Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

SUPERVISI KEPERAWATAN SEBAGAI BENTUK


PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN

Disusun Oleh: Kelompok 2


Kelas: A-1 - 2014
1. 131411131002 Lutvi Choirunnisa
2. 131411131003 Irsa Alfiani
3. 131411131006 Novita anggraeni A
4. 131411131007 Nia Husninda Hawari
5. 131411131009 Nur Puji Winasis
6. 131411131038 Desna Ayu Arifianti
7. 131411131043 Alfi Dwi Putri
8. 131411131053 Nevia Ratri Indriani
9. 131411131055 Eva Diana
10. 131411131056 Navisa Khoirunisa
11. 131411131057 Eva Dwi Agustin
12. 131411131101 Novella Ikko Alfiani

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan
penulisan makalah Small Group Discussion yang berjudul “Supervisi
Keperawatan sebagai Bentuk Pelayanan Keperawatan Paripurna”, sebagai tugas
mata ajar Keperawatan Manajemen dengan baik.
Untuk itu pula pada kesempatan kali ini kelompok ingin menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons). selaku Dekan yang senantiasa
memacu, dan memotivasi mahasiswa untuk selalu bersemangat menuntut
ilmu dan tetap berpijak pada Excellence With Morallity.
2. Syamsul Hidayat, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku fasilitator yang memberikan
bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam penyelesaian tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran
yang dapat membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik lagi. Penyusun juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
secara pribadi dan bagi yang membutuhkannya.

Surabaya, 30 Oktober 2017

(Penyusun)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................2
1.4 Manfaat.....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Definisi Supervisi......................................................................................4
2.2 Tujuan Supervisi.......................................................................................4
2.3 Manfaat Supervisi.....................................................................................5
2.4 Peran dan Fungsi Supervisi.......................................................................6
2.5 Mekanisme Alur Supervisi......................................................................10
2.6 Kompetensi Supervisor Keperawatan.....................................................10
2.7 Prinsip Supervisi Keperawatan...............................................................11
2.8 Frekuensi Supervisi.................................................................................12
2.9 Pelaksanaan Supervisi.............................................................................13
2.10 Kegiatan Rutin Supervisor....................................................................15
2.11 Model Supervisi....................................................................................17
2.12 Rencana Tindakan Lanjutan..................................................................20
BAB III PENUTUP...............................................................................................22
4.1 Kesimpulan..............................................................................................22
4.2 Saran.........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
Lampiran 1 Naskah Roleplay ................................................................................25
Lampiran 2. Instrumen Supervisi Perawatan Luka ...............................................36
Lampiran 3 Lembar Dokumentasi Evaluasi Supervisi Keperawatan ...................40

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan adalah salah satu bagian integral dalam bidang
keperawatan, sehingga dibutuhkan pengawasan dan pengendalian selama
pelaksanaan. Pengawasan dan pengendalian tersebut bersifat menyesuaikan
dengan kondisi pelayanan yang ada. Pengawasan dan pengendalian dalam
pelayanan keperawatan atau yang biasa disebut sebagai supervisi
keperawatan adalah proses kegiatan yang merupakan bagian dari fungsi
pengarahan serta pengawasan untuk membuat suatu pengendalian
(controlling) pada pelaksanaan praktik tenaga keperawatan (Munijaya, 1999;
Arwani, 2005; Wiyana, 2008).
Supervisi keperawatan ini sangat penting dalam menunjang dan
memperbaiki kualitas pelayanan, dilihat dari beberapa kasus yang sudah ada.
Selama ini dalam pelayanan keperawatan masih banyak ditemukan pelayanan
keperawatan yang tidak sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur),
sehingga banyak menimbulkan hal yang merugikan bagi pasien. Selain itu,
banyak nya tenaga keperawatan juga menjadi salah satu penyebab malpraktek
keperawatan. Mengingat faktor kemajemukan perawat dapat membawa
dampak pada tidak konsistensinya sistem pelayanan keperawatan (Wibowo,
2013).
Kejadian pelayanan yang kurang profesional dapat membawa dampak
buruk bagi pasien sendiri, karena hal ini bisa menyebabkan cedera sekunder,
infeksi nosokomial dan yang lebih parah adalah kematian. Jika sudah
menyangkut hal yang menghilangkan nyawa, maka akan berujung pada
tindakan hukum. Semakin banyaknya kasus yang berujung pada tindakan
hukum akan mengurangi citra dan mutu dari rumah sakit (Depkes RI, 2006).
Kualitas pelayanan keperawatan membutuhkan perbaikan untuk
meningkatkan mutu keperawatan, dalam meningkatkan mutu keperawatan
diperlukan beberapa indikator sebagai standar dalam memberikan pelayanan
keperawatan (Depkes RI, 2008). Perbaikan disini juga membutuhkan suatu

1
proses pengawasan dan peninjauan, yang disebut sebagai supervisi. Fakta
menunjukkan bahwa supervisi keperawatan di berbagai rumah sakit Indonesia
belum optimal dan belum jelas pengimplementasiannya sedangkan tuntutan
perbaikan kualitas pelayanan keperawatan semakin meningkat (Wibowo,
2013).
Berdasarkan fenomena yang ditemukan di lapangan, tindakan
supervisi sangat perlu diterapkan dalam memperbaiki kualitas pelayanan.
Namun tidak hanya dengan pengawasan saja, tetapi dibutuhkan tindakan guna
melakukan perubahan pada setiap pelayanan. Oleh karena itu, sebagai
perawat harus mampu dala menerapkan supervisi keperawatan untuk
memperbaiki layanan keperawatan yang ada, sehingga pelayanan
keperawatan akan sesuai dengan indikator mutu yang harus dicapai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari supervisi keperawatan?
2. Apa tujuan dari supervisi keperawatan?
3. Apa manfaat dari supervisi keperawatan?
4. Apa peran & fungsi supervisi keperawatan?
5. Bagaimana mekanisme alur dari supervisi keperawatan?
6. Bagaimana kompetensi dari supervisi keperawatan?
7. Apa prinsip dari supervisi keperawatan?
8. Bagaimana frekuensi dari seorang supervisor?
9. Bagaimana pelaksanaan dari supervisi keperawatan?
10. Apa kegiatan rutin supervisi keperawatan?
11. Bagaimana model dari supervisi keperawatan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teori tentang
supervisi keperawatan dan penerapan dalam keperawatan

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari supervisi keperawatan

2
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari supervisi keperawatan
3. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat supervisi keperawatan
4. Mahasiswa dapat mengetahui peran dan fungsi supervisi
keperawatan
5. Mahasiswa dapat memahami mekanisme alur supervisi
keperawatan
6. Mahasiswa dapat mengetahui kompetensi dari seorang supervisor
7. Mahasiswa mampu memahami prinsip dari supervisi keperawatan
8. Mahasiswa mampu memahami frekuensi dari supervisi
keperawatan
9. Mahasiswa mampu memahami pelaksanaan supervisi keperawatan
10. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan rutin dari supervisi
keperawatan
11. Mahasiswa dapat mengetahui model dari supervisi keperawatan

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah supervisi keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami dan mengimplementasikan tindakan
supervisi keperawatan dalam tindakan praktik pelayanan keperawatan,
sehingga tindakan yang kurang sesuai SOP bisa diperbaiki
2. Bagi Pasien
Makalah supervisi keperawatan ini bisa digunakan sebagai suatu alat
untuk mencapainya indikator suatu mutu keperawatan dan indikator
pasien safety.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Supervisi


Supervisi berasal dari super (latin = diatas) serta videre (latin =
melihat), dengan demikian apabila ditinjau dari asal kata, supervisi berarti
melihat atau mengawasi dari atas. Secara umum dapat didefinisikan
sebagai pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap
pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Definisi lain dikemukakan
oleh Nursalam (2011), yaitu upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien.
Salah satu fungsi manajemen adalah directing, dimana didalamnya
terdapat kegiatan supervisi. Dalam bidang keperawatan supervisi
mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan
dari penanggung jawab kepada perawat yang ditunjukkan untuk
perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan, kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan
bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian perawat (Suyanto,
2008 dalam Nainggolan, 2010).

2.2 Tujuan Supervisi


Tujuan supervisi secara umum adalah memberikan bantuan kepada
bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan
memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas dengan hasil
yang baik. Menurut WHO (1999) dalam Nursalam (2011), tujuan dari
pengawasan yaitu :
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia.

4
2. Memungkinakan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para
petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan
pemahaman serta mengatur pelatihan yang sesuai.
3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberikan
penghargaan atas pekerjaan yang baik.
4. Memungkinkan manajemen mengetahui bahwa sumber daya yang
disediakan telah cukup dan dapat dimanfaatkan dengan baik.
5. Memungkinkan manajemen mennetukan penyebab kekurangan pada
kinerja tersebut.
Sedangkan tujuan supervisi keperawatan adalah upaya pemenuhan
serta peningkatan pelayanan kepada klien dan kleuarga yang berfokus
pada kebutuhan, ketrampilan dan kemampuan perawat dalam
melaksanakan tugas (Nursalam, 2011). Sukardjo (2010) menyebutkan
bahwasanya tujuan supervisi adalah mengoptimalkan kondisi kerja yang
nyaman, mencakup lingkungan fisik dan suasana kerja diantaranya tenaga
keperawatan dan tenaga lainnya, serta meliputi jumlah persediaan.
Beberapa tujuan yang dikemukakan oleh Sukardjo (2010) adalah :
1. Mengorganisasikan staf dan pelaksana keperawatan dalam
menjalankan tugasnya.
2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien.
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan
mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan.
4. Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan.

2.3 Manfaat Supervisi


Supervisi akan menghasil banyak manfaat apabila dilakukan dengan
baik. Nursalam (2011) mengemukakan enam manfaat dari supervisi
sebagai berikut :

5
1. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu maupun kelompok,
karena setiap staf diberi peluang agar dapat meningkatkan aktualisasi
diri untuk mencapai tujuan pelayanan rumah sakit.
2. Peningkatan pada prestasi staf secara perseorangan dapat
mempengaruhi SDM secara keseluruhan.
3. Menumbuhkan minat dalam pengembangan pribadi seperti
meningkatkan hasil karya dan prestasi, hal ini dilakukan dengan cara
memberikan umpan balik terhadap prestasi staf.
4. Membantu rumah sakit untuk menyusun program pengembangan dan
pelatihan staf yang tepat guna. Rumah sakit akan memiliki tenaga
yang terampil untuk pengembangan pelayanan keperawatan di masa
depan.
5. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja
melalui peningkatan gaji atau sistem imbalan yang baik.
6. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk
menyampaikan perasaan tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada
kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat
mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
Nursalam (2011) juga mengemukakan tiga kegunaan supervisi.
Pertama, supervisi berguna untuk meningkatkan kemampuan supervisor
dalam memberikan layanan kepada para pelaksana kegiatan (perawat).
Kemantapan kemampuan akan dialami apabila supervisor sering
melakukan supervisi. Kedua, supervisi bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan pelaksana kegiatan. Ketiga, hasil supervisi berguna untuk
menyusun pedoman atau petunjuk pelaksanaan layanan professional
kepada pelaksana kegiatan.

2.4 Peran dan Fungsi Supervisi Keperawatan


Dalam Nursalam (2014), supervisi keperawatan dilaksanakan oleh
personil atau bagian yang bertanggung jawab antara lain:
1. Kepala Ruang

6
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan
pada klien di ruang perawatan.
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya
tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik
keperawatn di ruang perawatan sesuai dengan yang
didelegasikan.
2. Supervisor
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit
pelayanan fungsional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung
jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan. Supervisor juga
bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan kepada kepala
ruangan yang ada di instalasinya. Peran dan fungsi supervisor dalam
supervisi adalah mempertahankan keseimbangan pelayanan
keperawatan dan meanajemen sumber daya yang tersedia, dengan
lingkup tanggung jawab antara lain :
a. Menetapkan dan mempertahankan standard prkatik
keperawatan.
b. Menilai kulitas asuhan keperawatan dan pleayanan yang
diberikan.
c. Mebgembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur
pelayanan keperawatan dan kerjasama dengan tenaga
kesehatan yang terkait.
d. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan
dan tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan yang
dapat dicapai sesuai tujuan RS.
e. Membantu mendapatkan informasi statistik unutk
perencanaan anggaran keperawatan.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat
terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan
agar dapat dijalani dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat
menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan

7
3. Kepala Bidang Keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala
bidangkeperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik
secara langsung atau tidak langsung lelui para pengawas keperawatan.
Kepala bidang juga harus dapat mengusahakan seoptimal mungin
kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif, efisien.

4. Perawat Primer (PP)


Bertanggungjawab dalam:
a. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
b. Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain atau perawat
e. Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan keperawatan
f. Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang
g. Menyiapkan rujukankepada tim pelayanan kesehatan terkait
h. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.

5. Perawat Asosiasi (PA)


a) memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan
proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang
 menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah pasien
 melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
 mengevalusi tindakan perawatan yang telah diberikan
 mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respons
pasien pada catatan perawat
b) melaksanakan program medis dengan penuh tanggungjawab
 pemberian obat
 pemeriksaan laboraturium
 persiapan pasien yang akan operasi
c) memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan
spiritual dari pasien
 memelihara kebersihan pasien dari lingkungan
 mengurangi penderitaan pasien dengan memberi rasa aman,
nyaman, dan ketenangan

8
 pendekatan dan komunikasi terapeutik
d) mempersiapkan pasien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan keperawatan dan pengobatan atau diagnosa
e) melatih pasien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
f) memberikan pertolongan segera pada pasien gawat atau sakaratul
maut
g) membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara
administratif
 menyiapkan data pasien baru, pulang, atau meninggal
 sensus harian atau formulir
 rujukan harian atau formulir
h) mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai
i) menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan,
dan keindahan ruangan
j) melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara
bergantian sesuai jadwal tugas
k) memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya
(PKMRS)
l) melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan pasien baik secara
lisan maupun tulisan
m) membuat laporan harian pasien

9
2.5 Mekanisme Alur Supervisi
Kepala Bidang Perawatan

Menetapkan kegiatan dan tujuan serta


PRA instrumen/alat
Kepala IRNA

Menilai kinerja perawat: Kepala Ruangan


Pelaksanaan Responsibility-Accountability-Authority
supervisi
(R-A-A)

PA 1 PP 2
PEMBINAAN (3-F)
Penyampaian penilaian (fair)
PASCa PA PA
Feed back (umpan balik)
Follow up (tindak lanjut), pemecahan
masalah dan reward Kinerja perawat dan kualitas
pelayanan
Gambar 2.1 Alur Mekanisme Supervisi (Nursalam, 2011)
2.6 Kompetensi Supervisor Keperawatan
Nainggolan (2010) mengungkapkan bahwa tanggung jawab utama
seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin dengan
mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan mengarahkan,
melancarkan, membimbing, memotivasi, dan mengenalikan. Sementara
itu, Simanjuntak (2010), mengemukakan bahwa untuk mnejadi superviso
yang baik, dipelukan kompetensi antara lain :
1. Knowledge competencies, memiliki pengetahuan yang cukup tentang
teori, teknik, praktik, dan prosedur keperawatan professional;
pemngetahuan tentang proses terjadinya penyakit, prosedur diagnostic
klinis, dan keterampilan dalam menerapkan pengetahuan tersebut
secara nyata.
2. Critical thinking, berpikir kritis dalam menyuikapi suatu problema,
menganalisis, mensintesis, menginterpretasi, membuat hipotesa
penalaran secara induktif maupun deduktif. Kemampuan untuk menilai
dan menginterpretasi informasi medis dan klinis dari grafik, serta
kemampuan mengevaluasi rencana pelaksanaan proses keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan holistic pasien.

10
3. Enterpreneurial competencies, adlaah kompetemsi meliputi 2 bagian
yaitu, orientasi efisiensi dan produktivitas. Orientasi efisiensi yakni
melakukan pekerjaan dengan tepat tanpa membuang waktu dan biaya
berlebih.
4. Intellectual competence, melaksanakan pekerjaan berdasarkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki. Meliputi tiga bagian penting yaitu; logika,
konseptual yaitu mampu mengumpulkan informasi, dan diagnostik.
5. Sosio-emotional competence, melakukan pekerjaan dengan teliti
termasuk mengambil keputusan denganmatang. Kompetensi ini
mencakup; percaya diri, rasa tanggung jawab, disiplinitas.
6. Interpersonal competence, kemampuan untuk bersosialisasi termasuk
mengelola proses kelompok dnegan menunjukkan sikap keterbukaan.
7. Supervision, kemampuan untuk membangun harapan dan arahan yang
jelas dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran dari pekerjaan yang
sedang dilakukan kepada sekelompok perawat dan petugas pelayanan
medis. Serta memiliki kemampuan untuk mengelola sumber daya
manusia dan mengembangkan perencanaan bagi karyawan untuk
mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan guna mendukung
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
2.7 Prinsip Supervisi Keperawatan
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan dalam penerapan
supervisi keperawatan (Nursalam, 2011) antara lain :
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, tugas, dan standart.
4. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara
supervisor dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik.

11
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas, dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdayaguna dalam
pelayanan keperawatan yang memberikan kepuasan klien, perawat dan
manajer
Sedangkan dalam Sukardjo (2010), yang dimaksud dengan prinsip
supervisi dalam keperawatan adalah:
1. Didasarkan atas hubungan professional.
2. Dirancangkan secara matang.
3. Bersifat edukatif, suportif.
4. Memberikan perasaan aman pada staf pelaksana keperawtan.
5. Membentuk kerjasam yang demokratis antara supervisor dengan staf.
6. Objektif dan self evaluation.
7. Progresif, inovatif, fleksibel, dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
8. Konstruktif, kreatif dalam mengembangkan diri.
9. Meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan.
2.8 Frekuensi Supervisi
Supervisi yang merupakan bentuk tindakan pengamatan secara
langsung terhadap kinerja tenaga kerja harus memperhatikan tingkat rentang
waktunya, karena supervisi tidak bisa dilakukan terus-menerus, dibutuhkan
beberapa pertimbangan untuk menyelesaikan masalah jika dikemudian hari
ditemukan suatu masalah. Menurut Nursalam tahun 2014 ketika seorang
supervisor melakukan supervisi yang tepat harus dapat menentukan kapan
dan apa yang harus dilakukan dan yang membutuhkan bantuan. Frekuensi
supervisi tidak bisa dilakukan terlalu sering. Penting atau tidaknya supervisi
tergantung bagaimana staf pekerja melihatnya, yaitu:
1. Overcontrol
Supervisi yang dilakukan secara berlebihan, sehingga melebihi frekuensi
yang semestinya. Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi
yang diberikan.

12
2. Undercontrol
Supervisi yang dilakukan sangat kurang, sehingga seorang supervisor
bahkan kurang memahami tentang kondisi pekerjanya. Kontrol yang
kurang mengakibatkan staf tidak produktif dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga akan berdampak pada hasil yang diharapkan.
Karena kegiatan supervisi yang dilakukan secara overcontrol
maupun undercontrol sifatnya kurang baik, maka supervisi yang baik
adalah supervisi yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan suatu
perusahaan/ tempat bekerja. Saat supervisi akan dilakukan control
terhadap masalah yang terjadi pada lingkungan kerja, sehingga masalah
tersebut akan didiskusikan bersama untuk mencari solusi, sehingga
frekuensinya harus melihat kondisi permasalahan dari perusahaannya
sendiri.
2.9 Pelaksanaan Supervisi Keperawatan
Dalam Nursalam (2011), ada beberapa teknik yang diperlukan
dalam melaksnakan supervisi dalam keperawatan antara lain:
1. Proses Supervisi
a. Mengacu pada standard asuhan keperawatan.
b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding
untuk menetapkan pencapaian.
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan
kualitas asuhan.
2. Area Supervisi
a. Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada
klien.
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standart.
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan, seperti empati, kejujuran.
Secara aplikasi, area supervisi keperawatan meliputi;
a. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b. Pendokumentasian asuhan keperawatan
c. Pendidikan kesehatan melalui discharge planning
d. Pengelolaan logistik

13
e. Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan
masalah keperawatan klien
3. Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara:
a. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor terlibat dalam kegiatan tersebut
sehingga menghasilkan umpan balik dan perbaikan. Proses
supervisi secara langsung meliputi:
- Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didamping oleh supervisor;
- Selama proses, supervisor dapat member dukungan,
reinforcement dan petunjuk
- Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai
dan memperbaiki yang masih kurang.
Pada era modern ini supervisor diharapkan terlibat dalam kegiatan
agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
suatu perintah (Sukardjo, 2010). Cara pemberian pengarahan yang
efektif adalah pengarahan harus lengkap, mudah dipahami,
menggunakan kata-katya yang teapt, berbicara dengan jelas,
berikan arahan yang logis, hindari memberikan banyak arahan
pada satu waktu.
b. Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik lisan maupun tulisan.
Supervisotr tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik
diberikan secara tertulis. Langkah-langkah supervisi tidak
langsung, seperti yang dipaparkan oleh Bittel (1987) dalam
Wiyana (2008) dikutip oleh Nainggolan (2010), adalah:
- Lakukan supervisi secara tidak langsung dengan melihat
hasil dokumentasi pada buku rekam medis oleh perawat.

14
- Memeriksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan
standard dokumentasi asuhan keperawatan yanitu form A
dari Kemenkes.
- Memberikan penilaian atas dokumentasi yang disupervisi
dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan
memberikan catatn tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
- Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak
sesuai dengan standard atau yang tidak lengkap.
2.10 Kegiatan Rutin Supervisor
Untuk dapat mengkorrdinasikan sistem kerja secara efektif, para
supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan
kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang emlibatkan
supervisor dalam pelaksanaan langsung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi
adalah kegiatan mengkoordinasikan pekerjaan yang dilakukan oleh orang
lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi. Nainggolan
(2010) membagi kegiatan supervisi dalam beberapa tahapan diantaranya:
1. Persiapan
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) meliputi: (a) menyusun jadwal
supervisi; (b) menyiapkan materi supervisi; dan (c) mensosialisasikan
rencana supervisi kepada perawat pelaksana.
2. Pelaksanaan supervisi
Kegiatan supervisor pada tahap pelaksanan supervisi meliputi: (a)
membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian dilaksanakan; (b)
bersama perawat pelaksana mengidentifikasi kelengkapan
pendokumentasian untuk masing-masing tahap; (c) mendiskusikan
pencapaian yang telah diperoleh perawat dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan; (d) mendiskusikan pencapaian yang harus
ditingkatkan pada masing-masing tahap; (e) memberikan
bimbingan/arah pendokumentasian asuhan keperawatan; dan (f)
mencatat hasil supervisi.
3. Evaluasi

15
Kegiatan supervisor pada tahap evaluasi meliputi: (a) menilai respon
perawat terhadap pendokumentasian yang baru sajaa diarahkan; (b)
memberikan reinforcement pada perawat; dan (c) menyampaikan
rencana tindak lanjut supervisi.
Sedangkan menurut Nursalam (2011), langkah-langkah
pelaksanaan supervisi meliputi:
1. Pra supervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan.
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrument yang telah disiapkan.
b. Supervisor mendapatkan beberapa hal yang memerlukan
pembinaan.
c. Supervisor memanggil perawat primer dan perawat pelaksana
untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan
memvalidasi data sekunder melalui cara:
- Supervisor mengklarifikasi permasalahn yang ada
- Supervisor melakukan tanya jawab dengan dengan perawat
3. Pasca Supervisi (3F)
a.Supervisor memberikan penilain supervisi.
b. Supervisor memberikan feed back dan klarifikasi.
c.Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.

2.11 Model Supervisi Keperawatan


Di beberapa Negara maju terutama Amerika dan Eropa, kegiatan
supervisi klinis keperawatn di rumah askit dilakukan dengan sangat
sistematis. Peran dan kedudukan perawat supervisor begitu penting. Peran
supervisor dapat menentukan apakah pelayanan keperawatan (nursing care
delivery) menapai standard mutu atau tidak. Berikut adalah perbandingan

16
berbagai model supervisi keperawatan klinis yang dikemukakan oleh
Supratman dan Sudaryanto (2008):
1. Model Develpomental
Model ini diperkenalkanoleh Dixon tahun1998. Modek ini
dikembangkan dalam rumah sakit mental yang bertujuan agar pasien
yang dirawat mengalami proses developmental yang lebih baik.
Supervisor diberikan kewenangan untuk membimbing perawat dnegan
tiga cara, yaitu change agent, counsellor, dan teacher. Kegiatan change
agent bertujuan agar supervisor membimbing perawat menjadi agen
perubahan, kegiatan terbebut nantinya ditransfer kepada sehingga
pasien memahami maslaah kesehatan. Kegiatan counsellor dilakukan
supervisor dnegan tujuan membina, membimbing dan mengajarkan
kepada perawat tentang hal-hal yang berkaitan dnegan tugas tutin
perawat. Kegiatan teaching bertujuan mengenalkan dan
mempraktikkan praktik keperawatan yang sesuai dengan tugas
perawat.
2. Model Academic
Farington menyebutkan bahwa supervisi klinik dilakukan untuk
membagi pengalaman supervisor kepada para perawat sehingga ada
proses pengembangan kemampuan professional yang berkelanjutan.
Dilihat dari prosesnya, supervisi klinis merupakan proses formal dari
perawat professional sebagi dukungan dan pembelajaran sehingga
pengetahuan dan kompetensi perawat dapat dipertanggungjawabkan
sehingga pasien mendapatkan perlindungan dan merasa aman selama
menjalani perawatan.
Dalam model academic proses supervisi klinik meliputi tiga kegiatan,
yaltu educative, supportive, dan managerial. Kegiatan educative
dilakukan dengan: (a) mengajarkan keterampilan dan kemampuan
(contoh: perawat diajarkan cara membaca hasil EKG); (b) membangun
pernahaman tentang reaksi dan refleksi dari setiap intcrvensi
keperawatan (contoh: supervisor mengajarkan perawat dan melibatkan
pasien DM dalam dernontrasi injeksi SC); dan (c) supervisor rnclatih

17
perawat untuk menjelajah strategi, teknik-teknik lain dalam bekerja
(contoh: supervisor mengajarkan merawat luka dekubitus dengan obat-
obat jenis baru yang lebih balk). Kegiatan supportive dilakukan dengan
cara melatih perawat menggali emosi ketika bekerja. Kegiatan
managerial dilakukan dengan melibatkan perawat dalam pcningkatkan
standar (contoh: SOP yang sudah ada dikaji bersama kernudian
diperbaiki hal-hal yang perlu).
3. Model Experimental
Model ini diperkenalkan oleh Milne dan James di Newcastle
University UK dan Department of Health US tahun 2005 yang
merupakan adopsi penelitian Milne, Aylott dan Fitzpatrick. Dalam
model mi disebutkan bahwa kegiatan supervisi klinik keperawatan
meliputi training dan mentoring. Dalam kegiatan training, supervisor
mengajarkan teknik-teknik keperawatan tertentu yang belum dipahami
perawat pelaksana. Training biasanya dilakukan secara berjenjang
kepada setiap perawat. misalnya training pada perawat pemula
(beginner) dan perawat pemula lanjut (advance). Dalam kegiatan
mentoring, supervisor lebih mirip scorang penasihat dimana ia
bertugas memberikan nasihat berkaitan dengan masalah-masalah rutin
sehari-hari (contoh: menengahi konflik, mengambil keputusan secara
cepat. tepat dan etis. dan sebagainya). Kegiatan ini lebih mirip kegiatan
supportive dalam model academic.
4. Model 4S
Model mi diperkenalkan oleh Page dan Wosket dan hasil penelitian di
Greater Manchester UK dan New York tahun 1995. Model supervisor
mi dikembangkan dengan empat (4) strategi, yaitu structure, skills,
support dan sustainability. Dalarn model mi, kegiatan structure
dilakukan oleh perawat profesional dalam melakukan pengkajian dan
asuhan pasien dimana perawat yang dibina sekitar 6 - 8 orang. Tujuan
kegiatan mi adalah untuk mengembangkan pengalaman perawat dalam
hal konsultasi, fasilitasi dan pertolongan. Kegiatan skills dilakukan
supervisor untuk meningkatkan ketrampilan praktis (contoh: menjahit

18
luka, interpretasi EKG, pasang CAPD, dan sebagainya). Kegiatan
support dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar tetap prima
dalam bekerja, berbagi dan kebutuhan-kebutuhan pendidikan tertentu
yang bernilai kebaruan (contoh: pelatihan kegawatdaruratan pada
keadaan bencana). Kegiatan sustainabilitv bertujuan untuk tetap
mempertahankan pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai yang telah
dianut perawat. Kegiatan mi dilakukan secara kontinu dengan cara
mentransfer pengalaman supervisor kepada perawat pelaksana (contoh:
supervisor membuat modul tentang berbagai ketrampilan teknik yang
dibagikan kepada semua perawat pelaksana).
Selain model supervisi diatas, Suyanto (2008) dalam Simanjuntak
(2010) mengemukakan beberapa model supervisi keperawatan lainnya,
yaitu:
1. Model Konvensional
Supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menernukan
masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan.
Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan mengawasi staf
dalam menjalankan tugas. Model ini sering dianggap kurang adil
karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-
hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan.
2. Model Ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari suatu permasalahan saja. Oleh karena
itu, supervisi yang dilakukan dengan model ini memiliki karakteristik
antara lain: (a) dilakukan secara berkesinambungan; (b) dilakukan
dengan prosedur, instrumen dan standar supervisi yang baku, (c)
menggunakan data yang objektif sehingga dapat mengemukakan
bahwa beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan
diberikan umpan balik dan bimbingan; serta (d) menggunakan rating
scale, check list, pedoman wawancara yang berkaitan erat dengan
penelitian.

19
3. Model Klinis
Supervisi model kilnis bertujtian untuk membantu perawat pelaksana
dalan mengeinbangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuhan keperawatan meningkat. Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengarnatan pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya
dibandingkan dengan standar keperawatan.
4. Model Artistik
Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh
perawat pelaksana yang akan disupervisi. Dengan demikiari akan
tercipta hubungan saling pcrcaya sehingga hubungan antara perawat
dan supervisor akan terbuka yang mempermudah supervisi.

2.12 Rencana Tindakan Lanjutan

INDIKATOR CAPAIAN TARGET TINDAK LANJUT

Ketepatan Identifikasi Pasien


AKP.1 Pasien / Keluarga pasien Data tidak lengkap 1. Pelatihan Safety and
memahami maksud Quality Champion
mengambil foto pasien 2. Supervisi Ruang
Rawat Inap

Peningkatan Komunikasi yang Efektif

Verifikasi oleh DPJP


AKP. 2 setelah Belum ada data, karena Koordinasi dengan Bidang
komunikasi melalui telpon. SBAR belum berjalan pelayanan medik,
perawatan dan Pokja SKP

Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai

AKP. 3 Ketepatan penyimpanan dan 100 % 100% Mempertahankan


pemberian label pada obat2 capaian target untuk

20
LASA. periode berikutnya

KepastianTepat Pasien, Tepat Prosedur

AKP. 4 Kejadian salah pasien pada Belum ada data karena alat Perbaikan alat ECT
tindakan ECT premedikasi ECT rusak

Pengurangan Risiko Infeksi terkait pelayanan kesehatan

AKP. 5 Kepatuhan cuci tangan Belum ada data karena PPI Koordinasi dengan Komite
belum melakukan PPI
Surveilance

Pengurangan risiko pasien jatuh

AKP. 6 Kelengkapan Assesmen Data Tidak lengkap 1. Pelatihan Safety and


resiko jatuh pasien rawat Quality Champion
Ruan
Inap 2. Supervisi g
Rawat Inap

Sumber : http://rs-ernaldibahar.com/pdf/LKM.pdf

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Supervisi keperawatan adalah bagaimana kita mampu mengorganisasikan
segala bantuan dari penanggung jawab kepada perawat yang ditunjukkan
untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
peningkatan asuhan keperawatan. Dengan lingkup tanggung jawab antara lain:
 Menetapkan dan mempertahankan standard prkatik keperawatan.
 Menilai kulitas asuhan keperawatan dan pleayanan yang diberikan.
 Mebgembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan dan kerjasama dengan tenaga kesehatan yang terkait.
 Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dan tahunan
yang tersedia, mengembangkan tujuan yang dapat dicapai sesuai tujuan
RS.
 Membantu mendapatkan informasi statistik unutk perencanaan
anggaran keperawatan.
Dengan demikian mengenal dunia manajemen termasuk supervisi
merupakan keperluan bagi seorang perwawat sebagai metode atau cara
mengoptimalisasi pengetahuan yang telah didapat. Salah satu pokok yang
harus dimiliki setiap perawat dalam substansi manapun yakni berpikiran kritis
dan kemampuan menganalisis yang baik sehingga intervensi asuhan
keperawatan yang diberikan harapannya dapat memberikan efek terapeutik
bagi pasien yang sakit maupun bagi keluarganya yang sehat.
4.2 Saran
Diharapkan sebagai seorang perawat, kita patut menjadi agen perubahan
untuk masa depan pelayanan kesehatan utamanya keperawatan yang
komprehensif. Dari prinsip prinsip supervisi keperawatan yang disebutkan
diatas, kita dapat mengimplementasikannya dalam dunia kerja dnegan
memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang holistic dan komprehensif.

22
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan (Edisi Ketiga).


Tangerang: Binarupa Aksara
Bindseil, K., et al. 2008. Clinical Supervision Handbook: A Guide for Clinical
Supervisors for Addictional and Mental Health. Toronto: Centre for
Addiction and Mental Health
Bustami. 2011. Penjamin Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya.
Jakarta: Erlangga
Cherie, Amsale., & Gebrekidan, A. 2005. Nursing Leadership and Management.
Addis Ababa: Addis Ababa University
Hasibuan, Malayu S. 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Kementrian Kesehatan RI. 2005. Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja
Perawat dan Bidan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI
Manullang, M. 2001. Dasar Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Marquis, Bessie l., & Huston, Carol J. 2003. Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan (edisi 4): Teori & Aplikasi (Widyawati, wilda Eka
Handayani & Fruriolina Ariani, Penerjemah). Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Nainggolan, Mei J. 2010. Pengaruh pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan
Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati
Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional (Edisi 3). Jakarta: Salemba Medika

23
Potter, Patricia A., & Perry, Anne G. 2010. Fundamental Keperawatan (Buku 1,
Edisi 7), (Adrina Ferderika, Penerjemah). Jakarta: Salemba Medika
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit

24
Lampiran 1 Naskah Roleplay Supervisi Keperawatan SOP Perawatan Luka

Kepala Ruangan
Novita Anggraeni

Perawat Primer
Eva Dwi Agustin

Perawat Assosiate Perawat Assosiate Perawat Assosiate


Irsa Alfiani Novella Ikko Nur Puji W

Pasien Pasien Pasien


Nevia Ratri Navisa K Nia Husninda

Airlangga University Hospital will perform the accreditation test to


improve their quality of service. The head of the room discussed with the primary
nurse, that supervision will be done. The primary nurse asked to meet the head of
the room in his room

Ns. Eva : Good afternoon Mrs


Karu : Good afternoon to Ns.Eva
Ns. Eva : What happened mrs? Why you called me?
Karu : Ns.Eva, Airlangga University Hospital will perform te
accreditation test to improve our quality of service. And we
will be supervised next week. What do you think Ns. Eva?
Ns. Eva : I think next week is the right time mrs, because we’ll have
time for prepare it

25
Karu : okay then, I’ll announce it when we do the handover

SETTING 1 (Nurse Station)


After the handover, the head of the room announce the supervision to all nurse.

Karu : Because there’s no clarficatio of the patient’s condition,


related to acreditation test to improve our hospital quality of
service, I’ll announce to eery nurse in here that we will do the
supervision next week. So, you all had to prepared it.
PA : Allright Mrs
Karu : does anyone have a question?
PA : No Mrs
Karu : Okay then, I hope you all learn the SOP

30 October in the morning, at 9.00 am will be perfor the supervision to


improve the quality of service in the hospital. The supervision will be performed
by primary nurse to the head of association related the problems of wound care on
Ny. N, with a medical diagnosis of Diabetes Mellitus Grade I with a gangrene
injury on her left leg.

SUPERVISI
SETTING 2 (Nurse Station)
Karu : Good morning everyone, today, we will perform the
suoervision, and im asking to all nurse tp take action according
to the SOP. Please Ns. Eva, do the supervision to Ns. Nuri
Ns. Nuri : yes Mrs
Ns. Eva : Ns. Nuri, have you prepared the SOP?
Ns. Nuri : yes Ns. Eva, here it is (while giving the SOP)
Ns. Eva : Please sign the file Ns, and I’ll supervised your action
according to the SOP
Ns. Nuri : okay Ns. Eva

26
Setting 3: patient room’s
(Di bed Ny. Nia yang sedang ditemani anaknya)
Ns.Eva dan Ns.Nuri sedang melakukan observasi perawatan luka kepada Ny Nia.

Ns. Nuri : Selamat pagi mbak, selamat pagi ibu, perkenalkan saya Ns. Nuri
yang bertugas pada pagi hari ini, mohon maaf ini dengan ibu siapa?
(Sambil melihat gelang untuk identifikasi pasien)
Anak : Selamat pagi juga ners
Pasien : Saya Ny.Nia ners
Ns.Nuri : Bagaimana kabarnya pagi ini Ny. Nia? Apakah lebih membaik
ataukah sama dengan yang kemarin?
Pasien : Kondisi saya baik, hanya saja kaki saya yang terasa sedikit nyeri
dan sepertinya baunya agak busuk
Ns.Nuri : oh begitu ya ibu, saya lihat kondisi lukanya dulu ya ibu (Ns. Nuri
melihat kondisi luka dari Ny. Nia)
Ns.Nuri : Wah iya ibu, ini lukanya sangat kotor, itu yang menyebabkan
nyeri dan bau nya kurang enak bu
Pasien : Lalu bagaimana ners? Saya merasa malu dengan bau busuknya
Ns.Nuri : Oh iya ibu, tenang saja. Saya akan melakukan perawatn luka
untuk ibu, perawatan luka ini bertujuan untuk membersihkan luka
ibu agar tidak infeksi dan mempercepat penyembuhan. Apakah ibu
bersedia?
Pasien : Iya ners saya bersedia agar luka saya lebih baik
Ns.Nuri : permisi ya mbak, saya akan melakukan perawatan luka pada ibu
(berbicara dengan anak Ny.N)
Anak : ya ners, silahkan
Ns.Nuri : Saya siapkan alatnya dulu ya bu
Pasien & Anak: Iya ners

Ns. Nuri menyiapkan peralatan, mulai dari peralatan yang steril dan tidak steril.
Namun ns. Nuri tidak mencuci tangannya dan langsung menggunakan sarung
tangan

27
Alat-Alat yang dibutuhkan:
a. Trolley
b. Alat steril
1. 1 pasang sarung tangan steril
2. 2 buah pinset anatomis
3. 1 buah pinset chirugis
4. 1 buah gunting lurus (gunting jaringan)
5. Kasa steril
6. Kapas sublimat
7. 3 buah cucing
8. Korentang
c. Alat tidak steril
1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. Gunting balutan
3. Plester
4. Perban
5. Larutan desinfektan pada tempatnya : NaCl 0,9%, larutan
savlon, alkohol 70%
6. Perlak
7. Bengkok
8. Tempat sampah medis
9. Ember berisi larutan klorin 0,5% (untuk merendam alat)
10. Obat tabur atau salep
11. Wound care dressing (alginate, foam, hydrocolloid, hydrogel,
transparan film, antimicrobial dressing)
12. Scort
13. Elastic banded
14. Masker
Ners Nuri : saya rawat lukanya ya bu. Mungkin nanti akan terasa sakit karena
saya akan membuka balutan lukanya, tapi ditahan ya bu agar
lukanya bisa dibersihkan
NO. LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN NERS NURI

1. a. Mengkaji kebutuhan klien untuk perawatan luka


b. Mengkaji kondisi luka untuk menentukan cairan desinfektan
apa yang tepat untuk kondisi luka tersebut
c. Mengkaji kebutuhan klien untuk pemeriksaan kultur luka,
kultur pus, dll
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan perawatan luka pada klien dan
keluarga

28
3. Mempersiapkan alat-alat dan mengatur posisinya di samping tempat
tidur

4. a. Menggunakan sarung tangan


b. Memposisikan area luka untuk mempermudah perawatan
c. Memasang perlak
d. Meletakkan bengkok di dekat area luka klien
e. Membuka perban luka yang lama secara hati-hati dengan
pinset anatomis. Bila luka kering dan lengket dengan perban
maka guyur terlebih dahulu balutan luka dengan larutan PZ
f. Setelah selesai, buang balutan luka kotor pada tempat yang
disediakan dan lepaskan sarung tangan
g. Observasi kondisi luka (letak, ukuran, gambaran klinis,
eksudat, granulasi, nyeri, kulit di sekitar luka, infeksi)
5. a. Membuka set rawat luka steril
b. Mempersiapkan peralatan, kassa, kapas sublimat, cucing dan
cairan desinfektan sesuai kebutuhan
c. Pertahankan sterilitas
6. Ganti sarung tangan dengan yang steril

7. Melakukan perawatan luka, jika luka kotor :

a. Bersihkan luka dengan kapas savlon


b. Gunakan pinset dari arah dalam ke luar
c. Ulangi bersihkan luka dengan menggunakan kasa PZ dengan
pinset dari arah dalam ke luar. Buang kassa kotor pada
bengkok
d. Bila perlu lakukan debridement pada luka dengan
menggunting jaringan yang sudah mengalami nekrosis
dengan gunting lurus
e. Ulangi bersihkan luka dengan menggunakan kassa PZ dengan
pinset dari arah dalam ke luar. Buang kassa kotor pada
bengkok
f. Luka dikeringkan dengan kassa kering dari arah dalam ke luar
g. Ambil kassa dan beri alkohol. Oleskan pada 3-5 cm di sisi
luar luka (untuk mencegah masuknya organism pada area
luka)
h. Pada luka yang ditutup dengan menggunakan plester,
bersihkan bekas plester dengan menggunakan kassa alkohol
i. Bila ada obat atau salep untuk luka bubuhkan pada luka

29
terlebih dahulu atau jika ada berikan dressing yang sesuai.
Luka ditutup dengan kassa kering steril
j. Bila tidak ada dressing atau obat, tutup luka terlebih dahulu
dengan kassa lembab (PZ). Luka ditutup dengan kassa kering
steril
k. Balutan ditutup dengan perban
l. Perhatikan kesterilan dalam melakukan tindakan

Jika luka bersih :

a. Awali membersihkan luka dengan kassa PZ


b. Ulangi prosedur 3-12 kali
8. Membereskan semua peralatan

9. Melepaskan sarung tangan (masukkan dalam larutan klorin 0,5%)


dan mencuci tangan

10. Merapikan klien dan tempat tidur klien. Memberikan posisi yang
nyaman

11. Mendokumentasikan tindakan dan berbagai temuan pada status klien

Setelah selesai melakukan rawat luka pada Ny. Nia, Ns.Nuri memberitahukan
pasien bahwa rawat luka telah selesai
Ns.Nuri : Nah perawatannya sudah selesai ya bu, bagaimana perasaannya
sekarang bu?
Pasien : Iya ners, nyerinya berkurang dan saya tidak mencium bau
Ns.Nuri : Apakah lebih baik dari sebelum di rawat?
Pasien : Alhamdulillah lebih baik,
Ns.Nuri : Jadi balutan ini akan saya lihat lagi besok, jika sudah kotor saya
akan menggantinya lagi ya bu
Pasien : baiklah ners
Ns.Nuri : Perbannya sudah saya ganti,diusahakan agar tetap kering ya bu,
dijaga agar tidak kotor
Pasien : baik ners, terimakasih

30
Ns.Nuri : karena perawatannya sudah selesai saya permisi dahulu.
Usahakan ibu jangan banyak berjalan-jalan, ibu di tempat tidur saja
dulu.
Pasien : iya, saya usahakan ners
Anak : ners, kalua saya boleh bertanya, kira-kira ibu saya kapan
sembuhnyaya ?
Ns.Nuri :tergantung pada perkembangan lukanya ibu , mbak,
kalau lukanya dijaga agar tetap kering dan bersih,
maka proses penyembuhannya akan semakin cepat juga,
dijaga juga agar tidak menimbulkan infeksi lain
Anak : begitu ya ners… baiklah, terimakasih…
Ns.Nuri : Apakah ada yang bisa dibantu lagi sebelum saya pergi bu?Mbak?
Pasien &Anak : tidak ada ners
Ners Nuri : baiklah kalau begitu, selamat beristirahat bu, jika butuh bantuan
nanti panggil saya.. saya permisi dulu ya bu, mbak
Pasien &Anak : Iya ners, terimakasih

SETTING 4 (Handoer room)


After all the action had done, nurse sign the SOP according to their action.
Ns. Nuri : had done Ns
Ns. Eva : okay Ns, please sign the SOP according to your action
Ns. Nuri : yes Ns
Ns. Eva : half an hour after this, please come here to evaluate the
supervision that you had do
Ns. Nuri : sure ns, thank you, excuse me………..

Setting 5 : Nurse Station


Ns. Eva called Ns. Nuri to evaluate her action this morning

Ns. Eva : good afternoon Ns. Eva, we’ll evaluate your action this
morning. First, I’ll explain my observation on your action
about wound care that you performed. Im not judging you to

31
find your fault Ns. Nuri, I’ll explain the results of my
supervision or assessment to your action during the wound care
tratment. What I evaluated earlier is that you doesn’t maintain
the patient’s privacy, like closing the curtain before the action,
is that can be explained Ns?
Ns. Nuri : right Ns, I didn’t closed the curtain because I don’t think it is
needed, because the wound is on her leg
Ns. Eva : ok ns, according to your opinion, that’s true, but it is not.
Even the wound is on their leg,you need to closed the curtain
because we need to keep the patient’s privacy to imprive their
comfort.

Primary nurse take the second file


Ns. Eva : furthermore, Ns. Nuri, you haven’t washing your hands
before perform the action. Is it true? What’s your reason?
Ns. Nuri : I have washed my hands Ns,this morning. So I didn’t need to
washed my hands again because I used my handscoon. As long
as I didn’t contact with the patient, so it’s safe.
Ns. Eva : Ns. Nuri, hand washing should be done before and after the
aseptic action to the patients. We had remembered 5 monets
hand wash. Because eventhough our hands are clean, there
must be a lot of bacteria. To decrease the risk of infection, we
must washing our hands thugh wear handscoon when action.
Although we have washed our hands in the morning.
Ns. Nuri : yes, mrs, I will remember 5 moments hand wash for the next
treatment.
Ns. Eva : ok, if you already understand, I hope there will be
animprovement to your action, because it concerns the client’s
healing. This evaluation is not only for you, but also for the
other nurse had to understand the SOP. Becayse it is for
improve our quality of service to the patient. Don’t be ashamed
Ns, oke?

32
Ns. Nuri : yes, Ns. I know
Ns. Eva : allright then, for the next treatment, I’ll talk with the head of
the room first. Later, we will discussed about the next
treatment. Please continue your work, thank you for coming.
Good afternoon
Ns. Nuri : good afternoon too Ns. Eva

Setting 6: Karu Room


PP and Karu discussion abot the evaluate

PP : Good afternoon
Karu : Good Afternoon. Please take a seat
PP : thank you
Karu : so, how’s the result of supervision? Have you done all of
supervision?
PP : yes maam, I have done todays supervision to Ners Nuri. She did
wound care to Mrs. Susi this morning, and after I observed her
treatment to her, I found some mistakes. She didn’t wash her hand
before doing the treatment, and didn’t keep client’s privacy. She
got … out of … she didn’t notice that what she have done was
wrong.
Karu : I see, how about the other treatment? Have you observed? what
about the supervision of other actions? How is the score gained?
PP : From some of the actions I supervise, which are wound care,
infusion, and catheter installations, most of them are still lacking
privacy and hand washing. So they do not wash their hands first
before the patient, both before and after the action.
Karu : so it means that the nurse in this room needs more understanding
about handwashing and maintaining client's privacy. What if to
conduct training for nursing teams in this room to improve
knowledge and skills

33
PP : I agree bu for this. How about we provide training on wound care
and 5 moments of hand washing to further improve the skills of
nurses in our room and improve the quality of service to clients.
Karu : I agree with your idea. I scheduled on Tuesday all nurses will get
this training. I will carry out in 2 sessions ie morning and
afternoon. Later after shift, please invite all friends to my room. I
will tell them about this training.
PP : well bu, thank you, I excuse me first.
Karu : thank you ners Eva, good luck

Setting 7: Nurse Station


In the afternoon, The headmaster of the room, the association nurse 1,2,3
gathering to discuss the evaluation.
Karu : good afternoon everyone
PA 1,2,3 : good afternoon Mrs
Karu : in this moment, I’ll explain the result of the supervision that
have been done by Ners. Eva to Ners. Nuri about the wound
care treatment. Based on the result, I decided to make an event
to improve our skills and knowledge about the treatment
according to the SOP. On next week, I will make a specific
semiar and training about 5 moment hand wash. Do you agree?
PA 2 : I agree mrs, I hope this event can improve our skill and
knowledge to the patient
Karu : that’s true ns, tha’ss what I want. The event wil be held on
next week. I hope for your presence. I hope it can improve our
skills, knowledge, and quality of our service.
PA 3 : yes mrs, we will attend the event. Thank you for the chance
mrs
Karu : allright then, if everyone had agree, I think its enough for this
time. Does everyone had a question?
PA 1,2,3 : nothing mrs

34
Karu : ok. Today’s discussions is over. Thank you for coming.
Pleasecontinue your work..
PA 1,2,3 & PP : you’re welcome mrs, good afternoon

35
Lampiran 2. Instrumen Supervisi Perawatan Luka Pada Klien
Hari/Tanggal : Supervisor :
Ruangan : yang disupervisi :

Aspek Dilakukan

Penilaian Parameter Bobot Ya Tidak Ket

Persiapan A. Menyiapkan alat steril 10


1. 1pasang sarungtangan steril
(35) 2. 2buah pinset anatomis
3. 1buah pinset chirugis
4. 1buah gunting lurus (gunting
jaringan)
5. Kasa steril
6. Kapas sublimat
7. 3 buah cucing
8. Korentang
B. Menyiapkan alat nonsteril
1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. Gunting balutan
3. Plester
4. Perban
5. Larutan desinfektan pada
tempatnya : NaCl 0,9%, larutan
savlon, alkohol 70%
6. Perlak
7. Bengkok 15
8. Tempat sampah medis
9. Ember berisi larutan klorin
0,5% (untuk merendam alat)
10. Obat tabur atau salep
11. Wound care dressing (alginate,
foam, hydrocolloid, hydrogel,
transparan film, antimicrobial
dressing)
12. Scort
13. Elastic banded
14. Masker
C. Menyiapkan Pasien
1. Mengkaji kebutuhan klien
untuk perawatan luka
2. Menjelaskan prosedur dan
tujuan perawatan luka pada
klien

36
3. Mengatur posisi pasien yang
nyaman
4. Menjaga privasi klien dengan
memasang tirai atau menutup
pintu

10

Pelaksana Pelaksanaan rawat luka:


an
1. Cuci tangan 2
(55) 2. Menggunakan sarung tangan
3. Memposisikan area luka untuk 2
mempermudah perawatan
4. Memasang perlak 2
5. Meletakkan bengkok di dekat
area luka klien
6. Membuka perban luka yang
2
lama secara hati-hati dengan
pinset anatomis. 2
7. Membuang balutan luka kotor
pada tempat yang disediakan
dan melepaskan sarung tangan
8. Observasi kondisi luka (letak, 2
ukuran, gambaran klinis,
eksudat, granulasi, nyeri, kulit
di sekitar luka, infeksi)
9. Membuka set rawat luka steril
10. Mengganti sarung tangan
dengan yang steril 2
11. Melakukan perawatan luka,
jika luka kotor :
a. Bersihkan luka dengan
kapas savlon

37
b. Gunakan pinset dari arah 2
dalam ke luar
c. Ulangi bersihkan luka
dengan menggunakan kasa
PZ dengan pinset dari arah
dalam ke luar. Buang kassa
kotor pada bengkok
d. Bila perlu lakukan
2
debridement pada luka
dengan menggunting 2
jaringan yang sudah
mengalami nekrosis
dengan gunting lurus
e. Ulangi bersihkan luka 26
dengan menggunakan
kassa PZ dengan pinset
dari arah dalam ke luar.
Buang kassa kotor pada
bengkok
f. Luka dikeringkan dengan
kassa kering dari arah
dalam ke luar
g. Ambil kassa dan beri
alkohol. Oleskan pada 3-5
cm di sisi luar luka (untuk
mencegah masuknya
organism pada area luka)
h. Pada luka yang ditutup
dengan menggunakan
plester, bersihkan bekas
plester dengan
menggunakan kassa
alkohol
i. Bila ada obat atau salep
untuk luka bubuhkan pada
luka terlebih dahulu atau
jika ada berikan dressing
yang sesuai. Luka ditutup
dengan kassa kering steril
j. Bila tidak ada dressing atau
obat, tutup luka terlebih
dahulu dengan kassa 2
lembab (PZ). Luka ditutup
dengan kassa kering steril 2
k. Balutan ditutup dengan
perban
l. Perhatikan kesterilan dalam
melakukan tindakan 2

38
m. Jika luka bersih : Awali
membersihkan luka dengan
kassa PZ 1
12. Membereskan semua peralatan
13. Melepas sarung tangan dan
cuci tangan
14. Merapikan klien dan tempat 2
tidur klien.
15. Memberikan posisi yang
nyaman
16. Mendokumentasikan tindakan
dan berbagai temuan pada
status klien
Sikap Sikap perawat pada waktu injeksi: 5

(5) 1. Komunikasi
2. Kerjas sama
3. Tanggung jawab
4. Kewaspadaan
Evaluasi Evaluasi: 5

(5) 1. mengevaluasi kenyamanan


posisi
2. mengobservasi kerapihan
balutan

Total Nilai 100

Kriteria:
Baik : 75-65
Cukup : 65-50
Kurang : <50

39
Lampiran 3 Lembar Dokumentasi Evaluasi Supervisi Keperawatan
No. Masalah Penyebab Solusi

1. Tidak menjaga privasi Ners Nuri tidak Memberikan penjelasan


klien melakukan tindakan mengenai pentingnya
menjaga privasi klien menjaga privasi, meskipun
karena Ners Nuri merasa menjaga privasi dianggap
bahwa perawatan luka hal sepele, namun menjaga
yang ada di kaki tidak privasi tetap harus dilakukan
perlu dijaga privasinya, di mana saja tindakan
karena letaknya hanya tersebut dilakukan
pada kaki. olehseorang perawat karena
bisa meningkatkan
kenyamanan klien saat
dilakukan perawatan

2. Tidak mencuci tangan Ners Nuri merasa tangan Memberikan penjelasan


sebelum tindakan nya telah bersih karena tentang pentingnya cuci
sudah mencuci tangan tangan, meskipun selalu
saat pagi hari dan dia menggunakan sarung tangan
menggunakan sarung tapi tetap harus ada
tangan terus-menerus, awareness dari diri sendiri
sehingga Ners Nuri untuk mencegah infeksi
merasa sudah aman nosokomial pada klien dan
perawat

40

Anda mungkin juga menyukai