Oleh :
Ramayana Lestari Dewi
NIM 162310101255
KELAS C 2016
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Pankreas adalah kelenjar endokrin dan eksokrin. Sel pancreas yang berfungsi
sebagai sel endokrin adalah pulau Langerhans. Pulau Langerhans mempunyai empat
macam sel, yaitu :
1. Sel alfa menyekresi hormone glucagon.
2. Sel beta menyekresi insulin.
3. Sel delta menyekresi somatostatin. Somatostatin dapat menekan keluarnya
(inhibitor) hormon pertumbuhan, insulin, dan gastrin.
4. Sel F menyekresi polipeptida pancreas (Baradero, 2009).
Pankreas memiliki struktur yang sangat mirip dengan kelenjar ludah dan
terletak di belakang bagian bawah lambung. Panjang pankreas berkisar 15 cm, mulai
dari duodenum sampai limpa, terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor .
Penyakit yang terjadi pada pankreas meliputi pankreatitis, kanker pankreas.
Pankreas merupakan kelenjar eksokrin (pencernaan) sekaligus kelenjar
endokrin.
1. Fungsi endokrin
a. Sel pankreas yang memproduksi hormon disebut sel pulau Langerhans, yang
terdiri dari sel alfa yang memproduksi glukagon dan sel beta yang
memproduksi insulin.
b. Glukagon. Efek glukagon secara keseluruhan adalah meningkatkan kadar
glukosa darah dan membuat semua jenis makanan dapat digunakan untuk
proses energi. Glukagon merangsang hati untuk mengubah glikogen
menurunkan glukosa (glikogenolisis) dan meningkatkan penggunaan lemak
dan asam amino untuk produksi energi. Proses glukoneogenesis merupakan
pengubahan kelebihan asam amino menjadi karbohidrat sederhana yang dapat
memasuki reaksi pada respirasi sel.Sekresi glukagon dirangsang oleh
hipoglikemia. Hal ini dapat terjadi pada keadaaan lapar atau selama stres
fisiologis, misalnya olahraga.
c. Insulin. Efek insulin adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan penggunaan glukosa untuk produksi energi. Insulin
meningkatkan transport glukosa dari darah ke sel dengan meningkatkan
permeabilitas membran sel terhadap glukosa (namun otak, hati, dan sel-sel
ginjal tidak bergantung pada insulin untuk asupan glukosa). Di dalam sel,
glukosa digunakan digunakan pada respirasi sel untuk menghasilkan energi.
Hati dan otot rangka mengubah glukosa menjadi glikogen (glikogenesis) yang
disimpan untuk digunakan di lain waktu. Insulin juga memungkinkan sel-sel
untuk mengambil asam lemak dan asam amino untuk digunakan dalam
sintesis lemak dan protein (bukan untuk produksi energi). Insulin merupakan
hormon vital; kita tidak dapat bertahan hidup untuk waktu yang lama tanpa
hormon tersebut. Sekresi insulin dirangsang oleh hiperglikemia. Keadaan ini
terjadi setelah makan, khususnya makanan tinggi karbohidrat. Ketika glukosa
diabsorbsi dari usus halus ke dalam darah, insulin disekresikan untuk
memungkinkan sel menggunakan glukosa untuk energi yang dibutuhkan
segera. Pada saat bersamaan, semua kelebihan glukosa akan disimpan di hati
dan otot sebagai glikogen.
2. Fungsi eksokrin
a. Kelenjar eksokrin pada paankreas disebut acini, yang menghasilkan enzim
yang terlibat pada proses pencernaan ketiga jenis molekul kompleks makanan.
b. Enzim pankreatik amilase akan mencerna zat pati menjadi maltosa. Kita bisa
menyebutnya enzim “cadangan” untuk amilase saliva.
c. Lipase akan mengubah lemak yang teremulsi menjadi asam lemak dan
gliserol. Pengemulsifan atau pemisahan lemak pada garam empedu akan
meningkatkan luas permukaan sehingga enzim lipase akan dapat bekerja
secara efektif.
d. Tripsinogen adalah suatu enzim yang tidak aktif, yang akan
menjadi tripsin aktif di dalam duodenum. Tripsin akan mencerna polipeptida
menjadi asam-asam amino rantai pendek.
e. Cairan enzim pankreatik dibawa oleh saluran-saluran kecil yang kemudian
bersatu membentuk saluran yang lebih besar, dan akhirnya masuk ke
dalam duktus pankreatikus mayor. Duktus tambahan juga bisa muncul.
Duktus pankreatikus mayor bisa muncul dari sisi medial pankreas dan
bergabung dengan duktus koledokus komunis untuk kemudian menuju ke
duodenum.
f. Pankreas juga memproduksi cairan bikarbonat yang bersifat basa. Karena
cairan lambung yang memasuki duodenum bersifat sangat asam, ia harus
dinetralkan untuk mencegah kerusakan mukosa duodenum. Prose penetralan
ini dilaksanakan oleh natrium bikarbonat di dalam getah pankreas, dan pH
kimus yang berada di dalam duodenum akan naik menjadi sekitar 7,5.
g. Sekresi cairan pankreas dirangsang oleh hormon sekretin dan kolesistokinin,
yang diproduksi oleh mukosa duodenum ketika kismus memasuki intestinum
tenue.
h. Sekretin meningkatkan produksi cairan bikarbonat oleh pankreas, dan
kolesistokinin akan merangsang sekresi enzim pankreas.
2.2 PENGERTIAN
2.3 ETIOLOGI
Etiologi yang paling sering adalah batu empedu (30-50%) dan alkohol (10-
40%), idiopatik (15%), trauma (5%). Penyebab lain jarang namun harus
dipertimbangkan bila tidak ada batu empedu. Penyebab lain di antaranya obat-obatan,
divisum pankreas, hipertrigliserida, virus (campak, virus Cox-sackie) (Davey, 2006).
Karena prevalensi yang tinggi dan pentingnya pencegahan, USG abdomen
untuk menilai kolelitiasis harus dilakukan pada semua pasien pankreatitis akut.
Pankreatitis karena batu empedu biasanya merupakan kejadian akut, dan sembuh
apabila batu telah disingkirkan atau lewat/lepas secara spontan. Apabila tidak ada
riwayat batu empedu dan minum alkohol, medikasi, agen infeksius, dan penyebab
metabolik seperti hiperkalsemia dan hiperparatiroid. Beberapa obat termasuk 6-
mercaptopurine, azathioprine, dan DDI (2’-,3’-dideoxyinosine) dapat menyebabkan
pankreatitis akut. Trigliserida serum harus di atas 1000 mg/dL untuk
dipertimbangkan sebagai penyebab pankreatitis akut jika tidak ditemukan etiologi
lain (Pratama, 2016).
Penyebab paling sering dari pankreatitis kronis adalah alkoholisme. Penyebab
lainnya adalah faktor keturunan dan penyumbatan saluran pankreas yang disebabkan
oleh penyempitan saluran atau kanker pankreas. Pankreatitis akut jarang
menyebabkan penyempitan pada saluran pankreas yang akan mengarah pada
terjadinya pankreatitis kronis. Pada banyak kasus, penyebab pankreatitis kronis tidak
diketahui. Di negara-negara tropis (Indonesia, India, Nigeria), pankreatitis kronis
dengan sebab yang tidak diketahui yang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda,
bisa menyebabkan diabetes dan penumpukan kalsium di pankreas.
2.4 KLASIFIKASI
Patofisiologi pankreatitis akut masih belum jelas; dapat terjadi apabila faktor
pemeliharaan hemostasis seluler tidak seimbang. Faktor ekstraseluler (misalnya:
respons saraf dan vaskuler) dan intraseluler (misalnya: aktivasi enzim pencernaan
intrasel, peningkatan sinyal kalsium, dll) dapat berpengaruh. Diduga, kejadian yang
dapat memicu pankreatitis akut adalah kejadian yang mengganggu sel acinar dan
mengganggu sekresi granul zymogen, contohnya pada penggunaan alkohol berlebih,
batu empedu, dan beberapa jenis obat. Gangguan sel acinar dimulai dari kekacauan di
membran sel, dapat mengakibatkan :
a. bagian granul lisosom dan zymogen bergabung, dan dapat mengaktivasi
tripsinogen menjadi tripsin „
b. Tripsin intraseluler dapat memicu aktivasi seluruh jalur zymogen „
c. Vesikel sekretorik dikeluarkan dari membran basolateral ke interstitial, fragmen
molekulnya bekerja sebagai chemoattractants untuk sel inflamasi.
Aktivasi neutrofil dapat mengeksaserbasi masalah dengan dilepaskannya
superoxide atau enzim proteolitik (misalnya: cathepsins B, D, dan G; kolagenase, dan
elastase). Akhirnya makrofag melepaskan sitokin yang memediasi respons inflamasi
lokal (pada kasus berat dapat sistemik). Mediator awal yang diketahui adalah TNF-α,
interleukin (IL)-6, dan IL-8. Mediator inflamasi tersebut meningkatkan permeabilitas
vaskuler pankreas, dapat berlanjut menjadi perdarahan, edema, dan terkadang
nekrosis pankreas. Karena disekresi ke sistem sirkulasi, dapat muncul komplikasi
sistemik seperti bakteremia, acute respiratory distress syndrome (ARDS), efusi
pleura, perdarahan saluran cerna, dan gagal ginjal. Systemic inflammatory response
syndrome (SIRS) juga dapat terjadi, dapat berlanjut menjadi syok sistemik.2 Pada
beberapa kasus pankreatitis akut, awalnya terjadi edema parenkim dan nekrosis lemak
peripankreas, dikenal sebagai pankreatitis edema akut. Saat nekrosis parenkim terjadi,
disertai perdarahan dan disfungsi kelenjar, inflamasi berkembang menjadi
pankreatitis hemoragik atau necrotizing pancreatitis.
2.6 TANDA DAN GEJALA
2.8 PENATALAKSANAAN
3.1 PENGKAJIAN
Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen utama
untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data, mengorganisasikan data, dan
mendokumentasikan data. Pengumpulan data antara lain meliputi :
a. Biodata
1) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku, alamat, status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose
medis)
2) Identitas penanggung jawab (nama, umur, pekerjaan, alamat, hubungan
dengan pasien)
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada penderita pankreatitis terdapat nyeri pada abdomen dan rasa nyeri
menyebar ke bagian tengah punggung.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Nyeri pada abdomen, hiertensi, berat badan menurun, mual muntah,
membrane mukosa kering.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien terdapat riwayat penyakit DM.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Didalam keluarga tidak ada penyakit keturunan dan menular.
5) Pola tidur dan istirahat : terdapat pasien dengan gangguan pola tidur yang
disebabkan oleh nyeri pada abdomen dan ras nyeri yang menyebar ke
bagian tengh punggung.
6) Pola persepsi kognitif : pasien mampu berkomunikasi dan berorientasi
dengan baik dengan orang lain.
7) Pola persepsi dan konsep diri : perasaan terisolasi diri atau perasaan tidak
percaya diri karena sakitnya.
9) Pola mekanisme dan koping : pasien terbuka dengan anggota keluarga yang
lain sehingga ketika ada masalah selalu dipecahkan bersama
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital
Nadi : Takikardi
Pernafasan : Normal
Suhu : Hipertermi
Tekanan Darah : Hipertensi
2) Keadaan umum
Kesan umum pasien baik, wajah tidak ada kelainan bentuk, kesadaran
compos mentis.
3) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi pada saat inspirasi
Palpasi : gerakan dada pada waktu bernafas simetris, tidak terdapat adanya
massa dinding thorak, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : terdapat bunyi redup
Auskultasi : suara pernafasan vesikuler
4) Sistem pencernaan
Inspeksi : abdomen tidak simetris,tampak adanya benjolan
Palpasi : adanya nyeri tekan
Perkusi : terdapat bunyi timpany
Auskultasi : suara usus hiperaktif
5) Sistem intregumen
Inspeksi : warna kulit tidak normal, dan tidak ada lesi pada kulit, jumlah
rambut tipis & warna kuku putih kemerahan dengan bentuk normal, kuku
tampak panjang dan kotor.
Palpasi : Suhu badn hipertermi, kelembapan kulit pasien kering turgor kulit
kering.
Aru, W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta : FKUI
Speicher, Carl E. 1996. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif. Jakarta : EGC
https://books.google.co.id/books?id=oe1InBky1Y4C&printsec=frontcover#v=
onepage&q&f=false (Diakses pada hari jumat tanggal 28 September 2018
pukul 23.29 WIB)
http://www.pojok-science.com/pankreatitis-akut-contoh-kasus/