Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN Tn. Y DENGAN FRAKTUR KALVIKULA TERTUTUP


DI RUANG CEMPAKA KAMAR 501 RSUD PASAR REBO

Disusun Oleh :
Bella Zefanya : 16.156.01.11.007
Citra Anggun N.S : 16.156.01.11.047
Dadan Rahmadi Rahmat : 16.156.01.11.008
Dayu Agustina : 16.156.01.11.087
Dewi Aprilianti : 16.156.01.11.048
Dwi Indri Fitriyani :16.156.01.11.014
Dwiki Riski Radiantoro :16.156.01.11.092

PEMBIMBING AKADEMIK :
1. Ns. Arabta Malem PP,S.kep,M.kep
2. Ns. Roulita S.kep

PENANGGUNG JAWAB KLINIK : Ibu Warti S.kep Ns

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


STIKes MEDISTRA INDONESIA
Jl. Cut Mutia Raya No. 88A Sepanjang Jaya
Bekasi Timur
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR KLAVIKULA

2.1 PENGERTIAN

Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian depan bahu
dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau clavicula adalah tulang yang
membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan
perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf.

Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban
berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan
terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang, 2012).

Back dan Marassarin (2013) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas
tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Smeltzer S.C &
Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau patah pada
tulang yang utuh.

Fraktur clavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman
langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal
clavikula (Putra, 2013). Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak
jarang terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni
bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak
langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma
yang lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus
dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup, tergantung
dari mekanisme terjadinya (Dokter bujang, 2012).
2.2 KLASIFIKASI

Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :

1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga
tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke
sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang
utuh).
3. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan
dunia luar, meliputi:
 Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol malalui kulit.
 Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi

Metode klasifikasi paling sederhana adalah berdasarkan pada apakah fraktur tertutup atau
terbuka. Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh di atas lokasi cedera, sedangkan fraktur
terbuka dicirikan oleh robeknya kulit di atas cedera tulang. Keursakan jaringan dapat sangat luas
pada fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan keparahannya.

 Derajat 1. Luka kurang dari 1 cm: kontaminasi minimal.


 Derajat 2. Luka lebih dari 1 cm: kontaminasi sedang.
 Derajar 3. Luka melebihi 6 hingga 8 cm: ada kerusakan luas pada jaringan lunak, saraf,
dan tendon, dan kontaminasi banyak. Oleh karena luka berhubungan dengan dunia luar,
risiko infeksi harus segera dikenali dan ditangani.

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun 1967 dan
dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi tiga
kelompok:
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi kejadian 75 -
80%).
 Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
 Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 -25%). Terbagi menjadi 3
tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular (conoid dan trapezoid).
 Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan
tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
 Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
 Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoya ataupun kedua -
duanya.
 Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.
 Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
 Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
 Tipe 6. Pecah: Dicirikan oleh tulang yang pecah berkeping-keping, sering terjadi
pada ujung tulang atau vertebra.
 Tipe 7 Kominutif: Terdapat lebih dari satu garis fraktur, lebih dari dua fragmen
tulang, fragmen dapat terputir atau hancur.
 Tipe 8. Tergeser: Fragmen-fragmen berada pada posisi tidak normal diposisi
fraktur.
 Tipe 9 Inkomplet: Trejadi hanya pada satu sisi korteks tulang, biasanya tidak
bergeser.
 Tipe 10 Linear: Garis fraktur masih utuh, fraktur akibat gaya minior atau yang
sedang mengenai langsung pada tulang.
 Tipe 11 Longitudinal: Garis fraktur memanjang pada sumbu longitudinal tulang.
 Tipe 12 Tidak Bergeser: Fragmen masih lurus pada lokasi fraktur.
 Tipe 13 Oblik: Garis fraktur terjadi pada kurang lebih sudut 45° pada sumbu
longitudinal tulang.
 Tipe 14 Spiral: Garis fraktur terjadi akibat gaya puntaran, membentuk suatu spiral
yang mengelilingi tulang.
 Tipe 15 Stelata: Garis fraktur menyebar dari satu titik pusat.
 Tipe 16 Transversal: Garis fraktur terjadi pada sudut 90° pada sumbu longitudinal
tulang.
 Tipe 17 Avulasi: Fragmen-fragmen tulang terlempar dari badan tulang pada lokasi
perlekatan ligamen atau tendon.
 Tipe 18 Greenstick: Fraktur inkomplet dimana satu sisi korteks tulang patah dan
sisi lain melekuk tetapi masih utuh.
 Tipe 19 Impaksi: Fraktur teleskopi, dengan satu fragmen terdorong kedalam
fragmen lain.

3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%) Pada kejadian ini
biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

2.3 ETIOLOGI

Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bias langsung/ tidak langsung (kontraksi otot, fleksi
berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang tertarik
berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur klavikula
sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi yang komplit, walaupun tidak
umum, mungkin menggunakan ORIF.

Faktur Klavikula, menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering
terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/ tertarik keluar (outstreched hand) dimana
trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru - baru ini telah
diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah
hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena
pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh (Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson).
Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched
hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah
tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus
patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering dijumpai. Pada anak - anak sekitar 10 –
16% dari semua kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6 – 5 %.

Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

Penyebab Fraktur adalah :


a. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan

2.4 PATOFISIOLOGI

Patah Tulang selangka (Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera atau trauma.
Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika terbentur terentang atau
mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga dapat menyebabkan patah tulang
selangka/ fraktur klavikula. Hal ini mungkin terjadi selama perkelahian, kecelakaan mobil, atau
dalam olahraga, seperti sepak bola dan gulat.

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun
maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi
menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat
mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggau.

Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat
terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik
yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut
syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang
sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas
fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan
fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183,
dalam keperawatan

site, 2013.)
2.5 PATHWAY
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Diabetes Mendiagnosis fraktur harus berdasarkan manifestasi
klinis klien, riwayat, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis. Beberapa fraktur sering
langsung tampak jelas: beberapa lainnya terdeteksi hanya dengan rontgen (sinar-x).
Pengkajian fisik dapat menemukan beberapa hal berikut:
1. Deformitas. Pembekakan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada
lokasi fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai, deformitas
rational, atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki
deformitas yang nyata.
2. Pembengkakan. Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan
serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
3. Memar (ekimosis). Memar terjadi karena perdarahan sybkutan pada lokasi fraktur.
4. Spasme otot. Sering mengiringi fraktur, spasme otot involuntary sebenarnya
berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih lanjut dari fragmen
fraktur.
5. Nyeri. Jika klien secara neurologis masih bai, nyeri akan selalu mengiringi fraktur;
itensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien. Nyeri
biasanya terus-menerus, meningkat jika fraktur tidak diimobilisasi.
6. Ketegangan. Ketegangan di atas lokasi fraktur dusebabkan oleh cedera yang terjadi.
7. Kehilangan fungsi. Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur
atau karena hilangnya fungsi pengungkit-lengan pada tungkai yang terkena.
Kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf.
8. Gerakan abnormal dan krepitasi. Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian
tengah tulang atau gesekan antar fragmen fraktur yang menciptakan sensasi dari suara
derita.
9. Perubahan neurovascular. Cedera neurovakular terjadi akibat kerusakan saraf perifer
atau struktur vaskular yang terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas atau
kesemutan atau tidak teraba nadi pada daerah distal dari fraktur.
10. Syok. Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau
tersembunyi dapat menyebabkan syok.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di dalam darah.
2. CT scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar
dari klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil.
Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Pasien (Intra Vena). Pewarna ini
dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap
yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa
pewarna. Beritahu petugas jika Pasien alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau
kondisi medis lainnya.
3. Magnetic resonance imaging scan/ MRI
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang
selangka/ klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari
tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring diam selama MRI.
4. X-ray

X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil

2.8 PENATALAKSAAN MEDIS

Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan bedah atau
operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif. Pada orang dewasa dan anak-anak
biasanya pengobatannya konservatif tanpa reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi
tidak diperlukan, apalagi pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan
gangguan pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara
kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran. yang
penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi dari pada tingkat siku, analgetik,
dan latihan gerak jari dan tangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion)

Melakukan dengan cara terapi :

 Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga mungkin
perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
 Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula patah
dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher untuk
kenyamanan dan keamanan.
 Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan gerak
dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk membawa kembali
kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.
2.9 KOMPLIKASI

Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena
atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan mal union (penyimpangan penyatuan).

Mal union merupakan masalah kosmetik bila pasienmemakai baju dengan leher rendah.
Komplikasi akut meliputi cedera pembuluh darah, pneumouthorax, haemothorax. Komplikasi
lambat dapat meliputi, mal union adalah proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi
dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Sedangkan Non
union adalah kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.
KONSEP ASUHAN KEPARAWATAN

.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa melakukan banyak
aktivitas, mual, muntah, dan nafsu makan menurun, (Brunner & suddarth, 2002)
b. Riwayat Penyakit dahulu
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses perawatan
post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Fraktur bukan merupakan penyakit keturunan akan tetapi adanya riwayat keluarga
dengan DM perlu di perhatikan karena dapat mempengaruhi perawatan post operasi
2. Pola Kebiasan
a. Pola Nutrisi : Tidak mengalami perubahan, namun beberapa kondisi dapat
menyebabkan pola nutrisi berubah, seperti nyeri yang hebat, dampak hospitalisasi
b. Pola Eliminasi : Pasien dapat mengalami gangguan eliminasi BAB seperti konstipasi
dan gangguan eliminasi urine akibat adanya program eliminasi
c. Pola Istirahat : Kebutuhan istirahat atau tidur pasien tidak mengalami perubahan yang
berarti, namun ada beberapa kondisi dapat menyebabkan pola istirahat terganggu atau
berubah seperti timbulnya rasa nyeri yang hebat dan dampak hospitali
d. Pola Aktivitas : Hampir seluruh aktivitas dilakukan ditempat tidur sehingga aktivitas
pasien harus dibantu oleh orang lain, namun untuk aktivitas yang sifatnya ringan
pasien masih dapat melakukannya sendiri,
e. Personal Hygiene : Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya, namun
harus ada bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien ditempat tidur.
f. Riwayat Psikologis : Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas, selain itu dapat
juga terjadi ganggguan konsep diri body image, psikologis ini dapat muncul pada
pasien yang masih dalam perawatan dirumah sakit.
g. Riwayat Spiritual : Pada pasien post operasi fraktur tibia riwayat spiritualnya tidak
mengalami gangguan yang berarti
h. Riwayat Sosial : Adanya ketergantungan pada orang lain dan sebaliknya pasien dapat
juga menarik diri dari lingkungannya karena merasa dirinya tidak berguna
i. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat kesehatan
dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara berurutan dari
kepala sampai kejari kaki.
3. Inspeksi : Pengamatan lokasi pembengkakan, kulit pucat, laserasi, kemerahan mungkin
timbul pada area terjadinya faktur adanya spasme otot dan keadaan kulit.
4. Palpasi : Pemeriksaan dengan perabaan, penolakan otot oleh sentuhan kita adalah nyeri
tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri tekan pada
area fraktur dan di daerah luka insisi.
5. Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.
6. Auskultasi ; Pemeriksaan dengan cara mendengarkan gerakan udara melalui struktur
berongga atau cairan yang mengakibatkan struktur solit bergerak. Pada pasien fraktur
pemeriksaan ini pada areal yang sakit jarang dilakukan, (Brunner & Suddarth, 2002)

.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi.
2) Kerusakan integritas jaringan  b.d fraktur
3) Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan rangka
neuromuskuler
4) Resiko infeksi b/d tindakan invasif
.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Nyeri akut NOC : Managemen Nyeri
v  Pain Level
-      Kaji nyeri secara komprehensif
v  Pain control
termasuk lokasi, karakteristik,
v  Comfort level
durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Kriteria Hasil :
-      Observasi reaksi nonverbal dari
·   Mampu mengontrol
ketidaknyamanan
nyeri (tahu penyebab
-      Ajarkan tentang teknik non
nyeri.
farmakologi, tehnik relaksasi
·   Mampu menggunakan
-      Berikan analgetik untuk
tehnik nonfarmakologi
mengurangi nyeri
untuk mengurangi
-      Kolaborasikan dengan dokter
nyeri, mencari bantuan)
jika ada keluhan dan tindakan
·   Melaporkan bahwa
nyeri tidak berhasil
nyeri berkurang dengan
-      Atur posisi pasien yang
menggunakan
nyaman  
manajemen  nyeri
·   Wajah rileks
·   Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
·   Tanda vital dalam
rentang normal
Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Kerusakan integritas NOC : NIC :
jaringan  b.d fraktur Tujuan: kerusakan -     Kaji ulang integritas luka dan
integritas jaringan dapat observasi terhadap tanda infeksi
diatasi setelah tindakan atau drainage
perawatan. -          Monitor suhu tubuh
·         Kriteria hasil: -    Lakukan perawatan kulit,
 Penyembuhan luka dengan sering pada patah tulang
sesuai waktu yang menonjol
·          Tidak ada -          Lakukan alih posisi,
laserasi, integritas pertahankan kesejajaran tubuh
kulit baik -          Kolaborasi pemberian
antibiotic

Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Kerusakan mobilitas NOC : NIC :
fisik b.d cedera Tujuan : kerusakan -          Pertahankan tirah baring
jaringan sekitar mobilitas fisik dapat dalam posisi yang
fraktur, kerusakan berkurang setelah diprogramkan
rangka dilakukan tindakan -          Tinggikan ekstrimitas yang
neuromuskuler keperaawatan sakit
Kriteria hasil -          Instruksikan klien/bantu
NOC : dalam latihan rentang gerak
·         Meningkatkan pada ekstrimitas yang sakit dan
mobilitas pada tak sakit
tingkat paling -          Beri penyangga pada
tinggi yang ekstrimit yang sakit diatas dan
mungkin dibawah fraktur ketika bergerak
·         Mempertahankan -          Jelaskan pandangan dan
posisi fungsinal keterbatasan dalam aktivitas
·         Meningkaatkan
kekuatan /fungsi
yang sakit
·         Menunjukkan
tehnik mampu
melakukan aktivitas

Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Resiko infeksi b/d NOC : Infection Control (Kontrol
tindakan invasif v  Immune Status infeksi)
v  Risk control -      Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : -      Gunakan sabun antimikrobia
v  Klien bebas dari tanda untuk cuci tangan
dan gejala infeksi -      Cuci tangan setiap sebelum
v  Menunjukkan dan sesudah tindakan
kemampuan untuk keperawatan
mencegah timbulnya -      Gunakan sarung tangan
infeksi sebagai alat pelindung
v  Jumlah leukosit dalam -      Pertahankan lingkungan
batas normal aseptik selama pemasangan
alat
-      Tingkatkan intake nutrisi
-      Berikan terapi antibiotik bila
perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)
-      Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
-      Monitor hitung granulosit,
WBC
-      Monitor kerentanan terhadap
infeksi
-      Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
-      Berikan perawatan kulit  pada
area epidema
-      Inspeksi kulit dan membran 
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
-      Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
-      Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
-      Dorong masukan cairan
-      Dorong istirahat
-      Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
-      Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
-      Ajarkan cara menghindari
infeksi
-      Laporkan  kecurigaan infeksi
-      Laporkan  kultur positif

.4 IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan salah satu unsur pertahapan dari keseluruhan pembangunan


sistem komputerisasi, dan unsur yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan sistem
komputerisasi yaitu masalah perangkat lunak (software), karena perangkat lunak yang
digunakan haruslah sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan, disamping masalah
perangkat keras (hardware) itu sendiri.
.5 EVALUASI

TGL/jam Dx EVALUASI (SOAP)


14/05/2010 1 S: klien mengatakan nyeri berkurang
21.50 O: Ekspresi wajah tenang
A:  Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
22.50 2. S: Klien mengatakan pemenuhan kebutuhan sehari
hari masih sdikit dibantu.
O: Pemenuhan kebutuhan  klien sebagian dibantu.
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
00.00 3. S: Klien mengatakan cukup nyaman pada posisinya
O: keadaan klien membaik
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin Huda. 20015.NANDA & NIC-NOC. Jakarta: Mediaction

Brunner and Suddarth.2008. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 vol 2.Jakarta: EGC

Potter and Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7. Jakarta: SalembaMedika
Joyce M.Black and Jane Hokanson. 2014. KeperawatanMedikalBedah. Buku1 Edisi 8. Jakarta:
SalembaMedika
Devi, M., Rosnani. ,&Sosya, M.S. (2012). Pemberian Kompres dingin terhadap nyeri pada
pasien fraktur ekstremitastertutup di IGD RSMH Palembang tahun 2012. JurnalKedokteran dan
Kesehatan. 2(3), 253-260.
Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan:
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal BedahEdisi8 Volume2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai