Anda di halaman 1dari 16

2.

3 Definisi
Fraktur kompresi adalah fraktur yang disebabkan oleh keadaan fleksi murni pada
tulang belakang, tanpa gaya rotasi atau shear. Fraktur ini melibatkan bagian anterior
korpus vertebra. Umumnya, tidak terjadi kerusakan struktur ligamen posterior dan tinggi
dinding posterior korpus vertebra tetap. Tidak terjadi retropulsi diskus atau fragmen
tulang ke kanallis vertebra. Namun, pada fraktur kompresi berat dengan hilangnya tinggi
corpus vertebra lebih dari 50% dapat disertai dengan cedera ligamen posterior (buku
merah)

Gambar 15. Fraktur kompresi vertebra


Fraktur kompresi adalah fraktur yang disebabkan oleh kekuatan yang ditransmisikan
sepanjang badan vertebra. Ligamen utuh, dan fraktur kompresi biasanya stabil. Fraktur
kompresi pada vertebra thorakal umumnya terlihat pada osteoporosis dengan penurunan
densitas miniral tulang. Fraktur seperti itu dapat terjadi dengan trauma sepele dan
biasanya stabil. (essential of physical)
2.4 Epidemiologi
Frekuensi
Sebagian besar fraktur tulang belakang lumbal memerlukan penanganan operasi yang
terjadi pada sambungan thorakolumbal. Trauma ini adalah trauma primer. Kebanyakan
fraktur lumbal nontrauma adalah osteoporosis. Sekitar sepertiga trauma vertebra
osteoporosis adalah lumbal, sepertiga thorakolumbal, sepertiga thorakal. Sebagai
tambahan, 75% wanita yabg berumur lebih dari 65 tahun yang menderita skoliosis
setidaknya 1 menderita fraktur terjepit osteoporosis
Mortalitas/Morbiditas
Mortalitas dari fraktur lumbal jarang; meskipun morbiditas dapat signifikan. Pada
pasien lansia fraktur osteoporosis akut, nyeri dan tirah baring berkepanjangan dapat
menyebabkan beberapa komplikasi medis sekunder.
Pada pasien yang lebih muda, kerusakan neurologis dari trauma tulang belakang
dapat menghasilkan masalah seperti hilangnya kekuatan ekstremitas bawah dan
sensitivitas dan hilangnya kontrol defekasi dan kandung kemih.
Jenis kelamin
Osteoporosis umumnya terjadi pada wanita postmenopause. Osteoporosis tipe 1
terjadi pada wanita umur 51-65 tahun dan berhubungan dengan pergelangan tangan dan
vertebra. Defisiensi estrogen adalah faktor etiologi utama. Osteoporosis tipe 2 (tipe
senile) diobservasi pada wanita dan pria yang berumur lebih dari 75 tahun, dengan
perbadingan 2:1 wanita dan pria.
Umur
Pada anak dan dewasa muda, kebanyakan fraktur lumbar adalah trauma. Jatuh dari
ketinggian dapat menyebabkan fraktur burst, trauma “Seat-belt” dapat menyebabkan
fraktur terjepit. Wanita umur 51-65 menderita osteoporosis tipe 1. Setelah umur 75
tahun, pria juga mulai menderita osteoporosis tipe 2.
2.5 Etiologi
Etiologi paling umum dari fraktur kompresi vertebra adalah osteoporosis, meskipun
trauma, infeksi, dan keganasan dapat juga menyebabkan fraktur kompresi vertebra.
Wanita postmenopause memiliki risiko sangat tinggi karena perubahan hormonal yang
dapat menyebabkan tulang osteoporotik. Penurunan densitas mineral tulang karena
osteoporosis menganggu mikroarsitektur tulang dan mengubah kandungan protein
nonkolagen di matriks tulang. Kemunduran structural jaringan ini menyebabkan tulang
rapuh yang cenderung untuk patah. (jurnal osteoporosis)
Gambar 16. Fraktur kompresi osteoporosis
Penyebab pokok dari fraktur kompresi lumbal adalah osteoporosis. Pada wanita,
faktor risiko utama untuk osteoporosis adalah menopause, atau defisiensi estrogen. Faktor
risiko lain yang dapat memperburuk tingkat keparahan osteoporosis termasuk merokok,
aktivitas fisik, penggunaan prednison dan obat lain, dan gizi buruk. Pada laki-laki, semua
faktor risiko non-hormon di atas juga berpengaruh. Namun, kadar testosteron rendah juga
dapat berhubungan dengan fraktur kompresi. (Medscape)
Gagal ginjal dan gagal hati keduanya terkait dengan osteopenia. Kekurangan gizi
dapat menurunkan remodeling tulang dan meningkatkan osteopenia. Akhirnya, genetika
juga memainkan peran dalam pengembangan fraktur kompresi,risiko osteoporosis juga
dapat dilihat dari riwayat keluarga dengan keluhan serupa.
Keganasan dapat bermanifestasi awalnya sebagai fraktur kompresi. Kanker yang
paling umum di tulang belakang adalah metastasis. Keganasan khas yang bermetastasis
ke tulang belakang sel ginjal, prostat, payudara, paru-paru dan, meskipun jenis lainnya
dapat bermetastasis ke tulang belakang. 2 hal keganasan tulang primer paling umum
adalah multipel myeloma dan limfoma.
Infeksi yang menghasilkan osteomyelitis dapat juga mengakibatkan fraktur kompresi.
Biasanya, organisme yang paling umum dalam infeksi kronis adalah stafilokokus atau
streptokokus. Tuberkulosis bisa terjadi pada tulang belakang dan disebut penyakit Pott.
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi Nicoll
Nicoll mengklasifikasikan fraktur torakolumbal secara anatomis dalam empat jenis
berikut :
1.Fraktur terjepit anterior
2.Fraktur terjepit lateral
3.Fraktur-Dislokasi
4.Fraktur terisolasi lengkungan saraf
Fraktur terjepit anterior merupakan tipe paling umum dari klasifikasi ini. Kebanyakan
fraktur kompresi adalah fraktur yang stabil, kecuali jika dikaitkan dengan gangguan
kolumna posterior.
Klasifikasi Holdsworth
Holdsworth mengklasifikasikan fraktur torakolumbal menjadi tipe stabil dan tidak
stabil. Fraktur kompresi adalah fraktur stabil dan terjadi sebagai hasil dari cedera fleksi
Klasifikasi Denis
Teori tiga kolumna denis pada stabilitas tulang belakang membentuk dasar klasifikasi
dari fraktur torakolumbal. Fraktur kompresi vertebra, satu dari empat kategori utama dari
fraktur torakolumbal, dibagi kedalam sub kelompok berikut, tergatung pada keterlibatan
“endplate”
Tipe A : Fraktur yang melibatkan kedua “endplate”
Tipe B : Fraktur yang melibatkan “endplate superior”
Tipe C : Fraktur yang melibatkan “endplate inferior”
Tipe D: Fraktur kompresi badan “anteriovertebral”
Klasifikasi McAfee
McAfee mengklasifikasikan fraktur torakolumbal berdasarkan kompleks
“osteoligamen” tengah, seperti yang divisualisasikan pada “Computed Tomography (CT)
Scan” . Berdasarkan klasifikasi ini fraktur kompresi baji adalah hasil dari kegagalan
kolumna anterior . Kelompok trauma yang termasuk fraktur kompresi vertebra adalah
hasil primer dari kekuatan kompresi, dengan keterlibatan elemen posterior yang terbatas.
Klasifikasi trauma torakolumbalis
Klasifikasi cedera torakolumbalis yang baru dan skor keparahan (TLICS) berdasarkan
skor kumlatif dari masing-masing “mekanisme cedera”,” pemeriksaan neurologis”, dan
“kompleks ligament posterior” . Skor tiga atau kurang menandakan trauma nonoperatif,
sementara skor lima atau lebih disarankan intervensi operasi mungkin dibutuhkan. Skor
empat adalah menengah, dapat dioperasi atau konservatif. Kebanyakan fraktur kompresi
vertebra tidak terkait dengan defisit neurologis tanpa gangguan dari kompleks ligamen
posterior dan diatasi nonoperatif. (spinal infection)
Empat subtipe fraktur kompresi berdasarkan pada keterlibatan “endplate” :
Tipe A : Fraktur kedua “endplate” (16%)
Tipe B : Fraktur “endplate” superior (62%)
Tipe C : Fraktur “endplate” inferior (6%)
Tipe D : Fraktur “endplate” utuh (15%) (buku kecil)

Gambar 17. Empat subtipe fraktur kompresi berdasarkan pada keterlibatan “endplate”
Fraktur kompresi dapat dibagi menjadi kedalam empat klasifikasi besar berdasarkan
mekanisme trauma dan dibagi kedalam sistem kolumna (kolumna anterior, media, dan
posterior) :
Fraktur fleksi dan kompresi adalah hasil kekuatan yang berlebihan dari fleksi dan
kompresi. Terdapat kegagalan aspek anterior badan vertebra. Ini adalah tipe klasik fraktur
kompresi. Karena kehancuran yang terjadi pada daerah anterior dan kegagalan kolumna
anterior selama kolumna media dan posterior tetap utuh, vertebra membentuk tampilan
terjepit. Fraktur tipe ini dapt dikenal sebagai fraktur terjepit.
Fraktur kompresi axial adalah hasil pemuatan kompresi dari tulang belakang, seperti
yang terjadi pada jatuh, dan terdapat kegagalan kolumna anterior dan media vertebra.
Kegagalan ini hasil dari hilangnya semua tinggi badan vertebra dan dapat juga disebut
sebagai burst fraktur. Kegagalan dapat terjadi pada endplate superior dan inferior tapi
paling umum terjadi pada endplate superior
Fraktur fleksi dan distraksi, tidak seperti klasifikasi yang lainnya, diperlukan
kegagalan dari kolumna spinal posterior. Jika kekuatan ini diterapkan pada fleksi dan
kekuatan berda di depan ligamentum longitudinal anterior, fraktur horizontal terjadi
melaui kolumna anterior dan posterior. Ligamen supraspinosus juga hancur. Tipe fraktur
ini disebut fraktur chance atau fraktur seatbelt. Fraktur ini biasanya stabil karena
kebanyakan elemen posterior masih utuh. Jika arah kekuatan dibelakang ligamen
longitudinal anterior, kerusakan di elemen posterior, seperti pars interartikularis, dapat
terjadi. Ini menyebabkan fraktur tidak stabil karena tiga kolumna semua umumnya
terkena.
Fraktur rotasional dan fraktur dislokasi melibatkan rotasi dan fleksi lateral. Fleksi dan
ekstensi dapat terlibat atau tidak. Karena mekanisme utamanya adalah rotasi, rotasi
vertebra spinal atas dan mengambil bagian superior melibatkan vertebra sepanjang bagian
itu. Kegagalan terjadi pada kolumna posterior dan media. Kolumna anterior dapat terlibat
atau tidak. Mekanisme trauma ini membetuk tipe irisan pada gambaran radiografi.
Karena pars interartikularis terlibat, tidak stabil dan didapatkan defisit neurologis.
(orthopaedic)
2.7 Patomekanisme
Trauma tidak langsung biasanya terjadi apabila tulang belakang kolaps pada sumbu
vertical.keadaan ini khas terlihat pada penderita jatuh dari ketinggian.Arah gaya pada
tulang belakang ditentukan oleh posisi kolumna vertebralis saat mengalami cedera
Beberapa tipe penting pergerakan tulang belakang saat mengalami cedera:
(1)hiperekstensi,(2)fleksi,(3)kompresi aksial,(4)fleksi dan kompresi kombinasi dengan
dikstrasi posterior,(5)fleksi-rotasi;(6)translasi horizontal.
Hiperekstensi
Jarang didaerah thorakolumbal,tapi sering di daerah cervical ligamen anterior dan diskus
bisa mengalami kerusakan atau fraktur pada arcus neuralis.Cedera ini cukup stabil.
Fleksi
Apabila ligament posterior masih utuh,gaya fleksi akan menyebabkan kompresi korpus
vertebrae .ini merupakan tipe fraktur paling umum.cedera ini cukup stabil.
Kompresi Aksial
Gaya gerak lurus yang bekerja pada vertebra akan menghasilkan kompresi aksial.Nukleus
pulposus akan memecah end plate,dan terjadi fraktur vertical.gaya lebih besar
menyebabkan nucleus pulposus menekan korpus lebih kuat sehingga terjadi fraktur
burst.karena elemen posterior masih utuh fraktur ini tergolong stabil.apabila fragmen
tulang terdorong kebelakang kearah canalis spinalis,ini dapat memberi tekanan dan
mendula spinalis
Fleksi –Kompresi dan Distraksi Posterior
Kombinasi ini menimbulkan kerusakan struktur bagian tengah dan belakang dari
kolumna vertebralis.fragmen tulang dan diskus akan bergeser kearah kanalis spinalis.
Cedera ini menyebabkan keadaan tidak stabil, dan risiko tinggi terjadinya kerusakan
berlanjut.
Fleksi Rotasi
Memberikan cedera paling serius ligament dan kapsul sendi facet akan meregang atau
robek,sendi facet mungkin fraktur .akan terjadi dislokasi dengan atau tanpa fraktur
korpus vertebrae.semua fraktur dislokasi adalah tidak stabil,dan risiko tinggi terjadinya
kerusakan saraf
Translasi horizontal
Gaya translasi horizontal menyebabkan terjadinya dislokasi kolumna vertebralis kearah
anteroposterior atau ke leteral.Cedera ini tidak stabil dan menimbulkan kerusakan saraf
2.8 Gambaran Klinis
Fraktur kompresi vertebra thorakal diperburuk oleh insipirasi dalam, batuk dan
beberapa gerakan dari tulang belakang dorsal. Palpasi pada vertebra yang terpengaruh
dapat menimbulkan rasa nyeri dan spasme refleks dari otot-otot paraspinosus tulang
belakang dorsal. Jika trauma terjadi, hematoma dan ekimosis dapat terjadi diatas tempat
fraktur, dan klinisi harus waspada terhadap kemungkinan kerusakan tulang thoraks dan
intraabdominal dan intrathorakal. Kerusakan saraf tulang belakang dapat menyebabkan
ileus abdominal dan nyeri hebat, menghasilkan belitan otot-otot paraspinosus dan
kompromi lanjut terhadap status pulmonal pasien dan kemampuan terhadap ambulasi.
Kegagalan untuk mengobati nyeri belitan yang agresif dapat menghasilkan siklus negatif
hipoventilasi, atelektasis, dan akhirnya pneumonia.(atlas)
Asimptomatik : Kebanyakan fraktur kompresi vertebra simptomatik, kecuali kifosis
(dowager’s hump), yang sering merupakan tanda dari fraktur kompresi vertebra multiple
Simptomatik : Banyak fraktur kompresi vertebra sering muncul sebagai nyeri punggung
setelah beraktivitas (seperti mengangkat dengan posisi bungkuk) atau batuk; ketegangan
leher dan nyeri tulang rusuk dapat juga terjadi. (ferris 2014)
2.9 Diagnosis
Anamnesis
Mekanisme trauma sangat menentukan berat ringannya cedera yang dialami.trauma
yang sering terjadi adalah karena kecelakaan lalulintas (45%)kecelakaan kerja atau jatuh
dari ketinggian (20%),kecelakaan olahraga (15%),lain-lain (20%) spectrum beratnya
trauma akibat kecelakaan lalu lintas bervariasi ,mulai dari cedera minor jaringan lunak
sampai paraplegia dan kematian.beberapa variable seperti tipe kendaraan,pemakaian alat
pengaman ,memberi pengaruh yang kuat terhadap frekwensi dan beratnya cedera spinal
yang terjadi
Pemeriksaan fisik
Setiap penderita yang mengalami cedera berat harus selalu dilakukan pemeriksaan
lengkap terhadap trauma tulang belakang perlu perhatian lebih dalam terhadap penderita
dalam keadaan tidak sadar.pada posisi terlentang ,periksa bagian dada dan perut,untuk
melihat cedera di tempat itu untuk memeriksa daerah punggung posisi penderita di
miringkan kesatu sisi secara simultan dengan tehnik “log roing”palpasi processus
spinosus,kadang-kadang teraba gap,menandakan adanya ligament yang putus.
Manipulasi dengan menggerakan tulang belakang bisa berbahaya,perlu di cegah sampai
diagnosis tercegakkan
Fraktur pada daerah “thoracolumbar junction”apabila disertai dengan defisit
neurologis dapat memberikan gejala campuran antara lesi mendula spinalis dan akar saraf
karena lesi pada conus medularis dan akar saraf lumbal.kerusakan total pada conus
medularis di tandai dengan tidak adanya fungsi motoric atau sensorik dibawah L-1.
Fraktur di daerah lumbal bawah dapat menyebabkan defisit neurologis satu atau
beberapa akar saraf.pada keadaan terjadinya herniasi diskus masif ,fraktur dislokasi dan
fraktur burst daerah lumbal,dapat menyebabkan terjadinya ‘cauda equine syndrome,yaitu
adanya paraparesis,saddle anesthesia asimetris,’radiating pain’,dan gangguan fungsi
sfinter ani
Pemeriksaan fisik pada penderita dengan fraktur lumbosakral,biasanya terbatas
karena rasa nyeri.perhatikan adanya aberasi atau kontusi kulit,deviasi kurvatura
mendatar,sedangkan fraktur menyebabkan deformitas kifotik atau skoliotik
Pemeriksaan neurologis lengkap perlu dikerjakan terhadap semua kasus,dan perlu
diulang beberapa kali pada hari-hari pertama.pada awalnya pada fase shock spinal
mungkin terjadi paralysis total dan hilangnya sensasi dibawah level trauma.keadaan ini
akan berlangsung selama 48 jam atau lebih lama ,dan selama periode waktu ini sulit
menentukan apakah lesi saraf total atau parsial.penting dilakukan pemerikasaan
‘primitive anal skin reflex’ timbul kembali,shock spinal telah berakhir;ajika fungsi
motoric dan sensorik tidak ada,ini menunjukkan lesi saraf total.sensibitas perianal masih
utuh,menunjukkan bahwa lesi saraf total.sensibitas perianal masih utuh,menunjukkan
bahwa lesi saraf parsial,dan proses pemulihan akan terjadi
Pada trauma multiple,spinal shock ,atau penderita dalam efek sedative,pemeriksaan
neurologic mengalami kesulitan pemeriksaan kekuatan otot yang berhubungan dengan
adanya defisit neurologis,menggunakan “American Spinal Injury Association (ASIA)
Motor index”,dimana kekuatan otot
-grade 0: tidak ada kontraksi
-grade-1:pergerakan penuh tanpa gravitasi
-grade-3:pergerakan penuh melawan gravitasi
-grade-4:pergerakan penuh melawan tahanan
-grade-5:kekuatan otot normal
Drajat kelainan neurologist memakai “ASIA Impraiment Scale”,adalah:
ASIA-A : tidak terdapat fungsi motoric dan sensorik di bawah level trauma
B : tidak terdapat fungsi motorik,tapi fungsi sensorik ada
C : fungsi motorik,kekuatan < 3
D : fungsi motoric,kekuatan >3
E : fungsi motoric dan sensorik normal
Pemeriksaan neurologis yang lengkap, selain pemeriksaan motorik, sensorik, juga
perlu pemeriksaan refkles fisiologis dan patologis, tonus sfinter ani, refleks kutaneus
abdominal, refleks bulbocavernosus, anal wink
Pemeriksaan penunjang
Foto polos
Pemeriksaan foto polos terpenting adalah AP, Lateral dan oblik view. Posisi lateral
dalam keadaan fleksi dan ekstensi mungkin berguna untuk melihat instabilitas ligamen.
Penilaian foto polos, dimulai dengan melihat kesegarisan pada AP dan lateral, dengan
identifikasi tepi koepus vertebra, garis spinolamnia, artikulasi sendi facet, jarak
interspinosus. Posisi oblik berguna untuk menilai fraktur interartikularis, dan subluksasi
facet.

Gambar 18. X-Ray Fraktur kompresi vertebra lumbal 1


Penyempitan celah diskus biasanya berhubungan dengan cedera fleksi, dan akan
tampak diatas level vertebra yang mengalami fraktur. Kerusakan ligamen posterior yang
berat, ditunjukkan dengan melebarnya jarak interspinosus
CT-Scan
CT-Scan baik untuk melihat fraktur yang kompleks, dan terutsmsa yang mengenai
elemen posterior dari tulang belakang. Fraktur dengan garis fraktur sesuai bidang
horizontal, seperti chance fraktur, dan fraktur kompresi kurang baik dilihat dengan CT-
Scan aksial. Rekontruksi tridimensi dapat digunakan untuk melihat pendesakan kanal
oleh fragmen tulang, dan melihat fraktur elemen posterior.

Gambar 19. CT-Scan Fraktur kompresi thorakal 12


MRI
MRI memberikan visualisasi yang lebih baik terhadap kelainan medulla spinalis dan
struktur ligamen. Identifikasi ligamen yang robek seringkali mudah dibadingkan yang
utuh. Kelemahan pemakaian MRI adalah terhadap penderita yang menggunakan fiksasi
metal, dimana akan memberikan artifact yang menggangu penilaian.

Gambar 20. MRI fraktur kompresi lumbal 1


Elektromiografi dan pemeriksaan hantaran saraf
Kedua prosedur ini biasanya dikerjakan bersam-sama 1-2 minggu setelah terjadinya
cedera. Elektromiografi dapat menunjukkan adanya denervasi pada ekstremitas bawah.
Pemeriksaan pada otot paraspinal dapat membedakan lesi pada medulla spinalis atau
kauda equine, dengan lesi pada pleksus lumbal atau sakral
Pemeriksaan hantaran saraf, untuk melihat kemungkinan adanya radiokulopati
2.10 Diagnosis Banding
Pada kasus trauma, khusunya setelah trauma intensitas tinggi, seperti kecelakaan
sepeda motor atau jatuh dari ketinggian, fraktur burst atau fraktur chance harus
dikesampingkan untuk menentukan modalitas pengobatan. Fraktur burst tidak stabil dan
fraktur chance memerlukan stabilisasi bedah segera tidak seperti fraktur kompresi yang
dapat dikelola secara konservatif. CT-Scan akan membantu untuk menegakkan diagnosis
dalam kasus-kasus itu.(spinal infection)
Gambar 21. Fraktur burst lumbal 3 Gambar 22. Fraktur chance lumbal 1

2.11 Penanganan
Penanganan penderita dengan cedera tulang belakang, dimulai saat kejadian. Hasil
akhir penanganan ditentukan oeh : 1) Diagnosa dini adanya cedera, 2) Resusitasi medis
yang adekuat, dan keberhasilan stabilisasi tulang belakang.
Pengelolaan umum
Imobilisasi
Pada fase pra RS dilakukan tindakan imobilisasi sebelum ditransfer ke UGD. Setiap
penderita yang dicurigai mengalami cedera tulang belakang harus dilakukan imobilsasi
dibagian atas dan bawah bagian yang dicurigai mengalami cedera, sampai fraktur dapat
disingkirkan melalui pemeriksaan rontgen. Harus diingat, proteksi vertebra harus
dipertahankan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan. Imobilisasi yang tepat
dilakukan pada penderita dengan posisi netral, seperti berbaring terlentang tanpa rotasi
atau membengkokkan tulang belakang. Apabila ditemukan deformitas yang jelas,
terutama pada anak-anak, jangan lakukan reduksi, melainkan cukup dengan
mempertahankan penderita dalam posisi netral. Perlu digunakan bantalan yang tepat
untuk mencegah terbentuknya decubitus. Bila terdapat defisist neurologis, perlu
secepatnya melepas penderita dari spineboard untuk mencegah risiko terjadinya
dekubitus.
Cairan intravena
Pemberian cairan intravena dibatasi hanya untuk maintenance saja, kecuali disertai
shock hipovolemik. Bila tekanan darah tidak membaik setelah pemberian cairan, indikasi
penggunaan vasopressor dapat dipertimbangkan.
Kateter urin dipasang untk monitor hasil urin, dan mencegah terjadinya distensi
kandung kemih. Kateter ini dicabut beberapa hari kemudian dan dilakukan dengan
kateterisasi intermiten.
Obat-obatan
Agen farmakologis, meliputi analgesik oral, relaksan otot, dan obat anti-inflmasi,
sesuai untuk pasien, sangat membantu. Ini termasuk agen seperti tramadol, 50 mg (satu
sampai dua setiap 4 sampai 6 jam, tidak lebih dari delapan perhari) propoxyphene
napsylate, 100mg ; acetaminophen, 650mg (satu setiap 4 sampai 6 jam); dan
acetaminophen, 300mg, dan codein 30mg (satu atau dua setiap 4 sampai 6 jam, tidak
lebih 4 gram perhari). Jika nyeri lebih parah atau persisten, penghambat
sikolooksigenase 2 (COX 2 inhibitor), dapat disarankan, tergantung pada pasien.
Kalsitoni ( satu semprot perhari pada lubang hidung bolakbalik, sedian 200IU/0,09mL
per semprot) telah digunakan juga untuk fraktur osteoporosis yang sangat nyeri. Laksatif
mungkin diperlukan untuk mengurangi ketegangan gerakan usus dan konstipasi, terutama
dengan analgesic narkotika.
Transfer
Penderita dengan fraktur yang tidak stabil, atau dengan defisit neurologis, harus
ditransfer ke fasilitas perawatan definitif. Hindari keterlambatan yang tidak perlu. Harus
dilakukan stabilisasi keadaan penderita, dan dilakukan fiksasi menggunakan bidai, back
board.
Penanganan spesifik
Umumnya tidak memerlukan tindakan pembedahan. Terapi non operatif, dapat dilakukan
dengan memodifikasi aktifitas, penggunaan brace (TLSO) posisi ekstensi, dan control
nyeri. TLSO dipakai selama 3 bulan, dilepas jika deformitas tidak menglami
progresifitas, dan tidak menglami instabilitas. Apbila terjadi pergerakan abnormal
didaerah cedera, nyeri yang menetap, dan deformitas progresif; perlu tindakan
pembedahan (stabilisasi posterior). Vertebroplasty dan kyphoplasty adalah dua teknik
“minimally invasive” yang menjanjikan untuk mengatasi nyeri pasca trauma. Tetapi
pembedahan, meskipun jarang diperlukan, diindikasikan terhadap fraktur kompresi
dengan hilangnya ketinggian korpus >50%, atau kifosis >20o—30o.

Gambar 23. Salah satu contoh brace (TLSO)


Rehabilitasi
Penanganan penderita cedera tulang belakang, baik dengan pembedahan maupun non
pembedahan, mobilisasi segera adalah tujuan yang sangat penting. Tujuan yang ingin
dicapai dalam rehabilitasi penderita dengan cedera medulla spinalis, adalah dengan
semua sistem didalam tubuh yang mempengaruhi dan mengembalikan penderita ke
fungsi social dalam kehidupannya mendekati keadaan normal. Pada penderita dengan
cedera medulla spinalis, latihan pergerakan pasif, mencegah kontraktur sendi, dan
membantu penderita untuk dapat melakukan aktifitas sehari-hari, seperti makan, pindah,
dan kebersihan diri. Latihan miksi dan defekasi dini, penting untuk menurunkan tingkat
ketergantungan.
Sistem Peparu
Biasanya distabilisasi dalam minggu pertama cedera. Respirator mungkin diperlukan
terhadap cedera diatas C-4
Sistem Integumen
Dengan melakukan perubahan posisi penderita setiap 2 jam, sampai penderita bisa
dipindahakan ke kursi roda. Dekubitus dicegah dengan melakukan melakukan “push up”
di kursi roda
Sistem Traktus Urinarius
Katerisasi intermiten setiap 4-6 jam untuk melatih refleks pengosongan buli-buli.
Sistem Traktus Digestivus
Pengosongan usus dilatih dengan menggunakan supositoria, dan pelembut kotoran.
Bisa juga dengan refleks pengosongan atau evakuasi manual.
2.12 Prognosis
Terdapat 23% tingkat mortalitas pada mereka yang menderita fraktur kompresi. Ini
sebagian akibat dari prevalensi patologi pada lansia atau orang yang lebih muda dengan
trauma tulang belakang.
Pada populasi umum prognosis baik untuk kembali ke aktifitas sehari-hari yang
normal. Kebanyakan fraktur kompresi thorakal akan sembuh tapi dapat menghasilkan
deformitas permanen.(Orthopaedic).

Anda mungkin juga menyukai