Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem
muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem
muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa
gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang
berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri
dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan
sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).
Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah
radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai
agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks,
jaringan kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2002).
Osteomielitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi
piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau
Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada
tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan
jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan
osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan jenis
antibiotik yang tepat. Secara umum, dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang
melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan ahli bedah plastik
pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak.
Dari penelitian yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya
osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomielitis paling
sering terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal

1
yang tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang
lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada
tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit
yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan
sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan osteomielitis?
2. Apa saja penyebab dari osteomielitis?
3. Bagaimana klasifikasi dari osteomielitis?
4. Apa saja manifestasi klinik dari osteomielitis?
5. Bagaimana patofisiologi dari osteomielitis?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk osteomielitis?
7. Apa saja penatalaksanaan medis untuk osteomielitis?
8. Bagaimana pencegahan untuk osteomielitis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan untuk osteomielitis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan osteomielitis
2. Untuk mengetahui apa saja etiologi/penyebab dari osteomielitis
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari osteomielitis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari osteomielitis
5. Untuk memahami bagaimana patofisiologi dari osteomielitis
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk osteomielitis
7. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan medis untuk osteomielitis
8. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari osteomieltis
9. Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan untuk osteomielitis

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas
hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth.
(2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai
berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)

Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang)
sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding
sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa
tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan
darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati.

Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses
(pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot. Infeksi
jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau
kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah
akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik.

3
B. Etiologi
Bisa disebabkan oleh bakteri,antara lain :
1. Staphylococcus aureus sebanyak 90%
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3. Streptococcus hemolitikus
4. Pseudomonas aurenginosa
5. Escherechia coli
6. Clastridium perfringen
7. Neisseria gonorhoeae
8. Salmonella thyposa

Bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara,yaitu :


1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada
anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik
ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral).
Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang,
seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.

2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama
pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya


Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di
daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau
kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah

4
atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi,
bisa menyebar ke tulang tengkorak.

C. Klasifikasi
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer :
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari
focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder :
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka
fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:


1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi
pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada
anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang
tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan
nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang

5
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan
melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan
kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada
luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang
terjadi pada tulang yang fraktur.

D. Manifestasi Klinik
1. Demam
2. Nafsu makan menurun
3. Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik
4. Gangguan sendi karena adanya pembengkakan

Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah,


menyebabkan demam, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah
diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan
menimbulkan nyeri.Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap,
menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan
memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau
yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan
pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan
sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah
menunjukkan hasil yang normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi
buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah
tersebut.Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi

6
osteomielitis menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak
terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama
beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan
lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau
hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang
terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus)
terbentuk dari tulang menuju kulit.

E. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis
meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan-stadium 1) dan sering berhubungan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat
(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses
infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak
mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi

7
pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius
kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita

8
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan
jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang
kosong yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang,
otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K
Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat
kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C
Untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D
Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk kalsium
dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian
diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan
tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid
merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam
darah.

H. Pencegahan (Depkes RI, 1995).


1. Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda,
yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan

9
sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat disarankan Anda
berhenti sesegera mungkin.
2. Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak
di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak
dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi
sehari) dan biji-bijian. Makan makanan yang sehat juga dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan Anda.
3. Mengelola berat badan
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan
berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan
menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga teratur.
Setelah Anda telah mencapai berat badan yang sehat akan membantu
menjaga tekanan darah Anda pada tingkat normal, yang akan membantu
meningkatkan sirkulasi Anda. Anda dapat menggunakan Body Mass Index
(BMI) kalkulator untuk memeriksa.
4. Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang
direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari
untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang normal-
kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh. Secara
teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan
baik tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda
buruk. Hubungi dokter Anda jika Anda menemukan kesulitan untuk
moderat minum Anda. Layanan dan obat-obatan Konseling dapat membantu
Anda mengurangi asupan alkohol Anda.
5. Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung
dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang, 150 menit dari
moderat untuk olahraga berat seminggu dianjurkan. Namun, jika kesehatan

10
Anda secara keseluruhan miskin, mungkin perlu bagi Anda untuk
berolahraga menggunakan program khusus disesuaikan dengan kebutuhan
Anda saat ini dan tingkat kebugaran. GP Anda akan dapat menyarankan
Anda tentang tingkat yang paling cocok bagi anda berolah raga. Jika Anda
merasa sulit untuk mencapai 150 menit latihan seminggu, mulai dari tingkat
yang Anda merasa nyaman dengan. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan
lima sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum secara bertahap
meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda
mulai membaik.

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS OSTEOMYELITIS

3.1 Pengkajian
Anamnesa
1. Data Biografi
Identitas pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkwinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Ketika laki- laki dan perempuan dibandingkan, pria lebih sering mengalami
ostemielitis kontak (Gillespie, 1990), karena pria lebih sering terlibat dalam
kecelakaan mobil, yang cenderung menyebabkan patah tulang terbuka
dengan tingkat infeksi yang tinggi (Muller, et al., 2003).
2. Riwayat Kesehatan
Dalam hal ini perawat menanyakan faktor faktor risiko sehubungan
dengan osteomielitis.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang (Keluhan Utama)
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang
dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada
osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus oteomielitis adalah nyeri
hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyerii klien,
perawat dapat menggunakan metode PQRST.
Provoking Incident; hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma,
pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya osteomielitis hematogen akut.
Quality of Pain; rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifat menusuk.

12
Region, Radiation, Relief; Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar.
Severity (Scale of Pain); nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
Time; berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat
ditemukan adanya riwayat Diabetes Melitus, malnutrisi, adiksi obat-
obatan, atau pengobatan imunosupresif. Kaji riwayat pernah tidaknya
mengalami trauma, luka bakar, tindakan operasi khusunya operasi tulang,
terapi radiasi. Faktor-faktor yang potensial terjadinya infeksi seperti
imunodefisiensi.
3. Riwayat Psikososialspiritual
Perawat mengkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalm keluarga serta masyarakat, respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari hari, baik dalam keluarga
maupun dalam masyarakat. Pada kasus osteomielitis, akan timbul
ketakutan terjadi kecacatan dan klien harus menjalani penatalaksanaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulang.
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena
klien menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada klien osteomielitis
yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa
cemas, rasa tidak mampu melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah.
4. Kebiasaan Hidup
Pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan
obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, konsumsi
alkohol yang dapat mengganggu keseimbangan, dan apakah klien
melakukan olahraga.

13
5. Pola Nutrisi-Metabolisme
Klien osteomielitis harus mengonsumsi nutirisi melebihi kebutuhan
sehari hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya
untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi terhadap
pola nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak
adekuat, terutama kalsium dan protein. Masalah nyeri pada osteomielitis
kadang menyebabkan klien merasa mual dan muntah sehingga
pemenuhan nutrisi kurang.
6. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien osteomielitis merasakan nyeri sehingga dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur. Pengkajian yang dilakukan
adalah lama tidur, suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta penggunaan
obat tidur.

3.6 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
1. Tingkat kesadaran: (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang
bergantung pada keadaan klien).
2. Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan parah,
kasus osteomielitis biasanya akut).
3. Tanda-tanda vital tidak normal, trutama pada osteomielitis dengan
komplikasi.
b. Sistem Pernafasan (Breathing/B1)
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas
tambahan.
c. Sistem Kardiovaskuler (Blood/B2)
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada murmur.

14
d. Sistem Persyarafan (Brain/B3)
1. Tingkat kesadaran kompos mentis.
2. Status mental: Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya
status mental tidak mengalami perubahan
3. Pemeriksaan refleks: Biasanya tidak terdapat refleks patologis
e. Sistem perkemihan (Bladder/B4)
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan
berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada
sistem ini.
f. Sistem Pencernaan (Bowel/B5)
1. Inspeksi abdomen; bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
2. Palpasi; turgor baik, hepar tidak teraba
3. Perkusi; suara timpani ada pantulan gelombang cairan.
4. Auskultasi; peristaltik usus normal (20 kali/menit)
5. Inguinal-genital-anus; tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe,
tidak kesulitan defekasi.
6. Pola eliminasi; tidak ada gangguan
g. Sistem Muskuloskeletal (Bowel/B6)
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik
klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka
disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
Look. Pada osteomielitis hematogen akut akan ditemukan gangguan
pergerakan sendi karena pembengkakan sendi dan gangguan sendi juga
dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (artritis septik).
Secara umum, klien osteomielitis kronis menunjukkan adanya luka khas
yang disertai dengan pengeluara pus atau cairan bening yang berasal dari
tulang yang mengalami infeksi dan proses supurasi. Manifestasi klinis
osteomielitis akibat fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri,
pembengkakan, pada fraktur, dan sekresi pus pada luka.
Feel. Kaji adanya nyeri tekan.

15
Move. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak
(mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan
pasif. Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan /keterbatasan
gerak sendi pada osteomielitis akut.

3.7 Analisis Data


No Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. DS: Infeksi Nyeri Akut
Klien mengatakan kalau ia merasa
nyeri pada tulangnya Peningkatan vaskularisasi

DO: pembengkakan jaringan/edema
P: Infeksi pada tulang yang
terluka menekan jaringan lain
Q: nyeri terasa panas
R: daerah tulang yang terkena Nyeri Akut
S: 5
T: terus menerus dan bertambah
ketika melakukan gerakan
2. DS: Nekrosis jaringan tulang Gangguan
Klien mengatakan kalau ia mobilitas fisik
kesulitan dalam bergerak Penurunan kekuatan tulang

DO: Tulang rapuh
Klien tampak sulit bergerak
Klien tampak meringis Penurunan kemampuan
bergerak

Gangguan mobilitas fisik
3. DS: Proses inflamasi Hipertermi
Klien mengeluh suhu tubuhnya

16
naik Demam, menggigil
DO:
Suhu tubuh meningkat 380C Hipertermi

3.8 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan pembengkakan dan inflamasi


2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan
bergerak
3. Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi

3.9 Intervensi Keperawatan

1. Domain 12 Kenyamanan
Kelas 1 Kenyamanan Fisik
Nyeri Akut berhubungan dengan pembengkakan dan inflamasi (00132)
NOC NIC
Domain IV Health Knowledge and Manajemen Nyeri
Behavior 1. Observasi keluhan nyeri atau ketidak
Class Q Health Behavior nyamanan. Perhatikan lokasi dan
Pain Control (1605) karakteristik, termasuk intensitas (skala
nyeri 1-10).
Kriteria hasil yang akan dicapai adalah 2. Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri
1. Klien dapat mengenali onset nyeri di sendi atau di tulang yang mengalami
(5) infeksi
2. Klien dapat menggambarkan faktor 3. Bantu klien mengidentifikasi faktor
penyebab nyeri (5) pencetus
3. Penggunaan analgesik yang 4. Jelaskan dan bantu klien terkait tindakan
direkomendasikan (5) pereda nyeri nonfarmakologi dan non
4. Klien melaporkan nyeri yang invasif. Seperti relaksasi, distraksi
terkontrol (5) selama nyeri akut
5. Elevasi dan songkongan pada tulang

17
yang terinfeksi. Note: penggunaan traksi,
beads, bidai dapat dipertimbangkan
6. Tingkatkan pengetahuan tentang
penyebab nyeri dan hubungkan dengan
berapa lama nyeri akan berlangsung.
7. Kolaborasi: berikan obat analgesik sesuai
indikasi.

2. Domain 4 Aktivitas / Istirahat


Kelas 2 Aktivitas / Latihan
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan
kemampuan bergerak (00085)
NOC NIC
Domain I Functional Health 1. Observasi derajat mobilitas yang
Class C Mobility dihasilkan adalah cedera atau pengobatan
Mobility (0208) dan perhatikan persepsi klien terhadap
Kriteria hasil yang akan dicapai adalah : mobilisasi
1. Klien dapat meningkatkan atau 2. Tempatkan dalam posisi terlentang atau
mempertahankan mobilitas posisi nyaman dan ubah posisi secara
ekstremitas yang sehat (5) periodic
2. Klien dapat mempertahankan 3. Berikan atau bantu mobilisasi dengan
posisi fungsional (5) kursi roda, kruk, tongkat sesegera
3. Klien dapat meningkatkan mungkin
kekuatan atau fungsi yang sakit (5) 4. Konsul dengan ahli terapi fisik atau
rehabilitasi spesialis untuk melakukan
ROM

18
3. Domain 11 Keselamatan dan Perlindungan
Kelas 6 Thermoregulation
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi (0007)
NOC NIC
Domain II Physiologic Health Regulasi Suhu (3900)
Class I Metabolic Regulation 1. Gunakan pakaian yang tipis atau sprei
Thermoregulation (0800) tempat tidur yang menyerap keringat
Kriteria hasil yang akan dicapai adalah : 2. Motivasi asupan cairan (secara
1. Suhu tubuh klien normal (5) oral,intravena jika perlu)
2. RR dalam rentang normal (5) 3. Kolaborasi: beriakan obat antipiretik
3. Turgor kulit klien baik (5) 4. Lakukan kompres (Menurunkan panas
4. Tidak ada tanda tanda dehidrasi melalui proses konduksi serta evaporasi,
(5) dan meningkatkan kenyaman klien).

19
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS OSTEOMIELITIS
Kasus:
Tn. D (35 tahun) datang ke RS. Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 30
Agustus 2017 pukul 10.00 WIB. Tn. D mengeluh nyeri dan keluar cairan (pus)
berwarna putih keruh pada tungkai kanan bawah. Sebelumnya 1,5 tahun yang
lalu Tn. D pernah mengalami kecelakaan lalu lintas, saat itu Tn. D mengendarai
sepeda motor lalu dari samping ditabrak oleh pengendara sepeda motor lain.
Peristiwa itu terjadi pada malam hari pukul 22.30 WIB dan kemudian Tn. D
dioperasi ORIF cruris dektra 1/3 distal pada pagi hari di ruang OK RSAL
Ramelan Surabaya. Selama 1,5 tahun Tn. D mengaku luka operasi sudah sembuh
dan Tn. D sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Namun sekitar 1 minggu
terakhir muncul gelembung dibeberapa tempat baut implant, kemudian
gelembung tersebut pecah dengan sendirinya dan mengeluarkan darah. Tn. D
juga mengaku tidak pernah merawat luka di poli dan menutup luka terbuka pada
tempat pemasangan implant. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan N: 80
/menit ; RR: 19 /menit; TD: 140/90 mmHg; S: 37,20C. Tn. D di diagnosa :
Osteomielitis kronis post ORIF cruris dektra 1/3 distal.

4.1 Pengkajian
1. Identitas
A. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pedagang
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal MRS : 30 Agustus 2017 (pukul 10.00 WIB)

20
Tanggal Pengkajian : 30 Agustus 2017
No. RM :123.456.678
Diagnosa Medis : Osteomielitis Kronis Post ORIF cruris dekstra 1/3
distal

B. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. D
Usia : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Hubungan dengan klien : Istri

2. Keluhan Utama
Tn. D mengeluh nyeri dan keluar cairan (pus) berwarna putih keruh pada
tungkai kanan bawah.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Terjadi nyeri dan keluar cairan (pus) berwarna putih keruh pada tungkai
kanan bawah. Sekitar 1 minggu terakhir muncul gelembung dibeberapa
tempat pemasangan implant, kemudian gelembung tersebut pecah dengan
sendirinya dan mengeluarkan darah. Tn. D juga mengaku tidak pernah
merawat luka di poli dan menutup luka terbuka pada tempat pemasangan
implant.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak pernah sakit yang sama seperti ini sebelumnya namun klien
memiliki riwayat hipertensi dan klien tidak mempunyai riwayat diabetes

21
mellitus, riwayat alergi. Klien memiliki riwayat trauma serta operasi
1,5 tahun yang lalu, dilakukan operasi ORIF cruris dektra 1/3 distal.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita atau mengalami keluhan serupa.

4. Pola Aktivitas
a. Aktivitas
Tn. D melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya dan dapat kembali
bekerja setelah 1,5 tahun yang lalu dilakukan operasi. Namun sekarang
Tn. D mengalami penurunan aktivitas karena rasa nyeri dan keluar cairan
(pus) berwarna putih keruh pada kaki
b. Personal Hygiene
Klien mandi secara teratur 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali, sikat gigi
sebanyak 2 kali sehari disaat pagi dan menjelang tidur, memotong kuku
disaat kuku sudah panjang dan mengganti pakaian dengan sesuai keadaan
tubuh
c. Pola Tidur
Tn. D mengalami sulit tidur karena rasa nyeri dan keluarnya cairan (pus)

5. Psikososial dan Spiritual


Klien merasa cemas dan khawatir karena nyeri dan cairan (pus) berwarna
putih keruh serta gelembung keluar dari lokasi operasi dan dibeberapa
tempat baut implant. Klien mempunyai hubungan dukungan keluarga dan
kelompok masyarakat dengan baik, serta saat interaksi klien kooperatif.
Klien biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia
rasakan serta cairan yang keluar. Klien menganggap bahwa penyakitnya
merupakan cobaan dari Tuhan dan klien yakin serta percaya bahwa Tuhan
akan menolong dalam menghadapi situasi sakit dan menyembuhkan
sakitnya saat ini.

22
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Keadaan klien baik serta kooperatif, hanya saja
terlihat lelah karena mengalami sulit tidur disebabkan rasa nyeri dan
terganggu dengan cairan yang keluar
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda Vital : N: 80 /menit ; RR: 19 /menit; TD: 140/90
mmHg; S: 37,20C
d. Pemeriksaan Fisik Per-System
B1 (Breathing) :
Inspeksi : didapatkan bahwa klien tidak mengalami masalah atau
gangguan dalam sistem pernafasan dengan tidak ditemukan pernafasan
cuping hidung, simetris statis dinamis, tidak ada retraksi dada
Palpasi : toraks ditemukan simetris, taktil fremitus seimbang antara
kanan dan kiri
Perkusi : terdapat suara sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : tidak didapatkan adanya suara nafas tambahan (suara
nafas vesikuler), irama nafas teratur, tidak ada sekret dan tidak ada
sesak nafas
B2 (Blood) : CRT < 2 detik
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak tampak ictus cordis
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada bising,
tidak ada suara gallop dan murmur
B3 (Brain) : Kesadaran Compos Mentis, GCS Eyes :4; Verbal :5;
Motoric :6.
Kepala : mesosefal, Wajah : terlihat menahan nyeri, tidak ada perubahan
fungsi atau bentuk,
Mata : Conjungtiva palpebra pucat (-/-), sclera ikterik (-/-),
Mulut : bibir sianosis (-),
Telinga : discharge (-/-),
Leher : simetris, trakea ditengah, pembesaran limfonodi (-)

23
B4 (Bladder) : Tidak ditemukan masalah atau gangguan dalam sistem
perkemihan. Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik dan
bau urine
B5 (Bowel) : Tidak ditemukan masalah. Nafsu makan habis dan teratur
3 kali dalam sehari
Inspeksi : cembung, spider nevi (-), strieae (-), caput medusa (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrik (-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, turgor kembali cepat
Perkusi : pekak beralih (-), pekak sisi (-), timpani disemua kuadran
abdomen
Auskultasi : peristaltik normal, bising usus normal
B6 (Bone) : Terjadi nyeri dan keluarnya pus pada tungkai kanan
bawah. Ekstermitas, akral hangat pada keempat ekstermitas serta ada
edema di ekstermitas kanan bawah
Status Lokalis :
a. Look : Terdapat luka post operasi pada tungkai kanan bawah,
gelembung dibeberapa tempat pemasangan implant, hematoma (+),
warna kulit seperti kulit sekitar agak kemerahan, pus (+)
b. Feel : Nyeri tekan (+), teraba hangat pada sekitar luka,
sensasibilitas (+) normal, CRT (<2), saat palpasi pus (+)
c. Move : Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM (Range
Of Movement) terbatas

4.2 Analisa Data


Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DO: Trauma Nyeri akut
- Wajah pasien tampak meringis,
menahan sakit, dan sering mengeluh Fraktur Terbuka
tentang sakitnya
- S : 37,2C, N : 80 x/menit Kerusakan Pembuluh Darah
- Terdapat luka post op pada tungkai

24
kanan bawah Invasi Kuman ke Tulang
- Teraba hangat pada sekitar luka dan Sendi

DS: Osteomielitis
Pasien mengatakan bahwa :
P : nyeri terasa apabila dipegang atau Fagositosit
diraba
Q : nyeri terasa panas dan cenut-cenut Proses Inflamasi
R : pada tungkai kanan bawah
S : skala nyeri 7 Peningkatan Jaringan
T : sering dan terus-menerus Tulang dan Medulla

Iskemia dan Nekrosis Tulang

Pembentukan Abses Tulang

Nyeri Akut
DO : Trauma Resiko infeksi
- Keluar cairan (pus) berwarna putih
keruh pada tungkai kanan bawah Fraktur Terbuka
- Terdapat gelembung di tempat
pemasangan implant dan Kerusakan Pembuluh Darah
mengeluarkan darah
- Warna kulit sekitar luka agak Invasi Kuman ke Tulang dan
kemerahan Sendi
- Terdapat luka post op pada tungkai
kanan bawah Osteomielitis

DS: Fagositosit
- Tn. S mengeluh keluar cairan
berwarna putih keruh pada tungkai Proses Inflamasi
kanan bawah

25
- Tn. S mengaku bahwa tidak pernah Peningkatan Jaringan Tulang dan
merawat luka di poli dan menutup medula
luka terbuka pada tempat pemasangan
implant Iskemia dan Nekrosis Tulang

Pembentukan Abses Tulang

Pengeluaran Pus dari Luka

Resiko Infeksi
DO : Trauma Ansietas
- Pasien terlihat cemas dan selalu
bertanya apa yang dialaminya serta Fraktur Terbuka
cara mengatasinya
Kerusakan Pembuluh Darah
DS :
- Tn. S mengatakan bahwa merasa Invasi Kuman ke Tulang dan
cemas dan khawatir karena nyeri dan Sendi
keluarnya cairan berwarna putih keruh
dan gelembung keluar dari lokasi Osteomielitis
operasi dan dibeberapa tempat baut
implant Perubahan Status Kesehatan

Kurang Informasi

Ansietas

4.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan cedera fisik (pembentukan abses
tulang)
2. Risiko infeksi (00004) berhubungan dengan pengeluaran pus dari luka
3. Ansietas (00146) berhubungan dengan kurang informasi

26
4.4 Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut (00132) berhubungan dengan cedera fisik (pembentukan
abses tulang)
Domain 12 : Comfort
Kelas 1 : Physical Comfort
NOC NIC
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Analgesic Administration (2210):
selama 2x24 jam klien menunjukkan 1) Menentukan lokasi nyeri, karakteristik,
peningkatan kontrol nyeri (1605) dengan kualitas dan keparahan sesuai dengan
kriteria hasil: terapi yang cocok untuk pasien
1) Klien mampu mendeskripsikan faktor 2) Melihat obat, dosis dan frekuensi
penyebab nyeri (4) analgesik yang telah diresepkan
2) Klien dapat melakukan terapi non- 3) Melihat kembali riwayat alergi klien
analgesik untuk mengurangi nyeri (4) terhadap obat
3) Klien menggunakan pengobatan 4) Monitor TTV sebelum dan setelah
analgesik sesuai rekomendasi (4) memberikan analgesik
4) Klien dapat mengenali gejala nyeri 5) Memberikan informasi kepada klien
yang mungkin akan timbul (5) dan keluarga bahwa analgesik tidak
menyebabkan ketergantungan dan
overdosis

Pain Management (1400):


1) Menyediakan informasi tentang
nyerinya seperti penyebab nyeri, onset
yeri dan cara antisipasi
ketidaknyamanan nyeri
2) Memeriksa pengetahuan dan
kepercayaan klien tentang nyerinya
3) Mengurangi faktor pemicu nyeri seperti
takut, kelelahan dan kurang
pengetahuan
4) Mengajarkan teknik nonfarmakologi

27
seperti hipnosis, reaksasi, terapi
musik,distraksi, terapi aktivitas,
kompres dingin/panas dan pijatan

Diagnosa 2 : Risiko infeksi (00004) berhubungan dengan pengeluaran pus dari


luka
Domain 11 :Safety/Protection
Kelas 1 :Infection
NOC NIC
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Wound Care (3660):
selama 3x24 jam klien mendapatkan 1) Monitor karakteristik luka termasuk
tindakan penyembuhan luka (1103) dengan drainase, warna, ukuran dan bau
kriteria hasil: 2) Membersihkan luka dengan normal
1) Klien dapat menjaga drainase purulen saline
dengan baik (4) 3) Menggunakan dressing sesuai dengan
2) Terlihat penurunan ukuran luka (4) tipe luka
3) Granulasi tampak pada luka (5) 4) Mempertahankan teknik steril ketika
Peradangan luka berkurang (5) perawatan luka
5) Merubah posisi klien setiap 2 jam
6) Memberi informasi kepada klien dan
keluarganya mengenai tanda dan gejala
infeksi
7) Menggunakan alat pengurang tekanan
pada tumpuan luka seperti pemberian
gel, bantalan tangan dan kaki

Diagnosa 3 : Ansietas (00146) berhubungan dengan kurang informasi


Domain 9 :Coping/Stress Tolerance
Kelas 2 :Coping Responses
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Anxiety Reduction (5820):
selama 2x24 jam klien menunjukkan 1) Menjelaskan semua prosedur termasuk

28
penurunan level ansietas (1211) dengan sensasi yang terjadi saat pengalaman
kriteria hasil: ketika prosedur
1) Klien tidak mudah berkeringat (5) 2) Menyediakan informasi mengenai
2) Klien tidak mudah pusing dan lelah diagnosis, perawatan dan prognosis
(5) 3) Tetap dengan pasien untuk menjaga
3) Klien tidak mengalami perubahan keselamatan dan mengurangi ketakutan
pola makan (4) 4) Mendukung keluarga untuk tetap tinggal
4) Klien menunjukkan denyut nadi yang dan berada di dekat klien seperti ketika
normal (4) klien lapar keluarga bisa menyuapi
5) Identifikasi ketika level ansietas berubah
seperti peningkatan denyut nadi dan
tekanan darah
6) Memberikan pengobatan untuk
mengurangi ansietas

29
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan
involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Etiologi osteomyelitis bakteri terdiri dari Staphylococcus aureus sebanyak
90%, Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun,
Streptococcus hemolitikus, Pseudomonas aurenginosa, Escherechia coli,
Clastridium perfringen, Neisseria gonorhoeae, dan Salmonella thyposa.
Manifestasi klinik dari osteomyelitis adala Demam, Nafsu makan menurun,
Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik dan Gangguan sendi karena adanya
pembengkakan. Cara pencegahan Osteomielitis dapat dilakukan dengan cara
Berhenti merokok, Diet sehat, Mengelola berat badan, Menghindari alkohol
dan Olahraga tertur.

B. Saran
Cukup sekian makalah dari kami,semoga memberi masukan yang poitif
terhadap pembaca. Semoga pembaca semakin mengetahui tentang penyakit
Osteomielitis dan dapat menjaga pola hidup sehingga dapat terhindar dari
penyakit Osteomielitis.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Wangi. 2010. Tulang dan Tubuh Kita. Yogyakarta: Getar Hati.

Brunner, Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8


Volume 3. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius


FKUI.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.


Jakarta: EGC

Prince, Sylvia Anderson, 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Ed. 4. Jakarta: EGC

31

Anda mungkin juga menyukai