Anda di halaman 1dari 40

SINDROMATOLOGI

SESAK NAPAS
(DYSPNEA)
OLEH :
Muhammad Firdaus Firmansyah S.ked
1608010050

PEMBIMBING :
dr. Asep Purnama,Sp.PD

SMF/BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD Prof. W.Z. JOHANNES KUPANG
FAKUTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2020
DEFINISI
Bahasa Yunani :
‘dys’ → sulit
‘pneuma’ → napas
dyspnea = kesulitan bernapas

Menurut American Thoracic Society (ATS) :


Suatu Kondidsi yang menggambarkan suatu persepsi subjektif mengenai
ketidaknyamanan bernafas yang terdiri dari berbagai sensasi yang berbeda
intensitasnya.
KLASIFIKASI SESAK NAPAS

SESAK NAFAS AKUT


• SESAK NAFAS < 1 BULAN

SESAK NAFAS KRONIK


• SESAK NAFAS > 1 BULAN
Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2019. EIMED PAPDI Buku I
EIMED Dasar. Jakarta. Interna Publishing
KLASIFIKASI SESAK NAPAS

Berdasarkan Posisi :
 Ortopnea  Sesak napas saat berbaring
 Platipnea  sesak napas saat tegak (berdiri) dan hilang ketika berbaring
 Tropopnea  sesak saat berbaring ke kiri/ kanan
 Paroxysmal nocturnal dyspnea  sesak pada posisi berbaring yang akan
membangunkan pasien dari tidur secara tiba-tiba
 Dsypnea d’effort  sesak nafas setelah melakukan aktivitas

Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2019. EIMED PAPDI Buku I
EIMED Dasar. Jakarta. Interna Publishing
Skala Dyspnea Menurut ATS
Tingkat Derajat Deskripsi

0 Normal Tidak ada kesulitan bernapas kecuali aktivitas berat

1 Ringan Terdapat kesulitan bernapas, napas pendek-pendek ketika terburu-buru

2 Sedang Berjalan lebih lambat dari pada kebanyakan orang yang berusia sama
karena sulit bernapas atau harus berhenti berjalan untuk bernapas

3 Berat Berhenti berjalan setelah 90 meter untuk bernapas atau setelah berjalan
beberapa menit

4 Sangat Terlalu sulit untuk bernapas bila meninggalkan rumah atau sulit bernapas
berat ketika memakai baju atau membuka baju

Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2019. EIMED PAPDI Buku I EIMED Dasar. Jakarta. Interna Publishing
FISIOLOGI PERNAPASAN
• Ventilasi paru
Fungs • Difusi O2 dan
CO2
i • PengangkutanO2

utama dan CO2


• Penganturan
ventilasi

Keterangan:
CO2 : Karbon dioksida
O2 : Oksigen
ATP : Adenosin Trifosfat

Sumber: Silverthorn. 2014. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta. EGC


Mekanisme Dyspneu
ETIOLOGI SESAK NAFAS
PULMONAL

CAMPURAN
ETIOLOGI NON-
KARDIO-
PULMONAL
SESAK KARDIO
PULMONAL
NAFAS

KARDIAK
PULMONAL
• PPOK
• Asma
• Pneumothorax
• Pneumonia
KARDIAK
• Gagal Jantung
• Infark Miokard Akut
• Perikarditis
• Fibrilasi Atrium
Campuran kardiak-pulmoner
• PPOK dengan Hipertensi Pulmoner
• Emboli paru kronik
• Edema Paru
Non kardiak dan non pulmonal
• Hematogenous dyspnea : Asidosis, anemia, atau anoksia
• Neurogenik dyspnea : Emosi, kerusakan jaringan otak
• Sistem metabolik ginjal : CKD, dan sindrom nefrotik
• Sistem endokrin : Hipertiroid
• Intoksikasi : pada overdosis aspirin, syok anafilaktik
• Pada obesitas masif
• Psikogenik: gangguan ansietas, depresi
Diagnosis Sesak Nafas

• ANAMNESIS
• PEMERIKSAAN FISIK
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANAMNESIS
• KELUHAN AWAL : Gangguan Fisiologis Akut/ berkepanjangan

• Gejala yang menyertai : - Nyeri dada yang disertai sesak


- Batuk yang disertai sesak
- Demam dan menggigil
- Hemoptisis

• Terpajan keadaan lingkungan atau obat tertentu


PEMERIKSAAN FISIK
TTV :
• Tekanan darah
↑ = Pada sesak yang berat
↓ = Masalah yang mengancam hidup

• Nadi
- Pada umumnya ↑
- Bradikardia pada hipoksemia berat
Pemeriksaan Fisik
TTV :
• Suhu : <35º C / >41ºC menandakan keadaan gawat
darurat

RR : Indikator sensitive pada distress pernapasan


• Bahaya : >35-40x/m atau <10-12x/m
Pemeriksaan Fisik
INSPEKSI
• Kemampuan bicara
• Posisi pasien
• Jari tabuh
• Sianosis
• Pola napas
• Perubahan status mental
• Penggunaan otot bantu napas
• Pengembangan dinding dada simetris/tidak
• Munculnya peningkatan JVP
Pemeriksaan Fisik

Palpasi
1. Pengembangan dinding dada
2. Taktil fremitus
Pemeriksaan Fisik

PERKUSI
• Sonor
• Redup (Dullness)
PEMIERIKSAAN FISIK
AUSKULTASI
a. Berkurangnya intensitas suara napas
b. Ronki kasar dan nyaring
c. Ronki basah dan halus
d. Adanya egofoni ( diucapkan huruf “i” seperti huruf e
datar)
e. Friction rub
Pemeriksaan Penunjang

1. PEMERIKSAAN DAHAK
2. ANALISIS GAS DARAH ARTERIAL
3. SPIROMETRI
4. PENCITRAAN (IMAGING)
5. EKG
TATALAKSANA

1.Pemeberian oksigen 88-92%


2.Menggunakan oral airway (guedel airway nasofaringeal airway) p
ada pasien yang mengalami kesadaran menurun
3.Ventilator mekanik
4.Farmakologi

Sumber: American Thoracic Society. 2012. An Official American Thoracic Society


Statement: Update on the Mechanisms, Assessment, and Management Dyspnea
Ventilator mekanik

Guedel airway

Nasofaringeal
airway
Kanula Nasal
Kateter Nasal

Sungkup Muka Sederhana


Non-rebreathing Mask
a. Kateter nasal :
• Aliran 1 – 6 L/mnt
• Konsentrasi 24% - 44%.
• Keuntungan: pemberian O2 stabil, pasien bebas bergerak, makan dan berbi
cara.
• Kerugian : Iritasi, selaput lendir nasofaring, distensi lambung,mudah tersu
mbat.
b) Kanula nasal
• Aliran : 1-6 L/mnt
• Konsentrasi 24-44%
• Keuntungan : laju pernapasan teratur, nyaman, mudah dimasukkan.
• Kerugian : konsentrasi O2 tidak lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila
bernapas lewat mulut & mudah terlepas.
c) Sungkup muka sederhana
• Aliran : 5-8 L/mnt
• Konsentrasi : 40-60%
• Keuntungan : Konsentrasi O2 lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
• Kerugian : Dapat menyebabkan penumpukan co2 jika aliran rendah

d)Sungkup muka dengan kantong non rebreathing


•Aliran : 8-12 L/mnt
•Konsentrasi : mencapai 99%
• Keuntungan : konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapai 100% tidak
mengeringkan selaput lendir.
• Kerugian : Kantong O2 bisa terlipat.
Farmakologi
1. Bronkodilator (golongan simptomatik, golongan antikol
inergik, golongan xanthin)
2.Antiinflamasi
Golongan simptomatik
A. Golongan agonis beta-2 :
 Indikasi :
Stimulasi reseptor alfa adenergic
Stimulasi reseptor beta 1 adrenergik
Stimulasi reseptor beta 2.
Efek samping : takikardi & palpitasi
Macam-macam obat : Salbutamol 2x4 mg.
Golongan Antikolinergik
Macam obat :
Ipratropium Bromida
Tiotropium Bromida
Golongan Xanthin

Indikasi : menghilangkan gejala atau pencegahan


asma bronkial dan bronkospasma reversibel yang
berkaitan dengan bronkhitis kronik dan emfisema.
2. Antiinflamsi
Kortikosteroid : mencegah timbulnya gejala
inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia,
mekanik, atau allergen
Penyakit Faktor resiko INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUSKULTA LAINNYA
SI
ASMA Alergi,debu, Sianosis, - - Wheezing, Gejala :
bulu binatang, gelisah, ekspirasi Wheezing, batuk
pollen, penggunaan memanjang,
olahraga otot-oto bantu menurunya TTV: Takikardi,
pernapasan suara nafas pulsus
paradoksus,

Spirometri: FEV1
menurun,

Radiologi:
diafragma
mendatar,
hiperinflasi,
atelektasis
Penyakit Faktor resiko INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUSKULTASI LAINNYA

PPOK Merokok, Sianosis, - Hipersonor Menurunnya Gejala :


paparan barrel chest, suara nafas, Batuk
pekerjaan, penggunaan wheezing berdahak,
usia. otot-otot wheezing.
bantu
pernapasan TTV: takipneu

Radiologi :
meningkatkan
nya diameter
AP, diafragma
mendatar,
hiperinflasi.
Penyakit Faktor resiko INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUSKULTASI LAINNYA

EDEMA CAD, Gagal Distress - Redup pada Ronki basah, Gejala:


PARU jantung, pernapasan, basal S3,S4 Ortopneu,
hipertensi meningkatnya PND, Batuk,
JVP lemas, edema

Radiologi,
cardiomegaly,
kerley B,
efusi pleura,
edema paru.
Penyakit Faktor resiko INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUSKULTASI LAINNYA

ACS Hiperlipidemi Diaphoresis, - - Ronki basah, Gejala: Nyeri


a, DM, Meningkanya S4, Murmur dada yang
Obesitas JVP menjalar,
usia, riwayat ansietas,
keluarga, pucat
merokok, Laboratorium:
hipertensi meningkatnya
troponin I,
meningkatnya
CKMB,
Meningkatnya
LDH.

Radiologi:
dapat pula
ditemukan
tanda gagal
jantung kronis
Penyakit Faktor resiko INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUSKULTASI LAINNYA

PNEUMONIA Aspirasi, usia, Sianosis, - Redup Ronki basah, Gejala: batuk


dirawat di perubahan egofoni, dengan
rumah sakit, status mental menurunnya dahak
imunosupresi. suara nafas, berwarna
friction rub gelap,
pleuritic chest
pain,anoreksi
a.
Laboratoriu
m:
leukositosis,
kultur darah
dan dahak
Radiologi
:Kondosilasi,
efusi pleura,
air
bronchogram
Penyakit Faktor resiko INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUSKULTASI LAINNYA

PNEUMOTH Trauma, Distress Deviasi Meningkatnya Suara nafas Gejala:


ORAX PPOK, pernapasan, Trakea bunyi sonor asimetris pleuritic chest
Olahraga Pucat, pain yang
yang menigkatnya tiba-tiba dan
berlebihann, JVP tajam,
diving sianosis.

Radiologi:
Hilangnya
vaskularisasi/
marking paru
yang terkena,
penarikan
mediastinum
Penyakit Faktor resiko INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUSKULTASI LAINNYA

Gagal jantung Obes, DM, Meningkatnya Peningkatan Cardiomegali Ronki paru, Radiologi:
Hiperlipidemi JVP, Edema JVP, Refluks gallop S3 Cardiomegali,
a, PJR, ekstremitas, hepatojugular, edema
Penyakit penggunaan hepatomegali. pulmonum.
katup, usia otot- otot
bantu
pernapasan
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
1. American Thoracic Society. 2012. An Official American Thoracic Society
Statement: Update on the Mechanisms, Assessment, and Management
Dyspnea
2. Sylvia Price, Lorraine W. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta. EGC
3. Setiati, Alwi, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ke 6 Jilid II.
Jakarta. Interna Publishing
4. Silverthorn. 2014. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta. EGC
5. Rawat, Deepa. 2019. Dyspnea. NCBI
6. Fauci et al. 2008. Harrison’s: Principle of Internal Medicine-17 thedition.USA:
The Mc Graw Hill Comp. Inc.
7. Amin, Zulkifli. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ke 6 Jilid II.
Jakarta. Interna Publishing
8. Hashmi MF, Modi P, Sharma S. Dyspnea. [Updated 2020 May 31]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020

Anda mungkin juga menyukai