Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN JAGA

24 September 2020
Muhammad Firdaus Firmansyah (2008020010)
Pembimbing : dr. Asep Purnama, Sp.PD

MRS 5 Orang (1 ICU, 2 MAWAR & 2 FlAMBOYAN)


BPL 2 Orang
Identitas : Tn. Valentina Tara/PR/72 thn
Subjektif Objektif Assesment Planning
KU : TSS, CM, E4V5M6 UGD P. Dx
1. Dyspneu susp. EKG, RO Thoraks
• Pasien datang dengan TD : 80/60 mmHg DL, UR, CR, SGOT/SGPT,
keluhan sesak napas , HR : 88 x/menit CAP
dada terasa nyeri, RR : 30 x/menit 2. Diare Derajat P. Tx
S : 36,4°C Ringan Sedang (UGD)
batuk sejak 5 hari 1. Nacl 0,9% 1500cc/24 jam
SPo2 : 94-95 % 3. Dispesia
SMRS Loading 500cc => TD 90/70
RPS : Mata : CA -/- SI -/- 2. O2 1-2 LPM via NK
3. Ambroxol 3 x 30 mg tab PO
• Dahak +, berwarna Leher : PKGB (-) JVP ±2cmH2o 4. Ranitidine 2x50mg
putih, darah – Hidung : deviasi septum -/- 5. Ceftriaxone 2x1g IV
• Muntah +, kemarin 2x Epistaksis -/-
Saran :
• Saat ini mual muntah - Mulut : mukosa bibir lembab + Attapulgite 2 tablet ~ 1,2-1,5 g tiap BAB
• Bab cair 5x Sianosis (-) cair, max 8,4 g/24jam)
Gusi berdarah (-)
• Demam -
Pulmo : I : Simetris P. Mn
RPD : TTV
P : Sonor (+/+)
Riwayat penyakit lain P : Stem Fremitus D=S Keluhan
disangkal A:
Ves +|+ Rh +|- Wh -|-
RPO : - +|+ +|- -|-
+|+ +|+ -|-

Cor : I : IC (-)
P : IC (+) di ICS 5 Midclav
P : Kesan normal
A : BJ S1S2 tunggal, reguler,
M (-) , G (-)
Identitas : Tn. Valentina Tara/PR/72 thn
Subjektif Objektif Assesment Planning
KU : TSS, CM, E4V5M6 UGD P. Dx
1. Dyspneu susp. EKG, RO Thoraks
• Pasien datang dengan TD : 80/60 mmHg DL, UR, CR, SGOT/SGPT,
keluhan sesak napas , HR : 88 x/menit CAP
dada terasa nyeri, RR : 30 x/menit 2. Diare Derajat P. Tx
S : 36,4°C Ringan Sedang (UGD)
batuk sejak 5 hari 1. Nacl 0,9% 1500cc/24 jam
SPo2 : 94-95 % 3. Dispesia
SMRS Loading 500cc => TD 90/70
RPS : Abd : I : Simetris, Datar Distensi (+) 2. O2 1-2 LPM via NK
A : BU (+) supel 3. Ambroxol 3 x 30 mg tab PO
• Dahak +, berwarna 4. Ranitidine 2x50mg
P : NT (+)
putih, darah – P : Timpani 5. Ceftriaxone 2x1g IV
• Muntah +, kemarin 2x
Ext : AH (+) CRT <2s P. Mn
• Saat ini mual muntah -
RO : bronchovaskuler di kedua pulmo TTV
• Bab cair 5x Thoraks terutama dektra, air bronchogram Keluhan
• Demam - (stlh di mengarah Pnemoniae
RPD : ruanga
n)
Riwayat penyakit lain
EKG : Normal sinus ritme
disangkal
RPO : - 24/09
WBC : 13,83 H SGOT : 30 N
RBC : 4,99 N SGPT : 8 N
HGB : 9,1 L Ur : 28 N
HCT : 30,2 L Cr : 0,95 N
MCV : 60,5 L BUN : 13 N
MCH : 18,2 L GDS : 157 N
PLT : 313 N
FL => DBN
DEFINISI & etiologi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

Klasifikasi Pneumonia berdasarkan tempat :


1. Pneumonia komunitas atau community-acquired pneumonia (CAP)
2. Pneumonia nosokomial atau (hospital aqquired pneumonia, HAP)
DIAGNOSIS
Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, foto toraks dan
laboratorium.

Anamnesis.
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi
40 derajat celcius, batuk dengan dahak mukoid atau purulent kadang-kadang disertai darah, sesak
napas dan nyeri dada.
PEMERIKSAAN FISIK
• Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru.
• Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas.
• Pada palpasi, fremitus dapat mengeras.
• Pada perkusi redup.
• Pada auskultasi, terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada
stadium resolusi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologis

Foto toraks PA/lateral merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk penegakkan


diagnosis.
Gambaran radiologis foto toraks:
• Perselubungan padat homogen atau inhomogen
• Batas tidak tegas, kecuali jika mengenai 1 segmen lobus
• Volume paru tidak berubah
• Air bronchogram sign
• Silhouette sign (+) bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratoris

• Peningkatan jumlah lekosit


• Peningkatan LED
• Diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah, dan serologi untuk diagnosa etiologi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Foto Toraks PA
Pneumonia lobaris kanan bawah
tanpa efusi
• Tulang tervisualisasi intak
• Tidak ada deviasi trakea
• Soft tissue tidak ada kelainan
• Cor normal
• Terdapat perselubungan homogen pada 1/3 basal
kanan
• Diafragma licin
• Sudut costofrenikus lancip pada hemitoraks sinistra,
pada hemitoraks dextra sulit dievaluasi
Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat
infiltrate atau air bronchogram ditambah beberapa gejala di bawah ini :

Batuk

Perubahan
Perubahan karakteristik
karakteristik sputum/purulent
sputum/purulent

Nyeri dada
Suhu tubuh ≥ 38°C (aksila)/riwayat demam

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik:
fisik: ditemukan
ditemukan tanda-tanda
tanda-tanda konsolidasi,
konsolidasi,
suara
suara nafas
nafas bronkial
bronkial dan
dan ronki
ronki
Sesak
Sesak

Leukosit
Leukosit ≥≥ 10.000
10.000 atau
atau << 4.500
4.500
Skor CURB-65
Tingkat kesadaran dinilai berdasarkan Abbreviation Mental Test (Uji Mental)
Skor PORT
Penilaian Derajat Keparahan PK PDPI

 Skor PORT lebih dari 70

 Bila skor PORT kurang dari 70, maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini:

• Frekuensi nafas lebih dari 30 kali/menit


• PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg
• Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
• Tekanan sistolik <90 mmHg
• Tekanan diastolik <60 mmHg
• Pneumonia pada NAPZA
• Pada penderita yang memerlukan perawatan di ruang rawat insentif
PENATALAKSANAAN

• Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan


suportif.
• AB  berdasarkan sensitivitasnya.
• Namun karena beberapa alasan, penderita pneumonia
dapat diberikan terapi secara empiris.
PNEUMONIA
KOMUNITI
Pemilihan antibiotik untuk
sulih terapi pada
pneumonia komunitas
Kriteria Rome III:

 Sindrom yang mencakup satu atau lebih gejala


berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat
kenyang, atau rasa terbakar di epigastrium

yang berlangsung setidaknya 3 bulan terakhir


dengan awal gejala sedikitnya timbul 6 bulan
sebelum diagnosis. (3)
Symptoms of Dyspepsia
Rasa panas di dada dan regurgitasi
Tipe Reflux
asam

Nyeri epigastrium terlokalisasi, nyeri saat


Tipe Ulcer lapar,nyeri hilang setelah makan atau
pemberian antacid.

Tipe Mudah kenyang, perut cepat merasa penuh saat


makan, mual,muntah, rasa tidak nyaman
Dismotilitas
bertambah saat makan
Algoritme Tatalaksana
Dispepsia
• Penurunan berat badan (unintended)
• Disfagia progresif
• Muntah rekuren atau persisten
• Perdarahan saluran cerna
• Anemia
• Demam
• Massa daerah abdomen bagian atas
• Riwayat keluarga kanker lambung
• Dispepsia awitan baru pada pasien di atas
45 tahun

24
Algoritme Tatalaksana Dispepsia Fungsional
 Antasida : menetralisir sekresi asam lambung, sifat simpomatis
hanya untuk menghilangkan rasa nyeri.
 Prokinetik : mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis
dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung. Contoh: sisapride, domperidon, dan metoklopramide.
 Sitoprotektif : menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen,
yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan
produksi mukus, menigkatkan sekresi bikarbonat mukosa serta
membentuk lapisan protektif yang bersenyawa dengan protein
sekitar lesi mukosa aluran cerna bagian atas. Contoh misoprostol,
enprostil.
 Antagonis reseptor H2 : mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Contoh: simetidin, roksatidin,
ranitidin, famotidin.
Obat Indikasi Dosis Cara, waktu Efek samping
dan lama
pemberian

Simetidin Tukak peptik akut dan - 3x200 mg -Selama 4 Penekanan eritropoesis, sampai
kronik ditambah 200 mg minggu pansitopenia dan neutropenia.
Gastritis kronik dengan sebelum tidur Gangguan SSP seperti konfusi
hipersekresi HCL - 200 mg mental, somnolen, letargi,
-Lanjutan, halusinasi, ggn endokrin yaitu
setiap malam impotensi dan ginekomastia

Roksatidin Gastritis akut dan kronik, 75 mg/hari Oral, malam


dengan daya selektif disesuaikan hari, selama 1
reseptor H2 6 kali lebih dengan bersihan minggu
baik daripada simetidin, kreatiin
setara ranitidin

Ranitidin Dispepsia akut dan kronik, 2x 150 mg Selama 4-6


khususnya tukak Lanjutan: 1x150 minggu
duodenum asli mg Malam hari
 PPI (Proton Pump Inhibitor): mengatur sekresi asam
lambung. Contoh omeprazol, lansoprazol, pantoprazol.

Obat Indikasi Dosis Pemberian Efek samping

Omeprazol Tukak peptik 1x20 mg/hari Setiap pagi Sakit kepala,


selama 1-2 nausea, diare,
minggu, oral mabuk, lemas,
nyeri epigastrik,
banyak gas

Tukak duodenum 1x 20-50 mg/hari Selama 2-4


minggu, oral

Lansoprazol Tukak peptik 1x30 mg/hari 4 minggu, oral

Pantoprazol Tukak peptik, 1x30 mg/hari Oral


inhibitor pompa 1x40 mg/hari
proton yang
ireversibel
Identitas : Tn. Stefanus Senda/LK/69 thn
Subjektif Objektif Assesment Planning
KU : TSS, CM, E4V5M6 UGD P. Dx
1. Dysnea ec RO Thoraks
• Sesak napas (+) hebat TD : 180/60 mmHg DL, UR, CR, SGOT/SGPT, GDS, HBSAG
sejak 6 jam SMRS HR : 30x/menit susp ALO dd
RPS : RR : 30 x/menit ADHF P. Tx
S : 35,6°C 2. HT Urgency (UGD)
• Sesak napas sudah 1. Nacl 0,9% 500cc/24 jam
SPo2 : 87 % 3. DM tipe 2
dirasakan 2 hari SMRS 4. Dispepsia 2. O2 NRM 12 LPM via NRM
• Sesak membaik saat Mata : CA -/- SI -/- 3. Furosemid 2 x 20 mg IV
5. Hepatomegali 4. Captopril 3x25 mg PO
duduk dan memberat Leher : PKGB (-) susp Cardiac 5. Levemir 1 x 12 u SC
saat berbaring Hidung : deviasi septum -/- liver 6. Novorapid diruangan
• Batuk berlendir dengan Epistaksis -/- 7. ISDN 3 5 mg SL
8. Morphensulfat 2mg bolus pelan
warna putih Mulut : mukosa bibir lembab Saran : 9. Ranitidin 4 x 1 amp IV
• Akral dingin Sianosis (-) - HT Emergency 10. Pasang urin cateter
Gusi berdarah (-)
• Pasien tidak minum
obat HT hari ini Pulmo : I : Simetris
P : Sonor (+/+) Saran :
P : Stem Fremitus D=S Terapi Nicardipin dgn penurunan MAP
RPD A: 25% secara bertahap
Ves +|+ Rh +|+ Wh -|-
• Riwayat KRS 2 hari +|+ +|+ -|- P. Mn
yang lalu +|+ +|+ -|- TTV
• Riwayat HD pertama 2 Cor : I : IC (-) Keluhan
hari lalu P : IC (+) di ICS 5 Midclav Balance cairan
P : Kesan normal GDS pre post meal (P-S-M)
• HT + , DM + terkontrol A : BJ S1S2 tunggal, reguler,
RPO : M (-) , G (-)
- Amlodipin 1x 10 mg
- Metformin 3x 500mg
Identitas : Tn. Stefanus Senda/LK/69 thn
Subjektif Objektif Assesment Planning
KU : TSS, CM, E4V5M6 UGD P. Dx
1. Dysnea ec RO Thoraks
• Sesak napas (+) hebat TD : 180/60 mmHg DL, UR, CR, SGOT/SGPT, GDS, HBSAG
sejak 6 jam SMRS HR : 30x/menit susp ALO dd
RPS : RR : 30 x/menit ADHF P. Tx
S : 35,6°C 2. HT Urgency (UGD)
• Sesak napas sudah 1. Nacl 0,9% 500cc/24 jam
SPo2 : 87 % 3. DM tipe 2
dirasakan 2 hari SMRS 4. Dispepsia 2. O2 NRM 12 LPM via NRM
• Sesak membaik saat Abd : I : Simetris, Datar Distensi (+) 3. Captopril 3x25 mg PO
5. Hepatomegali 4. Furosemid 2 x 20 mg IV
duduk dan memberat A : BU (+) supel
P : NTE (+)
susp Cardiac 5. Levemir 1 x 12 u SC
saat berbaring P : Timpani liver 6. Novorapid diruangan
• Batuk berlendir dengan 7. Pasang urin cateter
Ext : AH (+) CRT <2s 8. ISDN 3 5 mg SL
warna putih Saran : 9. Morphensulfat 2mg bolus pelan
• Akral dingin - HT Emergency 10. Ranitidin 4 x 1 amp IV
• Pasien tidak minum
25/09 Saran :
obat HT hari ini WBC : 10,42 N SGOT : 28 N Terapi Nicardipin dgn penurunan MAP
RBC : 2,87 L SGPT : 31 N 25% secara bertahap
RPD HGB 7,5 L CKMB : 33 H
HCT : 24,0 L Ur : 96 H P. Mn
• HT + , DM + terkontrol MCV : 83,7 N Cr : 5,11 H TTV
RPO : MCH : 26,1 N BUN : 45 H Keluhan
- Amlodipin 1x 10 mg PLT : 159 N GDS : 499 H Balance cairan
- Metformin 3x 500mg GDS pre post meal (P-S-M)
N : 141 N
Kal : 4,8 N
Klorida : 106 N
Manifestasi Klinis

Gejala paling umum dari pulmonary edem adalah sesak nafas.

Gejala-gejala umum lain mungkin termasuk mudah lelah, lebih cepat mengembangkan
sesak nafas daripada normal dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on exertion), nafas
yang cepat (takipnea), kepeningan atau kelemahan.

Tingkat oksigen darah yang rendah (hypoxia) mungkin terdeteksi pada pasien-pasien
dengan pulmonary edem.

Suara-suara paru yang abnormal pada pemeriksaan paru, seperti rales atau crakles
(suara-suara mendidih pendek yang terputus-putus yang berkoresponden pada
muncratan cairan dalam alveoli selama bernafas.
Klasifikasi

Hipertensi Primer
Hipertensi pada usia 18 thn Hipertensi Sekunder
keatas dengan penyebab Hipertensi dengan sebab
tidak diketahui
penyakit atau pengobatan
Hipotiroid, hipertiroid,
cushing syndrom.
Klasifikasi

Berdasarkan
pengukuran TDS dan
TDD di klinik, pasien
digolongkan sesuai
dengan tabel 1
berikut :
Klasifikasi
DIAGNOSIS
Tatalaksana Farmakologi

ARB Calsium
Diuretik Angiote Channel
Blocker
nsin
resepto
r
blocker
ACE-I
Angiotensin
Converting
Enzym Beta
Inhibitor Blocker

Anda mungkin juga menyukai