NIM: 6411418112
Kelas: 3C
Mata Kuliah: Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Dosen Pengampu: Dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid)
Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut
Carpenito (1999), menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap oleh tulang.
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas Jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit
pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya
dialami pada usia dewasa, dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak
terduga (Mansjoer, 2000).
Menurut World Health Organization, kasus fraktur terjadi di dunia kurang lebih
13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi sebesar 2,7%. Sementara pada
tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang mengalami fraktur dengan angka
prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan angkat
prevalensi sebesar 3,5%. Terjadinya fraktur tersebut termasuk di dalamnya insiden
kecelakaan, cedera olahraga, bencana kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya.
Fraktur juga dapat terjadi dengan dislokasi. Dislokasi terjadi saat tulang
tergelincir dari sendi, khasnya terjadi karena sendi mengalami penekanan tidak stabil
tiba- tiba. Dislokasi berarti tulang tidak lagi berada di tempat yang semestinya, hal ini
termasuk kegawatdaruratan yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan
pada ligamen, nervus, dan pembuluh darah.
Fraktur adalah patahan tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan tulang rawan umumnya disebabkan oleh tulang patah dapat berupa
trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat, 2005)
Etiologi
1. Fraktur Fisiologis
Suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan,
tenaga fisik, olahraga, dan trauma dapat disebabkan oleh:
a. Trauma langsung
Trauma langsung yaitu pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Yang paling lazim adalah karena kecelakaan sepeda motor.
Fraktur ini disebabkan karena kekuatan yang berlebihan dan tiba-tiba, dapat
berupa pemukulan, pemuntiran, penekukan maupun penarikan antara tendon
dan ligament sehingga bisa berakibat tulang terpisah. Trauma langsung
menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian
sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
Benturan pada lengan bawah, ex: fraktur tulang ulna dan radius.
Sebagian besar fraktur tangan dan pergelangan tangan (fraktur ulna dan radius)
biasanya disebabkan oleh jatuh dengan posisi lengan terentang. Penyebab yang paling
sering lainnya termasuk:
1. kecelakaan mobil
2. jatuh dengan benturan yang keras
3. Fraktur styloid ulnaris sering terjadi terkait dengan fraktur radius cedera
saat olahraga, terutama yang melibatkan olahraga yang menggunakan bola
untuk bisa ditangkap
4. Penuaan adalah penyebab umum lainnya dari fraktur ulna styloid. Pada usia
tua, tulang menjadi rapuh dan otot menjadi lemah. Kadang-kadang lansia
terlihat jatuh bahkan dalam posisi berdiri dan dampaknya menyebabkan patah
pada pergelangan tangan.
Gambar Muskulus dan gaya gravitasi yang terjadi pada fraktur klavikula
Pada banyak kasus, patah tulang selangka akan sembuh dengan sendirinya
dengan menggunakan penyangga lengan berbentuk segitiga (arm sling), yang berfungsi
menahan lengan dan tulang pasien di posisi normal. Selain menggunakan arm sling,
ada beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Mengonsumsi obat penghilang rasa sakit
Obat-obatan yang dapat diberikan dokter untuk mengurangi nyeri antara lain
adalah ibuprofen dan paracetamol.
2. Menjalani operasi
Operasi bisa dilakukan oleh dokter ortopedi jika cedera yang terjadi cukup
parah, misalnya patahan tulang menembus kulit, atau posisi tulang menjadi tidak
sejajar dan tumpang tindih. Teknik operasi yang dilakukan adalah pemasangan pen
untuk menyambung tulang.
Lama penyembuhan patah tulang selangka tergantung tingkat keparahannya.
Agar tulang kembali menyatu, biasanya dibutuhkan waktu 6 minggu untuk anak-anak
atau 3 bulan untuk orang dewasa. Selama proses penyembuhan, dapat muncul benjolan
di tulang selangka. Kondisi tersebut normal dan akan membaik setelah beberapa bulan.
Untuk mengembalikan kekuatan dan kelenturan otot di sekitar tulang selangka
yang patah, penderita disarankan menjalani fisioterapi. Beberapa hal di bawah ini juga
bisa dilakukan untuk mempercepat proses pemulihan:
1. Gunakan bantal tambahan agar badan lebih tegak jika sulit tidur.
2. Gerakkan siku, tangan, dan jari secara teratur ketika sudah terasa nyaman.
3. Lepaskan penyangga lengan untuk beberapa waktu jika tidak terlalu
menyakitkan.
4. Gunakan kantong es dan obat pereda nyeri, bila masih bengkak dan sakit
setelah memakai penyangga lengan.
5. Hindari dulu mengangkat benda di atas bahu atau membawa beban di atas 2.5
kg selama beberapa minggu.
6. Hindari berolahraga setidaknya 3-4 bulan setelah mengalami patah tulang
selangka. Tanyakan kepada dokter kapan Anda boleh kembali berolahraga.
c. Trauma akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan
(Oswari E, 1993).
2. Fraktur Patologis
Dalam hal ini kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur ataupun akibat kelemahan tulang akibat
kelainan tulang. Dapat terjadi pada berbagai keadaan berikut:
a. Tumor tulang, terbagi menjadi jinak dan ganas
Kanker tulang adalah tumor ganas yang berawal di dalam tulang, walaupun
tidak semua tumor pada tulang bersifat ganas. Penyakit ini terjadi akibat adanya
pertumbuhan sel tulang yang tidak normal. Kanker tulang dapat menyerang seluruh
tulang di dalam tubuh. Akan tetapi dalam banyak kasus, tulang kaki dan lengan yang
paling banyak terkena. Kanker tulang terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Kanker tulang primer. Muncul dan tumbuh pertama kali di jaringan tulang.
2. Kanker tulang sekunder. Kanker yang muncul akibat penyebaran dari kanker
lain yang sebelumnya sudah terjadi. Misalnya kanker usus, kanker paru-paru,
atau kanker payudara yang kemudian menyebar ke tulang. Kondisi ini disebut
kanker metastasis atau kanker yang menyebar.
Kanker tulang adalah salah satu jenis kanker yang tergolong langka. Bahkan,
kasus ini hanya terjadi sekitar 1 persen dari total kasus kanker yang ada. Namun,
penyakit ini dapat dialami oleh anak-anak maupun dewasa. Silakan konsultasi ke
dokter untuk informasi lebih lanjut.
b. Infeksi seperti Osteomielitis
c. Scurvy (penyakit gusi berdarah)
d. Osteomalasia
e. Rakhitis
f. Osteoporosis
Jenis-Jenis Fraktur
Menurut Mansjoer A (2002), ada tidaknya hubungan antara patahan tulang
dengan dunia luar di bagi menjadi 2 antara lain:
1. Fraktur tertutup (closed)
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan
lunak sekitar trauma, yaitu:
Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartemen.
2. Fraktur terbuka (open/compound fracture)
Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang
memungkinkan/ potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk
ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. Derajat patah tulang terbuka:
1. Derajat I
Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal.
2. Derajat II
Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
3. Derajat III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.
Derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Patah tulang lengkap (complete fracture)
Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang lainya, atau
garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang
biasanya berubah tempat. Tulang terbagi menjadi dua atau lebih fragmen. Patahan
fraktur yang dilihat secara radiologi dapat membantu untuk memprediksi tindakan
yang harus dilakukan setelah melakukan reduksi. Pada fraktur transversal (gambar 1a),
fragmen tetap pada tempatnya setelah reduksi, sedangkan pada oblik atau spiral
(gambar 1c) lebih cenderung memendek dan terjadi pergeseran meskipun tulang telah
dibidai. Fraktur segmental (gambar 1b) membagi tulang menjadi 3 bagian. Pada fraktur
impaksi fragmen menumpuk saling tumpang tindih dan garis fraktur tidak jelas. Pada
raktur kominutif terdapat lebih dari dua fragmen, karena kurang menyatunya
permukaan fraktur yang membuat tidak stabil
2. Patah tulang tidak lengkap (incomplete fracture)
Bila antara patahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu sisi patah
yang lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick. Pada fraktur ini,
tulang tidak terbagi seutuhnya dan terdapat kontinuitas periosteum. Pada fraktur
buckle, bagian yang mengalami fraktur hampir tidak terlihat (gambar 1d). Pada fraktur
greenstick (gambar 1e dan 1f), tulang melengkung atau bengkok seperti ranting yang
retak. Hal ini dapat terlihat pada anak‒anak, yang tulangnya lebih elastis daripada
orang dewasa. Pada fraktur kompresi terlihat tulang spongiosa tertekan kedalam
Menurut Price dan Wilson (2006) kekuatan dan sudut dari tenaga fisik, keadaan
tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang
patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Bentuk garis patahan dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5, yaitu:
1. Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2. Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
3. Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya spiral yang di
sebabkan oleh trauma rotasi.
4. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kearah permukaan lain.
5. Fraktur Avulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
1. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3. Fraktur Multipel : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ekstrimitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di
imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur menyebabkan
deformitas, ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas yang normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
Saat ekstrimitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang
lainya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat dari
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera (Smelzter dan Bare, 2001).
Komplikasi Fraktur
1. Sindrom emboli lemak
Sindrom emboli lemak merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat
menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembunggelembung lemak terlepas
dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelembung lemak ini akan
melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh darah-pembuluh
darah pulmonari yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak
mencakup dypsnea, perubahan dalam status mental (gaduh-gelisah, marah, bingung,
stupor), tacypnea, tachycardia, demam dan ruam kulit ptechie.
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen, komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan
jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi
cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah 15 yang berat dan berikutnya
menyebabakan kerusakan pada otot. Gejala - gejalanya mencakup rasa sakit karena
terdapat ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan
yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot
yang terlibat.
3. Nekrosis avaskular
Nekrosis avaskular dapat tejadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini
paling sering mengenai fraktur intrascaplar femur. Karena nekrosis avaskuler
mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang cukup lama, pasien mungkin
tidak akan merasakan gejalanya sampai pasien keluar dari sumah sakit.
4. Osteomyelitis
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
atau korteks tulang dapat berupa eksogenous atau hematogeneus. Patogen dapat masuk
melalui fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. luka tembak, fraktur tulang
panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulang tulangnya, luka amputasi karena truma
dan frakturfraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskuler memiliki resiko
osteomyelitis yang lebih besar.
5. Perdarahan
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun tak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak
dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis, dan vertebra karena tulang
merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah dalam
jumlah yang besar sebagai akibat trauma.
6. Ganggren gas
Ganggren gas berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik
gram positif anaerob yaitu antara lain Clostodium welchi atau Clostridium perfringens.
Clostodium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai
oksigen karena trauma otot. Monitor terus pasien apakah dia mengalami perubahan
oada status mental, demam, menggigil, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut
dan jumlah respiratori, serta apakah pasien terlihat letih dan lesu. Jika kondisi seperti
itu terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung-gelembung gas pada tempat
yang luka.
7. Neglected
Neglected fraktur adalah yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering terjadi
akibat penanganan fraktur pada ekstremitas yang salah oleh bone setter (ahli patah
tulang). Umumnya terjadi pada yang berpendidikan dan berstatus sosioekonomi yang
rendah. Neglected fraktur dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu:
Derajat 1 : fraktur yang telah terjadi antara 3 hari -3 minggu
Derajat 2 : fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu -3 bulan
Derajat 3 : fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan ± 1 tahun
Derajat 4 : fraktur yang telah terjadi lebih dari satu tahun
8. Delayed union, nonunion, mal union
Delayed union terjadi bila penyembuhan fraktur lebih dari 6 bulan, nonunion
diartikan sebagai gagal tersambungnya tulang yang fraktur, sedangkan malunion
adalah penyambungan yang tidak normal pada fraktur.
9. Dislokasi
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak
lagi berhubungan secara anatomis (tulang yang lepas dari sendi). Keluarnya
(bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan
yang membutuhkan pertolongan segera. (Mansjoer A, 2002). Patah tulang di dekat
sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang
disebut fraktur dislokasi.
Gejala Fraktur
Sebagian besar patah tulang atau fraktur disertai dengan nyeri hebat ketika
cedera awal terjadi. Ini bisa menjadi lebih buruk ketika Anda bergerak atau menyentuh
area yang terluka. Dalam beberapa kasus, Anda bahkan bisa pingsan karena rasa sakit.
Anda mungkin juga merasa pusing atau kedinginan karena syok.
Tanda dan gejala fraktur potensial lainnya meliputi:
1. Bunyi kertak ketika cedera terjadi
2. Bengkak, kemerahan, dan memar di area yang terluka
3. Kesulitan menopang berat badan dengan area luka
4. Kelainan bentuk terlihat di area cedera
5. Angulation (area yang terkena mungkin tertekuk pada sudut yang tidak biasa)
6. Jika fraktur terbuka, mungkin ada perdarahan
7. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin melihat tulang yang patah menembus
kulit Anda
8. Terlihat pucat
9. Perasaan sakit dan mual.
Diagnosis Fraktur
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, mengidentifikasi tanda dan gejala,
dan membuat diagnosis. Pasien akan diwawancarai, atau teman, saudara, dan saksi jika
pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik, tentang keadaan yang menyebabkan
cedera atau yang mungkin menyebabkannya.
Selain itu, dokter akan sering melakukan rontgen. Dalam beberapa kasus, MRI
atau CT scan juga dapat dilakukan.
Penyembuhan fraktur adalah proses alami, dalam banyak kasus, akan terjadi
secara otomatis. Perawatan fraktur biasanya bertujuan untuk memastikan ada fungsi
terbaik dari bagian yang terluka setelah penyembuhan.
Pengobatan Fraktur
Rencana perawatan akan tergantung pada jenis dan area pada tubuh.
1. Menstabilkan patahan tulang
Secara umum, dokter akan mencoba mengembalikan potongan tulang yang
patah ke posisi semula dan menstabilkan tulang-tulang tersebut saat sembuh. Penting
untuk menjaga potongan tulang yang rusak tidak bergerak sampai mereka sembuh.
Selama proses penyembuhan, tulang baru akan terbentuk di sekitar tepi
potongan yang patah. Jika tulang benar-benar selaras dan stabil, tulang baru pada
akhirnya akan menghubungkan potongan-potongan.
2. Penggunaan gips
Dokter mungkin menggunakan gips untuk menstabilkan tulang patah Anda.
Gips Anda kemungkinan besar terbuat dari plester atau fiberglass. Ini akan membantu
menjaga area yang cedera stabil dan mencegah potongan tulang yang rusak bergerak
saat patah tulang sembuh.
3. Penggunaan katrol
Dalam kasus yang jarang terjadi, Anda mungkin memerlukan daya tarik untuk
menstabilkan area yang cedera. Traksi meregangkan otot dan tendon di sekitar tulang.
Dokter akan merawat patah tulang menggunakan sistem katrol dan bobot
diposisikan dalam bingkai logam di atas tempat tidur Anda. Sistem ini akan
menghasilkan gerakan menarik lembut yang dapat digunakan dokter untuk
menstabilkan area yang cedera.
4. Pembedahan
Untuk fraktur kompleks, Anda mungkin perlu pembedahan. Dokter mungkin
menggunakan reduksi terbuka, dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal untuk menjaga
agar tulang tidak bergerak.
Dalam reduksi terbuka dan fiksasi internal, dokter Anda akan mengubah posisi
atau “mengurangi” potongan tulang yang patah ke dalam garis normal tulang.
Kemudian mereka akan menghubungkan atau memperbaiki tulang yang patah. cara ini
dilakukan dengan menggunakan sekrup, pelat logam, atau keduanya. Dalam beberapa
kasus, dokter mungkin memasukkan batang melalui pusat tulang Anda.
Dalam fiksasi eksternal, dokter akan menaruh pin atau sekrup ke tulang di atas
dan di bawah area fraktur. Dokter akan menghubungkan pin atau sekrup ini ke batang
penstabil logam yang diposisikan di bagian luar kulit Anda. Batang akan menahan
tulang di tempatnya saat penyembuhan.
5. Obat
Dokter mungkin juga akan meresepkan obat patah tulang untuk mengontrol
rasa sakit, melawan infeksi, atau mengelola gejala atau komplikasi lain. Setelah tahap
perawatan awal, dokter dapat merekomendasikan terapi fisik atau prosedur lain untuk
membantu Anda menyembuhkan fraktur.
Pencegahan Fraktur
Berikut ini tips dalam mencegah fraktur atau patah tulang yang dapat Anda
terapkan setiap hari:
1. Nutrisi dan sinar matahari
Tubuh pada dasarnya membutuhkan asupan kalsium yang cukup untuk
kesehatan tulang. Sumber kalsium yang baik bisa Anda dapatkan dari susu, yoghurt,
keju, dan sayuran berdaun hijau gelap.
Tubuh juga membutuhkan vitamin D untuk menyerap kalsium. Anda bisa
mendapatkan vitamin D dengan berjemur dibawah sinar matahari (disarankan dipagi
hari), makan telur, dan ikan berminyak.
2. Aktivitas fisik
Jika sering latihan menahan beban, semakin kuat dan padat tulang Anda.
Latihan yang membuat tulang Anda kuat misalnya berlari, berjalan, berlari, melompat,
dan menari, atau latihan apa pun itu yang dapat menguatkan tulang. Dengan begitu
Anda dapat mencegah patah tulang.
Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. Misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang
3. Dislokasi traumatic.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang
dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya
sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya
ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan
tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi sendi rahang
Menguap terlalu lebar
Terkena pukulan keras saat rahang terbuka akibatnya penderita tidak dapat
menutup mulutnya
7. Dislokasi Patella
Paling sering terjadi ke arah lateral.
Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan
Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh:
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah
raga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, volley.
Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan
dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
Tidak diketahui
Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
Trauma akibat kecelakaan.
Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang tulang
Terjadi infeksi disekitar sendi.
Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong
kedepan merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang
bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit
kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan
ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid). Dislokasi terjadi
saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari
posisinya yang normal didalam sendi,karena terpeleset dari tempatnya maka
mengalami macet,selain itu juga mengalami nyeri.Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi ligamen-ligamennya menjadi kendor,akibatnya sendi itu akan
mudah mengalami dislokasi lagi.
Manifestasi klinis
1. Deformasi pada persendian
2. Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah.
3. Gangguan gerakan
4. Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
5. Pembengkaan
6. Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas
7. Nyeri
8. Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal paha servikal
9. Kekakuan
Komplikasi
Dini
1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.
2. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
3. Fraktur disloksi.
Komplikasi lanjut
1. Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
2. Dislokasi yang berulang : terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid.
3. Kelemahan otot.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai berikut:
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran
secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat
diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya
CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk
sendi.
Pengobatan Dislokasi
Pengobatan akan disesuaikan dengan area dan tingkat keparahan dislokasi yang
pasien alami. Beberapa bentuk pengobatan yang mungkin dilakukan, antara lain
adalah:
1. Reduksi. Tindakan yang dilakukan dokter untuk mengembalikan tulang ke posisi
semula.
2. Imobilisasi. Setelah tulang telah kembali ke posisi semula, dokter akan
menghambat gerak sendi dengan menggunakan penyangga sendi, seperti gips,
selama beberapa minggu.
3. Operasi. Jika dokter tidak mampu mengembalikan tulang ke posisi semula atau jika
pembuluh darah, saraf, atau ligamen yang berdekatan dengan dislokasi mengalami
kerusakan, maka dokter akan melakukan operasi.
4. Rehabilitasi. Setelah penyangga sendi dilepas, pasien akan menjalani program
rehabilitasi untuk memulihkan jangkauan gerak dan kekuatan sendinya.
Selain melalui pengobatan, ada beberapa langkah sederhana yang dapat pasien lakukan
sendiri untuk membantu proses penyembuhan. Di antaranya adalah:
1. Mengistirahatkan sendi yang mengalami dislokasi. Jangan terlalu banyak
menggerakkan sendi yang cedera dan hindari gerakan yang memicu rasa sakit.
2. Mengonsumsi obat pereda nyeri jika diperlukan. Obat-obatan yang dijual bebas di
apotek, seperti ibuprofen, dapat membantu meredakan rasa sakit yang dirasakan.
3. Mengompres sendi dengan air hangat dan es. Letakkan es pada sendi yang terluka
untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit. Gunakan kompres dingin selama 1-2
hari pertama. Setelah 2-3 hari, ketika rasa sakit dan peradangan mulai menghilang,
gunakan kompres panas untuk membantu melemaskan otot-otot yang kencang dan
sakit.
4. Melatih sendi yang cedera. Setelah 1-2 hari, lakukan sedikit latihan terhadap sendi
yang cedera sesuai petunjuk dokter. Hal ini dilakukan agar sendi tidak kaku.
Pencegahan Dislokasi
Untuk mencegah terjadinya cedera yang dapat mengakibatkan dislokasi, antara lain
dengan:
1. Selalu berhati-hati dan waspada ketika melakukan aktivitas.
2. Selalu berpegangan pada sisi tangga setiap naik atau turun
3. Memindahkan kabel listrik di lantai ke lokasi yang aman agar tidak tersandung.
4. Menggunakan perlengkapan pelindung ketika berolahraga.
5. Tidak berdiri di atas tempat-tempat yang tidak stabil, misalnya kursi.
6. Menutupi lantai dengan karpet yang tidak licin.
7. Melakukan latihan kebugaran secara rutin untuk meningkatkan keseimbangan dan
memperkuat otot-otot tubuh.
8. Memeriksakan kesehatan mata secara teratur dan memastikan rumah memiliki
pencahayaan yang cukup.
Sedangkan pada anak-anak, risiko cedera dan dislokasi dapat ditekan dengan cara:
1. Memastikan rumah aman bagi anak.
2. Memerhatikan dan mengawasi anak-anak ketika bermain.
3. Mengajari mereka mengenai perilaku aman ketika bermain atau beraktivitas.
4. Memasang pintu pengaman di tangga untuk mencegah anak jatuh.
Referensi
Mumpuni, MD. 2015. Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dislokasi
Permatasari, NU. 2017. Referat Fraktur dan Dislokasi
https://www.coursehero.com/file/45475581/Fraktur-elbowdoc/?justUnlocked=1#/doc/qa
(diakses pada 6 Oktober 2019)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57871/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4&isAllowed=y (diakses pada 6 Oktober 2019)
https://www.alodokter.com/dislokasi