Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny “K” DENGAN DIAGNOSA

PANKREATITIS DI RUANGAN LONTARA 1 RSUP

DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

stase keperawatan medikal bedah

Disusun oleh:

MASJINA HASAN

A1C122115

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………………..) (…………………………..)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2022/2023
A. Konsep Dasar Pankreatitis

1. Definisi Pankreatitis

Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada


pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan
dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak
bereaksi terhadap berbagai pengobatan (Brunner & Suddart, 2016).

Pankreatitis adalah peradangan yang terjadi pada organ pankreas. Pankreatitis


menyebabkan organ pankreas tidak dapat berfungsi secara optimal. Di mana,
pankreas dalam tubuh memiliki tugas untuk menyalurkan hormon insulin dan
glukagon ke dalam darah serta memproduksi enzim-enzim pencernaanPankreatitis
adalah kondisi iflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pangkreas diaktifasi
secara premature mengakibatkan autodigestif dari pankreas (Doengeos, 2016).

Pankreatitis akut adalah inflamasi pada pankreas yang terjadi akibat proses
tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya sendiri. maksudnya secara normal
pankreas dilindungi oleh enzim-enzim dingestinya sendiri tapi karena terjadi
kerusakan bisa mengakibatkan organ ini tercerna oleh enzim sehingga terjadi
inflamasi. Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh
kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas.

Pankreatitis adalah inflamasi pankreas yang berlangsung akut (onset tiba-tiba,


durasi kurang dari 6 bulan) atau akut berulang (>1 episode pankreatitis akut sampai
kronik-durasi lebih dari 6 bulan). Rentang gejala dan penyakit berbedabeda (Pratama,
2016). Pankreatitis akut adalah peradangan akut, non-bakterial pada organ pankreas
(Sppd, 2017). Pankreatitis akut merupakan suatu proses inflamasi pada pankreas yang
dihubungkan dengan beberapa kelainan lain yang dianggap sebagai penyebab dari
pankreatitis akut (Nurcahyadi, 2016).

Kesimpulan, pankreatitis akut adalah peradanagan atau kerusakan yang terjadi


pada pankreas yang di sebabkan oleh autodisgestive, atau kerusakan sel-sel
pankreas yang ditandai dengan adanya rasa nyeri yang datang secara mendadak.
2. Anatomi fisiologi pankreas

a. Anatomi pankreas

Pankreas terletak di perut bagian atas di belakang perut. Pankreas adalah


bagian dari sistem pencernaan yang membuat dan mengeluarkan enzim
pencernaan ke dalam usus, dan juga organ endokrin yang membuat dan
mengeluarkan hormon ke dalam darah untuk mengontrol metabolisme energi dan
penyimpanan seluruh tubuh (Longnecker, 2016).

Pankre
as terletak pada kuadran bagian kiri atas di antara kurvatura duodenum dan limpa
dan panjangnya sekitar 15-20 cm dengan lebar 3,8 cm dan beratnya 80 gram.
Jaringan penyusun pankreas terdiri dari:

1) Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang
disebut sebagai asinus/Pancreatic acini merupakan jaringan yang
menghasilkan enzim pencernaan ke dalam duodenum.

2) Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau Langerhans/Islet of


Langerhans yang tersebar di seluruh jaringan pankreas, yang menghasilkan
insulin dan glukagon ke dalam darah, (Guyton dan Hall, 2015).
Pankreas adalah organ pipih yang berada di belakang lambung dalam abdomen

Struktur organ ini lunak dan berlobus, tersusun atas:

a) Kepala pankreas, merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah


kanan rongga abdomen dan didalam lekukan duodenum yang praktis
melingkarinya.

b) Badan pankreas, merupakan bagian utama pada organ ini, letaknya di


belakang lambung dan di depan vertebratalumbalis pertama.

c) Ekor pankreas, bagian runcing disebelah kiri dan berdekatan /menyentuh


limpa.

Pulau langerhans merupakan kumpulan sel terbentuk ovoid dan tersebar diseluruh
penkreas tetapi lebih banyak pada ekor (kauda).
Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher, 2016) yaitu:

1) Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon

2) Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon insulin

3) Sel δ (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin

4) Sel F atau PP (paling jarang), menghasilkan polipeptida pankreas.

b. Fisiologi pankreas

Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin bagian eksokrin


kelenjar menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim yang dapat
menghidrolasi protein, lemak dan karbohidrat. Bagian endokrin kelenjar yaitu
pulau-pulau pankreas (pulau-pulau langerhans) menghasilkan hormon insulin dan
glukagon yang berperan penting dalam metebolisme karbohidrat.

1) Fungsi endokrin

Sel pankreas yang memproduksi hormon disebut sel pulau Langerhans,


terdiri dari sel alfa yang memproduksi glukagon dan sel beta yang
memproduksi insulin.

a) Glukagon

Efek glukagon adalah meningkatkan kadar glukosa darah dan


membuat semua jenis makanan dapat digunakan untuk proses energi.
Glukagon merangsang hati untuk mengubah glikogen untuk menurunkan
glukosa (glikogenolisis) dan meningkatkan penggunaan lemak dan asam
amino untuk produksi energi. Proses glukoneogenesis mengubah
kelebihan asam amino menjadi karbohidrat sederhana yang dapat
memasuki reaksi pada respirasi sel. Sekresi glukagon dirangsang oleh
hipoglikemia. Hal ini dapat terjadi pada saat keadaaan lapar atau selama
stres fisiologis, misalnya olahraga atau latihan fisik. (Isselbacher & Kurt J.
2016).
b) Insulin

Efek insulin yaitu untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah


dengan meningkatkan penggunaan glukosa untuk produksi energi. Insulin
meningkatkan transport glukosa dari darah ke sel dengan cara
meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap glukosa (namun otak,
hati, dan sel-sel ginjal tidak bergantung pada insulin untuk asupan
glukosa). Di dalam sel, glukosa diperlukan pada respirasi sel untuk
menghasilkan energi. Hati dan otot rangka mengubah glukosa menjadi
glikogen (glikogenesis) yang disimpan untuk digunakan di diwaktu lain
ketika tubuh memerlukan. Insulin memungkinkan sel-sel untuk
mengambil asam lemak dan asam amino untuk digunakan dalam sintesis
lemak dan protein (bukan untuk produksi energi). Insulin merupakan
hormon sangat vital, kita tidak dapat bertahan hidup untuk waktu yang
lama tanpa hormon tersebut. Sekresi insulin dirangsang oleh
hiperglikemia. Keadaan ini terjadi setelah makan, khususnya pada saat
makanan tinggi karbohidrat. Ketika glukosa diabsorbsi dari usus halus ke
dalam darah, insulin disekresikan untuk memungkinkan sel menggunakan
glukosa untuk energi yang dibutuhkan tubuh segera. Pada saat bersamaan,
semua kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan otot sebagai glikogen.
(Isselbacher, Kurt J. 2016).

2) Fungsi eksokrin

Kelenjar eksokrin pada pankreas disebut acini, kelenjar ini


menghasilkan enzim yang terlibat pada proses pencernaan ketiga jenis
molekul kompleks makanan. Enzim pankreatik amilase mencerna zat pati
menjadi maltosa. Yang disebut enzim “cadangan” untuk amilase saliva. Lipase
akan mengubah lemak yang teremulsi menjadi asam lemak dan gliserol.
Pengemulsifan lemak pada garam empedu akan meningkatkan luas
permukaan sehingga enzim lipase agar dapat bekerja secara efektif.
Tripsinogen adalah enzim yang tidak aktif, yang akan menjadi tripsin aktif di
dalam duodenum. Tripsin akan mencerna polipeptida menjadi asam- asam
amino rantai pendek.

Cairan enzim pankreatik dibawa oleh saluran-saluran kecil yang


kemudian bersatu membentuk saluran yang lebih besar, dan akhirnya masuk
ke dalam duktus pankreatikus mayor. Duktus pankreatikus mayor muncul dari
sisi medial pankreas dan bergabung dengan duktus koledokus komunis untuk
kemudian menuju ke duodenum. Pankreas juga memproduksi cairan
bikarbonat yang bersifat basa. Karena cairan lambung yang memasuki
duodenum bersifat asam, maka harus dinetralkan untuk mencegah kerusakan
mukosa duodenum. Proses penetralan ini dilaksanakan oleh natrium
bikarbonat didalam getah pankreas, dan pH kimus yang berada di duodenum
akan naik menjadi sekitar 7,5. Sekresi cairan pankreas dirangsang oleh
hormon sekretin dan kolesistokinin, yang diproduksi oleh mukosa duodenum
ketika kismus memasuki intestinum tenue, Sekretin meningkatkan produksi
cairan bikarbonat oleh pankreas dan kolesistokinin akan dapat merangsang
sekresi enzim pankreas. (Isselbacher, Kurt J. 2016).

3. Etiologi pankreatitis

Penyebab pankreatitis tidak seluruhnya dimengerti, namun hal yang mungkin


penting adalah terhalangnya aliran getah pankreas atau refluks cairan empedu ke
dalam duktus pankreatikus. Beratnya kerusakan pada pankreas bervariasi mulai dari
peradangan ringan dengan edema hingga nekrosis. Pada pankreatitis kronik,
peradangan yang terus berlangsung menyebabkan fibrosis yang mula-mula terjadi di
sekitar duktus asinus namun kemudian di dalam sel-sel asinar (Pratama, 2016).

a. Alkohol
Alkohol menambah kosentrasi protein dalam cairan pankreas dan mengakibatkan
endapan yang merupakan inti untuk terjadinya kalsifikasi yang selanjutnya
menyebabkan tekanan intraduktal lebih tinggi. Konsumsi alkohol secara
berlebihan membuat alcohol berubah menjadi senyawa kimia beracun yang dapat
merusak pankreas.
b. Batu Empedu
Batu empedu bisa menyebabkan peradangan pada pankreas. Hal ini terjadi jika
batu empedu kelaur dari kantung empedu dan menyumbat saluran pankreas.

c. Infeksi bakteri dan virus

Walaupun jarang bakteri juga dapat mencapa pankreas untuk merusak organ
pankreas, kerusakan ini akan berdampak pada peningkatan enzim pankreas yang
justru dapat merusak pankreas, virus yang sering menimbulkan kerusakan pada
pankreas adalah virus parotitis.

4. Patofisiologi

Konsumsi alkohol, infeksi bakteri atau virus akan serta factor-faktor yang
berisiko mengakibatkan edema pada pankreas (terutama daerah ampula vater).
dengan demikian didalam pankreas akan terjadi peningkatan kadar enzim yang
mengakibatkan peradangan pada pankreas. Proses peradangan ini kalau ditumpangi
oleh mikroorganisme maka akan berakibat terbawanya toksik kedalam darah yang
merangsang hipotalamus untuk meningkatkan ambang suhu tubuh (unsur panas).
Semakin banyak sel pankreatik yang rusak, semakin banyak pula enzim pencernaan
yang dilepaskan menyebabkan siklus berulang terhadap kerusakan pankreas. Enzim -
enzim utama yang telah ditemukan untuk bertanggung jawab dalam proses otodigestif
adalah tripsinogen, fosfolipase A, dan elastase (Pratama, 2016).

Adanya refluk enzim agar meningkatkan volume enzim dan distensi pada
pankreas yang merangsang reseptor nyeri yang dapat dijalarkan ke daerah abdomen
dan punggung. Kondisi ini memunculkan adanya keluhan nyeri hebat pada abdomen
yang menjalar sampai punggung. Distensi pada pankreas yang melampaui beban akan
berdampak pada penekanan dinding duktus dan pankreas serta pembuluh darah
pankreas. Pembuluh darah dapat mengalami cidera bahkan sampai rusak sehingga
darah dapat keluar dan menumpuk pada pankreas atau ke jaringan sekitar yang
berakibat pada ekimosis pinggang dan umbilicus. Kerusakan yang terjadi pada
pankreas secara sistemik dapat meningkatkan respon asam lambung sebagai salah
satu pertahanan untuk mengurangi tingkat kerusakan, akan tetapi kelebihan ini justru
akan merangsang respon gaster untuk meningkatkan ritmik kontraksi yang dapat
meningkatkan rasa mual dan muntah. Mual akan berdampak pada penurunan intake
cairan sedangkan muntah akan berdampak pada peningkatan pengeluaran cairan
tubuh, dua kondisi ini menurunkan volume dan komposisi cairan dalam tubuh yang
secara otomatis akan menurunkan volume darah. Penurunan volume darah inilah
yang secara klinis akan berakibat hipotensi pada penderita (Irmayanti dkk, 2019).

5. Klasifikasi Pankreatitis

a. Pankreatitis Akut

Pankreatitis Akut adalah peradangan pankreas yang terjadi secara tiba-


tiba, bisa bersifat ringan atau berakibat fatal. Secara normal pankreas mengalirkan
getah pankreas melalui saluran pankreas (duktus pankreatikus menuju ke usus dua
belas jari (duodenum). Getah pankreas ini mengandung enzim-enzim pencernaan
dalam bentuk yang tidak aktif dan suatu penghambat yang bertugas mencegah
pengaktivan enzim dalam perjalanannya menuju ke duodenum. Sumbatan pada
duktus pankreatikus (misalnya oleh batu empedu) akan menghentikan aliran getah
pankreas. Biasanya sumbatan ini bersifat sementara dan menyebabkan kerusakan
kecil yang akan segera diperbaiki. Namun bila sumbatannya berlanjut, enzim
yang teraktivasi akan terkumpul di pankreas, melebihi penghambatnya dan mulai
mencerna sel-sel pankreas, menyebabkan peradangan yang berat. Kerusakan pada
pankreas bisa menyebabkan enzim keluar dan masuk ke aliran darah atau rongga
perut, dimana akan terjadi iritasi dan peradangan dari selaput rongga perut
(peritonitis) atau organ lainnya. Bagian dari pankreas yang menghasilkan hormon,
terutama hormon insulin, cenderung tidak dihancurkan atau dipengaruhi.

Pankreatitis akut dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Pankreatitis akut tipe interstisial

Tidak terdapat nekrosis atau pendarahan, bila ada minimal sekali,


terdapat edema ekstraseluler, peningkatan sel-sel leukosit polimorfonukler
(PMN). Duktus pankreatikus terisi cairan purulen merupakan pankreatitis
ringan akan tetapi pasien mengeluh nyeri akut dan berisiko mengalami syok,
gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit dan sepsis.

2) Pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik

Terdapat nekrosis jaringan pankreas disertai dengan pendarahan dan


inflamasi. Landa utama adalah adanya nekrosis lemak pada jaringan di tepi
perdarahan dan dapat mengisis ruangan retroperitoneal dapat timbul abses
purulen karena adanya kolonialisasi bakteri. Nekrosis lemak dan jaringan
pankreas mengalami kerusakan dan dapat memicu terjadinya thrombosis
pembuluh darah.

b. Pankreatitis kronik

Pankreatitis kronis merupakan kelainan inflamasi yang ditandai oleh


kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas. 'engan
digantikannya sel-sel pankreas yang normal oleh jaringan ikat akibat serangan
pankreatitis yeng berulang-ulang maka tekanan dalam pankreas akan meningkat.
Hasil akhirnya adalah obstruksi mekanis duktus pankreatikus, koledokus dan
duodenum, disamping itu, akan terjadi pula atrofi epitel duktus tersebut,
inflamasi, dan distruksi sel-sel pankreas yang melaksanankan fungsi sekresi.

6. Manifestasi klinik

a. Nyeri abdomen

Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang


menyebabkan rasa sakit dan nyeri tekan pada abdomen yang disertai nyeri
punggung terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami
inflamasi tersebut sehingga memicu rangsangan pada ujung saraf
(midepigastrium).

b. Mual dan muntah


Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntah biasanya
berasal dari isi lambung, tetapi juga mengandung getah empedu, gejala parah,
ikterus, konfusi dan agitasi dapat terjadi.

c. Ekimosis (memar)

Ekimosis di daerah pinggang dan disekitar umbilikus merupakan tanda yang


menunjukkan adanya pankreatitis hemoragik yang berat.

d. Hipotensi

Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keaadaan hipovolemia


serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya
protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga peritoneum.
Pasien dapat mengalami takikardi, sianosis dan kulit yang dingin serta basah
disamping gejala hipotensi.

e. Gangguan pernapasan

Gangguan pernapasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat


memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difusi, dispneu, takipneu dan hasil
pemeriksaan gas darah abnormal, depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia
dan koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada pankretitis akut.

f. Penurunan berat badan

Merupakan masalah utama pada pankreatitis kronik, lebih dari 75% pasien
mengalami penurunan berat badan yang bermakna yang biasanya disebabkan oleh
penurunan asupan makanan akibat anoreksia atau perasaan takut bahwa makan
akan memicu serangan berikutnya.

7. Komplikasi Pankreatitis

a. Nekrosis pankreas
Nekrosis atau kematian jaringan pankreas akibat kehilangan pasokan darah. Jika
hal ini terjadi, pankreas bisa mengalami infeksi.

b. Syok dan kegagalan organ multiple

Penurunan volume cairan yang dapat berakibat pada penurunan volume darah dan
vaskulerissai sehingga organ dapat mengalami kegagalan fungsi akibat penurunan
perfusi.

c. Pseudocysts, yaitu kista atau kantung berisi cairan yang muncul di permukaan
pankreas yang meradang. Kista ini dapat hilang dengan sendirinya, tetapi kadang
bisa terinfeksi atau bahkan menyebabkan perdarahan

d. Gagal ginjal

8. Pemeriksaan penunjang

Berdasarkan pemeriksaan penunjang menurut (Somayana, 2017), yaitu:

a. Scan-CT: Menentukan luasnya edema dan nekrosis

b. Ultrasound abdomen: Dapat digunakan untuk mengidentifikasi inflamasi


pankreas, abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus bilier.

c. Endoskopi: Penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula,


penyakit obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankreas. Catatan prosedur
ini dikontra indikasikan pada fase akut.

d. Aspirasi jarum penunjuk CT: Dilakukan untuk menentukan adanya infeksi

e. Foto abdomen: Dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan dengan
pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya udara bebas intra
peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan abses, kalsifikasi pankreas.

f. Pemeriksaan seri GI atas: Sering menunjukkan bukti pembesaran


pankreas/inflamasi.

g. Amilase serum: Meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas (kadar
normal tidak menyingkirkan penyakit).
9. Penatalaksanaan Pankreatitis

Berdasarkan penatalaksanaan menurut (Pratama, 2016), yaitu:

a. Penanganan nyeri

Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan tindakanyang esensial


dalam perjalanan penyakit pankreatitis akut karena akan mengurangirasa nyeri
dan kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi pankreas.

b. Perawatan Intensif

Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar albumin yang rendah
diperlakukan untuk nenperhatikan lika untuj, serta mencegah gagal ginjal akut.

c. Perawatan Respiratorius

Perawatan yang agresif dipelukan karena resiko untuk terjadinya elevasi


diafragma, infiltrasi serta efusi dalam paru, dan etelektasis cenderung tinggi.
Perawatan respiratorius dapat berkisar dari pemantauan gas darah arteri yang
ketat, pemberian oksigen hingga intubasi dan ventilasi mekani.

d. Drainase Bilier

Pemasangan drain bilier (untuk drainase eksternal) dan stent (selang indwelling)
dalam duktus pankreatikus melalui endoskopi telah dilakukan dengan
keberhasilan yang terbatas, terapi ini akan membentuk kembali aliran pankreas
dan akibatnya akan mengurangi rasa sakit serta menaikkan berat badan.

e. Intervensi Bedah

Meskipun pasien yang berada dalam keadaan sakit berat mempunyai risiko bedah
yang buruk, namun pembedahan dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa pankreatitis, untuk membentuk kembali drainase pankreas atau untuk
melakukan reseksi atau pengangkatan jaringan pancreas yang netrotik.

f. Penatalaksanaan Pasca akut


Antasid dapat diberikan ketika gejala akut pankreatitis mulai menghilang.
Pemberian makanan per oral yang rendah lemak dan protein dimulai secara
bertahap.
Toksin, obat, alcohol,
g. Pertimbangan ger ontologi
defisiensi imun dll
Pankreatitis dapat mengenai segala usia meskipun
demikian, angka mortalitas pangkreatitis akut meningkat bersamaan dengan
pertambahan usia.

10. WOC (web of causation)

Menurut

Masuk ke pembuluh darah

Reaksi antibody

Perlawanan antigen
dan antibody

Leukosit meningkat

Inflamasi pada pankreas

Pankreatitis

Tercernanya organ pankreas Kehancuran anatomi dan


oleh enzim-enzim fungsional yang progresif
pada pankreas
Pankreatitis akut
Pankreatitis kronik

Mual dan muntah Nyeri hebat pada


yang berasal dari abdomen dan
enzim pencernaan punggung

Risiko tinggi kekurangan Nyeri akut


cairan

Enzim pencernaan
mengalami penurunan

Kekurangan
nutrisi
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam
melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa,
sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut. Pengumpulan data yang akurat
dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien serta memudahkan dalam perumusan diagnose keperawatan. Pengkajian pada
pasien dengan hipertensi (Muttaqin, 2018 ), yaitu:

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien

Identitas klien meliputi: Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.

2) Identitas Penanggung Jawab

Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.

3) Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri dada, badan lemas, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, mual-muntah, mudah lelah, dan
impotensi

4) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan


tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya:
badan lemas, kelelahan, mual-muntah, detak jantung tak teratur, nyeri dada.

5) Riwayat kesehatan dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal,


stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.

6) Riwayat kesehatan keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit


metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan
penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.

b. Pemeriksaan Fisik

1) B1 (Sistem pernafasan / Breathing)

Adanya dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja, takipnea,


penggunaan otot pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels/mengi).
Pemeriksaan pada sistem pernafasan sangat mendukung untuk mengetahui
masalah pada pasiendengan gangguan kardiovaskuler.

a) Infeksi: untuk melihat seberapa berat gangguan sistem kardiovaskuler.


Bentuk dada yang biasa ditemukan adalah:

1) Bentuk dada thoraks en beteau (thoraks dada burung).


2) Bentuk dada thoraks emsisematous (dada berbentuk seperti tong).

3) Bentuk dada thoraks phfisis (panjang dan gepeng).

b) Palpasi rongga dada

Tujuannya adalah:

1) Melihat adanya kelainan pada dinding thoraks.

2) Menyatakan adanya tanda penyakit paru dan pemeriksaan sebagai


berikut: Gerakkan dinding thoraks saat inspirasi dan ekspirasi. Untuk
getaran suara: Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksaan yang
diletakkan pada dada pasien mengucapkan kata-kata.

c) Perkusi

teknik yang dilakukan adalah pemeriksaan meletakkan falang terakhir dan


sebagian falang kedua jaritengah pada tempat yang hendak di perkusi.
Ketukan ujung jari tengah tangan kanan pada jari kiri tersebut dan lakukan
gerakkan bersumbu pada pergelangan tangan Posisi pasien duduk atau
berdiri.

d) Auskultasi

Suara nafas normal:

1) Trakeobronkhial, suara normal yang terdengar pada trackea seperti


meniup pipa besi. Suara nafas lebih keras dan pendek saat inspirasi.

2) Bronkovesikuler, suara normal di daerah bronchi, yaitu di sternum atas


(torakal).

3) Vesikuler, suara normal di jaringan paru, suara nafas saat inspirasi dan
ekspirasi sama.

2) B2 (Sistem kardiovaskuler / blood)


Kulit pucat, sianosis, diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Kenaikan tekanan
darah, hipertensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat),
takirkadi, bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), S4
(pengerasan ventrikel kiri atau hipertropi ventrikel kiri). Murmur stenosis
valvurar. Desiran vascular terdengar diatas karotis, femoralis atau epigastrium
(stenosis arteri). DVJ (Distensi Vena Jugularis).

3) B3 (Sistem persyarafan / Brain)

Keluhan pening atau pusing, GCS 4-5-6, penurunan kekuatan genggam tangan
atau refrek tendon dalam, keadaan umum, tingkat kesadaran.

4) B4 (sistem perkemihan / Blendder)

Adanya infeksi pada gangguan ginjal, adanya riwayat gangguan (susah bak,
sering berkemih pada malam hari).

5) B5 (Sistem pencernaan / bowel)

Biasanya terjadinya penurunan nafsu makan, nyeri pada abdomen / massa


(feokromositoma).

6) B6 (sistem muskoloskeletal / bone)

Kelemahan, letih, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,


perubahan warna kulit, gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya
sekitar mata), gerakan fisik cepat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu proses dalam menganalisa data


subjektif dan data objektif yang dimana diperoleh pada saat pengkajian. Dalam
merumuskan diagnosa keperawatan maka dibutuhkan keterampilan yang baik untuk
mencakup dalam proses diagnosa keperawatan dan perumusan masalah keperawatan.
Ada dua jenis diagnosa keperawatan yaitu proses interprestasi dan proses menjamin
keakuratan diagnosa keperawatan. Dalam merumuskan diagnosa keperawatan ada
beberapa syarat yang harus dibedakan yaitu antara sesuatu yang actual, risiko dan
potensial. Metode penulisan diagnosa keperawatan yang actual terdiri atas masalah,
penyebab dan tanda gejala (SDKI DPP PPNI, 2016).

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

b. Nyeri akut

c. Hipovolemia

d. Defisit nutrisi

e. Intoleransi aktivitas

f. Ansietas

g. Gangguan pola tidur

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Kriteria dan Hasil Intervensi (SIKI)


Keperawatan (SLKI)
1. Bersihan jalan Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
napas tidak (L.01001) (I.01011)
efektif Setelah dilakukan Observasi
berhubungan asuhan keperawatan 1. Monitor pola napas
dengan adanya selama 3x24 jam (frekuensi, kedalaman,
jalan napas diarapkan bersihan usaha napas)
buatan jalan napas meningkat 2. Monitor bunyi napas
dengan kriteria hasil: tambahan (mis, gurgling,
1. Dispnea menurun mengi, wheezing, ronkhi
2. Sulit berbicara kering)
menurun 3. Monitor sputum (jumalah,
3. Frekuensi napas warna, aroma)
membaik (16-20
x/mnt) Terapeutik
4. Pola napas 1. Pertahankan kepatenan
membaik (normal jalan napas dengan head-
reguler) tift dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
2. Posisikan semi-fowler atau
fowler
3. Berikan minuman hangat
4. Lakukan fisisoterapi dada,
jika perlu
5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan (L.08066) Observasi
dengan agen Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
pencedera fisik asuhan keperawatan karakteristik, durasi,
selama 3x24 jam frekuensi, kualitas dan
diharapkan tingkat intensitas nyeri
nyeri menurun dengan 2. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil: 3. Identifikasi respon nyeri non
1. Keluhan nyeri verbal
menurun 4. Identifikasi factor yang
2. Meringis menurun memperberat dan
3. Sikap protektif memperingan nyeri.
menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
4. Gelisah menurun keyakinan tentang nyeri.
5. Kesulitan tidur 6. Identifikasi pengaruh nyeri
menurun pada kualitas hidup.
6. Frekuensi nadi 7. Monitor efek samping
membaik pengunaan analgetic.
7. Tekanan darah Terapeutik
membaik 1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis, suhu ruangan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istrahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
memilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab peroide
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat.
5. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu.

3. Hipovolemia Status Cairan Manajemen hipovolemia


behubungan (L.03028) (I.03116)
dengan Setelah dilakukan Observasi
kehilangan asuhan keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala
cairan aktif selama 3x24 jam hipovolemia (misalnya
diharapkan status frekuensi nadi meningkat,
cairan membaik nadi teraba lemah, tekanan
dengan kriteria hasil: darah menurun, perasaan
1. Kekuatan nadi lemah meningkat, turgor
meningkat kulit menurun, keluhan haus
2. Turgor kulit meningkat, berat badan
meningkat menurun)
3. Output urine 2. Monitor intake dan output
meningkat cairan
4. Dispnea menurun Terapeutik
5. Frekuensi nadi 1. Hitung kebutuhan cairan
membaik 2. Berikan posisi modified
6. Tekanan darah trendelenburg
membaik 3. Berikan asupan cairan oral
7. Membran mukosa Edukasi
membaik 1. Anjurkan memperbanyak
Intake cairan membaik asupan cairan oral
2. Anjurkan untuk hidup sehat

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian obat
antidiare dan antibiotik.
4. Defisit nutrisi Status Nutrisi Promosi berat Badan (I.03136)
berhubungan (L.03030) Observasi
dengan Setelah dilakukan 1. Identifikasi kemungkinan
ketidakmampuan asuhan keperawatan penyebab BB kurang
menelan selama 3x24 jam 2. Monitor adanya mual dan
makanan diharapkan status muntah
nutrisi membaik 3. Monitor jumlah kalori yang
dengan kriteria hasil: dikonsumsi sehari-hari
1. Perasaan cepat 4. Monitor berat badan
kenyang menurun 5. Monitor, albumin, limfosit,
2. Nyeri aabdomen dan elektrolit serum
menurun Terapeutik
3. Berat badan 1. Berikan perawatan mulut
membaik sebelum pemberian makan,
4. Frekuensi makan jika perlu
membaik 2. Sediakan makanan yang
5. Nafsu makan tepat sesuai dengan kondisi
membaik pasien
6. Bising usus 3. Hidangkan makanan secara
membaik menarik
7. Membran mukosa 4. Berikan suplemen, jika
membaik perlu
5. Berikan pujian pada pasien
atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai.
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau.
2. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan.

5. Intoleransi Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)


aktivitas b.d (L.05047) Observasi
kelemahan Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi
asuhan keperawatan tubuh yang mengakibatkan
selama 3x24 jam kelelahan
diharapkan toleransi 2. Monitor kelelahan fisik dan
aktivitas meningkat emosional
dengan kriteria hasil: 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi 4. Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
2. Keluhan Lelah melakukan aktivitas
menurun Terapeutik
3. Dispnea saat 1. Sediakan lingkungan
aktivitas menurun nyaman dan rendah stimulus
4. Dispnea setelah (mis, cahaya, suara,
aktivitas menurun kunjungan)
5. Warna kulit 2. Lakukan latihan rentang
membaik gerak pasif dan aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan.
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawata jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
6. Ansietas Tingkat Ansietas Redukasi Ansietas (I.09134)
berhubungan (L.09093) Observasi
dengan ancaman Setelah dilakukan 1. Identifikasi saat tingkat
terhadap asuhan keperawatan ansietas berubah (mis.
kematian selama 3x24 jam Kondisi, waktu, stressor)
diharapkan tingkat 2. Iddentifikasi kemampuan
ansietas menurun mengambil keputusan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor tanda-tanda
1. Verbalisasi ansietas (verbal dan
kebingungan nonverbal)
menurun Terapeutik
2. Verbalisasi 1. Tingkatkan suasana
khawatir akibat terapeutik untuk
kondisi yang menumbuhkan kepercayaan
dihadapi menurun 2. Temani pasien untuk
3. Perilaku gelisah mengurangi kecemasan, jika
menurun memungkinkan
4. Perilaku tegang 3. Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
5. Konsentrasi 4. Dengarkan dengan penuh
membaik perhatian
6. Pola tidur membaik 5. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi
yang memberikan
kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
2. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan penglihatan
untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8. Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
7. Gangguan pola Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265)
tidur Setelah dilakukan Observasi
berhubungan asuhan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas
dengan selama 3x24 jam dan tidur.
hambatan diharapkan pola tidur 2. Identifikasi factor
lingkungan membaik dengan pengganggung tidur (fisik
(jadwal kriteria hasil: atau psikologis).
pemantauan, 1. Keluhan sulit tidur 3. Identifikasi makanan dan
pemeriksaan, menurun. minuman yang mengganggu
Tindakan) 2. Keluhan sering tidur(mis. Kopi, teh,
terjaga menurun. alcohol, makan mendekati
3. Keluhan tidak puas waktu tidur, minum banyak
tidur menurun. air sebelum tidur.
4. Keluhan pola tidur 4. identifikasi obat tidur yang
berubah menurun dikonsumsi.
5. Keluhan istirahat
tidak cukup, Terapeutik
menurun. 1. modifikasi lingkungan
(mis.pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras
dan tempat tidur).
2. Batasi waktu tidur siang,
jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan
posisi).
6. Sesuaikan jadwal
pemberian obat atau
Tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga.
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghidari
makanan dana minuman
yang mengganggung tidur
4. Anjurkan penggunakan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
5. Ajarkan fakotr-faktor
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
(mis.psikologis dan gaja
hidup).
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya.

4. Implementasi

Menurut PPNI, (2017). Implementasi atau tindakan keperawatan adalah


perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan kemudian
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon
klien terhadap tindakan yang diberikan. Implementasi yang merupakan kategori dari
proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan.

5. Evaluasi

Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses, penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi itu sendiri. Evaluasi
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,
2016). Tahap evaluasi ditentukan dengan mengunakan standar SOAP yaitu:

S (subjektif): yakni segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien


O (objektif): yakni data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh nperawat
atau tenaga kesehatan lain

A (Assesment): yakni kesimpulan dari objektif dan subjektif

P (perencanaan): yakni rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan


analisis.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltze , Suzanne C.,Bare, Breda G, (2016). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah,
Brunner dan Suddarth, Edisi 8. Jakarta: EGC

Guyton dan Hall, (2015). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC

Longnecker, (2016). Tata Laksana Terkini Pankreatitis Akut. Medicinus 2014; 27(2):44-
50 2.

Irmayanti dkk, (2019). Mortality prognostic factors in acute pancreatitis. J Med Life
2019; 9(4): 413-418

Samokhvalov, Andriy., Rehm, Jurgen., Roerecke, Michael. Alcohol Consumption as a


Risk Factor for Acute and Chronic Pancreatitis: A Systematic Review and a series
of Meta-analyses. EBio Medicine 2015;2(12): 1996-2002

Pratama, Ken Fukuda, james., Franzon, Orli., Ferri, thiago A. Prognosis of Acute Pancreatitis by
PANC 3 score. ABCD Ar Bras Cir Dig 2016;26(2): 133-135

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

PPNI, 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai