Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN TERAPI OKSIGEN


PENYEGARAN STAFF KEPERAWATAN RSSA MALANG 2021
Muhali_Instalai Anestesi
Pendahuluan

 Terapi oksigen = obat, bersifat supportive

 Ada keuntungan & kerugian / bahaya

 Prinsip : 5 T – 1 W

 Menurut Lampiran Permenpan no.35 tahun 2014 : pemberian Oksigen

sederhana & kompleks ????

 UU no.38 tahun 2014 tentang Keperawatan pasal 32 perihal tugas

pelimpahan : Delegatif dan mandat harus secara tertulis.


WASPADA !!!

Ada disekitar kita


PANEL GAS

OKSIGEN NITROUS OXIDE CARBONDIOXIDE HELIUM AIR COMPRESOR


Anatomi & Fisiologi
Pernafasan Organ sistem pernapasan atas
1. Hidung
2. Sinus
3. Adenoid
4. Tonsil
5. Pharing
6. Epiglotis

Organ sistem pernapasan bawah


1. Laring
2. Trakea
3. Tulang rusuk
4. Paru-paru
5. Pleura
6. Bronkiolus
7. Alveoli
8. Diafragma
Faktor yang berperan
dalam Pernafasan
1. Adanya otot-otot pernafasan :
a. Otot Dafragma
b. Otot intercostalis Interna
c. Otot Intercostalis Externa
d. Rectus abdominalis

2. Negative Pressure (intrapleura ± - 4 mmHg)

3. Perbedaan Tekanan udara atmosfer dg alveoli

4. Kapasitas Volume paru (TV)

5. Pleura (cairan 0,1-0,2 ml/kgBB)


Proses Pernafasan
RESPIRATION

EXSTERNAL INTERNAL

• Exsternal respiration : Oxygen delivery from the atmosphere


into the lungs through airway passage and reach the blood
vessels.

• Internal Respiration : Oxygen delivered from the blood into


the cell.
O2
CO2 O2

CO2 O2

A.Pulmonalis V.Pulmonalis
Oxygenation

UDARA BEBAS:
PiO2 : 21% x 760 = 160 mmHg
PiCO2 : 0.04 % x 760 = 0.3 mmHg
ALVEOLUS
PiN2 : 78.6 % x 760 = 597mmHg
PiH2O : 0.46 % x 760 = 3.5 mmHg
N2 H2O
Capillary
PAN2: PAH2O:
Diffusion Process 573 mmHg 47 mmHg

PAO2: PACO2: Pulmonary Vein


104 mmHg 40 mmHg PaO2
Pulmonary Artery O2 O2 CO2 O2
PvO2:
40 mmHg CO2 CO2
PcCO2: 45 m PcCO2: 40 m
mHg PcO2: 100 mHg
 PAO2  PcO2
mmHg
O2

O2

O2
O2

O2
Terapi Oksigen

Adalah salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi

Tujuan
◦ Mengatasi keadaan hipoksemia
◦ Menurunkan kerja pernafasan yang berlebihan
◦ Menurunkan beban kerja otot Jantung (miokard)
Indications for Oxygen therapy

1. Cardiac and respiratory arrest


2. Hypoxemia ( pO2 < 58.5 mmHg, Sat<90%)
3. Hypotension ( Systolic BP < 100 mmHg)
4. Low Cardiac Output and Metabolic Acidosis ( bicarbonate <18 mmol/l)
5. Respiratory distress ( RR>24/minute)

American College of Chest Physicians and NHLBI


Hipoksemia

Adalah penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah / PaO2

dg derajat :
- Normal : > 80 mmHg
- Ringan : 60-80 mmHg
- Sedang : 40-60 mmHg
Penyebab Hipoksemia:
- Berat : <40 mmHg
- Oksigen inspirasi berkurang
- Alveolar hipoventilasi
- Kemampuan Hb berkurang
- Gangguan ventilasi perfusi
- Shunt
Oxygen Hazards

1. Fire ( airway fires)


2. Tissue toxicity, pulmonary and retina
3. Decreased hypoxemic drive and increased VD in COPD.
4. Seizures (hyperbaric)
5. Mucosal damage due to lack of humidity

American College of Chest Physicians and NHLBI


Komplikasi Pemberian Terapi Oksigen

1. Toksisitas terhadap Paru


2. Mikroatelektasis ( kerusakan surfactan akibat hilangnya gas
nitrogen. )
3. Retrolental Fibroplasia ( fibrosis jaringan belakang lensa mata
akibat spasme pembuluh darah pada bayi )
4. Narcose CO2
1. Asesmen Keperawatan
1. Data Umum :
a. Jenis Kelamin / usia
b. BB

2. Riwayat Kesehatan yang lalu


a. Adakah riwayat penyakit saluran pernafasan
b. Riwayat perokok aktif
c. Adakah lingkungan yang tidak sehat (pemukiman industri, TPA, serumah dg
penderita infeksi sal.nafas)
1. Asesmen Keperawatan
3. Keluhan pasien: batuk dan lendir, sesak nafas, serta keluhan lain yang berkaitan
dengan masalah transportasi O2

4. Pemeriksaan fisik: pemeriksaan fisik sistem pernafasan dan kardiovaskular,


Data yg didapat:
- Kecepatan, irama dan kedalam pernafasan (Dispnea, Bradipnea, Takipnea,
Hiperpnea, Hiperventilasi)
- Suara nafas : Stridor, gurgling, Ronchi, whezing
- berkeringat, penurunan tingkat kesadaran, sianosis,
- peningkatan suhu tubuh, abnormalitas sistem pernafasan serta kardiovaskular.

5. Pemeriksaan penunjang: AGDA/BGA, Oximetri, Foto Rongent


2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang ditemui. Kemungkinan masalah keperawatan yang muncul


berpedoman pada Standar 3S DPP PPNI :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)


2. Gangguan penyapihan ventilator (D.0002)
3. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
4. Gangguan ventilasi spontan (D.0004)
5. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
6. Resiko aspirasi (D.0006)
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
Kemungkinan penyebab : spasme jalan nafas, hipersekresi jalan nafas, adanya benda
asing dalam jalan nafas, adanya jalan nafas buatan, proses infeksi, respon alergi, efek
agen farmakologis (mis. Obat anestesi)

Tanda Mayor Tanda Minor


S:- S : Dispnea, sulit bicara, ortopnea
O : - Batuk tidak efektiif O : - Gelisah
- Tidak mampu batuk - Sianosis
- sputum berlebih - Bunyi nafas menurun
- Mengi, wheezing atau ronchi kering - Frekuensi nafas berubah
- mekonium di jalan nafas (neonatus) - Pola nafas abnormal
Diagnosa Keperawatan
2. Gangguan penyapihan ventilator (D.0002)
Kemungkinan penyebab : hipersekresi jalan nafas, ketidakcukupan energi, hambatan
upaya nafa (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otto pernafasan, efek sedasi), kecema
san, persaan tidak berdaya, kurang terpapar informasi tentang proses penyapihan, pe
nurunan motivasi.

Tanda Mayor Tanda Minor


S:- S : lelah, kuatir mesin rusk, focus meningkat
O : - Frekuensi nafas meningkat pada pernafasan, gelisah
- Penggunaan otot bantu nafas O : - auskultasi suara inspirasi menurun
- Nafas megap-megap (gasping) - warna kulit abnormal (pucat, sianosis)
- Upaya nafas dan bantuan ventilator tidak - nafas paradoks abdominal
sinkron - Diaforesis
- nafas dangkal - Ekspresi wajah takut
- Nilai gas darah arteri abnormal - Tekanan darah meningkat
- Frekuensi nadi meningkat
- kesadaran menurun
Diagnosa Keperawatan

3. Gangguan pertukaran gas (D.0003)


Kemungkinan Penyebab : ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan
membran alveolus kapiler.

Tanda Mayor Tanda Minor


S : Dispnea S : Pusing, penglihatan kabur
O : - PCO2 meningkat / menurun O : - Sianosis
- PO2 menurun - Diaporesis
- Takikardia - Gelisah
- pH arteri meningkat / menurun - nafas cuping hidung
- Bunyi nafas tambahan - Pola nafas abnormal
- Warna kulit abnormal
- Kesadaran menurun
Diagnosa Keperawatan

4. Gangguan ventilasi spontan (D.0004)


Kemungkinan Penyebab : gangguan metabolisme, kelelahan otot pernafasan.

Tanda Mayor Tanda Minor


S : Dispnea S:
O : - Penggunaan otot bantu nafas O : - Gelisah
meningkat - Takikardia
- volume tidal menurun
- PCo2 meningkat
- Po2 menurun
- SaO2 menurun
Diagnosa Keperawatan
5. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
Kemungkinan Penyebab : depresi pusat pernafasan, hambatan upaya nafas (nyeri,
kelemahan otot nafas), deformitas dinding dada, gangguan neuromuscular, imaturi
tas neurologis, obedsitas, penurunan energi cedera pada medula spinalis, efek agen
farmakologis (obat anestesi), kecemasan..

Tanda Mayor Tanda Minor


S : Dispnea S : ortopnea
O : - Penggunaan otot bantu pernafasan O : - pernafasan pursed-lip
- fase ekspirasi memanjang - pernafasan cuping hidung
- pola nafas abnormal (takipnea, bradipnea, - diameter thoraks anterior-posterior
hiperventilasi, kusmaul, cheyn-stokes) meningkat
- ventilasi semenit menurun
- Tekanan ekspirasi menurun
- Tekannan inspirasi menurun
- ekskursi/pengembangan dada berubah
Diagnosa Keperawatan

5. Risiko aspirasi (D.0006)


Faktor risiko : penurunan tingkat kesadaran, penurunan reflex muntah/batuk, gang
guan menelan, terpasang trakeostomi atau endotracheal tube, efek agen farmakolo
gis, ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelan dan bernafas.
2. Rencana Keperawatan
Dx. Kepwtan Standar Luaran Standar Intervensi
Pola nafas tidak Utama : Pola nafas Utama : manajemen jalan nafas
efektif (D.0005) Tambaan : - Berat Badan 1. Monitor pola nafas
- Keseimbangan asam basa 2. Monitor bunyi nafas
(l.02009) 3. Monitor sputum
- konversi energi 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
- status neurologi dg head tilt, chin lift, jaw trust
5. Posisikan semi fowler, fowler
Keseimbangan asam basa : 6. Berikan minum hangat
Kriteria hasil : 7. Fisioterapi dada
- Kesadaran meningkat 8. Lakukan pengisapan lender
- istirahat meningkat 9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
- Mual menurun penghisapan endotracheal tube
- Kram otot menurun 10. Berikan oksigenasi
- Kelemahan otot menurun 11. Keluarkan sumbatan benda padat
- Frekuensi nafas membaik dg forcep McGill
- Irama nafas membaik Pendukung :
- pH membaik 1. Dukungan emosional
- Kadar Co2 membaik 2. Dukungan kepatuhan program pe
- Kadar bikarboant membaik ngobatan
- Kadar hemoglobin membaik 3. Dukungan ventilasi
4. Manajemen jalan nafas buatan
3. Implementasi Keperawatan

1. Awali setiap tindakan ke pasien dengan mencuci tangan

2. Menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang tindakan yg akan dilakukan

3. Melakukan tindakan berdasarkan intervensi keperawatan yg telah ditentukan

4. Mengamati reaksi klinis pasien sebelum, selama dan sesudah tindakan

5. Segera konsultasi kepada dokter atau perawat yg lebih senior jika didapatkan per

masalahan selama tindakan

6. Melakukan tindakan pelimpahan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki

7. Akhiri tindakan dengan mencuci tangan


Metode Pemberian Oksigen
1. Sistim aliran rendah
A. Low flow low Concentration
 Kateter nasal
 Binasal kanula
B. Low flow high Concentration
 Sungkup muka sederhana
 Sungkup muka dengan kantong “Rebrething“
 Sungkup Muka dengan kantong “ Non Rebrething “
2. Sistim Aliran Tinggi
A. High flow low Concentration.
 Sungkup Venturi

B. High flow high Concentration


 Head box
 Jacson Reese
Macam – macam alat terapi oksigen
No Nama Alat FiO2
1 Nasal kateter, nasal prong, binasal ( 1 – 5 LPM ) 24 – 40 %

2 Simple mask ( masker sederhana ) ( 4 – 8 LPM ) 40 – 60 %

3 Masker dengan reservoir rebreathing ( 6 – 15 LPM ) 40 – 80 %

4 Masker dengan reservoir non rebreathing ( 6 – 15 LPM ) 40 – 90 %

5 Sistim Venturi ( Tergantung warna alatnya ) 24 – 60 %

6 Bag Valve mask / bag & mask ( 12 – 15 LPM ) s/d 100 %

7 Respirator 21 – 100 %

9 Incubator s/d 40 %

10 Oxygen tent / head box 30 – 50 %


Contoh Kasus :
Diketahui hasil AGDA /BGA : -

FiO2 awal = udara bebas ( 21 %)

PaO2 nilai diambil dari hasil AGDA = 60

PaCO2 nilai diambil dari hasil AGDA = 48

1. Termasuk kondisi yg bagaimana pasien dg hasil AGDA/BGA seperti ini?

2. Alat terapi oksigen apa yang cocok dg kondisi ini?


Menentukan dosis oksigen yang diberikan dengan rumus

150+𝑨𝒂𝑫𝑶𝟐
𝐹𝑖𝑂2 = X 100 %
760

AaDO2 = PAO2 – PaO2

150+𝑨𝒂𝑫𝑶𝟐
𝐹𝑖𝑂2 = X 100 %
760
PAO2 = (Patm - PH2O) xFiO2 - PaCO2 x 1.25
150+𝟐𝟗,𝟕𝟑
= (760-47) x 0.21 - 48 x 1.25 AaDO2 = PAO2 – PaO2 = X 100 %
760

= 713 x 0.21 - 60 = 89,73 - 60 179,73


= X 100 %
= 149.73 - 60 = 29,73
760

= 89,73 = 23,64 %

Kebutuhan FiO2 : 23,64 %


A-aDO2 = PAO2 – PaO2

Kesimpulan :
 < 20 mmHg : normal
 20-40 mmHg : V/Q mismatch
 40-60 mmHg : Shunt
 > 60 mmHg : gangguan difusi
Jawaban Contoh Kasus :

1. Pasien mengalami V/Q mismatch, karena AaDO2 : 29,73 mmHg.


Diagnosa keperawatan yg muncul : Pola nafas tidak efektif (D.0005)

2. Alat terapi oksigen yg cocok digunakan adalah : Nasal kateter, karena kebutuhan
FiO2 : 23,64 %
Catheter Nasal
Keuntungan
1. FiO2 < 40 % ( paling tinggi 3 liter )
2. Mudah ditoleransi dan nyaman
3. Pasien bebas bergerak, makan, bicara,
alat tidak mahal

Kerugian
1. Tehnik pemasangan sulit, distensi lambung,
trauma nasopharing, kateter mudah tersum
bat oleh sekret,

2. Efektifitas berkurang bila pasien bernafas de


ngan mulut
Binasal Kanul
Keuntungan
Pemasangan mudah, dapat digunakan
dalam jangka waktu lama, pasien dapat
bergerak bebas, efisien dan nyaman.

Kerugian
1. Dapat menyebabkan iritasi pada hidung

2. FiO2 akan berkurang bila pasien nafas dengan mulut.

3. Bisa timbul kekeringan pada mukosa dinding nasal

4. Terjadi nekrosis pada lubang hidung dan telinga


Face Mask (“Hudson”)
Keuntungan
1. Simple dan ringan
2. FiO2 antara 40 - 60 %
3. Efektif untuk pasien yang bernafas lewat mulut
atau yang mengalami sumbatan hidung.

Kerugian
1. Aliran O2 yang tidak cukup bisa menimbulkan
rebreating CO2
2. Keterbatasan akses wajah untuk batuk, makan,
minum, atau perawatan wajah dan hidung
3. Terjadi aspirasi
4. Kurang ketat bila terpasang NGT juga
Non-rebreather
Keuntungan
1. Aliran Oksigen 6 - 15 liter / menit., FiO2 55 - 90 %.
2. Sungkup muka dengan kantong dan ada katup
satu arah, antara kantong dengan sungkup ada
katup.
3. Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi. Oksigen yang dihirup murni.
4. Kantong tidak boleh kolap saat inspirasi
Kerugian
1. Keterbatasan akses wajah untuk batuk, makan, minu
m, atau perawatan wajah dan hidung
2. Terjadi aspirasi
3. Kurang ketat bila terpasang NGT juga
4. Dapat terjadi penumpukan CO2 jika flow rendah
5. Mata menjadi kering
Rebreather Mask
Keuntungan
1. Aliran yang diberikan 6 – 10 lt/ menit FiO2 60– 90%
2. Sungkup muka dengan kantong tanpa katup, ka
ntong berisi 800 - 1000 cc , bag harus dipertahan
kan mengembang.
3. Sebagian udara ekspirasi masih dihirup lagi dan s
ebagian dikeluarkan.

Kerugian
1. Keterbatasan akses wajah untuk batuk, makan, minum
, atau perawatan wajah dan hidung
2. Terjadi aspirasi
3. Kurang ketat bila terpasang NGT juga
4. Dapat terjadi penumpukan CO2 jika flow rendah
5. Mata menjadi kering
Venturi Mask
Keuntungan
1. Memberikan aliran yang bervariasi dengan FiO2
24 - 50 % dan konstan.
2. Tidak dipengaruhi oleh tipe ventilasi, maupun tidal
volume.
3. Tidak dipengaruhi oleh udara luar.
4. Diberikan pada pasien yang tipe ventilasinya tidak
teratur.
5. Berguna untuk pasien dengan COPD dimana O2
yang berlebihan bisa menekan pusat pernafasan

Kerugian
1. Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah
2. Jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan
CO2
3. Kantong oksigen bisa terlipat.
High Flow Nasal Cannula (HFNC)
Spesifikasi
1. High flow rate : 30-60 Lpm
2. Low flow rate : 5-25 lpm
3. FiO2 : 50-100%
4. Heather humidifier : 31-37 0C
Head Box
Keuntungan
1. Flow rate 5-7 liter/menit
2. Dapat memenuhi kebut
uhan O2 dengan tepat se
suai kebutuhan pasien

Kerugian
1. Jika konsentrasi flow rates > 7 liter/menit, maka konsentrasi
O2 akan meningkat, sehingga bisa menyebabkan bayi muntah
.
2. Diperlukan flow rates yang tinggi untuk mencapai konsentrasi
oksigen yang adekuat dan mencegah penumpukan CO2.
4. Evaluasi dan Monitoring
1. Respon fisik:

 tanda klinis dan penilaian AGDA/BGA,

 pulse oksimetri

2. Respon physiologis:

 keluhan pasien,

 sesak,

 tidak nyaman.
DOKUMENTASI

- Dokumentasikan semua tindakan


dan evaluasinya di dokumen
rekam medik

- Jika dilakukan pendelegasian


tugas secara lisan per telpon oleh
dokter, lakukan penulisan dg
TBAK –SBAR

- Dokumentasi KIE di F.9


5. Pendokumentasian
1. Indikasi pemberian oksigen

2. Jenis alat/canula yang dipakai

3. Flow rate dalam 1 menit

4. Respon klien

5. Saturasi oksigen perifer (SpO2) sebelum dan setelah pemberian terapi

6. Kadar analisa gas darah (jika dilakukan pemeriksaan)

7. Respon klien

8. Nama petugas yang memberikan terap


Nurse consideration
1. Pastikan sumber O2 berfungsi

2. Pastikan semua katup di tabung O2 terbuka (O2 portable )

3. Lihat kembali kebutuhan terapi O2 per pasien

4. Berikan terapi O2 yang sesuai dengan kebutuhan pasien meliputi


PANEL GAS
dosis, metode

5. Pastikan sambungan/selang O2 tersambung ke sumber O2 (saat

tranportasi)

6. Kaji kebutuhan penggunaan humidifier


KESIMPULAN 1. Terapi oksigen merupakan tindakan
suportif maka perlu dicari / koreksi
penyebabnya.

2. Oksigen merupakan Obat, harus


ingat 5 tepat dan I waspada.

3. Tehnik dan metode terapi oksigen di


sesuaikan dengan derajad hipoksia
dan keadaan pasien.
Terima Kasih !
Lakukan perubahan dari diri sendiri walaupun hanya sedikit, niscaya akan
mendapatkan hasil yang memuaskan jika dilakukan secara bersama-sama
Daftar bacaan
1. Browne, B. (2012). Guideline for Administration of Oxygen in Adults 2012.
Nottingham: Nottingham University hospital.

2. Doenges, Marylin E.Moorhouse, Mary France. Moor, Alice. (2010). Nursing


Care Plans 8th edition. Philadelphia: FA Davis Company.

3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017 .Standar Diagnosa Keperawatan Indone
sia, Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

4. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017 .Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

5. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017 .Standar Intervensi Keperawatan Indone
sia, Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai