Anda di halaman 1dari 6

faktor prognostik mortalitas obstruksi duodenum kongenital yang dilakukan operasi di RSUP Dr

Sardjito
BERLIANI HIJRIAWATI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Duodenum merupakan bagian yang paling sering terjadi obstruksi . Obstruksi duodenum

kongenital secara etiologi diklasifikasikan menjadi 2 tipe antara lain obstruksi intrinsik

duodenum kongenital dan obstruksi ekstrinsik duodenum kongenital. Obstruksi intrinsik

duodenum kongenital termasuk diantaranya atresia duodenum, stenosis duodenum, dan web

duodenum. Annular pankreas sering kebetulan didapatkan pada kasus atresia dan stenosis

duodenum.(Niramis R et al,2010)

Kasus atresia duodenum dilaporkan pertama oleh Calder, pada tahun 1733. Cordes, pada

1901, Cordes,pada tahun 1901,menjelaskan temuan klinis berhubungan dengan defek

kongenital, Vidal dari Prancis dan Ernst dari Belanda,pertama kali berhasil operasi pada

kelainan ini. (Applebaum,2012)

Atresia duodenum dan stenosis adalah kasus yang sering menyebabkan obstruksi

intestinal kongenital terjadi pada 1 : 5.000 sd 10.000 kelahiran hidup. Lebih dari 50% pasien

berhubungan dengan anomali kongenital diantaranya anomali pankreas, malrotasi intestinal,

atresia esofagus, divertikulum Meckel’s, anus imperforata, penyakit jantung bawaan,

kelainan sistem saraf pusat, kelainan ginjal, dan jarang anomali traktus biliaris. Down’s

syndrome terjadi kira-kira 30% dari pasien, polyhidramnion pada 33% sampai 50% dan 45%

prematur.(Escobar M.A,2004)

Jumlah kematian setelah tindakan pembedahan pada obstruksi intestinal menurun tajam

dari peningkatan yang mencolok dilaporkan 65% pada 1929, dari Rumah Sakit Charity di

New Orleans. Wangensteen’s classic monograph pada obstruksi intestinal pertama muncul 17

1
faktor prognostik mortalitas obstruksi duodenum kongenital yang dilakukan operasi di RSUP Dr
Sardjito
BERLIANI HIJRIAWATI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tahun yang lalu, dan menemukan tingkat kematian menurun 43% sampai tahun 1955.(Turner

J.C et al,1957)

Teknik operasi sekarang dan perawatan NICU (neonatal intensive care unit) saat ini

menunjukkan tingkat mortalitas sebanyak 5%.Akhir-akhir ini, tingkat survival setelah

operasi meningkat dari 60 sampai 90%. Setelah operasi kebanyakan pasien tidak bergejala

dan menunjukkan pertumbuhan normal. Beberapa dilaporkan terjadi komplikasi lambat pada

12%-15% pasien. Penyebab pasti insiden komplikasi jangka panjang dan kematian setelah

repair awal atresia duodenum tidak diketahui.(Escobar M A et al,2004) Anak-anak dengan

Down syndrome atau kelainan kongenital lain, khususnya complex cardiac defect,

mempunyai tingkat mortilitas lebih tinggi.Kira-kira 20%-40% dari pasien dengan obstruksi

intrinsik duodenum kongenital, terutama dengan atresia duodenum, down syndrom.(Niramis

R et al, 2010) laporan sebelumnya menunjukkan bahwa down syndrom diramalkan

mempunyai prognosis buruk untuk pasien obstruksi duodenum intrinsik kongenital karena

tingginya insiden penyakit jantung kongenital, pneumonia.(Grosfeld JL,1993)

Anak-anak dengan anomali foregut mencakup atresia esofagus dan dismotilitas

gastroduodenal menyebabkan refluks gastroesofageal. Dismotilitas pada atresia usus halus

mungkin dihubungkan dengan kerusakan sel otot polos karena iskemia, hipoplasi enteric

nerves, dan menurunnya immunoreaktif otot polos. Dilatasi bagian proksimal duodenum

yang atretik berhubungan dengan pasase yang terganggu. Sebelum pertengahan tahun 1970,

duodenojejunostomi dipilih untuk tindakan atresia dan stenosis duodenum. Sangat jarang

gastrojejunostomi dilakukan. Duodenojejunostomi berhubungan dengan keterlambatan fungsi

anastomosis sering menuntut menggunakan transanastomotic feeding tube atau nutrisi

parenteral. Spigland dan Yazbeck 6 anak memerlukan operasi kembali, 5 pasien tindakan

awalnya duodenojejunostomi dan 1 pasien dilakukan duodenoduodenostomi. Blind loop

2
faktor prognostik mortalitas obstruksi duodenum kongenital yang dilakukan operasi di RSUP Dr
Sardjito
BERLIANI HIJRIAWATI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

syndrome umumnya muncul pada pasien yang diterapi dengan duodenojejunostomi dan

diperbaiki dengan konversi duodenoduodenostomi.(Escobar MA et al,2004)

Prosedur pilihan untuk atresia dan stenosis duodenum adalah duodenoduodenostomi.

Operasi berkembang dari anastomosis side to side menjadi anastomosis tranversal pada

bagian proksimal dan longitudinal pada bagian distal (diamond shaped).(Escobar MA et

al,2004)

Menurut Adipurwadi C (2010) yang melakukan penelitian mengenai evaluasi hasil

penatalaksanaan penderita obstruksi duodenum kongenital di RSUP Dr Sardjito selama kurun

waktu Mei 2004 sampai Mei 2009 didapatkan 30 pasien obstruksi duodenum kongenital,

sebanyak 11 pasien meninggal setelah dioperasi. Penyebab obstruksi berdasarkan klasifikasi

Ladd pada penemuan operasi adalah penyebab intrinsik terdapat 18 kasus (60%), ekstrinsik

terdapat 12 kasus (40%). Tindakan yang dilakukan selama operasi adalah duodenoplasty 1

kasus (3,3%), duodenoduodenostomi 14 kasus (46,7%), duodenojejunostomi 14 kasus

(46,7%) dan Ladd’s prosedur 1 kasus (3,3%). Jumlah penderita yang dilakukan reseksi

sebanyak 28 pasien, teknik yang dilakukan adalah duodenojejunostomi dan

duodenoduodenostomi. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kehidupan

penderita yang dilakukan reseksi dan anastomosis dengan kedua teknik.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dan hasil dari penanganan obstruksi duodenum

kongenital, angka mortalitas di RSUP Dr Sardjito masih tinggi, sehingga perlu dilakukan

penelitian ini.

3
faktor prognostik mortalitas obstruksi duodenum kongenital yang dilakukan operasi di RSUP Dr
Sardjito
BERLIANI HIJRIAWATI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan, dapat disampaikan rumusan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara kelainan kongenital penyerta (associated

anomalies) terhadap mortalitas pada obstruksi duodenum?

2. Apakah terdapat hubungan antara tipe obstruksi terhadap mortalitas pada obstruksi

duodenum?

3. Apakah terdapat hubungan antara penyebab obstruksi terhadap mortalitas pada

obstruksi duodenum?

4. Apakah terdapat hubungan antara jenis tindakan operasi terhadap mortalitas pada

obstruksi duodenum?

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara kelainan kongenital penyerta (associated

anomalies) terhadap mortalitas pada obstruksi duodenum

2. Untuk mengetahui hubungan antara tipe obstruksi terhadap mortalitas pada obstruksi

duodenum

3. Untuk mengetahui hubungan antara penyebab obstruksi terhadap mortalitas pada

obstruksi duodenum

4. Untuk mengetahui hubungan antara jenis tindakan operasi terhadap mortalitas pada

obstruksi duodenum

4
faktor prognostik mortalitas obstruksi duodenum kongenital yang dilakukan operasi di RSUP Dr
Sardjito
BERLIANI HIJRIAWATI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4. Keaslian Penelitian

Penelitian yang sudah dipublikasikan:

No Judul Penelitian Jumlah sampel Desain Perbedaan

1 1.Evaluasi Hasil Usia 0-30 hari Cross sectional penelitian ini

Penatalaksanaan (30 pasien) selain

Penderita Obstruksi mengevaluasi

Duodenum Kongenital hasil

di RSUP Dr Sardjito tindakan,juga

Tahun 2004-2008 mengevaluasi

(Adipurwadi,C, 2009) faktor

prognostik

mortalitas

2 Postoperative 100 pasien Case control Mengevaluasi

Morbidity and morbiditas dan

Mortality in Intestinal mortalitas pada

Obstruction semua obstruksi

Comparative Study of usus halus

100 consecutive cases

from each of the past

Three Decades (Turner

J. C et al, 1957)

5
faktor prognostik mortalitas obstruksi duodenum kongenital yang dilakukan operasi di RSUP Dr
Sardjito
BERLIANI HIJRIAWATI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dalam bidang akademik, penelitian ini memberikan informasi mengenai faktor

prognostik mortalitas pada bayi-bayi dengan obstruksi duodenum yang dilakukan

operasi di RSUP Dr. Sardjito

2. Dalam bidang pengembangan penelitian dapat menyumbangkan saran perbaikan

terhadap faktor-faktor prognostik mortalitas dikemudian hari di RSUP Dr. Sardjito

sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai