OLEH
B. Anatomi
Kerangka anggota atas dikaitkan dengan kerangka badan dengan
perantaaran gelang bahu ,yang terdiri atas klavikula dan scapula. Klavikula,
atau tulang selangka, menghubungkan ekstremitas atas ke bagian badan atas.
Hal ini digolongkan sebagai tulang panjang, tetapi relatif singkat,
melampirkan medial ke sternum, dan lateral mengartikulasikan dengan
akromion scapula.
Klavikula membentuk bagian anterior dari sabuk bahu. Ini adalah
tulang panjang, melengkung agak seperti miring huruf f, dan ditempatkan
hampir horizontal di bagian atas dan anterior dada, tepat di atas tulang rusuk
pertama. Mengartikulasikan medial dengan manubrium sterni, dan lateral
dengan akromion skapula. Hal ini membentuk lengkung ganda, konveksitas
yang diarahkan ke depan pada akhir sternum, dan cekung pada akhir
skapularis.
Penentuan segi dari klavikula yaitu lateral atau medial. Ujung lateral
adalah datar, dan ujung medial besar dan segiempat.Shaft pula sedikit
melengkung, sehingga ke depan cembung di depan medial 2/3, dan cekung
dalam lateral 1/3.Permukaan inferior beralur longitudinal di pertengahan 1/3.
Sternal Ekstremitas (extremitas sternalis, ekstremitas internal).sternum
ekstremitas klavikula segitiga dalam bentuk, diarahkan medial, dan sedikit ke
bawah dan ke depan. Ini menyajikan sebuah segi artikular, cekung dari
sebelum mundur, dari atas ke bawah cembung, yang artikulasi dengan
manubrium sterni melalui intervensi disk artikular. Bagian bawah dari segi
dilanjutkan ke permukaan inferior tulang sebagai daerah semi-oval kecil untuk
artikulasi dengan tulang rawan dari tulang rusuk pertama. Lingkar permukaan
artikular kasar, untuk lampiran dari berbagai ligamen, sudut atas memberikan
lampiran ke disk artikular.
Acromial Ekstremitas (extremitas acromialis, ekstremitas luar).-
Acromial ekstremitas menyajikan kecil, pipih, oval permukaan diarahkan
miring ke bawah, untuk artikulasi dengan akromion skapula. Lingkar segi
artikular kasar, terutama di atas, untuk lampiran ligamen akromioklavikularis.
Pada perempuan, klavikula umumnya lebih pendek, tipis, kurang
melengkung, dan halus daripada pada pria. Pada orang-orang yang melakukan
kerja manual yang cukup menjadi lebih tebal dan lebih melengkung, dan
pegunungan untuk lampiran otot yang jelas ditandai.
D. Etiologi
Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor (De Jong, 2010 dalam Wahyuni, 2012)
1. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang, hal tersebut
akan menyebabkan fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi
biasanya bersifat comminuted dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan
2. Trauma tak langsung.
Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
trauma tersebut disebut trauma tidak langsung, misalnya jatuh dengan
tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini
jaringan lunak tetap utuh.
3. Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang lebih
besar dari pada daya tahan tulang.
4. Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
5. Usia penderita.
6. Kelenturan tulang dan jenis tulang.
E. Manifestasi Klinis
Pasien dengan fraktur clavicula biasanya didasari dari mekanisme
kecelakaan dan lokasi adanya ekimosis, deformitas, ataupun krepitasi.
Pasien biasanya mengeluh nyeri setelah terjadinya kecelakaan tersebut dan
sulit untuk mengangkat lengan atau bahu. Fraktur pada bagian tengah
clavicula, pada inspeksi bahu biasanya asimetris, agak jatuh kebawah, lebih
ke depan ataupun lebih ke posterior. Tanda dan gejala dapat dilihat
berdasarkan anamnesis misalnya apakah ada riwayat trauma, dan
pemeriksaan fisik bisa kita dapatkan pembengkakan daerah klavikula atau
aberasi, dan akan lebih mudah terlihat pada fraktur terbuka.
Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap
gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada
daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan.
Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah
tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal
pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti
fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang.
F. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur clavicula menurut Helmi (2012 dalam Wahyuni,
2012) adalah tulang pertama yang mengalami proses pergerasan selama
perkembangan embrio pada minggu ke lima dan enam. Tulang clavicula,
tulang humerus bagian proksimal dan tulang scapula bersama-sama
membentuk bahu. Tulang clavicula ini membantu mengangkat bahu ke atas,
keluar, dan kebelakang thorax. Pada bagian proximal tulang clavicula
bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC).
Pada bagian distal clavicula (AC), patah tulang pada umumnya mudah untuk
dikenali dikarenakan tulang clavicula adalah tulang yang terletak dibawah kulit
(subcutaneus) dan tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang terletak
dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang
clavicula terjadi akibat tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu.
Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang akan
menyebabkan fraktur.
G. Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis,
cedera vena atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion
(penyimpangan penyatuan). Malunion merupakan masalah kosmetik bila
pasien memakai baju dengan leher rendah.
1. Komplikasi akut:
a. Cedera pembuluh darah
b. Pneumouthorax
c. Haemothorax
2. Komplikasi lambat :
a. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam
waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di
dalam darah.
2. Radiologi
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
3. Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
4. Scan tulang, CT-scan/MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan
kerusakan jaringan lunak.
I. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai
penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi,
dan sisa kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil
ditangani dengan metode tanpa operasi. Perawatan nonoperative dengan cara
mengurangi gerakan di daerah patah tulang. Tujuan penanganan adalah
menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan
imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk
angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur
ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila
dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk
mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris.
Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal
klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan
sling dan pembatasan gerakan lengan.
Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen
korakoklavikular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi
terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien diperkenankan
melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat. Tindak
lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan 1 hingga 2
minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudian setiap 2
hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen
tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat
proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai
minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses penyembuhan tulang).
Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit
hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali
normal. Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
a. Fraktur terbuka.
b. Terdapat cedera neurovaskuler.
c. Fraktur comminuted.
d. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
e. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
f. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion).
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangi
rasa nyeri. Obat-obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik
antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan
NSAIDs seperti ibuprofen.
J. Asuhan Keperawatan
1.Aktivitas/istirahat:
Gejala: Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan
jaringan dan nyeri.
2.Sirkulasi:
Tanda:
a. Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon terhadap
nyeri/ansietas, sebaliknya dapat terjadi penurunan tekanan darah bila
terjadi perdarahan.
b. Takikardia
c. Penurunan/tak ada denyut nadi pada bagian distal area cedera,
pengisian kapiler lambat, pucat pada area fraktur.
d. Hematoma area fraktur.
3.Neurosensori:
Gejala:
a. Hilang gerakan/sensasi
b. Kesemutan (parestesia)
Tanda:
a. Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,
spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi.
b. Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan
jaringan dan nyeri.
c. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain.
4.Nyeri/Kenyamanan:
Gejala:
a. Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
fraktur, berkurang pada imobilisasi.
b. Spasme/kram otot setelah imobilisasi.
5.Keamanan:
Tanda:
a. Laserasi kulit, perdarahan
b. Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)
6.Penyuluhan/Pembelajaran:
a. Imobilisasi
b. Bantuan aktivitas perawatan diri
c. Prosedur terapi medis dan keperawatan
1) Pengkajian Diagnostik:
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah:
a) X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
b) Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
c) Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler.
d) Hitung Darah Lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon
terhadap peradangan.
e) Kretinin, trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens
ginjal
f) Profil koagulasi, perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi atau cedera hati.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur).
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya gangguan
muskuloskeletal
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer
menurun, prosedur invasive.
Perencanaan
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA HASIL
RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan Tujuan: NIC: Manajemen Nyeri
dengan agen injuri fisik Nyeri klien berkurang atau hilang setelah 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
(fraktur). dilakukan tindakan keperawatan 2x24 2. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai
jam ketidaknyamanan
NOC: 3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
Kontrol nyeri mengetahui pengalaman nyeri klien.
Kriteria Hasil: 4. Gali bersama klien faktor yang dapat menurunkan dan
1) Mengenali kapan nyeri terjadi memberat nyeri.
2) Menggambarkan faktor penyebab 5. Anjurkan menggunakan teknik non farmakologi dengan
3) Menggunakan tindakan pencegahan teknik distraksi dan relaksasi.
4) Melaporkan perubahan terhadap nyeri 6. Berikan informasi mengenai nyeri yang dirasakan
5) Ekspresi wajah 7. Kolaborasi pemberian analgesik dengan dokter
6) Tanda-tanda vital
Fraktur