Anda di halaman 1dari 21

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Palu, 22 Maret 2017

FKIK Universitas Tadulako


Rumah Sakit Umum Anutapura

LAPORAN KASUS

Nama : Ashar Randy Adil

Stambuk : N 111 16 113

Pembimbing Klinik : dr. Andi Soraya, Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. MT
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Pandere, Kab Sigi
Pekerjaan : URT
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 21 Maret 2017

I. DESKRIPSI KASUS
Anamnesis
a. Keluhan Utama : Nyeri Ulu hati
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang perempuan 53 tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati disertai
jantung berdebar dan nyeri kepala bagian belakang. Keluhan dirasakan memberat
pada malam hari ketika ingin tidur hingga subuh hari sehingga membuat tidur
pasien terganggu . Pasien juga mengeluhkan perasaanya yang sering merasa
cemas, nafsu makan berkurang dan mudah merasa lelah jika beraktivitas. Gejala
tersebut sudah dirasakan pasien sejak 3 tahun lalu. Pasien sebelumnya pernah
dirawat di Rumah Sakit Anutapura Palu sekitar 1 tahun yang lalu dengan dengan
keluhan nyeri ulu hati ketika merasa cemas. Persaaan cemas yang dirasakan
pasien hanya dirasakan pada malam hari saja. Pada awalnya pasien merasa cemas
sejak 3 tahun lalu, ketika pasien jarang berkomunikasi via “Handphone” dan
“SMS” dengan anak pertamanya yang bekerja di kota tanjung pinang sejak 8
tahun lalu. Sejak 1 tahun terakhir, anak pertama pasien tidak mau lagi
berkomunikasi dengan orang tuanya, anak pertama pasien hanya mau
berkomunikasi dengan ketiga adik-adiknya. Pasien dan suaminya ingin
mengunjungi anaknya di Tanjung Pinang, tapi pasien dan suaminya takut jika
mereka tidak diakui oleh anaknya. Pasien mengakui, anak pertamanya tidak ada
masalah sebelumnya dengan keluarga. Pasien juga mengakui hubungan
keluarganya dengan mantan istri (cerai sejak 8 tahun lalu) anaknya baik.
Ketika pasien memikirkan tentang anaknya, pasien langsung merasa sedih
hingga meneteskan air mata dan pada saat itu juga pasien merasakan nyeri ulu
hati disertai jantung berdebar dan nyeri kepala bagian belakang. Pasien
mengatasi perasaan sedihnya dengan berdoa.

AUTOANAMNESA

DM : Selamat siang Bu.Perkenalkan bu,nama saya dokter muda Randy


mau melakukan pemeriksaan kepada ibu. Dengan ibu siapa
namanya?

P : Ny. MT

DM : Berapa umurnya bu?

P : 53 tahun, dok.

DM : Ibu tinggal dimana?

P : jauh dok, di pandere dekat kulawi

DM : Maaf bu, pendidikan terakhir ibu apa?

P : SD, dok.

DM : Pekerjaan ibu apa?

P : Saya cuma urus rumah, dok.

DM : Bisa diceritakan keluhan apa yang membawa ibu datang ke RS?

P : sakit di bagian ulu hati, dok.


DM : Apa keluhan lain yang ibu rasakan selain sakit ulu hati ?

P : Jangtungku saya berdebar-debar sama sakit kepalaku di bagian


belakang dekat leher

DM : Biasanya keluhan itu memberat ketika ibu melakukan apa dan kapan
waktunya ?

P : keluhanku ini datang kalau saya sudah mau tidur sampai subuh saya
rasa, sampai-sampai saya tidak bisa tidur kalau malam, nanti pagi
baru bisa tidur

DM : Bisa ibu gambarkan bagaimana perasaan yang ibu rasakan sat ini ?

P : Begini dok, saya selalu cemas kalau malam, saya juga kurang
makan. Terus saya heran kenapa saya gampang sekali capek padahal
cuma memasak saja saya bekerja

DM : Sejak kapan ibu merasakan keluhan seperti ini?

P : Sejak sekitar tiga tahun yang lalu. Satu tahun yang lalu juga saya
pernah di rawat disini karena sakit ulu hati juga dan dulu juga saya
pernah diantar ke atas di poli jiwa, terus dokter bilang nyeri ulu
hatiku ini karena saya cemas.

DM : Kapan ibu biasanya merasa cemas ?

P : Cemasku ini cuma malam saja saya rasa, dok

DM : Hal apa yang membuat ibu merasa cemas ?

P : Saya itu punya 4 anak, anak pertamaku yang laki-laki sama istrinya
itu pergi ke Sumatra di Tanjung Pinang sudah 8 tahun, disana dia
kerja antar-antar turis dekat pelabuhan untuk cari penginapan. Anak
keduaku yang perempuan sudah menikah juga, tinggal sama
suaminya sekarang tapi masih satu kampong ji. Anak ketigaku yang
laki-laki belum kawin dan masih tinggal sama orang tua. Anak
pertamaku ini sudah sekitar 3 tahun lalu saya susah sekali tanya
kabarnya, kalau di telepon jarang dia mau angkat, kalau ditanya
kapan pulang dia cuma bilang nanti. Saya coba sms tanya
keadaannya tapi tidak pernah di balas smsku. Gara-gara itu hampir
setiap malam saya pikir kenapa anakku berubah ini.

DM : Kapan terakhir ibu komunikasi dengan anak pertamanya ?

P : Saya sama bapaknya terakhir bicara sama dia sekitar sejak 1 tahun
lalu. Tapi tahun 2016 kemarin dia tidak mau lagi bicara sama saya
dengan bapaknya, dia mau bicara sama adek-adeknya saja.

DM : Apa ibu pernah coba untuk kunjungi anaknya ke Tanjung Pinang?

P : Pernah saya coba untuk ke Tanjung Pinang, tapi saya sama suamiku
takut nanti seperti di film-film, anakku itu tidak mau akui orang
tuanya sendiri kalau saya sudah sudah sampai disana nanti. Jadi saya
tidak pergi.

DM : Maaf bu, apakah sebelumnya anak pertama ibu ada masalah dengan
keluarga?

P : Tidak ada ji dok, baik-baik ji selama ini. Tidak pernah ada masalah
dengan keluarga. Baik juga anaknya itu, sering diisikan pulsa yang
50 ribu itu di hapenya adek-adeknya.

DM : Bagaimana hubungan keluarga ibu dengan istri anak pertamanya

ibu?
P : Sebenarnya anak pertamaku ini sudah cerai sama istrinya 8 tahun
yang lalu, tidak lama sudah tinggal di tanjung pinang langsung cerai
dengan istrinya. Sebelum cerai sama istrinya bagus komunikasi, tapi
pas sudah cerai sama anakku sudah pernah komunikasi lagi saya
mantan istrinya.
DM : Apa yang ibu lakukan untuk mengatasi rasa cemas yang ibu rasakan
?
P : Saya cuma banyak-banyak berdoa dok, saya ke gereja disana saya
berdoa sama Tuhan semoga anakku cepat pulang.
DM : Oh iya baik ibu, sebelumnya apakah ibu masih ingat ibu dilahirkan
dimana ?ditolong oleh siapa
P : Kalau saya itu, lahir di kampung di toraja. Yang bantu mamaku
dukun beranak.
DM : Baik bu, apakah selama ibu kecil tidak ada keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan ?
P : Tidak ada dok
DM : Pernah ada riwayat trauma bu ?
P : Tidak ada dok
DM : Oh iya ibu, ada lagi yang dikeluhkan ?
P : tidak ada dok.

Hendaya/Disfungsi
Hendaya Sosial (-)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya penggunaan waktu Senggang (-)
c. Faktor Stresor Psikososial
Pasien mencemaskan anak pertamanya yang tidak mau berkomunikasi
Dengan orang tuanya sekitar 1 tahun yang lalu.
d. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatrik
Sebelumnya .pasien pernah dirawat di rumah sakit sekitar 1 tahun lalu dengan
keluhan cemas.

Riwayat Gangguan Medik


Pasien menderita dispepsia

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Tidak ada riwayat penggunaan zat-zat psikoaktif.

e. Riwayat Hidup
Prenatal dan perinatal
Tidak ada masalah saat pasien dalam kandungan. Pasien lahir normal,
di rumah dibantu oleh dukun. Pasien lahir tanpa penyulit apapun dalam
persalinan.
Masa Kanak-Kanak
Pasien mengungkapkan bahwa pasien merupakan anak yang aktif
bermain waktu di SD , pasien memiliki banyak teman. Pasien diasuh oleh
ayah dan neneknya karena ibu pasien meninggal sebelum pasien berusia 1
tahun.
Masa Remaja
Tidak ada gangguan pada masa ini, pasien bergaul dengan teman-
teman disekitar rumahnya.
Masa Dewasa
Pasien seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama suami. Pasien
memiliki 3 orang anak, yang pertama laki-laki (sudah menukah dan beda
rumah), kedua perempuan (sudah menikah dan beda rumah) dan ketiga laki-
laki (belum menikah dan tinggal serumah)
f. Persepsi pasien tentang dirinya
Pasien menyadari dirinya bahwa dirinya sakit dan merasa nyeri ulu
hati yang dirasakan disebabkan oleh cemasnya
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
- Penampilan: Tampak seorang perempuan memakai baju coklat
dan sarung warna kuning. Postur tinggi badan pasien sekitar 150 cm,
perawakan agak kurus. Perawatan diri baik.
- Kesadaran: composmentis
- Perilaku dan aktivitas psikomotor: Normal
- Pembicaraan: lancar
- Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif

b. Keadaan Afektif
- Mood : Sedih
- Afek : Hipotimia
- Keserasian : Serasi
- Empati : Dapat diraba rasakan

c. Fungsi intelektual
- Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : pengetahuan dan
kecerdasan pasien sesuai taraf pendidikannya
- Daya konsentrasi : baik
- Orientasi ( waktu, tempat, orang) : baik
- Daya ingat : Pendek (baik), sedang (baik), panjang (baik)
- Pikiran abstrak : baik
- Bakat kreatif : tidak ada
- Kemampuan menolong diri sendiri : baik
d. Proses Pikiran
- Arus pikir:
- Produktivitas :Pasien menjawab apa yang ditanyakan dan
menjelaskan secara detail
- Kontinuitas : Relevan
- Hendaya Berbahasa : Tidak ada
- Isi pikir:
-Preokupasi : Tidak ada
-Gangguan Isi Pikir : Tidak ada

e. Persepsi
- Halusinasi (-)
- Ilusi (-)
- Depersonalisasi (-)
- Derealisasi (-)
f. Pengendalian Impuls: baik selama wawancara

g. Daya Nilai
- Norma sosial: baik
- Uji daya nilai: baik
- Penilaian realitas : baik

h. Tilikan
- Tilikan: tilikan 6 (menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasiuntuk mencapai perbaikan).
- Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISK

Internus
- Nadi : 74x/menit
- SB : 36ºC
- R : 24x/menit
- Tekanan Darah : 130/100 mmHg
- Konjungtiva : Anemis (-)/(-)
- Sklera : Ikterus (-)/(-)
- Pemeriksaan jantung dan paru-paru : Dalam batas normal

- Neurologis
- Kesadaran Composmentis dengan GCS E4 V5 M6 = 15, fungsi
sensorik dan motorik keempat ekstremitas dalam batas normal.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam batas normal
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang perempuan 53 tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati
disertai jantung berdebar dan nyeri kepala bagian belakang. Keluhan dirasakan
memberat pada malam hari ketika ingin tidur hingga subuh hari sehingga
membuat tidur pasien terganggu . Pasien juga mengeluhkan perasaanya yang
sering merasa cemas, nafsu makan berkurang dan mudah merasa lelah jika
beraktivitas. Gejala tersebut sudah dirasakan pasien sejak 3 tahun lalu. Pasien
sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Anutapura Palu sekitar 1 tahun yang
lalu dengan dengan keluhan nyeri ulu hati ketika merasa cemas. Persaaan cemas
yang dirasakan pasien hanya dirasakan pada malam hari saja. Pada awalnya
pasien merasa cemas sejak 3 tahun lalu, ketika pasien jarang berkomunikasi via
“Handphone” dan “SMS” dengan anak pertamanya yang bekerja di kota tanjung
pinang sejak 8 tahun lalu. Sejak 1 tahun terakhir, anak pertama pasien tidak mau
lagi berkomunikasi dengan orang tuanya, anak pertama pasien hanya mau
berkomunikasi dengan ketiga adik-adiknya. Pasien dan suaminya ingin
mengunjungi anaknya di Tanjung Pinang, tapi pasien dan suaminya takut jika
mereka tidak diakui oleh anaknya. Pasien mengakui, anak pertamanya tidak ada
masalah sebelumnya dengan keluarga. Pasien juga mengakui hubungan
keluarganya dengan mantan istri (cerai sejak 8 tahun lalu) anaknya baik.
Ketika pasien memikirkan tentang anaknya, pasien langsung merasa sedih
hingga meneteskan air mata dan pada saat itu juga pasien merasakan nyeri ulu
hati disertai jantung berdebar dan nyeri kepala bagian belakang. Pasien
mengatasi perasaan sedihnya dengan berdoa.
Pada pemeriksaan status mental, Tampak seorang perempuan
memakai baju coklat dan sarung warna kuning . Postur tinggi badan
pasien sekitar 150 cm, perawakan agak kurus. Perawatan diri baik. Perilaku dan
aktivitas psikomotor tenang, pembicaraan sesuai dengan pembicaraan, mood
sedih, afek hipotimia. Pasien mengalami gangguan tidur sejak ia merasa cemas.

VII. EVALUASI MULTIAXIAL:


Axis I :
Berdasarkan hasil autoanamnesa didapatkan gejala klinis yang
bermakna yaitu,. Pasien mengeluhkan sering merasa cemas dan mudah menangis.
Perasaan cemas dan mudah menangis yang dirasakan pasien disebabkan pasien
sering memirkan kabar anak pertamanya yang tidak ada kabar selama 3 minggu.
Dari perasaan cemas yang dirasakan pasien menimbulkan pasien sering merasa
mudah lelah jika beraktivitas sehingga menimbulkan disabilitas dalam pekerjaan
pasien sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.
Pada pasien tidak didapatkan hendaya dalam menilai realita, ataupun
gejala psikotik seperti halusinasi, waham dll. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien didiagnosa sebagai gangguan jiwa non psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya pasien pernah di rawat karena
di duga memiliki masalah dengan lambungnya, pasien merasakan perubahan
yang bermakna setelah di rawat sekitar 1 tahun lalu, dan hasil pemeriksaan dari
dokter spesialis penyakit dalam didapatkan diagnosis dispepsia dan kelainan
yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan
jiwa yang diderita pasien ini, sehingga diagnosa Gangguan mental dapat
disingkirkan dan didiagnosa Gangguan Jiwa Non Psikotik Organik.
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami gangguan campuran anxietas dan depresi. Pasien pada kasus
ini merupakan pasien dengan perasaan cemas yang tidak terus menerus
sepanjang hari dan tidak dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas,
yang sebenarnya pada saat kejadian tidak membahayakan. Pasien juga memiliki
gejala depresi seperti tidur terganggu dan nafsu makan berkurang tapi masih
dalam keadaan yang sangat ringan. Pada pasien ini ditemukan hal-hal tersebut.
Berdasarkan PPDGJ III, pasien dapat digolongkan dalam Gangguan Campuran
Anxietas dan Depresi (F41.3)
Axis II :
Tumbuh kembang masa kanak-kanak baik, dapat bersosialisasi
maka itu pasien tidak ada gangguan keprbiadian. Pasien dapat menyelesaikan
pendidikan dasar sampai SD. Fungsi kognitif baik, tidak terdapat retardasi
mental. Karena tidak ditemukan gangguan kepribadian dan retardasi mental,
maka tidak ada diagnosis aksis II.
Axis III :
Pasien mengalami nyeri ulu hati disertai jantung berdebar dan nyeri
kepala bagian belakang. Berdasarkan PPDGJ III, pasien dapat digolongkan dalam
Penyakit sistem pencernaan (dispesia) K00-K93
Axis IV :
Pasien tidak lagi berkomunikasi dengan anak pertamanya sehingga
Membuat pasien merasa cemas, maka pasien mempunyai masalah dengan “primary
support group” (keluarga)
Axis V :
Pada axis V didapatkan gejala sementara & dapat diatasi,
diasabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll, maka diagnosis axis V
adalah GAF Scale 80-71.

VIII. DAFTAR PROBLEM:


 Organobiologik : Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter yang
disebabkan oleh penggunaan obat sehingga pasien
memerlukan psikofarmaka.
 Psikologik : Pasien memiliki perasaan sedih dan mudah menangis.
 Sosial : Hubungan dengan keluarga baik

IX. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan campuran
anxietas dan depresi adalah kemungkinan pengobatan yang mengkombinasikan
psikoterapetik, farmakoterapetik, dan pendekatan suportif.
Psikoterapi : Pendekatan psikoterapetik utama untuk gangguan ini adalah
kognitif-perilaku, suportif, dan berorientasi-tilikan (insight). Klinisi mungkin
mampu sendirian atau dengan bantuan pasien atau keluarganya untuk mengubah
lingkungan dan dengan demikian menurunkan tekanan yang penuh ketegangan
Farmakoterapi :
Antianxietas : Non Benzodiazepin (Buspirone 10 mg) 2 X 1
Antidepresan : Trisiklik (Fluoxetin 20 mg) 2 X 1

X. PROGNOSIS
Dubia ad bonam faktor yang mempengaruhi :
 Keinginan yang kuat dari pasien untuk sembuh
 Tidak ada kelainan organobiologik
 Adanya dukungan dari keluarga
XI. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek
samping obat yang diberikan.
XII. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Gangguan campuran anxietas dan depresi merupakan gejala kecemasan
dan depresi yang bermakna secara klinis tapi tetapi tidak memenuhi kriteria
untuk gangguan mood spesifik atau gangguan kecemasan spesifik.
Kecemasan (anxiety/ ansietas) adalah gangguan alam perasaan (affective)
yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhwatiran yang mendalam
dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,
kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam
batas normal
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga
hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas, kepribadian tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi dalam
batas-batas nomal.
b. Epidemiologi
Keberadaan gangguan depresif berat dan gangguan panik secara
bersamaan lazim ditemukan. Dua pertiga pasien dengan gejala depresif
memiliki gejala defresif yang menonjol, dan dua pertiganya dapat
memenuhi kriteria diagnostik gangguan panik. Peneliti telah melaporkan
bahwa hampir 20 sampai 90% pasien dengan panic memiliki episode
gangguan defresif berat. Data ini mengesankan bahwa keberadaan gejala
defresif dan ansietas secara bersamaan, tidak ada di antaranya yang
memenuhi kriteria dignostik gangguan defresif atau ansietas lain dapat
lazim ditemukan. Meskipun demikian, sejumlah klinisi dan peneliti
memperkirakan bahwa prevalensi gangguan ini pada populasi umum
adalah 10% dan di klinik pelayanan primer sampai tertinggi 50%,
walaupun perkiraan konservatif mengesankan prevalensi sekitar 1 persen
pada populasi umum.
c. Etiologi
Penyebab gangguan ini kurang jelas. Gejala muncul biasanya
disebabkan interaksi dari aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik
dengan beberapa situasi, stres atau trauma yang merupakan stressor
muneulnya gejala ini. Di sistem saraf pusat beberapa mediator utama dari
gejala ini adalah. norepinephrine dan serotonin. Sebenarnya anxietas
diperantarai oleh suatu system kompleks yang melibatkan system limbic,
thalamus, korteks frontal secara anatomis dan norepinefrin, serotonin dan
GABA pada sistem neurokimia, yang mana hingga saat ini belum diketahui
jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut menimbulkan anxietas.
Begitu pula pada depresi walapun penyebabnya tidak dapat dipastikan
namun biasanya ditemukan defisensi relatif salah satu atau beberapa
aminergic neurotransmitter (noeadranaline, serotonin, dopamine) pada
sinaps neuron di susunan saraf pusat khususnya sistem limbik.
d. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala cemas
Tanda Fisik Gejala Psikologik
Gemetar, renjatan, rasa goyah Rasa takut
Nyeri punggung dan kepala Sulit konsentrasi
Ketegangan otot Hypervigilance/ siaga berlebih
Nafas pendek, hiperventilasi Insomnia
Mudah lelah Libido turun
Sering kaget Rasa mengganjal di tenggorok
Hiperaktivitas autonomik : Rasa mual di perut
-Wajah merah dan pucat
-Takikardia, palpitasi
-Berpeluh
-Tangan rasa dingin
-Diare
-Mulut kering
-Sering kencing

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gnagguan Jiwa Edisi ke-3


(PPDGJ III), gejala depresi antara lain :
Gejala utama :
-Afek depresi
-Kehilangan minat dan kegembiraan
-Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya dapat berupa :
-Konsentrasi dan perhatian berkurang
-Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
-Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
-Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
-Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
-Tidur terganggu
-Nafsu makan berkurang.
e. Diagnosis
Kriteria DSM-IV-TR mengharuskan adanya gejala subsindrom
ansietas dan depresi serta adanya beberapa gejala somatik, seperti tremor,
palpitasi, mulut kering dan rasa perut bergejolak. Sejumlah studi
pendahuluan menunjukkan bahwa sensitivitas dokter umum untuk sindrom
gangguan campuran ansietas-depresi masih rendah walaupun kurangnya
pengenalan ini dapat mencerminkan kurangnya label diagnostik yang
sesuai bagi pasien
Kriteria DSM-IV-TR Gangguan campuran ansietas depresif
Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1 bulan
Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya
1 bulan :
1. Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
2. Gangguan tidur, (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisah,
tidur tidak puas)
3. Lelah atau energy rendah
4.Iratibilitas
5. Khawatir
6. Mudah menangis
7.Hipervigilance
8.Antisipasi hal terburuk
9.Tidak ada harapan (pesimis yang menetap akan masa depan)
10. Harga diri yang rendah atau rasa yang tidak berharga
Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaknya dalam area fungsi social, pekerjaan atau area fungsi penting lain
Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.
Penyalahgunaan obat atau pengobatan) atau keadaan medis umum
Semua hal berikut ini :
1.Kriteria tidak pernah memenuhi gangguan defesif berat, gangguan
distimik; gangguan panic, atau gangguan ansietas menyeluruh
2.Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain
(termasuk gangguan ansietas atau gangguan mood, dalam remisi parsial)
3.Gejala tidak lebih mungkin disebabkan gangguan jiwa lain.
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III
1.Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing
tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus
ditemukan walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran berlebihan.
2.Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan
anxietas fobik.
3.Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan.
Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diangnosis maka
gangguan defersif harus diutamakan.
4.Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stes kehidupan yang
jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
f. Diagnosis banding
Diagnosis banding mencakup gangguan ansietas dan depresif lainnya
serta gangguan kepribadian. Diantara gangguan kecemasan, gangguan
kecemasan umum adalah salah satu yang paling sering bertumpang tindih
dengan gangguan kecemasan-depresif campuran. Diantara gangguan mood,
gangguan distimik dan gangguan depresif ringan adalah yang paling sering
berumpang tindih dengan gangguan kecemasan-depresif campuran.
Diantara ganguan kepribadian, gangguan kepribadian menghindar,
tergantung dan obsesif-kompulsif mungkin memiliki gejala yang terlihat
pada gangguan kecemasan-depresif campuran. Hanya suatu riwayat
psikiatrik, pemeriksaan status mental dan penegtahuan tentang kriteria
DSM-IV spesifik dapat membantu klinisi membedakan kondisi-kondisi
tersebut.
g. Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan
campuran anxietas dan depresi adalah kemungkinan pengobatan yang
mengkombinasikan psikoterapetik, farmakoterapetik, dan pendekatan
suportif.
Psikoterapi : Pendekatan psikoterapetik utama untuk gangguan ini adalah
kognitif-perilaku, suportif, dan berorientasi-tilikan (insight). Klinisi
mungkin mampu sendirian atau dengan bantuan pasien atau keluarganya
untuk mengubah lingkungan dan dengan demikian menurunkan tekanan
yang penuh ketegangan
Farmakoterapi : Keputusan untuk meresepkan suatu obat pada pasien
dengan gangguan kecemasan campuran anxietas dan depresi hams jarang
dilakukan pada kunjungan pertama. Karena sifat gangguan yang
berlangsung lama, suatu rencana pengobatan hares dengan cermat
dijelaskan.
Dua golongan obat utama yang dipakai dalam pengobatan
gangguan anxietas adalah Benzodiazepine dan Non-Benzodiazepine,
dengan Benzodiazepine sebagai pilihan utama. Pemakaian benzodiazepin
dengan waktu paruh sedang (8 sampai 15 jam) kemungkinan menghindari
beberapa efek merugikan, Untuk diazepam sediaan tab. 2-5mg, ampul 10
mg/2cc dosis anjuran l0-30mg/hari 2-3xsehari, i.v./i.m 2-10mg /3-4 jam.
Sedang untuk depresi dipakai golongan Trisiklik, Tetrasiklik,
MAOI-reversible, SSRI, dan Atypical anti depresi. Dimana SSRI menjadi
pilihan utama, SSRI dipilih mengingat efek samping yang ditimbulkan
relatif lebih ringan.namun obat ini memiliki harga yang mahal oleh
karenanya trisiklik masih sering digunakan. Contoh obat golongan ini
adalah fluoxetine,sertraline,paroxetine,citalopram,fluvoxamine
Efek samping Obal Anti-depresi dapat berupa : Sedasi (rasa
mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif rnenurun, d11); Efek Antikolinergik (mulut keying,
retensi urin, penglihatan kabur., konstipasi, sinus takikardia, dsb); Efek
Anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi); Efek Nourotoksis
(tremor halus, gelisah, agitasi,insomnia). Efek samping yang tidak berat
biasanya berkurang setelah 2-3 minggu.
h. Prognosis
Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar
kemungkinannya untuk memliki gejala ansietas yang menonjol, gejala
depresif yang menonjol, atau campuran dua gejala dengan besar yang sama
saat awitan. Selama perjalanan penyakit, dominasi gejala ansietas dan
depresif dapt bergantian. Prognosisnya tidak diketahui.
DAFTAR PUSTAKA

Elvira SD, Hadisukanto G,.2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI, Jakarta.

Kaplan & Sadock,. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. EGC. Jakarta.

Maslim, Rusdi,. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya

Tomb, D. A,. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC.


Puri BK, Laking PJ, Treasaden, 2011, Buku ajar Psikiatri ed 2, EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai