Anda di halaman 1dari 12

2.1.9 Pembahasan Form K2 Pelaksanaan Kegiatan Tematik a.

n
Muhammad Firdaus Firmansyah
1. Sosialisasi PHBS (Pentingnya pakai Sendal)
a. Latar Belakang
Kurangnya kesadaran masyarakat tehadap kebersihan berpengaruh besar
terhadap kesehatan. Pola atau kebiasaan higienitas yang kurang baik dan
kurangnya asupan gizi merupakan faktor terbesar yang berdampak langsung
terhadap status infeksi sebagai penyebab langsung stunting. Buruknya kondisi
sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak.
Perilaku serta kebiasaan pentingnya pakai sandal adalah bagian dari
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang menjadi salah satu
gerakan yang dirancang pemerintah. Kebiasaan memakai alas kaki adalah salah
satu upaya pencegahan melalui tindakan sanitasi Kementrian Kesehatan dan
Kementrian Pendidikan, Ilmu dan Teknologi Kenya (2004) menyatakan beberapa
perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat menyebabkan terjadinya kecacingan
pada anak usia sekolah salah satunya adalah Perilaku tidak sehat seperti; berjalan
di tanah tanpa alas kaki dan kontak sumber air yang tercemar oleh larva
cacingmenyebabkan larva cacing menembus (penetrasi) kulit yang berdampak
langsung terhadap status infeksi kecacingan sebagai penyebab langsung stunting.
Dengan menjalankan PHBS, masyarakat berperan aktif dalam gerakan kesehatan
di masyarakat seperti memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko
terjadinya penyakit, dan melindungi diri dari ancaman penyakit.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa anak usia sekolah
yang tidak memiliki kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat, beresiko untuk
terkena kecacingan. Pendapat ini didukung oleh penelitian Phiri et.al. (2000)
bahwa perilaku anak usia sekolah yang tidak menggunakan sepatu menjadi salah
satu faktor resiko yang dapat meningkatkan prevalensi kecacingan pada anak usia
sekolah di daerah urban di Malawi. Hasil penelitian dari Traub et al. (2004)
mengungkapkan hal yang sama, bahwa perilaku tidak menggunakan alas kaki,
defekasi di sembarang tempat adalah faktor resiko yang dapat meningkatkan
prevalensi kecacingan masyarakat di India.
Menjaga kebersihan dengan membiasakan diri menggunakan alas kaki
harus diajarkan sejak kecil agar anak-anak sadar, mau, dan mampu melakukan
kebiasaan hidup bersih dan sehat yang dipupuk sejak kecil sehingga berdampak
besar pada kesehatannya saat sekarang dan dimasa depan.

b. Pelaksanaan Kegiatan
Program ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 Desember tahun 2019
pukul 11.00-13.00 WITA di SD Negeri Taekiu Dusun C Desa Naukae. Kegiatan
ini diikuti oleh siswa-siswi kelas 3 dan 4 di ruang guru SD Negeri Taekiu.

c. Dokumentasi

Gambar 1 Sosialisasi PHBS Pentingnya Pakai Alas Kaki di SD Taikiu


d. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada anak-anak mengenai pentingnya membiasakan diri
menggunkan alas kaki sebagai upaya pencegahan penyakit infeksi yang
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stunting.

e. Sasaran
Siswa-siswi kelas 3 dan 4 SD Negeri Taekiu Dusun C Desa Nauekae

f. Metode Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan saat kegiatan Sekolah Minggu berlangsung dengan
menggunakan media poster dan penyampaian penyuluhan ini berupa dongeng
yang dikaitkan dengan perilaku kehidupan anak sehari-hari agar lebih menarik
dan mudah dimengerti oleh anak-anak.

g. Capaian Pelaksanaan
Siswa-siswi memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya
membiasakan diri menggunkan alas kaki sebagai upaya pencegahan penyakit
infeksi yang merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stunting.

h. Kendala
Kurangnya pengetahuan dasar siswa-siswi SD tentang materi yang di
sampaikan, kurangnya pemahaman siswa-siswi terhadapa bahasa Indonesia.

2. Sosialisasi PHBS (CTPS, SBABS, dan Pakai Sandal) di SMP Taekiu


Dusun A Desa Naukae
a. Latar Belakang
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran
pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri
pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas
masyarakat. PHBS merupakan sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan
sebanyak mungkin anggota masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu
meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari dengan tujuan hidup bersih dan
sehat.
Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan
melalui proses penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu –
individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari yang bersih dan
sehat. Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan
PHBS masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan
kualitas hidup.
Pola atau kebiasaan higienitas yang kurang baik dan kurangnya asupan gizi
merupakan faktor terbesar yang berdampak langsung terhadap status infeksi
sebagai penyebab langsung stunting. Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah
satu penyebab kematian anak.
PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat
beraktivitas dalam kehidupan sehari – hari, yakni di lingkungan rumah tangga,
sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum. Namun, yang lebih
ditekankan dalam penyuluhan yang kami lakukan adalah PHBS yang terkait
dengan lingkungan rumah tangga dan lingkungan sekolah.
Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 pasal 79 tentang Kesehatan, ditegaskan
bahwa ”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik
dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya
sehingga diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Sebenarnya, sudah ada unit layanan kesehatan khusus yang berlaku di
sekolah atau yang lebih dikenal sebagai UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Ruang
lingkup dan tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik PHBS di sekolah yang
melibatkan peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran. Secara mandiri diharapkan warga sekolah
mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Terdapat beberapa indikator PHBS di sekolah, yakni (1) mencuci tangan
dengan sabun sebelum dan sesudah makan, (2) mengkonsumsi jajanan sehat, (3)
menggunakan jamban bersih dan sehat, (4) olahraga yang teratur, (5)
memberantas jentik nyamuk, (6) tidak merokok di lingkungan sekolah, (7)
membuang sampah pada tempatnya, dan (8) melakukan kerja bakti bersama warga
lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang sehat.

b. Pelaksanaan Kegiatan
Program ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 Desember tahun 2019
pukul 11.00-13.00 WITA di SMP Negeri Taekiu Dusun C Desa Naukae. Kegiatan
ini diikuti oleh siswa-siswi kelas 1,2 dan 3 SMP Negeri Taekiu.
c. Dokumentasi

Gambar 2 Sosialisasi PHBS di SMP Taikiu

d. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan
sehat sekaligus mempromosikan contoh penerapan yang praktis dalam kehidupan
sehari-hari

e. Sasaran
Seluruh lapisan masyarakat Desa Naukae

f. Metode Pelaksanaan
Penyuluhan dan tanya jawab

g. Capaian Pelaksanaan
Masyarakat memahami pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat serta
dapat menerapkan pola hidup sehat dalam aktivitas sehari-hari

h. Kendala
Siswa/i SMP masih sungkan untuk berpartisipasi aktif dalam sesi diskusi
tanya-jawab

3. Sosialisasi BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) di SD Yaswari


Dusun A Desa Naukae
a. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya
sumber daya manusia yang sehat terampil dan ahli, serta disusun dalam satu
program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan
informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia
saat ini mempunyai beban ganda. Penyakit menular masa lain ih merupakan
masalah sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit
menular tidak mengenal batas wilayah administrasi sehingga menyulitkan
pemberantasannya. Dengan adanya upaya imunisasi atau pemberian vaksin yang
dapat mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau Negara ke Negara
lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efekif.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut. Salah satu upaya
imunisasi di Indonesia adalah dengan mengadakan Bulan Imunisasi Anak
Nasional (BIAS). BIAS merupakan pemberian vaksin campak, difteri, dan tetanus
yang bertujuan untuk melakukan pemberian perlindungan bagi anak usia sekolah
dasar terhadap penyakit campak, difteri ,dan tetanus.
Mengapa pemerintah menyelanggarakan BIAS? Imunisasi yang telah
diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk melindungi terhadap penyakit
PD3I ( Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi) sampai usia anak
sekolah. Hal ini disebabkan karena sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar
terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika
bayi. Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak
usia sekolah dasar atau sedejarat yang pelaksanaannya serentak di Indonesia
dengan nama BIAS.

b. Pelaksanaan Kegiatan
Program ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 November tahun
2019 pukul 08.00-11.00 WITA di SD Yaswari Dusun A Desa Naukae. Kegiatan
ini diikuti oleh siswa-siswi kelas 1,2,dan 5 SD Yaswari Dusun A Desa Naukae.
c. Dokumentasi

Gambar 3 Sosialisasi BIAS di SD Yaswari

d. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pamahaman kepada siswa-siswi
betapa pentingnya diadakan Imunisasi terutama pada kegiatan Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS) serta meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap
penyakit campak, difteri dan tetanus. Mahasiswa turut membantu dalam kegiatan
tersebut berupa mengaspirasi cairan vaksin kedalam spoit sehingga lebih mudah
dan cepat disuntikkan ke anak-anak.
e. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah anak SD kelas 1, 2, dan 5.

f. Metode Pelaksanaan
Awalnya Mahasiswa memberikan penjelasan singkat dan mudah
dimengerti kepada anak-anak sehingga mereka tidak menolak suntikan vaksin,
mengingat vaksinasi sangat penting bagi mereka. selanjutnya sesuaui absen nama
anak-anak dipanggil satu per satu untuk maju kedepan. Mahasiswa membantu
mengaspirasi atau mengambil cairan vaksin dari vial (tempat penyimpanan
vaksin) dan memasukkan kedalam spoit. Selanjutnya petugas dari Puskesmas
menyuntikkan vaksin tersebut ke anak kelas 1, 2, dan 5.

g. Capaian Pelaksanaan
Harapannya setelah anak menerima vaksin campak, difteri, dan pertusis
dapat terbentuk sistem kekebalan tubuh pada anak untuk mencegah anak terkena
penyakit campak, difteri, dan pertussis

h. Kendala
 Kurangnya pemahaman siswa-siswi terhadap Bahasa Indonesia.
 Masih ada beberapa anak yang takut disuntik sehingga mereka menangis. Hal
tersebut menghambat jalannya proses imunisasi.

4. Sosialisasi Imunisai di Posyandu Dusun B Kabuka Desa Naukae


a. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya
sumber daya manusia yang sehat terampil dan ahli, serta disusun dalam satu
program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan
informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia
saat ini mempunyai beban ganda. Penyakit menular masa lain ih merupakan
masalah sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit
menular tidak mengenal batas wilayah administrasi sehingga menyulitkan
pemberantasannya. Dengan adanya upaya imunisasi atau pemberian vaksin yang
dapat mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau Negara ke Negara
lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efekif.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut. Proses ini dilakukan
dengan pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh agar kebal
terhadap penyakit tersebut. Bayi yang baru lahir memang sudah memiliki antibodi
alami yang disebut kekebalan pasif. Antibodi tersebut didapatkan dari ibunya saat
bayi masih di dalam kandungan. Akan tetapi, kekebalan ini hanya dapat bertahan
beberapa minggu atau bulan saja. Setelah itu, bayi akan menjadi rentan terhadap
berbagai jenis penyakit.

Dengan demikian, berdasarkan latar belakang tersebut saya merasa perlu


untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi dasar pada anak
mereka.

b. Pelaksanaan Kegiatan
Program ini dilaksanakan pada tanggal 27 November tahun 2019 pukul
07.00-11.00 WITA di Posyandu Kabuka Dusun B Desa Naukae. Kegiatan ini
diikuti oleh anak-anak balita dan orang tua balita di Kabuka Dusun B Desa
Naukae.

c. Dokumentasi

(Sosialisasi Imunisai di Posyandu Dusun Kabuka)


d. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya imunisasi dasar anak
balita dan meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
menderita penyakit tersebut.

e. Sasaran
Semua balita serta orang tua balita dan masyarakat umum di Desa Naukae

f. Metode Pelaksanaan
Penyuluhan (Sosialisasi) dan tanya jawab

g. Capaian Pelaksnaan
Semua orang tua balita mempunyai kesadaran akan betapa pentingnya
imunisasi terhadap system kekebalan tubuh terutama pada 5 vaksin dasar yang di
anjurkan penyakit-penyakit yang dapatHarapannya setelah anak menerima di
cegah dengan Imunisasi vaksin campak, difteri, dan pertusis dapat terbentuk
sistem kekebalan tubuh pada anak untuk mencegah anak terkena penyakit
campak, difteri, dan pertusis.

h. Kendala
Banyak ketidakhadiran dari orang tua untuk tidak datang melakukan
imunisasi pada anaknya.

5. Sosialisasi Penyakit Tidak Menular (PTM) di Kapela Desa Naukae


Dusun A
a. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi salah satu masalah kesehatan dan
penyebab kematian di Indonesia. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (PTM)
tidak memberikan gejala bagi penderitanya. PTM sangat sulit disembuhkan secara
total apabila kondisi penyakit sudah sampai tahap akhir, beban biaya berobat pun
sangat tinggi.
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di
dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan
oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang
lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari
seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun,
29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13%
kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang
dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%),
diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan
dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes.
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak
Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan
terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin seperti Indonesia.
Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit
tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah
total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena
penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang tersebut saya merasa perlu
untuk melakukan penyuluhan tentang PTM.

b. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di Kapela Dusun A Naukae pada hari Minggu
tanggal 24 November 2019. Setelah penyuluhan, dilanjutkan dengan pemeriksaan
tekanan darah, kolesterol, asam urat dan gula darah serta IMT.
c. Dokumentasi

Gambar 4 Sosialisasi PTM


d. Tujuan Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai Penyakit
Tidak Menular dan cara pencegahannya

e. Sasaran
Masyarakat umum

f. Metode Pelaksanaan
Penyuluhan dan tanya jawab

g. Capaian Pelaksnaan
Masyarakat memahami tentang penyakit tidak menular dan secara sadar
melakukan pencegahan terhadap penyakit tersebut dan rajin memeriksakan diri

h. Kendala
Sebagian besar masyarakat masih sulit memahami bahasa Indonesia dan
malu untuk bertanya

Anda mungkin juga menyukai