Disusun oleh:
MASJINA HASAN
A1C122115
CI INSTITUSI CI LAHAN
(…………………………..) (…………………………..)
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2022/2023
A. Konsep Dasar Pankreatitis
1. Definisi Pankreatitis
Pankreatitis akut adalah inflamasi pada pankreas yang terjadi akibat proses
tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri. maksudnya secara normal
pankreas dilindungi oleh enzim-enzim dingestinya sendiri tapi karena terjadi
kerusakan bisa mengakibatkan organ ini tercerna oleh enzim sehingga terjadi
inflamasi. Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh
kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas.
a. Anatomi pankreas
Pankre
as terletak pada kuadran bagian kiri atas di antara kurvatura duodenum dan limpa
dan panjangnya sekitar 15-20 cm dengan lebar 3,8 cm dan beratnya 80 gram.
Jaringan penyusun pankreas terdiri dari:
1) Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang
disebut sebagai asinus/Pancreatic acini merupakan jaringan yang
menghasilkan enzim pencernaan ke dalam duodenum.
Pulau langerhans merupakan kumpulan sel terbentuk ovoid dan tersebar diseluruh
penkreas tetapi lebih banyak pada ekor (kauda).
Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher, 2016) yaitu:
b. Fisiologi pankreas
1) Fungsi endokrin
a) Glukagon
2) Fungsi eksokrin
3. Etiologi pankreatitis
a. Alkohol
Alkohol menambah kosentrasi protein dalam cairan pankreas dan mengakibatkan
endapan yang merupakan inti untuk terjadinya kalsifikasi yang selanjutnya
menyebabkan tekanan intraduktal lebih tinggi. Konsumsi alkohol secara
berlebihan membuat alcohol berubah menjadi senyawa kimia beracun yang dapat
merusak pankreas.
b. Batu Empedu
Batu empedu bisa menyebabkan peradangan pada pankreas. Hal ini terjadi jika
batu empedu kelaur dari kantung empedu dan menyumbat saluran pankreas.
Walaupun jarang bakteri juga dapat mencapa pankreas untuk merusak organ
pankreas, kerusakan ini akan berdampak pada peningkatan enzim pankreas yang
justru dapat merusak pankreas, virus yang sering menimbulkan kerusakan pada
pankreas adalah virus parotitis.
4. Patofisiologi
Konsumsi alkohol, infeksi bakteri atau virus akan serta factor-faktor yang
berisiko mengakibatkan edema pada pankreas (terutama daerah ampula vater).
dengan demikian didalam pankreas akan terjadi peningkatan kadar enzim yang
mengakibatkan peradangan pada pankreas. Proses peradangan ini kalau ditumpangi
oleh mikroorganisme maka akan berakibat terbawanya toksik kedalam darah yang
merangsang hipotalamus untuk meningkatkan ambang suhu tubuh (unsur panas).
Semakin banyak sel pankreatik yang rusak, semakin banyak pula enzim pencernaan
yang dilepaskan menyebabkan siklus berulang terhadap kerusakan pankreas. Enzim -
enzim utama yang telah ditemukan untuk bertanggung jawab dalam proses otodigestif
adalah tripsinogen, fosfolipase A, dan elastase (Pratama, 2016).
Adanya refluk enzim agar meningkatkan volume enzim dan distensi pada
pankreas yang merangsang reseptor nyeri yang dapat dijalarkan ke daerah abdomen
dan punggung. Kondisi ini memunculkan adanya keluhan nyeri hebat pada abdomen
yang menjalar sampai punggung. Distensi pada pankreas yang melampaui beban akan
berdampak pada penekanan dinding duktus dan pankreas serta pembuluh darah
pankreas. Pembuluh darah dapat mengalami cidera bahkan sampai rusak sehingga
darah dapat keluar dan menumpuk pada pankreas atau ke jaringan sekitar yang
berakibat pada ekimosis pinggang dan umbilicus. Kerusakan yang terjadi pada
pankreas secara sistemik dapat meningkatkan respon asam lambung sebagai salah
satu pertahanan untuk mengurangi tingkat kerusakan, akan tetapi kelebihan ini justru
akan merangsang respon gaster untuk meningkatkan ritmik kontraksi yang dapat
meningkatkan rasa mual dan muntah. Mual akan berdampak pada penurunan intake
cairan sedangkan muntah akan berdampak pada peningkatan pengeluaran cairan
tubuh, dua kondisi ini menurunkan volume dan komposisi cairan dalam tubuh yang
secara otomatis akan menurunkan volume darah. Penurunan volume darah inilah
yang secara klinis akan berakibat hipotensi pada penderita (Irmayanti dkk, 2019).
5. Klasifikasi Pankreatitis
a. Pankreatitis Akut
1) Pankreatitis akut tipe interstisial
b. Pankreatitis kronik
6. Manifestasi klinik
a. Nyeri abdomen
c. Ekimosis (memar)
d. Hipotensi
e. Gangguan pernapasan
Merupakan masalah utama pada pankreatitis kronik, lebih dari 75% pasien
mengalami penurunan berat badan yang bermakna yang biasanya disebabkan oleh
penurunan asupan makanan akibat anoreksia atau perasaan takut bahwa makan
akan memicu serangan berikutnya.
7. Komplikasi Pankreatitis
a. Nekrosis pankreas
Nekrosis atau kematian jaringan pankreas akibat kehilangan pasokan darah. Jika
hal ini terjadi, pankreas bisa mengalami infeksi.
Penurunan volume cairan yang dapat berakibat pada penurunan volume darah dan
vaskulerissai sehingga organ dapat mengalami kegagalan fungsi akibat penurunan
perfusi.
c. Pseudocysts, yaitu kista atau kantung berisi cairan yang muncul di permukaan
pankreas yang meradang. Kista ini dapat hilang dengan sendirinya, tetapi kadang
bisa terinfeksi atau bahkan menyebabkan perdarahan
d. Gagal ginjal
8. Pemeriksaan penunjang
e. Foto abdomen: Dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan dengan
pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya udara bebas intra
peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan abses, kalsifikasi pankreas.
g. Amilase serum: Meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas (kadar
normal tidak menyingkirkan penyakit).
9. Penatalaksanaan Pankreatitis
a. Penanganan nyeri
b. Perawatan Intensif
Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang rendah
diperlakukan untuk nenperhatikan lika untuj, serta mencegah gagal ginjal akut.
c. Perawatan Respiratorius
d. Drainase Bilier
Pemasangan drain bilier (untuk drainase eksternal) dan stent (selang indwelling)
dalam duktus pankreatikus melalui endoskopi telah dilakukan dengan
keberhasilan yang terbatas, terapi ini akan membentuk kembali aliran pankreas
dan akibatnya akan mengurangi rasa sakit serta menaikkan berat badan.
e. Intervensi Bedah
Meskipun pasien yang berada dalam keadaan sakit berat mempunyai risiko bedah
yang buruk, namun pembedahan dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa pankreatitis, untuk membentuk kembali drainase pankreas atau untuk
melakukan reseksi atau pengangkatan jaringan pancreas yang netrotik.
Menurut
Reaksi antibody
Perlawanan antigen
dan antibody
Leukosit meningkat
Pankreatitis
Enzim pencernaan
mengalami penurunan
Kekurangan
nutrisi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam
melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa,
sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut. Pengumpulan data yang akurat
dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien serta memudahkan dalam perumusan diagnose keperawatan. Pengkajian pada
pasien dengan hipertensi (Muttaqin, 2018 ), yaitu:
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Identitas klien meliputi: Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
3) Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri dada, badan lemas, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, mual-muntah, mudah lelah, dan
impotensi
b. Pemeriksaan Fisik
Tujuannya adalah:
c) Perkusi
d) Auskultasi
3) Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara nafas saat inspirasi dan
ekspirasi sama.
Keluhan pening atau pusing, GCS 4-5-6, penurunan kekuatan genggam tangan
atau refrek tendon dalam, keadaan umum, tingkat kesadaran.
Adanya infeksi pada gangguan ginjal, adanya riwayat gangguan (susah bak,
sering berkemih pada malam hari).
2. Diagnosa Keperawatan
b. Nyeri akut
c. Hipovolemia
d. Defisit nutrisi
e. Intoleransi aktivitas
f. Ansietas
3. Intervensi keperawatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian obat
antidiare dan antibiotik.
4. Defisit nutrisi Status Nutrisi Promosi berat Badan (I.03136)
berhubungan (L.03030) Observasi
dengan Setelah dilakukan 1. Identifikasi kemungkinan
ketidakmampuan asuhan keperawatan penyebab BB kurang
menelan selama 3x24 jam 2. Monitor adanya mual dan
makanan diharapkan status muntah
nutrisi membaik 3. Monitor jumlah kalori yang
dengan kriteria hasil: dikonsumsi sehari-hari
1. Perasaan cepat 4. Monitor berat badan
kenyang menurun 5. Monitor, albumin, limfosit,
2. Nyeri aabdomen dan elektrolit serum
menurun Terapeutik
3. Berat badan 1. Berikan perawatan mulut
membaik sebelum pemberian makan,
4. Frekuensi makan jika perlu
membaik 2. Sediakan makanan yang
5. Nafsu makan tepat sesuai dengan kondisi
membaik pasien
6. Bising usus 3. Hidangkan makanan secara
membaik menarik
7. Membran mukosa 4. Berikan suplemen, jika
membaik perlu
5. Berikan pujian pada pasien
atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai.
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau.
2. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan.
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses, penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi itu sendiri. Evaluasi
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,
2016). Tahap evaluasi ditentukan dengan mengunakan standar SOAP yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
Smeltze , Suzanne C.,Bare, Breda G, (2016). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah,
Brunner dan Suddarth, Edisi 8. Jakarta: EGC
Guyton dan Hall, (2015). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC
Longnecker, (2016). Tata Laksana Terkini Pankreatitis Akut. Medicinus 2014; 27(2):44-
50 2.
Irmayanti dkk, (2019). Mortality prognostic factors in acute pancreatitis. J Med Life
2019; 9(4): 413-418
Pratama, Ken Fukuda, james., Franzon, Orli., Ferri, thiago A. Prognosis of Acute Pancreatitis by
PANC 3 score. ABCD Ar Bras Cir Dig 2016;26(2): 133-135