yang dilakukan oleh
bawahan disebut sebagai sasaran langsung.
2. Frekuensi

6
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman
yang pasti seberapa sering supervisi dilakukan. Pegangan umum yang
digunakan tergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan serta
sifat penyesuaian yang akan dilakukan.
Menurut Nursalam (2002) melakukan supervisi yang tepat, harus bisa
menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan.
Sepanjang kontrol/supervisi penting. Tergantung bagaimana staf
melihatnya:
1) Overcontrol, kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi
yang diberikan. Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya.
2) Undercontrol, kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk
terhadap delegasi, dimana staf akan tidak produktif melaksanakan
tugas limpah dan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang
diharapkan. Hal ini akan berdampak terhadap pemborosan waktu dan
anggaran yang sebenarnya dapat dihindarkan. Berikan kesempatan
waktu yang cukup kepada staf untuk berfikir dan melaksanakan tugas
tersebut.
3. Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Menurut
(Nursalam, 2011), supervisi bertujuan untuk pemenuhan dan peningkatan
pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
keterampilan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas. Selain
itu, tujuan supervisi adalah:
1) Mengorganisasikan staf dan pelaksana keperawatan
2) Melatih staf dan pelaksana keperawatan
3) Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan

7
4) Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan

4. Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yang
bersifat pokok yaitu: menetapkan masalah dan prioritas, menetapkan
penyebab masalah, prioritas dan jalan keluarnya, melaksanakan jalan
keluar, dan menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya.
Untuk dapat melaksanakna supervisi yang baik ada dua teknik.
1) Pengamatan langsung
Pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus
memperhatikan :
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasaranya, dapat
menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini maka
pengamatan langsung ditunjukan pada suatu yang bersifat pokok
dan strategis saja.
b. Objektifitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan
suatu daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan
kesan negatif, misal rasa takut, tidak senang atau kesan
mengganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau
otoriter.
2) Kerja sama
Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan
penampilan bawahan didalam supervisi, perlu terjalin kerjasama
antara supervisor dengan yang disupervisi. Kerja sama tersebut akan

8
terwujud bila ada komunikasi yang baik, sehingga mereka yang
disupervisi merasakan masalah yang dihadapi juga masalah mereka
sendiri (Azwwar A, 1996) dalam Nursalam, 2011.

2.4 Manfaat Supervisi Keperawatan


Menurut Azwar (1996) (dalam Nursalam, 2011), terdapat dua macam
manfaat supervisi bila ditinjau dari sisi manajemen, yaitu:
1. Meningkatkan efektivitas kerja
Peningkatan efektivitas kerja dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan “bawahan”, serta makin terbinanya harmonisasi hubungan
dan suasana kerja antara “atasan” dan “bawahan”.
2. Meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja dapat mengurangi kesalahan yang
dilakukan oleh “bawahan”, dan karena itu pemakaian sumber daya
(tenaga, dana, dan sarana) yang sia-sia dapat dicegah.
Sudjana (2004) (dalam Nursalam, 2011) mengatakan bahwa supervisi
memiliki tiga kegunaan. Pertama, untuk meningkatkan kemampuan
supervisor dalam memberikan layanan kepada para pelaksana kegiatan
(perawat). Kedua, untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan.
Ketiga, hasil dari supervisi dapat digunakan untuk menyusun pedoman atau
petunjuk pelaksanaan layanan profesional kepada pelaksana kegiatan. Dengan
demikian, supervisi bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap para pelaksana kegiatan sehingga program tersebut
dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana.

2.5 Prinsip Supervisi Keperawatan


Menurut (Nursalam, 2011), prinsip supervisi adalah sebagai berikut.
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antarmanusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan.

9
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir, dinyatakan melalui
petunjuk dan peraturan, uraian tugas, serta standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan
manajer.

2.6 Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan


1. Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang
tersedia, dengan lingkup tanggung jawab antara lain:
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan.
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
d. Manajemen anggaran.
2. Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan,
dan pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan
yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai
tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan
anggaran keperawatan.
c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu
saja, tetapi memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar dapat
dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan
kesenjangan dalam pelayanan keperawatan (Nursalam, 2011).

10
2.7 Langkah Supervisi Keperawatan
1. Langkah I: mengadakan persiapan pengawasan.
a. Menentukan tujuan
b. Menetukan metode pengawasan yang tepat
c. Menetukan standar/kriteria pengukuran
2. Langkah II: menjalankan pengawasan
Terdiri dari tiga tahap
a. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, di mana rencana
pengawasan harus memuat system pengawasan, standar yang dipakai
dan cara pelaksanaan
b. Pelaksanaan pengawasan dapat dilaksanakan dengan berbagai system,
yaitu:
 Sistem preventif: dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan
 System represif: dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan,
misalnya memberikan laporan-laporan kegiatan
 Sistem Verivikatif: pemeriksaan secara terperinci dengan
memberikan laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal
yang terjadi dalam pelaksanaan rencana.
 System inspektif: system pengawasan dengan mengadakan
pemeriksaan setempat secara langsung dengan tujuan mengetahui
sendiri keasaan yang sebenarnya.
 Sistem investigative: pengawasan dengan jalan mengadakan
penelitian dan penyelidikan untuk mengetahui kesalahan dan
membongkar adanya penyelewengan. System ini terdiri dari system
inspektif dan verifikatif
 Kombinasi system preventif dan represif yaitu suatu system
pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun
sesudah usaha itu berjalan.
c. Penilaian dari pelaksanaan pengawasan
Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai,
tujuan, efektivitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian sebagai kegiatan

11
sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
mendeskripsikan dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan
sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (Sudajana, D. 2004).
Menurut UNESCO (1982) dikutip oleh Sudjana, D. 2004) evaluasi
dilakukan sejak pelaksanaan program, berkaitan dengan dimensi
kualitatif tentang efektivitas program, mengarah pada upaya
menyiapkan bahan masukan untuk pengambilan keputusan tentang
penyusunan tentang ketepatan, perbaikan perluasan, atau
pengembangan program, terkait dengan pengambilan keputusan tentang
penusunan rancangan dan isi program.
3. Langkah III memperbaiki penyimpangan
Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang
kurang atau salah untuk memperoleh hasil kerja yang lebih besar dan lebi
efisien. Setelah data melalui pengawas diperoleh, dianalisis serta masalah
yang timbul dicarikan pemecahnya serta mencegah membuat masalah
pada waktu mendatang. Pembinaan yang efektif dapat digambarkan
melalui 5 langkah:
a. Mengumpulkan informasi: melalui kenyataan atau peristiwa yang benar
terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang dibuat. Pengumpulan
informasi dianggap efektif bila dilaksanakan secara berkala dan
berkelanjutan dengan menggunakan pemantauan dan penelaahan
laporan kegiatan.
b. Mengidentifikasi masalah: Masalah akan muncul jika terjadi ketidak
sesuaian dengan atau kegiatan yang telah direncanakan. Ketidak
sesuaian menyebabkan adanya perbedaan antara kegiatan yang
seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang benar-benar terjadi.
Perbedaan tersebut disebut masalah
c. Menganalisis masalah: analisis yaitu untuk mengetahui jenis maslah
dan factor penyebab terjadinya masalah tersebut. Factor-faktor
penyebab dapat dating dari pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, biaya,
proses, fasilitas, waktu, kondisi lingkungan. Setelah ditemukan factor

12
penyebab, diidentifikasi pula sumber-sumber dan potensi yang dapat
digunkan untuk memecahkan masalah.
d. Mencari dan menetapkan alternative pemecahan masalah: kegiatan
pertama yaitu mengidentifikasi alternative upaya yang dapat
dipertimbangakan untuk memecah masalah, yag disusun setelah
memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan hambatan
yang akan ditemui dalam upaya pemecahan masalah
e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah: dapat dilaksanakan secara
langsung maupun tidak langsung. Pembina dapat dibagi 2 macam, yaitu
pembinaan individual (Pembinaan yang dilakukan terhadap seorang
pelaksana kegiatan. Pihak Pembina dapat memberikan dorongan,
bantuan, dan bimbingan langsung pada pelaksana kegiatan) dan melalui
orang lain (pembinaan dari organisasi yang lebih tinggi atau melalui
petugas khusus yang diberi tugan pembinaan. Sedangkan memalui
media tertulis yaitu dan korespondensi. Teknik kegiatan tidak langsung
yaitu memberi petunjuk, pedoman dan informasi kepada pihak yang di
bina tentang kegitan yang harus dikerjakan. Alat yang digunakan yaitu
media tertulis seperti surat menyurat, media cetak seperti brosir,
lembaran pedoman dan bulletin.

13
PRA

Supervis
i

PELAKSANAAN

PASCA

2.8 Alur Supervisi Keperawatan

14
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus Supervisi Keperawatan


Saat shift pagi, tiba-tiba seorang supervisor datang ke ruang Melati untuk
melihat kinerja staf perawat. Kebetulan saat itu akan dilakukan perawatan
luka pada pasien Ny. A. Supervisor pun menjelaskan dan menjalankan
supervisinya pada staf perawat di ruangan tersebut. Saat supervisi, perawat A
tidak banyak berinteraksi dengan pasien, seperti validasi identitas pasien dan
menjelaskan prosedur. Hal tersebut terjadi karena perawat A terlalu fokus.

3.2 Pembahasan Kasus Supervisi Keperawatan


Pada teknik supervisi, proses supervisi keperawatan mengacu pada
standar asuhan keperawatan (Nursalam, 2011). Dalam melakukan tindakan
keperawatan, tentunya harus melakukan validasi identitas pasien sesuai
dengan 6 sasaran keselamatan pasien, yaitu menggunakan nama lengkap,
tanggal lahir, dan nomor rekam medis. Hal tersebut bertujuan untuk
menghindari kesalahan pemberian tindakan pada orang yang salah. Dalam
memberikan asuhan keperawatan, sangat penting untuk menjaga komunikasi
dengan pasien. Komunikasi keperawatan dapat diartikan sebagai suatu seni
penyampaian serangkaian pesan atau informasi terkait kegiatan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat dengan pasien. Komunikasi bermanfaat untuk
menjalin hubungan saling percaya dengan pasien. Proses komunikasi
keperawatan akan berjalan dengan baik jika pasien dan perawat memiliki
tujuan yang sama mengenai treatment keperawatan (Pieter, 2017).
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan juga penting karena pasien berhak
tahu apa yang akan dilakukan/diberikan pada tubuhnya.
Pada pasca supervisi, supervisor hendaknya memberikan feedback dan
klarifikasi terkait kesalahan yang dilakukan pelaksana kegiatan (perawat).
Supervisor juga dapat melakukan follow up perbaikan pada perawat tersebut
sehingga diharapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat dapat

15
meningkat dan terbentuk kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang
memberi kepuasan pada pasien.
3.3 Mekanisme Kegiatan
Kegiatan Pelaksana Tempat
Pra 1. Salam pembuka Karu Ruang perawat
2. Menyampaikan maksud Perawat Primer
dan tujuan dilakukannya
supervisi
3. Menyampaikan materi,
waktu, sistem dan
penilaian supervisi
4. Memberikan kesempatan
kepada Perawat Primer
untuk bertanya
Intra 1. Melakukan pengawasan Karu Ruang rawat
dan koordinasi Perawat Primer
2. Menilai berdasarkan
format supervisi
3. Mencatat jika ditemukan
hal-hal yang perlu
didiskusikan bersama PP
4. Memberikan masukan
berupa saran atau
pembetulan dari tindakan
yang dilakukan
Post 1. Melakukan evaluasi hasil Karu Ruang perawat
supervisi dengan fair Perawat Primer
2. Memberikan feedback
3. Memberikan follow up
dan reinforcement
4. Melakukan dokumentasi
hasil supervisi

16
17
3.3 Instrumen Supervisi Keperawatan (terlampir)

3.4 Roleplay Keperawatan


Saat shift pagi, tiba-tiba seorang supervisor datang ke ruang Melati untuk
melihat kinerja staf perawat. Kebetulan saat itu akan dilakukan perawatan luka
pada pasien Ny. X. Supervisor pun menjelaskan dan menjalankan supervisinya
pada staf perawat di ruangan tersebut. Saat supervisi, perawat primer tidak banyak
berinteraksi dengan pasien, seperti validasi identitas pasien, tidak mengkonfirmasi
apakah pasien tersebut nyaman. Hal tersebut terjadi karena perawat primer terlalu
fokus.
Nurse Station
Karu : Selamat pagi.
PP : Selamat pagi bu.
Karu : Hari ini, saya berencana melakukan supervisi keperawatan, tujuan nya
untuk memperbaiki jika ada hal yang harus diperbaiki pada tindakan yang akan
dilakukan pada pasien kita.
PP : Baik bu. Untuk supervisi sendiri tindakan apa yang akan dilakukan?
Karu : Mengenai tindakan keperawatan, hari ini rencananya akan ada tindakan
perawatan luka ya?
PP : Iya betul bu, rencananya akan dilakukan tindakan perawatan luka pada
pasien Ny. X di kamar nomor 8.
Karu : Kalau begitu untuk supervisinya sendiri ini ada format penilaiannya
silahkan dilihat. Pada form ini ada beberapa indikator yang akan di nilai dan juga
bobot-bobotnya. Silahkan dibaca terlebih dahulu.
PP : Baik bu.
Karu : Baik untuk penilaian ini apakah ada pertanyaan?
PP : Tidak ada bu
Karu : Kalau begitu silahkan dipersiapkan terlebih dahulu.
Karu meninggalkan ruangan ners station
PP menyiapkan alat. Setelah alat siap karu datang dan mengecek alat.
Karu: Apakah sudah siap?
PP : Sudah bu.

18
Karu: Kalau begitu saya periksa terlebih dahulu ya. (Mengecek kelengkapan alat).
Baik, setelah saya cek, peralatan sudah lengkap dan sesuai SOP. Kemudian, bisa
langsung saja kita ke kamar pasien untuk melakukan Tindakan.
Ruang Rawat Inap
Karu : Selamat pagi bu, bagaimana kabarnya hari ini?
Ny. X : Pagi, alhamdulillah bu.
Karu : Tujuan kami hari ini untuk melakukan perawatan luka pada kaki ibu untuk
mencegah terjadinya infeksi pada kaki ibu. Apakah ada pertanyaan bu?
Ny. X : Tidak ada bu
PP : Untuk keluarga pasien apakah ada pertanyaan?
Keluarga Ny.X : Tidak ada bu.
PP : Baik kalau begitu kami akan mulai tindakan perawatan luka ya bu.
Perawat Primer melakukan perawatan luka kepada Ny. X dari mulai fase
interaksi hingga fase evaluasi. Karu mengamati jalannya tindakan
perawatan luka.
PP : Baik ibu, karena tindakan perawatan luka pada ibu telah selesai, kami izin
pamit untuk kembali ke ruangan perawat ya bu (sambil merapikan alat).
Ny. X & Keluarga : Terimakasih sus
Karu: Kalau begitu silahkan dilanjutkan. Setelah selesai, silahkan datang ke
ruangan saya ya.
PP : Baik, bu.
Ruang Karu
Karu : Apakah sudah selesai? Sudah cuci tangan?
PP : Sudah bu.
Karu : Boleh saya cek dokumentasinya?
PP : Silahkan bu. (Menyerahkan CPPT)
Karu : Baik, dokumentasinya pun telah ditulis secara lengkap. Sebelumnya,
apakah tadi ada tindakan yang terlewatkan?
PP : Sejauh yang saya pahami tidak ada bu, namun jika menurut ibu ada yang
terlewatkan saya ingin tau agar bisa memperbaiki diri.
Karu : Baik, Jadi setelah saya melakukan penilaian pada tindakan perawatan
luka pada Ny. X, secara keseluruhan sudah bagus, sudah baik, sudah dilaksanakan

19
dengan memegang prinsip-prinsip seperti steril dan sesuai dengan SOP. Hanya
saja, saat melakukan tindakan membuka hingga membersihkan luka, saya lihat
agak kurang interaksi dengan pasien.
PP : Oh iya bu
Karu : Kalau boleh tau, kenapa interaksi kurang dilakukan?
PP : Sepertinya saya terlalu fokus pada tindakan perawatan luka, ditakutkan
lukanya semakin parah, jadi kami kurang untuk melakukan interaksi
Karu : Jadi penyebabnya terlalu fokus ya sama tindakan nya.
PP : Iya bu
Karu : Karena tadi pasien terlihat meringis saat lukanya dirawat, itulah gunanya
interaksi ya. Bisa berperan sebagai distraksi untuk mengalihkan rasa nyerinya.
PP : Baik bu, saya menyadari akan hal itu.
Karu : Jadi untuk kedepannya lebih diperhatikan lagi, tingkatkan komunikasi
terapeutik dengan pasien.
PP : Baik bu, terimakasih bu atas masukannya. Untuk selanjutnya saya akan
memperbaikinya.
Karu : Iya, untuk yang lainnya sudah dilakukan dengan baik. Urutan prosedur,
prinsip steril, tata caranya sudah dilakukan dengan baik. Untuk hasil evaluasinya
total nilai nya 36 ya ners, sudah cukup baik. Kalau begitu, silahkan tanda tangan
dulu.
PP beserta Karu menandatangani form.
Karu : Baik kegiatan supervisi sudah selesai. Terimakasih atas partisipasi dan
kerjasamanya, dipertahankan dan ditingkatkan kinerjanya. Saya akhiri
wassalammualaikum silahkan kembali ke pekerjaan masing-masing.
PP : Waalaikumsalam bu

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit, dengan memberikan pengarahan dan petunjuk
agar perawatan dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien.
Supervisi harus dapat menjalankan fungsi manajerial yaitu bimbingan dan
pengarahan, dengan melakukan supervisi terhadap perawat pelaksana agar
tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan
kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan.
Manfaat supervisi, apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik,
akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah
timbulnya perasaan dihargai dan dapat meningkatkan rasa percaya diri,
supervisi mendorong praktek keperawatan yang aman dan mencerminkan
pelayanan perawatan pada pasien, meningkatkan pengembangan pribadi dan
profesional, tantangan bagi manajer untuk menfasilitasi staf dalam
mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalisme, meningkatkan
kuaitas dan keamanan pasien, mendidik perawat pelaksana melalui bimbingan
yang diberikan oleh supervisior, meningkatkan motivasi perawat pelaksanan
dalam bekerja.

4.2 Saran
1. Untuk Institusi Keperawatan
Supervisi perlu dilakukan secara berkala supaya dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja sehingga tujuan suatu organisasi keperawatan
dapat diwujudkan.
2. Untuk Mahasiswa
Supervisi keperawatan perlu dipahami dan diterapkan dalam roleplay
dengan tujuan agar mahasiswa bisa mengetahui dan memahami tentang
supervisi di keperawatan dan supaya mahasiswa bisa melaksanakannya di

21
22
DAFTAR PUSTAKA

Jariah, A., Sasualam, & Agustini, T. (2022). Pengaruh Supervisi Keperawatan ,


Insentif dan Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja pada Perawat. Window
of Nursing Journal, 03(01), 49–56.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional (3rd ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nuryati, Nurul, Kristina, M. T. V. N. (2022). Jurnal Keperawatan. 14, 1145–
1150.
Pieter, H. Z. (2017). Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat (1st ed.). Retrieved
from
https://www.google.co.id/books/edition/Dasar_Dasar_Komunikasi_bagi_Per
awat/erJADwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=komunikasi+keperawatan&printsec=frontcover
Puspitaningrum, I., Supriatun, E., Suryatna, S. Y., Putri, S. D., Hasni, N. I., &
Keperawatan, I. (2022). Supervisi Keperawatan Reflektif Meningkatkan
Kepuasan Kerja Perawat. Serulingmas Health Journal (SHJ), 2(2), 2022.
V.A.R.Barao, R.C.Coata, J.A.Shibli, M.Bertolini, & J.G.S.Souza. (2022). No 主
観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する
共分散構造分析 Title. Braz Dent J., 33(1), 1–12.

23
Lampiran 1. Form Penilaian Supervisi Perawatan Luka

FORMAT SUPERVISI
RAWAT LUKA

Hari/Tanggal : Supervisor :
Yang Disupervisi : Ruangan :

Aspek Dilakukan
Parameter Bobot Ket
Penilaian Ya Tidak
Persiapan A. Persiapan klien
1. Memberi penjelasan 1
kepada klien
2. Mengatur posisi klien
yang nyaman 1

B. Persiapan alat
1. Memeriksa rencana 1
tindakan keperawatan
2. Menyiapkan alat:
a). Steril
Kasa steril 1
Rawat luka set 1
Cairan NaCl 0,9% 1
Sarung tangan 1
b). Non steril
Sarung tangan 1
Gunting plester 1
Bengkok 1
Alat tulis 1
Jam tangan 1
Plester 1
Alas perlak 1
Masker 1

Pelaksanaan 1. Mencuci tangan, 1


kemudian
menggunakan masker
dan sarung tangan
2. Menyiapkan alat yang 1
akan digunakan
3. Meletakkan alas perlak 1
di bawah lokasi yang
akan dibersihkan

24
4. Pastikan untuk 2
menjaga kestrerilan
alat 1
5. Membuka perban
sebelumnya 2
6. Disinfektan lokasi
sekitar luka 3
7. Membersihkan luka
dengan kasa yang
dibasahi NaCl 0,9% 1
8. Memotong jaringan
nekrosis, apabila ada 2
9. Bersihkan lagi dengan
kasa yang dibasahi
NaCl 0,9% 2
10. Tutup luka dengan
dressing, lalu dengan
kasa kering 1
11. Rekatkan
menggunakan plester 1
12. Ambil alas perlak dan
bereskan alat
13. Dokumentasikan
Sikap 1. Komunikasi 1
2. Kerjasama 1
3. Tanggungjawab 1
4. Kewaspadaan 1
5. Evaluasi 1
Total Nilai 38

Nilai : Kriteria :
Ya :1 <56% = kurang >76% = baik
Tidak : 0 56-75% = cukup
Total skor
Nilai = x 100 %
Total nilai

Supervisor

(………)

25
Lampiran 2. Form Hasil Supervisi

Masalah Penyebab Tindak Lanjut

Perawat Supervisor

NIP. NIP.

26
Lampiran 3
SUPEVISI KEGIATAN
KEPERAWATAN
Pengertian Supervisi keperawatan adalah suatu proses
pemberian sumber- sumber yang dibutuhkan perawat
untuk menyelesaikan tugas dalam
rangka mencapai tujuan (Nursalam, 2016).

Tujuan Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan


pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada
kebutuhan, keterampilan dan kemampuan perawat
dalam melaksanakan tugas (Nursalam, 2016).
Prinsip 1. Supervisi didasarkan atas hubungan professional
dan bukan pribadi.
2. Supervisi merupakan kegiatan direncanakan secara
matang.
3. Supervisi bersifat edukatif, supporting dan
informal.
4. Supervisi membentuk hubungan kerjasama yang
demokratis antara supervisior dan staf.
5. Supervisi memberikan perasaan aman pada staf
dan pelaksana keperawatan.
6. Supervisi harus objektif dan sanggup mengadakan
“self evaluation”.
7. Harus progresif, inovatif, fleksibel dan dapat
mengembangkankelebihan masing-masing perawat
yang akan disupervisi.
8. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri
disesuaikan dengan kebutuhan.
9. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya
meningkatkan asuhan keperawatan
Pelaksana 1. Kepala Ruangan
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan

27
keperawatan pada klien di ruang perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau
tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam
melaksanakan praktek keperawatan diruang
perawatan.
2. Pengawas perawatan :
a. Bertanggung jawab dalam mensupervisi
pelayanan pada kepala ruangan yang ada di
instalasinya.
3. Kepala seksi perawatan :
a. Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara
tidak langsung.

Langkah/Prosedur 1. Prasupervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan di
supervise
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi
yang akan dinilai
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kerja perawat berdasarkan
alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang
memelurkan pembinaan.
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk
mengadakan pembinaan dan klarifikasi
permasalahan
3. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi,
wawancara, dan memvalidasi data sekunder
a. Supervisor mengklarifikasi permasalahan

28
yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan
perawat
4. Pascasupervisi-3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-
fair).
b. Supervisor memberikan feedback dan
klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi).
c. Supervisor memberikan reinforcement dan
follow up perbaikan

29

Anda mungkin juga menyukai