Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID
29 Juli 2020

OLEH :

Yolanda Yasinta Ina Tuto, S.Ked (1508010035)

PEMBIMBING

dr. Dickson A. Legoh, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF/BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAAN UNDANA
RUMAH SAKIT JIWA NAIMATA
KUPANG
2020
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Yeheskiel Sinlaeloe

Tempat/tanggal lahir : Oehami, 13 Agustus 1986

Suku : Rote

Agama : Kristen

Status pernikahan: Belum

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat :-

II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

A. Keluhan Utama

Pasien mendengarkan suara biasa bisikan (dari kapan?)

Kadang Tidak Nyambung

Mengaku Pacarnya memukili

Kecelakaan

Pasien datang bersama oleh ibu kandungnya karena pasien mengeluh bahwa

pasien tidak bisa lagi menahan suara-suara yang menyuruh pasien untuk

menyiksa dirinya sendiri. Keluhan dialami sejak sekitar 2 minggu SMRS.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

1. Autoanamnesis

(dilakukan pada hari Selasa , 2 Februari 2021 pukul 16.30 WITA di Ruang

Tenang Pria RSJ Naimata)

1
Pasien diantar atau tidak

Pasien datang bersama ibu kandungnya ke IGD RSJ Naimata atas

permintaan pasien sendiri pada Minggu, 19 Juli 2020. Pasien mengaku

mendengar suara-suara laki-laki yang tidak dikenal. Suara-suara tersebut

muncul kadang-kadang, dan sudah didengar pasien sejak Desember 2019.

Awalnya suara hanya berupa suara ribut yang tidak jelas, kemudian

menjadi suara jelas yang kebanyakan menyuruh pasien mematikan keran

air, mengatakan bahwa ada pencuri di rumah, dan suara banyak langkah

kaki. Baru sejak 1 bulan terakhir, suara-suara tersebut menjadi suara yang

menyuruh pasien untuk menyiksa dirinya sendiri. Pasien sudah berusaha

untuk mengacuhkan suara tersebut, tetapi tidak bisa, dan pasien menjadi

sangat terganggu karenanya. Pasien mengaku kepalanya menjadi sangat

sakit tiap mendengar suara-suara tersebut. Pasien mulai menuruti suara

untuk menyiksa dirinya sendiri dengan mulai menyayat sepanjang tangan

pasien dengan pisau dapur tumpul sejak sekitar 2 minggu lalu, terakhir

melakukan itu tanggal 12 Juli 2020 (7 hari SMRS). Tetapi pasien

mengatakan tidak mempunyai niat untuk bunuh diri, dan melakukan hal

tersebut hanya untuk menuruti suara-suara di telinganya. Pasien mengaku

juga melihat bayangan dirinya sendiri sebanyak 2 kali hanya pada bulan

Mei dan sampai sekarang tidak pernah dilihat lagi, bayangan tersebut tidak

bicara apa-apa. Pasien merasa tiap melakukan menyayat tangannya sendiri,

pikirannya seperti sedang dikendalikan oleh sesuatu kekuatan dari luar,

2
tetapi tidak tahu kekuatan apa. Pasien mengaku belakangan ini merasa

curiga dengan teman dekat perempuan pasien, karena merasa bahwa teman

perempuannya mempunyai sifat yang jahat. Pikiran itu muncul sejak

pasien dan teman perempuannya mengerjakan skripsi bersama-sama, tetapi

teman perempuannya itu lulus duluan dan akhirnya tidak terlalu sering

membantu pasien mengerjakan skripsi. Pasien juga merasa teman

perempuannya jahat karena selalu mengatakan bahwa pasien baik-baik

saja. Tetapi sekarang pasien mengaku tidak terlalu lagi merasa curiga

dengan teman perempuannya, terakhir kali merasa curiga saat pasien

diantar ke RS kemarin.

CUPLIKAN ANAMNESIS

Keterangan :

DM : Dokter Muda

Px : Pasien

DM : ”Sore kak, maaf mengganggu. Saya Yolanda, dokter muda yang

bertugas disini. Saya boleh tanya-tanya sebentar kakak sebentar

kah? Pertanyaannya agak banyak, ini nanti untuk dibuat laporan

kak. Untuk hasil tanya-jawab nanti akan jadi rahasia medis saja,

jadi kakak boleh cerita semua yang kak rasa sebebas-bebasnya.

Boleh kak?”
Px : “Sore kak. Boleh kak. Tidak apa-apa.”
DM : “Ketong mulai dari identitas dulu e. Kak punya nama lengkap

siapa?”

3
Px : “JFAK”
DM : “Panggilannya kak siapa?”
Px : “P.”
DM : “Kak punya tempat, tanggal lahir?”
Px : “Kupang, 16 Juli 1994.”
DM : “Berarti umur 26 tahun e kak. Asal dari mana kak?”
Px : “Dari Manggarai.”
DM : “Agamanya kak?”
Px : “Katolik, kak.”
DM : “Sudah menikah?”
Px : “Belum.”
DM : “Pendidikan terakhirnya kak?”
Px : “S1, di Teknik Sipil Undana.”
DM : “Pekerjaannya kak?”
Px : “Freelancer proyek begitu kak. Beda tipis deng pengangguran.”
DM : “Sonde apa-apa kak. Ketong ju sama, masih kuliah. Oh iya,

maksudnya proyek yang kermana kak?”


Px : “Proyek teknik sipil umum sa kak. Jalan, irigasi, gedung.”
DM : “Kakak tinggal dimana e?”
Px : “Di TDM 3 kak.”
DM : “Oke kak. Ketong lanjut e. Kakak kemarin kesini kapan, kakak

ingat ko?”
Px : “Beta kesini pas hari Minggu kemarin, datang dengan mama, tapi

beta sendiri yang minta datang sini. Sebelumnya beta ada dirawat

di Leona kak, dari tanggal 15, keluar dari Leona tuh yang

malamnya beta langsung pisini.”


DM : “Oh, jadi kakak sendiri yang minta datang sini e? Kira-kira apa

yang bikin kakak minta diantar kesini?”


Px : “Beta ada dengar suara-suara, kak”
DM : “Dengar su dari kapan kak?”
Px : “Su dengar dari bulan Desember tahun lalu sih kak.”
DM : “Itu suara seperti apa kak? Kakak kenal ko? Suara laki-laki ko

perempuan?”
Px : “Suara laki-laki, kak. Sonde pernah dengar suara perempuan.

Banyak kak, macam-macam lah dia omong. Bilang suruh kasih

mati keran air na, padahal keran sonde ada sementara menyala nih.

4
Teriak bilang ada pencuri na. Dengar model kayak banyak

langkah kaki begitu, kak.”


DM : “Itu suara nih muncul terus-terus ko kak?”
Px : “Dia muncul hilang-timbul begitu, kak. Jadi sonde tiap saat ada”
DM : “Terus kakak rasa terganggu dengan itu ko sonde?”
Px : “Terganggu to kak, tapi beta masih bisa tahan-tahan sonde terlalu

toe dengan dong.”


DM : “Terus ada ko suara-suara yang kak rasa mengganggu sekali?”
Px : “Beta sebenarnya ada dengar suara yang suruh kek siksa diri juga.

Itu yang beta rasa mengganggu mati, sampai bikin be pung kepala

sakit. Sakit yang be sonde bisa tahan le.”


DM : “Kalau suara yang suruh siksa diri nih, kak su dengar dari kapan?”
Px : “Dari bulan lalu.”
DM : “Itu suaranya siapa? Kak kenal?”
Px : “Itu suara laki-laki ju kak, tapi beta sonde kenal siapa.”
DM : “Kira-kira ada pemicunya ko? Misalnya ada kejadian apa begitu

bulan lalu sampai bisa muncul suara-suara begitu?”


Px : “Sonde ada kak. Dia muncul tiba-tiba sa.”
DM : “Kak masih dengar itu suara sampai sekarang?”
Px : “Yang su masuk disini su sonde dengar kak.”
DM : “Berarti terakhir dengar kemarin su nih?”
Px : “Iya kak.”
DM : “Menghilang total? Atau berkurang sa kak?”
Px : “Su sonde dengar sama sekali kak.”
DM : “Baik su kak. Terus dulu-dulu kalau itu suara-suara yang suruh

siksa diri su muncul a, kak buat apa? Kak ikut dia suruh apa sa?”
Px : “Awalnya beta usaha sonde ikut, tapi lama-lama beta sonde kuat

ju. Akhirnya be bikin ini (pasien menunjukkan bekas luka sayatan

di pergelangan tangan kiri).”


DM : “Kak bikin pertama kali kapan? 3 minggu lalu? 2 minggu lalu? ”
Px : “Sekitar 2 minggu lalu begitu ko kak.”
DM : “Kak bikin pakai apa itu?”
Px : “Pakai pisau dapur yang tumpul. Pisau yang pake kupas bawang

dong nih kak.”


DM : “Maaf e kak, kak bikin begini nih ada niatan untuk bunuh diri ko

sonde?”

5
Px : “Sonde kak, beta hanya karena ikut itu suara sa.”
DM : “Apa yang bikin kak ikut itu suara?”
Px : “Beta sonde tau le kak, pokoknya waktu itu beta sonde tahan sa

makanya beta ikut dia pung suruh.”


DM : “Boleh beta hitung itu lukanya ada berapa ko kak?”
Px : “Boleh kak,” (pasien menunjukkan bekas luka sayatan pisau di

sepanjang lengan bawah kiri)


DM : “Ada 11 e kak. Ini semua bikin satu kali kak?”
Px : “Sonde kak, paling satu kali be bikin 2-3 begitu. Terkahir buat ni

yang satu minggu lalu ko.”


DM : “Kak sonde rasa sakit pas buat ini?”
Px : “Pas abis buat yang beta rasa sakit. Nanti beta menyesal buat. Ma

tau ju, nanti kalau be sonde tahan dengan itu suara le na be buat

ulang le, padahal kemarin su menyesal ni. Aneh begitu su kak e.”
DM : “Terus ini suara nih, kak pernah liat orangnya ko sonde?”
Px : “Sonde pernah, kak. Beta hanya dengar saja. Tapi beta lihatnya

malah beta pung bayangan sendiri.”


DM : “Maksudnya kak lihat kak punya diri sendiri datang pi kak? Bukan

kak lihat cermin to?”


Px : “Iya kak. B lihat langsung ni.”
DM : “Kapan kak lihat?”
Px : “Su lama kak. 2 bulan lalu begitu ko. Ma be hanya lihat 2 kali sa.”
DM : “Terakhir kak lihat kapan?”
Px : “2 bulan lalu itu su kak. Dia jarak sonde terlalu lama yang be lihat

pertama kali deng yang kedua kali.”


DM : “Berarti bulan Mei a kak? Setelah itu sampai sekarang nih, kak

sonde pernah liat lagi?”


Px : “Iya, sonde pernah kak.”
DM : “Itu bayangannya kak yang kak lihat tuh, ada ajak omong sesuatu

ko sonde?”
Px : “Sonde kak, dia hanya diam sa.”
DM : “Kakak pernah rasa ada cium-cium bau amis atau bau busuk yang

hanya kakak sa yang cium ko?”


Px : “Sonde pernah kak.”
DM : “Kakak pernah rasa kermana gitu ko di lidah? Kaya kak rasa asin

6
padahal sonde sementara ada makan yang asin? Atau rasa sonde

enak begitu?”
Px : “Sonde pernah kak.”
DM : “Kakak pernah rasa ada sesuatu yang merayap di bawah kak pung

kulit? Atau rasa kaya tangan atau kaki terpotong begitu?”


Px : “Sonde pernah ju kak.”
DM : “Kakak pernah rasa kayak kak punya pikiran nih dikendalikan

oleh kekuatan dari luar ko?”


Px : “Iya kak, kalau be kumat tuh yang beta rasa be pung pikiran

dikendalikan. Ma kalau be sonde lagi kumat ya be rasa biasa sa.”


DM : “Maksudnya kak kumat nih yang bagaimana?”
Px : “Itu, yang ikut sa itu suara pung suruhan.”
DM : “Oke. Kak pernah rasa juga kak punya pikiran yang kak pikir terus

berulang-ulang ko?”
Px : “Paling beta pikir kerja sa kak. Kan beta teknik sipil to, jadi beta

ada mau bikin program yang bisa bantu beta kalau kerja proyek

begitu.”
DM : “Kak pernah rasa kak punya pikiran kaya disisipi pikiran dari luar

begitu? Atau macam kaya kak punya pikiran ditarik keluar?”


Px : “Kalau begitu sonde pernah kak.”
DM : “Menurut kak, beta bisa baca kak punya pikiran ko sonde?”
Px : “Mungkin bisa. Supaya kak bisa tahu beta mengarah pi sakit apa

to kak.”
DM : “Maksudnya beta kaya kak sekarang ada sementara pikir sesuatu

di dalam kak punya pikiran nih, beta bisa tau itu ko sonde?”
Px : “Oh, itu sonde bisa kak.”
DM : “Kak di rumah tinggal dengan siapa sa?”
Px : “Dengan bapa, mama, dengan saudara dong.”
DM : “Kak dong ada berapa saudara?”
Px : “Ketong 4 orang kak, laki-laki semua.”
DM : “Kak anak keberapa?”
Px : “Beta anak kedua, kak.”
DM : “Oke, kak pernah rasa di rumah ada yang mau jahat dengan kak?”
Px : “Sonde kak.”
DM : “Hubungan baik dengan semuanya? Paling dekat dengan siapa?”
Px : “Baik, kak. Paling dekat dengan mama su kak.”

7
DM : “Kalau dengan tetangga mereka? Ada yang kak rasa mau jahat

dengan kak?”
Px : “Sonde ada kak.”
DM : “Kalau dengan teman-teman?”
Px : “Beta hanya agak pikiran jelek dengan beta pung kawan nona

kak.”
DM : “Kawan ko pacar ini?”
Px : “Kawan sa kak.”
DM : “Atau barangkali kak ada suka dengan ini kaka nona?”
Px : “Sonde kak. Kawan sa.”
DM : “Oh, iya kak. Ju kak pikiran jelek dengan dia yang bagaimana?”
Px : “Beta rasa dia pung sifat jahat kak.”
DM : “Jahat yang bagaimana? Memangnya dia pernah buat jahat di kak

apa?”
Px : “Sonde ju sih kak. Sebenarnya dia sonde pernah buat jahat dengan

beta langsung, hanya beta rasa sa begitu kalau dia pung sifat

jahat.”
DM : “Memangnya kak pernah tau kalau dia ada omong kak di belakang

ko? Atau ada buat apa yang jahat begitu?”


Px : “Sonde pernah kak. Tapi be rasa dia sifat jahat.”
DM : “Na kak su rasa begitu dari kapan?”
Px : “Waktu beta dengan dia sementara kerja skripsi sama-sama.”
DM : “Kalau kerja skripsi sama-sama artinya dia baik dengan kak dong?

Kan mau kerja sama-sama.”


Px : “Ma dia lulus duluan. Jadi beta harapannya dia bantu beta ju. Ma

lulus abis dia sonde bantu.”


DM : “Memangnya dia sonde bantu sama sekali?”
Px : “Bantu juga sih. Ma sonde banyak sama kek beta bantu dia.”
DM : “Kalau alasan lain sampai kak bisa pikir jelek ke dia ada ko

sonde?”
Px : “Beta sebenarnya su kasitau di dia kalau beta sakit, ma dia selalu

bilang beta sonde apa-apa.”


DM : “Kak kasitau di dia kalau kak sakit yang bagaimana?”
Px : “Beta kastau dia bilang be ada dengar suara-suara na. Ma dia

selalu bilang be baik-baik sa.”

8
DM : “Mungkin maksudnya kaka nona supaya kak juga jang terlalu

pikiran begitu to?”


Px : “Sonde. Dia tuh aslinya tau kalau be sakit, ma sengaja sa bilang be

sonde kenapa-kenapa. Dia senang beta begini, memang dia pung

sifat jahat na.”


DM : “Kemarin kak kesini, kak kasitau dia ko sonde?”
Px : “Kasitau, dia ada antar beta dengan motor pisini ju.”
DM : “Na tadi kak bilang kak yang mau sendiri pisini?”
Px : “Memang beta yang mau kak. Beta ajak dia supaya dia lihat

sendiri kalau beta nih sonde tipu, dia yang tipu beta bilang be

sonde kenapa-kenapa.”
DM : “Kalau dia mau antar kak, berarti dia baik to?”
Px : “Itu kan kalau beta minta. Dia senang beta begini kak.”
DM : “Memangnya kak tau dari mana kalau dia senang?”
Px : “Beta rasa lah kak. Dia sifat jahat.”
DM : “Sampai sekarang kak masih rasa begitu?”
Px : “Sekarang su sonde terlalu lagi kak, terakhir tuh yang pas beta pi

sini.”
DM : “Oke kak. Ketong ganti topik su e. Kakak merasa kak punya

kekuatan tertentu yang melebihi manusia normal ko sonde? Kaya

bisa bicara dengan Tuhan? Atau bisa komunikasi dengan orang

yang sudah meninggal?


Px : “Aih, sonde lah kak.”
DM : “Kalau kekuatan bisa komunikasi dengan makhluk asing? Atau

bisa mengendalikan cuaca begitu?”


Px : “Sonde kak.”
DM : “Kak pernah rasa ada yang sementara kejar-kejar kak untuk buat

jahat dengan kak ko sonde? Atau untuk ambil kak punya apa

begitu ko?”
Px : “Sonde pernah kak.”
DM : “Kak pernah punya pengalaman mistis atau mujizat begitu?”
Px : “Sonde kak, paling hanya dengar suara-suara itu sa kak.”
DM : “Kakak pernah merasa pasrah atau sonde berdaya begitu ko

9
sonde?”
Px : “Pernah, terlalu sering.”
DM : “Pasrah atau sonde berdaya terhadap apa kak?”
Px : “Dengan masa lalu. Sonde bisa ubah masa lalu.”
DM : “Iya to kak. Memang yang su lewat ni ketong su sonde bisa ubah

le. Sekarang mau dipikir juga percuma, kan su sonde bisa diubah.

Jadikan pembelajaran saja supaya kalau memang di masa lalu

pernah buat salah na sonde ulang lagi.”


Px : “Iya kak.”
DM : “Kalau pasrah deng sonde berdaya terhadap satu kekuatan begitu,

pernah ko sonde?”
Px : “Kalau yang ke begitu, sonde pernah.”
DM : “Sebelum mulai dengar suara-suara nih, kak ada stress apa begitu

ko kak? Atau ada pikiran apa begitu?”


Px : “Beta pikir belum dapat kerja pasti sa kak. Kan kalau sonde dapat

proyek ya nganggur.”
DM : “Harus semangat kak. Ketong juga sama ini, malah belum selesai

kuliah. Oh iya, tadi kak bilang dirawat di Leona tuh karena apa e

kak?”
Px : “Beta ada muntah-muntah, terus be pung badan rasa lemas

begitu.”
DM : “Tiba-tiba sa muntah? Kak ada makan tasalah kemarin?”
Px : “Beta ada minum Paracetamol 7 tablet kak, dengan obat-obat yang

beta ambil dari sini.”


DM : “Sebelumnya berarti kakak pernah berobat kesini sebelum ini e?”
Px : “Iya kak, pertama beta datang tuh yang tanggal 8 Juni, harusnya b

kontrol le tanggal 8 Juli kemaren ma beta sonde datang.”


DM : “Kenapa kak mau sonde datang? Berarti minum obat di rumah

sonde teratur nih a?”


Px : “Iya kak, sonde teratur. Kalau beta rasa itu suara mengganggu

sekali sa baru be minum.”


DM : “Terus kenapa sonde kontrol juga?”
Px : “Waktu kemaren be pikir beta masih bisa tahan itu suara, ma

10
ternyata sonde bisa.”
DM : “Kenapa kak minum Paracetamol sampai 7 biji memang?”
Px : “Abis itu suara dong bikin beta pung kepala sakit kak, ju be

minum su ma.”
DM : “Kak ingat obat dari sini dapat obat apa sa ko?”
Px : “Dapat 3 obat kak, 2 warna putih dengan 1 warna orange. Yang

orange tuh yang patah bagi dua. Minum dua kali.”


DM : “Kakak punya keluarga kandung ada yang pernah ada gejala sama

kaya kak ko?”


Px : “Beta pung bapa kandung.”
DM : “Su dari kapan kak? Su bawa berobat?”
Px : “Su dari 2016 kak. Dulu berobat di RSU, abis pindah ambil obat

disini sekarang.”
DM : “Kak pernah tau nama sakitnya kak pung bapa apa ko?”
Px : “Mungkin kak dong lebih tau. Skizofrenia kalau sonde salah

namanya.”
DM : “Oke kak. Bapa minum obat dirumah aman ko?”
Px : “Iya kak, bapa minum obat rutin. Kalau obat abis ya datang ambil

disini.”
DM : “Bapa kerja apa?”
Px : “Bapa su pensiun, kak. Jadi dirumah sa.”
DM : “Baik sudah kakak. Ju kak pung perasaan ini hari kermana?”
Px : “Baik sa kak.”
DM : “Baik yang kermana? Senang ko? Sedih ko? Takut ko?”
Px : “Biasa-biasa sa kak.”
DM : “Kalau kemarin kak pung perasaan kermana?”
Px : “Biasa-biasa juga kak.”
DM : “Kalau 2 dengan 3 hari lalu kermana?”
Px : “Biasa sa kak.”
DM : “Dia pung rasa biasa-biasa nih sama kaya yang ini hari atau beda

lagi?”
Px : “Sama sa kak.”
DM : “Kak masih ingat tadi beta pung nama siapa ko?”
Px : “Kaka dokter muda Yolanda.”
DM : “Kak ingat sekarang hari apa dengan tanggal berapa?”
Px : “Hari Senin, tanggal 20 Juli, tahun 2020.”
DM : “Kak tau sekarang ini dimana?”
Px : “Di RSJ Naimata.”
DM : “Menurut kakak, kakak sakit atau sonde kalau ada disini?”

11
Px : “Iya, beta rasa beta sakit kak.”
DM : “Sakit yang bagaimana menurut kakak?”
Px : “Yang kaya beta pung bapa kayanya kak.”
DM : “Oh iya, kalau begitu kak rasa kak butuh minum obat?”
Px : “Butuh. Kemarin beta sonde minum karena rasa masih bisa tahan

sa. Sekarang beta su tau kalau memang harus minum terus.”


DM : “Berarti nanti kalau su pulang dari sini, kak mau minum obat ko

sonde?”
Px : “Iya mau, kak. Beta mau cepat baik.”
DM : “Baik su kak, memang harus minum obat terus e kak. Nah, kakak

ingat dulu SD sampai kuliah dimana ko?”


Px : “SD di St. Yoseph 4, abis kelas 6 pindah di SD Oepoi. SMP di

SMP 1. SMA di SMA 3. Kuliah di teknik sipil di Undana sini.”


DM : “Kakak ingat minggu lalu kak ada dimana ko?”
Px : “Paling beta di rumah sa kak.”
DM : “Kak ingat kemarin di IGD ketemu dengan dokter muda yang

mana ko?”
Px : “Ada dengan dokter muda yang putih-putih satu kak. Kalau beta

sonde salah ingat na dia pung nama Dokter Muda Rita.”


DM : “Kak ingat tadi pagi makan apa ko?”
Px : “Makan nasi putih dengan ayam kecap.”
DM : “Kakak bisa sebut persamaan dengan perbedaan bola sama apel

kah?”
Px : “Perbedaannya apel tuh buah, kalau bola tuh mainan.

Persamaannya sama-sama kalau beta lempar, dia jatuh.”


DM : “Kak, kalau misalnya nih di ini sudut ruangan ada api, tapi sonde

terlalu besar juga sih. Nanti kak bikin apa?”


Px : “Kan ada wastafel disini. Jadi paling beta ambil air dari wastafel,

abis beta siram.”


DM : “Kak bisa eja kata DUNIA ko?”
Px : “D-U-N-I-A”
DM : “Sekarang bisa eja terbalik dari huruf paling belakang ko?”
Px : “A-I-N-U-D”
DM : “Kak bisa gambar ini ikut beta ko?”
Px : “Bisa kak.” (menggambar persegi lima bertumpukan)
DM : “Kak tau Ibukota NTT? Dengan gubernur nya ketong nama

12
siapa?”
Px : “Ibukota NTT ya Kupang kak. Kalau gubernur nama Viktor

Laiskodat.”
DM : “Kak ada bakat tertentu apa begitu?”
Px : “Aih, beta paling main musik sa kak.”
DM : “Jago alat musik apa kak? Gitar ko?”
Px : “Drum sih. Kalau gitar, beta sonde terlalu jago.”
DM : “Wih, drummer e. Kak belajar main drum dimana?”
Px : “Otodidak sa kak.”
DM : “Oh iya kak, kakak dulu ada pernah kecelakaan yang sampai

sonde sadar begitu ko? Atau kepala pernah terbentur dengan

keras?”
Px : “Sonde pernah kak.”
DM : “Kak pernah demam sampai kejang begitu?”
Px : “Sonde pernah juga kak.”
DM : “Kak merokok ko?”
Px : “Iya kak, tapi sonde terlalu juga.”
DM : “Biasa satu hari habis berapa batang?”
Px : “Kadang habis 1 bungkus, kadang sonde sampai 1 bungkus ju

kak.”
DM : “Kalau minum alkohol?”
Px : “Aih, kalau itu sonde.”
DM : “Maaf e, kak pernah coba-coba konsumsi obat terlarang atau apa

begitu ko?”
Px : “Sonde pernah sama sekali kak.”
DM : “Baik sudah e kak. Terimakasih o kak sudah mau jawab

pertanyaan begini banyak. Nanti beta lapor hasilnya ke dokter ya.

Kak ada mau tanya sesuatu ko?”


Px : “Iya, sonde papa. Makasih juga kak. Untuk sekarang, belum ada

pertanyaan kak.”

2. Heteroanamnesis

(Wawancara dengan Ibu Kandung Pasien dilakukan di Ruang Tenang pada

hari Senin, 20 Juli 2020 pukul 19.00 WITA)

13
Pasien datang bersama ibu kandungnya ke IGD RSJ Naimata Kupang

karena pasien mengeluh bahwa tidak lagi bisa tahan dengan suara-suara

yang menyuruh pasien untuk menyiksa dirinya sendiri. Pasien mengeluh

bahwa suara-suara tersebut membuat kepalanya sangat sakit. Ibu pasien

baru mengetahui gejala yang dialami pasien setelah pasien menceritakan

sendiri. Sebelumnya, ibu pasien sering melihat pasien seperti tidak

semangat, loyo, dan sering melamun. Tetapi ketika ditanya, pasien selalu

menjawab tidak apa-apa. Pasien baru mulai bercerita dengan ibu

kandungnya pada bulan Juni 2019 dan langsung dibawa ke Poli Jiwa RSJ

Naimata, tetapi setelah itu pasien tidak rutin minum obat dan tidak mau

kontrol lanjutan. Keluhan mendengar suara-suara yang memerintah untuk

menyiksa diri sampai membuat kepala sakit baru muncul dalam 2 minggu

terakhir. Keluhan lain seperti bicara sendiri, marah-marah sampai merusak

barang, jalan-jalan tanpa arah, disangkal ibu pasien. Menurut ibu pasien,

pasien juga merasa sangat curiga dengan teman perempuannya dan

menyalahkan bahwa pasien jadi seperti ini karena teman perempuannya.

Sebelum mulai bercerita dengan ibunya, pasien selalu bercerita dengan

teman perempuannya, tetapi teman perempuannya selalu meyakinkan

bahwa pasien baik-baik saja, dan hal itu membuat pasien marah.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pasien mengalami keluhan sejak Desember 2019, keluhan hilang-timbul

sampai sekarang, namun baru mulai periksa dan berobat ke dokter (Poli Jiwa

14
RSJ Naimata Kupang) sejak 8 Juni 2020. Pasien didiagnosis Skizofrenia

Paranoid dan mendapatkan obat Haloperidol 2x1,5mg, Trihexylphenidil

2x2mg, dan Chlorpromazine 2x50mg. Pasien mengaku tidak minum obat

teratur, hanya minum obat kalau merasa terganggu dengan suara-suara yang

didengarnya. Pasien seharusnya kontrol di Poli Jiwa pada tanggal 8 Juli 2020

kemarin, tetapi pasien tidak datang, karena merasa masih bisa menahan diri

untuk tidak mengikuti perintah suara-suara yang didengarnya.

Pasien sempat dirawat di RS Leona pada tanggal 15 Juli s/d 19 Juli, karena

badan lemas dan muntah-muntah setelah minum obat Paracetamol 7 tablet,

Haloperidol 1 tablet, Trihexylphenidil 1 tablet, dan Chlorpromazine 1 tablet.

Pasien mengaku minum obat-obat tersebut untuk menghilangkan sakit kepala

akibat suara-suara yang didengarnya.

D. Riwayat Sifat Kepribadian Sebelumnya

(Heteroanamnesis dengan ibu kandung pasien di Ruang Tenang pada Senin,

20 Juli 2020 pukul 19.00 WITA)

Sebelum sakit, pasien merupakan orang yang pendiam. Terkadang pasien

mudah tersinggung dengan perkataan orang lain. Ketika marah dengan

ibunya, pasien cenderung mengungkit tentang masa lalu dan membandingkan

dirinya dengan orang lain. Pasien bisa mengambil keputusan sendiri. Pasien

bukan pribadi yang ceria. Jika di rumah sendirian, pasien cenderung bermain

game dan tidur. Pasien jarang mengikuti kegiatan organisasi dan keagamaan.

15
E. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien adalah anak yang diinginkan, merupakan anak kedua dari empat

bersaudara. Selama kehamilan, ibu pasien dalam keadaan sehat. Hamil

cukup bulan, melahirkan secara normal dibantu oleh bidan di RSU W.Z.

Johannes Kupang. Pada saat lahir, pasien langsung menangis. Pasien diberi

ASI sampai usia 1 tahun, dan makanan tambahan berupa bubur sudah

diberikan sejak usia ± 8 bulan. Menurut ibu pasien, imunisasi didapatkan

secara lengkap.

2. Masa Kanak Dini (Usia 0-3 tahun)

Pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandung pasien. Ibu pasien lupa pasti

pasien mulai bisa bicara, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, dan

berjalan pada usia berapa. Tetapi menurut ibu kandung pasien, tidak ada

keterlambatan dalam perkembangan pasien. Pasien tumbuh dan

berkembang sesuai dengan anak-anak usia sebayanya.

3. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien memiliki banyak teman bermain, aktif bermain dengan teman

sebaya. Pasien bersekolah di SDK St. Yoseph 4 sampai kelas 5 SD,

kemudian pindah ke SDN Oepoi saat naik kelas 6 SD. Pindah sekolah

karena supir yang biasa antar-jemput ke SDK St. Yoseph pindah ke luar

kota, jadi mencari SD yang lebih dekat dengan rumah. Pasien senang

belajar dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Selama

bersekolah SD selalu masuk ranking 10 besar.

16
4. Masa Remaja

Pada saat remaja pasien tinggal bersama orang tua. Pasien mempunyai

banyak teman laki-laki, sering bermain play station sama-sama. Mimpi

basah pertama saat umur 14 tahun, merasa biasa saja karena sudah dapat

pengetahuan tentang mimpi basah di sekolah. Tokoh idola saat remaja

adalah band aliran metal bernama Veil of Maya. Pasien mengaku suka

mendengarkan lagu-lagu dari band tersebut.

5. Masa Dewasa

 Riwayat Pendidikan

TKK St. Yoseph Kupang

SDK St. Yoseph 4 Kupang (sampai kelas 5 SD)

SD Negeri Oepoi Kupang (saat kelas 6 SD)

SMP Negeri 1 Kupang

SMA Negeri 3 Kupang

Universitas Nusa Cendana (Jurusan Teknik Sipil)

 Riwayat Pekerjaan

Pasien saat ini bekerja sebagai freelancer proyek. Biasa mengerjakan

proyek teknik sipil umum, seperti proyek jalan raya, proyek sistem

irigasi, atau proyek pembangunan gedung. Pasien biasa bekerja dengan

dosennya. Kalau sedang tidak ada proyek, pasien hanya di rumah saja,

biasanya menghabiskan waktu dengan main game.

 Riwayat psikoseksual

17
Mimpi basah pertama usia 14 tahun. Pasien mengaku belum pernah

melakukan hubungan seksual. Pengetahuan tentang seks didapatkan

lewat pelajaran di sekolah.

 Riwayat Agama

Katolik. Pasien hanya sesekali pergi ke gereja, sekitar 1 kali dalam 3

bulan. Pasien mengaku jarang sekali berdoa, hanya berdoa kalau ada

sesuatu yang ingin diminta pada Tuhan. Pasien menghargai agama atau

kepercayaan lain.

 Riwayat Pelanggaran Hukum

Tidak pernah ada masalah pelanggaran hukum.

6. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal sendirian di kos milik keluarga kandung pasien, sekalian

menjaga kos, yang beralamat di TDM III. Kos bersebelahan dengan rumah

orangtua pasien, dan masih berada dalam satu pagar. Pasien tidur dan

melakukan aktivitas harian di kos, tetapi tetap pulang ke rumah orangtua

untuk makan. Kos yang ditempati terdiri dari 1 kamar tidur, dan 1 kamar

mandi. Sumber energi listrik di rumah menggunakan energi pra-bayar, dan

sumber air dari tangki. Sumber keuangan pasien berasal dari orangtua dan

dari pekerjaan proyek, dengan jumlah tidak tentu setiap bulannya.

7. Riwayat Keluarga

18
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ada riwayat

gangguan jiwa (Skizofrenia Paranoid) pada keluarga pasien yaitu ayah

kandung pasien.

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Ayah kandung pasien

: Pasien

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PASIEN

19
Pemeriksaan status mental (Dilakukan pada hari Senin, 20 Juli 2020, pukul

17:00 WITA di Ruang Tenang Pria)

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Tampak laki-laki sesuai usia, terlihat rapi dan bersih, memakai baju

sweater berwarna hitam lengan panjang dan memakai celana jeans

pendek warna cokelat. Terdapat bekas luka sayatan pisau sebanyak 11

buah di sepanjang lengan bawah kiri.

2. Perilaku dan aktivitas motorik

Pasien tampak duduk tenang diatas tempat tidur, tidak terdapat tremor.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif, bersahabat, kontak mata (+)

B. Mood dan Afek

 Mood : eutimia (dinyatakan dengan pasien berkata perasaannya hari ini,

kemarin, dan 2-3 hari sebelum kemarin biasa-biasa saja).

 Afek : luas (dinyatakan dengan ekspresi, gerak tubuh, dan intonasi suara

pasien yang bervariasi).

 Keserasian : serasi

C. Pembicaraan

Spontan, pasien berbicara cukup banyak dan agak perlahan, arikulasi baik,

respon sesuai petunjuk pewawancara, kualitas pembicaraan baik

(dinyatakan dengan pasien mau bercerita dengan pemeriksa, dan

menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diberikan).

20
D. Persepsi

Riwayat halusinasi auditorik (+), berupa mendengar suara-suara laki-laki

yang tidak dikenal. Pasien mulai mendengar suara-suara tersebut sejak

Desember 2019. Suara-suara itu tidak muncul terus-menerus, kadang

muncul, kadang tidak.. Awalnya suara hanya berupa suara ribut yang tidak

jelas, kemudian menjadi suara jelas yang kebanyakan menyuruh pasien

mematikan keran air, mengatakan bahwa ada pencuri di rumah, dan suara

banyak langkah kaki. Baru sejak 1 bulan terakhir, suara-suara tersebut

menjadi suara yang menyuruh pasien untuk menyiksa dirinya sendiri.

Pasien sudah berusaha untuk mengacuhkan suara tersebut, tetapi tidak

bisa, dan pasien menjadi sangat terganggu karenanya. Pasien mengaku

sekarang sudah tidak lagi mendengar suara tersebut, terakhir dengar hari

minggu siang (20/07/2020) saat sebelum datang ke RSJ. Selama di RSJ

pasien sudah tidak mendengar suara itu sama sekali. Pasien mulai

menuruti suara untuk menyiksa dirinya sendiri dengan mulai menyayat

sepanjang tangan pasien dengan pisau dapur tumpul sejak sekitar 2 minggu

lalu, terakhir melakukan itu tanggal 12 Juli 2020 (7 hari SMRS), sampai

sekarang sudah ada 11 luka bekas sayatan di sepanjang tangan kiri. Tetapi

pasien mengatakan tidak mempunyai niat untuk bunuh diri, dan melakukan

hal tersebut hanya untuk menuruti suara-suara di telinganya.

Riwayat halusinasi visual (+). Pasien mengaku melihat bayangan dirinya

sendiri sebanyak 2 kali hanya pada bulan Mei dan sampai sekarang tidak

21
pernah dilihat lagi, bayangan tersebut tidak bicara apa-apa. Pasien merasa

tidak terganggu dengan penglihatan tersebut.

Riwayat halusinasi tipe lainnya (-).

E. Proses Pikir

 Bentuk : tidak logis (disertai dengan riwayat halusinasi auditorik,

riwayat halusinasi visual, thought control, dan waham rujukan

(delusion of reference).

 Arus : koheren (dinyatakan dengan jawaban dan pembicaraan pasien

berhubungan dengan pertanyaan pemeriksa).

F. Isi Pikir

 Thought control

Dinyatakan dengan pasien merasa tiap melakukan “cutting”,

pikirannya seperti sedang dikendalikan oleh sesuatu kekuatan dari luar,

tetapi tidak tahu kekuatan apa dan berasal dari mana.

 Waham rujukan (Delution of Reference)

Dinyatakan dengan pasien mengaku belakangan ini merasa curiga

dengan teman dekat perempuan pasien, karena merasa bahwa teman

dekat perempuannya mempunyai sifat yang jahat. Pikiran itu muncul

sejak mengenal teman dekat pasien itu, semakin memberat sejak kerja

skripsi sama-sama. Pasien mengaku tidak pernah melihat sendiri atau

membuktikan bahwa teman tersebut berbuat hal jahat, tetapi tetap saja

pasien merasa bahwa teman itu mempunyai sifat yang jahat tanpa

alasan yang jelas. Sekarang rasa curiga sudah berkurang, terakhir kali

22
merasa curiga dengan teman perempuannya saat pasien diantar ke RS

kemarin.

G. Kesadaran dan Kognisi

1. Taraf Kesadaran dan Kesigapan : Compos Mentis GCS E4V5M6

2. Orientasi

 Waktu : baik (dinyatakan dengan pasien mengetahui waktu saat

anamnesis yaitu Senin, 20 Juli 2020)

 Tempat : baik (dinyatakan dengan pasien mengenali tempat di mana

ia berada saat dilakukan anamnesis, yaitu RSJ Naimata)

 Orang : baik (dinyatakan dengan pasien mengingat dirinya,

mengenali orang yang melakukan anamnesis)

3. Daya Ingat

 Daya ingat jangka panjang : baik (pasien dapat menjawab tempat ia

bersekolah dari SD sampai kuliah).

 Daya ingat jangka sedang : baik (pasien mengingat minggu lalu

berada dimana, pasien juga mengingat dokter muda yang

memeriksanya di IGD).

 Daya ingat jangka pendek : baik (pasien dapat menjawab makanan

yang pasien makan tadi pagi, yaitu nasi putih dan ayam kecap).

4. Konsentrasi dan Perhatian : pasien dapat mengeja kata DUNIA dari

belakang menjadi A-I-N-U-D dengan baik.

5. Kemampuan visuospasial : baik

23
6. Pikiran abstrak : baik (pasien dapat mengetahui persamaan antara bola

dan apel yaitu sama-sama akan jatuh jika akan dilempar, dan

perbedaannya yaitu bola adalah mainan dan apel adalah buah).

7. Intelegensi dan kemampuan informasi : baik (pasien menjawab ibu kota

NTT yaitu Kupang, dan gubernur NTT adalah Viktor Laiskodat)

8. Bakat Kreatif : pasien mengatakan bisa memainkan alat musik drum,

belajar secara otodidak.

9. Kemampuan Menolong Diri Sendiri : baik (pasien dapat merawat diri

sendiri dengan cara mandi, makan, minum, berpakaian, tanpa bantuan

dari orang lain).

H. Pengendalian Impuls

Baik. Pasien tampak sangat tenang saat dilakukan wawancara.

I. Daya Nilai dan Tilikan

 Penilaian realitas : terganggu (terdapat riwayat halusinasi auditorik,

riwayat halusinasi visual, waham rujukan, dan thought control).

 Tilikan : IV (Dinyatakan dengan pasien menyadari dirinya sakit dan

butuh bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya).

J. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

24
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Internistik : Tidak dilakukan

B. Status neurologis : Tidak dilakukan

C. Laboratorium/ penunjang : Tidak dilakukan

D. Pemeriksaan Psikologi : Tidak dilakukan

V. FORMULASI DIAGNOSTIK

A. AXIS I: F20.0 Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat

kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.1

Kriteria diagnosis

untuk menegakkan diagnosis skizofrenia menurut PPDGJ-III :1

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan

biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam

atau kurang jelas):

a. – Thought of echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

25
– Thought of insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari

luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan

– Thought of broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga

orang lain atau umumnya mengetahuinya.

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar atau

– Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar atau

– Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya, secara jelas

merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan

atau penginderaan khusus).

– Delusional perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar,

yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik dan

mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

– Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien.

– Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara atau

– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

26
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

2. Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada

secara jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi

setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus

menerus.

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang

tidak relevan atau neologisme.

c. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor.

d. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons

emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial,

27
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi atau medikasi neuroleptika.

3. Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama

kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase

nonpsikotik prodromal);

4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam

mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku

pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat,

hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri

sendiri (self absorbedattitute), dan penarikan diri secara sosial.

Adapun jenis skizofrenia yang menjadi diagnosis pada kasus ini adalah

skizofrenia paranoid.

Skizorenia paranoid, merupakan jenis dari skizofrenia yang memiliki

kriteria diagnosis sebagai berikut:1

 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

 Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol

o Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah,atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);

o Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau

lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

menonjol;

28
o Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau

“passivity” (delusion of passivity), dan keyakinandikejar-kejar yang

beranekaragam, adalah yang paling khas;

 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol.

Dari gejala yang dialami pasien Tn. JFAK, tampak bahwa ada beberapa

gejala yang masuk dalam kriteria diagnosis Skizofrenia Paranoid, antara lain

1. Didapati riwayat halusinasi auditorik yang terjadi terus – menerus

(walaupun tidak setiap hari) dan semakin lama semakin mengganggu

pasien.

2. Adanya gangguan isi pikir berupa thought control yang berupa bagian

dari waham dikendalikan (delution of control), dan adanya waham

rujukan (delusion of reference).

3. Gejala berlangsung selama paling sedikit 1 bulan. Pada pasien sudah

berlangsung selama kurang lebih 7 bulan yaitu dari bulan Desember 2019

– Juli 2020.

B. AXIS II : Ciri Kepribadian Paranoid

Menurut keluarganya, pasien merupakan orang yang pendiam. Terkadang

pasien mudah tersinggung dengan perkataan orang lain. Ketika marah

29
dengan ibunya, pasien cenderung mengungkit tentang masa lalu dan

membandingkan dirinya dengan orang lain. Pasien mampu mengambil

keputusan secara mandiri. Pasien bukan pribadi yang ceria. Jika di rumah

sendirian, pasien cenderung bermain game dan tidur. Pasien jarang

mengikuti kegiatan organisasi dan keagamaan.

C. AXIS III : Tidak ada Diagnosis

D. AXIS IV : Masalah pekerjaan

Berdasarkan hasil autoanamnesis, pasien merasa terbeban karena belum

mendapatkan pekerjaan tetap, padahal sudah lulus kuliah sejak tahun 2019.

Pasien merasa belum cukup hanya dengan bekerja sebagai freelancer

proyek, karena apabila tidak ada proyek maka pasien akan lebih banyak

mengganggur dan hanya main game saja.

E. AXIS V : GAF saat ini 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi,

disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll)

VI. EVALUASI MULTIAXIAL

1. AXIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

2. AXIS II : Ciri Kepribadian Paranoid

3. AXIS III : Tidak ada diagnosis

4. AXIS IV : Masalah berkaitan dengan pekerjaan

5. AXIS V : GAF saat ini 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi,

disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll).

30
VII.DAFTAR MASALAH

a. Organobiologi : genetik (+)

b. Psikologi :

1. Gangguan Persepsi

 Riwayat halusinasi auditorik (+), berupa mendengar suara-suara laki-

laki yang tidak dikenal. Pasien mulai mendengar suara-suara tersebut

sejak Desember 2019. Suara-suara itu tidak muncul terus-menerus,

kadang muncul, kadang tidak.. Awalnya suara hanya berupa suara

ribut yang tidak jelas, kemudian menjadi suara jelas yang

kebanyakan menyuruh pasien mematikan keran air, mengatakan

bahwa ada pencuri di rumah, dan suara banyak langkah kaki. Baru

sejak 1 bulan terakhir, suara-suara tersebut menjadi suara yang

menyuruh pasien untuk menyiksa dirinya sendiri. Pasien sudah

berusaha untuk mengacuhkan suara tersebut, tetapi tidak bisa, dan

pasien menjadi sangat terganggu karenanya. Pasien mengaku

sekarang sudah tidak lagi mendengar suara tersebut, terakhir dengar

hari minggu siang (20/07/2020) saat sebelum datang ke RSJ. Selama

di RSJ pasien sudah tidak mendengar suara itu sama sekali. Pasien

mulai menuruti suara untuk menyiksa dirinya sendiri dengan mulai

menyayat sepanjang tangan pasien dengan pisau dapur tumpul sejak

sekitar 2 minggu lalu, terakhir melakukan itu tanggal 12 Juli 2020 (7

hari SMRS), sampai sekarang sudah ada 11 luka bekas sayatan di

sepanjang tangan kiri. Tetapi pasien mengatakan tidak mempunyai

31
niat untuk bunuh diri, dan melakukan hal tersebut hanya untuk

menuruti suara-suara di telinganya.

 Riwayat halusinasi visual (+). Pasien mengaku melihat bayangan

dirinya sendiri sebanyak 2 kali hanya pada bulan Mei dan sampai

sekarang tidak pernah dilihat lagi, bayangan tersebut tidak bicara

apa-apa.

2. Gangguan Isi Pikir

 Thought control/ waham dikendalikan (Delution of Control)

Dinyatakan dengan pasien merasa tiap melakukan “cutting”,

pikirannya seperti sedang dikendalikan oleh sesuatu kekuatan dari

luar, tetapi tidak tahu kekuatan apa dan berasal dari mana.

 Waham rujukan (Delution of Reference)

Dinyatakan dengan pasien mengaku belakangan ini merasa curiga

dengan teman dekat perempuan pasien, karena merasa bahwa teman

dekat perempuannya mempunyai sifat yang jahat. Pikiran itu muncul

sejak mengenal teman dekat pasien itu, semakin memberat sejak

kerja skripsi sama-sama. Pasien mengaku tidak pernah melihat

sendiri atau membuktikan bahwa teman tersebut berbuat hal jahat,

tetapi tetap saja pasien merasa bahwa teman itu mempunyai sifat

yang jahat tanpa alasan yang jelas. Sekarang rasa curiga sudah

berkurang, terakhir kali merasa curiga dengan teman perempuannya

saat pasien diantar ke RS kemarin.

32
VIII. RENCANA TERAPI

a. Farmakoterapi

 Haloperidol 2 x 2.5 mg

 Trihexyphenidyl 2 x 2 mg

 Chlorpromazine 2 x 50 mg

b. Psikoedukasi pasien

 Mengedukasi pasien agar minum obat secara teratur, tidak boleh putus

obat karena jika putus obat maka gangguan-gangguan berupa halusinasi

akan terus muncul.

 Mengedukasi pasien agar tidak mengikuti perintah dari bisikan-bisikan

yang tidak nyata.

c. Psikoedukasi Keluarga Pasien

 Edukasi secara sederhana mengenai penyebab penyakit gangguan jiwa

ini, dan dijelaskan bahwa penyakit ini bukanlah penyakit yang dibuat-

buat oleh pasien melainkan terdapat ketidakseimbangan zat kimia di

dalam otak yang apabila zat kimia ini tidak dihambat oleh obat, maka

pasien akan mengalami gejala yang lebih berat, yang jika itu terjadi

maka dapat membahayakan pasien dan semakin sulit untuk

mengurusnya, sehingga dapat dimengerti bahwa obat ini harus terus

diminum dan jangan sampai putus obat.

 Edukasi agar rajin membawa pasien untuk kontrol rutin di poli jiwa

serta memperhatikan pemberian obat pada pasien sehingga tidak putus

33
obat mengingat pengobatan pada pasien membutuhkan waktu yang

cukup lama.

 Edukasi untuk lebih memberikan semangat dan dukungan kepada

pasien sehingga dapat membantu proses penyembuhan pasien

 Edukasi agar selalu mengajak pasien bercerita dan diberikan pekerjaan

agar pasien lebih aktif dan tidak dibiarkan melamun sendiri.

IX. PROGNOSIS

Dubia ad malam

1. Faktor yang memperingan

 Skizofrenia Paranoid

 Sistem pendukung baik

 Gejala positif

2. Faktor yang memperberat

 Belum menikah

 Jenis kelamin laki-laki

 Awitan terjadi sebelum usia 30 tahun

 Riwayat keluarga (+) yaitu ayah kandung pasien

X. DISKUSI

Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis)

34
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh

genetik, fisik, dan sosial budaya. 1

Manifestasi klinik skizofrenia antara lain :2

 Gangguan proses pikir: asosiasi longgar, intrusi berlebihan, terhambat,

klang asosiasi, ekolalia, alogia, neologisme

 Gangguan isi pikir (waham: kepercayaan yang salah yang menetap)

 Gangguan persepsi: halusinasi, ilusi, depersonalisasi dan derealisasi

 Gangguan emosi: ada tiga afek dasar yang sering diperlihatkan oleh

penderita skizofrenia (tetapi tidak patognomonik) yaitu afek tumpul

atau datar, afek tak serasi, dan afek labil

 Gangguan perilaku: berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat

seperti gerakan tubuh yang aneh dan menyeringai, perilaku ritual,

sangat ketol-tololan dan agresif serta perilaku seksual yang tak pantas.

Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria

DSM-IV atau ICD IX. Berdasarkan DSM IV :

1. Berlangsung paling sedikit enam bulan.

2. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan,

hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.

3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama

periode tersebut.

4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan

mood mayor, autisme, atau gangguan organik.2

35
Pada kasus ini, pasien Tn. JFAK didiagnosis dengan skizofrenia, karena

terdapat manifestasi klinik seperti: adanya gangguan pada isi pikiran berupa

waham rujukan (delution of reference), thought control yang merupakan

bagian dari waham dikendalikan (delution of control), dan terdapat halusinasi

audiotorik yang menetap selama kurang lebih 7 bulan.

Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka 2.

Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa

muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun, dan 25-35 tahun

untuk perempuan. Progonisnya biasanya lebih buruk pada laki-laki.2 Pada

kasus ini, onset dimulainya gejala skizofrenia pada pasien yaitu pada usia 25

tahun.

Etiologi dari skizofrenia belum ditemukan dengan pasti, namun ada

beberapa hasil penelitian yang dilaporkan saat ini:2

Dari segi biologi, gangguan organik yang paling banyak dijumpai yaitu

pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil yang kadang sudah terlihat

sebelum awitan penyakit, atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih

spesifik yaitu gyrus parahipokampus, hipokampus dan amigdala, disorientasi

spasial sel pyramidal hipokampus dan penurunan volume korteks prefrontal

dorsolateral. Lokasi kerusakan pada otak menunjukkan gangguan perilaku

yang ditemui pada skizofrenia. Misalnya, gangguan hipokampus dikaitkan

dengan impairment memori, dan atropilobus frontal dihubungkan dengan

symptom negative dari skizofrenia.

36
Dari segi biokimia, hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan

neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamine

sentral (hipotesis dopamine), didasarkan pada, efektivitas obat neuroleptik

bekerja untuk memblok reseptor dopamine pasca sinaps, terjadinya psikosis

akibat penggunaan amfetamin (amfetamin melepaskan dopamine sentral, dan

memperburuk skizofrenia), dan adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di

nukleus kaudatus.

Dari segi genetika, skizofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga,

semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko. Kembar

monozigot mempunyai 4-6 kali lebih sering menjadi sakit dibanding kembar

dizigot. Risiko terjadinya skizofrenia selama hidup berdasarkan penelitian

yaitu antara lain, populasi umum (1%), kembar monozigot (40-50%), kembar

dizigot (10%), saudara kandung skizofrenia (10%), orangtua (5%), anak dari

salah satu orang tua skizofrenia (10-15%), anak dari kedua orang tua

skizofrenia (30-40%). Pada kasus pasien ini, ayah kandung pasien

merupakan pasien skizofrenia paranoid sejak tahun 2016.

Dari segi faktor keluarga, kekacauan dan dinamika keluarga memegang

peranan penting dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan

remisi.2 Beberapa peneliti mengidentifikasi suatu cara berkomunikasi yang

patologis dan aneh pada keluarga pasien skizofrenia. Komunikasi sering

samar, tidak jelas, dan sedikit tidak logis.

37
Ada beberapa klasifikasi skizofrenia yaitu, tipe paranoid, hebefrenik,

katatonik, tak terinci, residual, depresi pasca skizofrenia, simpleks, dan yang

tak tergolongkan. 1,2

Dari gejala yang dialami pasien Tn. JFAK, tampak bahwa ada beberapa

gejala yang masuk dalam kriteria diagnosis Skizofrenia Paranoid, antara lain :

1. Didapati riwayat halusinasi auditorik yang terjadi terus – menerus

(walaupun tidak setiap hari) dan semakin lama semakin mengganggu

pasien.

2. Adanya gangguan isi pikir berupa thought control yang berupa bagian dari

waham dikendalikan (delution of control), dan adanya waham rujukan

(delusion of reference).

3. Gejala berlangsung selama paling sedikit 1 bulan. Pada pasien sudah

berlangsung selama kurang lebih 7 bulan yaitu dari bulan Desember 2019

– Juli 2020.

4. Terdapat distress dan disability.

38
DOKUMENTASI

Tampak depan kamar kos pasien

Situasi bagian dalam kamar kos pasien

39
Melakukan kunjungan rumah

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

2001.P:46-8,103.

2. Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

UI. 2010.Bab 12.Skizofrenia; P:170-7,194-5.

41

Anda mungkin juga menyukai