Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI


ISTIRAHAT TIDUR, KEBUTUHAN NUTRISI
DI RUANGAN BAJI AMPE RSUD LABUANG BAJI

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Dasar

Disusun oleh:

AUTIN SAKNOHSIWY
A1C122104

CI INSTITUSI CI LAHAN

…............................. ….…..........................

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI


1) Definisi
Rasa nyaman adalah keadaan dimana kebutuhan dasar manusia yang
membutuhkan ketentraman (kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari).
kenyaman harus dipandang secara menyeluruh yaitu meliputi empat aspek berikut:
a fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
b psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri,seksualitas dan makna kehidupan
c lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia,
seperti cahaya, bunyi temperatur warna.
Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman, perawat lebih memberikan
kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan, dan bantuan. Secara umum, dalam
aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas
dari rasa nyeri dan hipo/hipertermi. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo/hipertermi merupakan keadaan yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman
pasien yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien (Wahyudi,
2016).
2) Etiologi
a Gangguan Rasa Nyaman
1. Definisi gangguan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan emosional (PPNI, 2017).
2. Penyebab gangguan rasa nyaman
1) Gejala penyakit
2) Kurangnya privasi

1
2

3) Gangguan stimulus lingkungan


4) Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi, dan kemoterapi)
b Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri)
1) Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan jaringan tubuh
(Wahyudi, 2016).
Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang atau lebih dari 6
bulan (PPNI, 2017).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
nyeri adalah pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, presepsi nyeri
seseorang sangat ditentukan oleh pengalaman dan status emosionalnya.
Presepsi nyeri bersifat sangat pribadi dan subjektif.
2) Fisiologis Nyeri
Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, presepsi, dan
relaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan aktifnya sampai didalam masa berwarna abu-abu di
medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf
inhibitor, mecegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau
ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasikan
kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri
(Wahyudi, 2016).
3

3) Klasifikasi dan Etiologi Nyeri


Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut Nyeri kronis
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
fungsional, dengan onset mendadak atau dengan onset mendadak atau lambat dan
lambat dan berintensitas ringan hingga berintensitas ringan hingga berat dan
berat yang berlangsung kurang dari 6 konstan, yang berlangsung lebih dari 6
bulan. bulan.
Penyebab nyeri akut adalah: Penyebab nyeri kronis adalah:
1) Agen pencedera fisiologis (mis: 1) Kondisi muskuloskeletal kronis
inflamasi, iskemia, meoplasma) 2) Kerusakan sistem saraf
2) Agen pencedera kimiawi (mis: 3) Penekanan saraf
terbakar, bahan kimia iritan) 4) Infliltrasi tumor
3) Agen pencedera fisik (mis: abses, 5) Ketidakseimbangan neuromedulator
amputasi, terbakar, terpotong, dan reseptor
mengangkat berat, prosedur operasi, 6) Gangguan imunitas (mis: neuropati
trauma, latihan fisik berlebihan) terkait HIV, virus Varicella-zoster)
7) Gangguan fungsi metabolic
8) Riwayat posisi kerja statis
9) Peningkatan indeks massa tubuh
10) Kondisi pasca trauma
11) Tekanan emosional
12) Riwayat penganiayaan (mis: fisik,
psikologis, seksual)
13) Riwayat penyalahgunaan obat/zat
Sumber: (PPNI, 2017).
4

3) Patofisiologi
Mekanisme nyeri dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam
saraf sensorik menjadi aktivitas listrik dan ditransmisikan melalui saraf bermielin A
delta (mentransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisasi)dan saraf bermealin C
(mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan). Efek yang ditimbulkan dapat
berupa pasien mengeluh nyeri, tampak meringis bersikap protektif terhadap lokasi
nyeri, menimbulkan kegelisahan, frekunesi nadi meningkat, pasien mengalami
kesulitan tidur, tekanan darah meningkat,pola napas berubah napsu makan berubah,
dalam kasus tertentu pasien bisa mengelami perubahan proses berfikir (PPNI,2016).
Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage) , dimana jaringan tubuh
yang cedera
4) Manifestasi Klinis
Menurut (PPNI, 2017), tanda dan gejala nyeri yaitu:
a) Gejala dan tanda mayor:
1. Subjektif: mengeluh nyeri
2. Objektif: tampak meringis, bersikap protektif terhadap bagian tubuh yang
nyeri, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
b) Gejala dan tanda minor:
1. Subjektif:
2. Objektif: tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan
diaphoresis.
5) Penatalaksanaan Nyeri
1) Penanganan nyeri farmakologis
a) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari beberapa derivate opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik dapat memberikan efek mengurangi rasa nyeri dan
5

kegembiraan karena obat ini mengaktifkan penekan nyeri endogen pada


susunan saraf pusat. Namun, penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan
pusat pernapasa di medulla batang otak sehingga perlu pengkajian secara teratur
terhadap perubahan dalam status pernapasan jika menggunakan analgesik jenis
ini (Wahyudi, 2016).
b) Analgesik non narkotik
Analgesik non narkotk seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain
memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan anti piretik. Obat
golongan ini menyebabkan perunan nyeri dengan menghambat produksi
prostaglandin dari jaringan yang mengalami atau inflamasi. Efek samping yang
paling umum adalah gangguan pencernaan (Wahyudi, 2016).
2) Penanganan nyeri non farmakologis
a) Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain rasa
nyeri atau dapat diartikan bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan
perhatian ke hal-hal di luar nyeri. Dengan demikian pasien tidak terfokus pada
rasa sakit yang dialaminya.
Distraksi diduga dapat meurunkan presepsi nyeri dengan menstimulasi
sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak. Keefektifan tergantung pada kemampuan pasien untuk
menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri.
Jenis-jenis teknik distraksi adalah:
1. Distraksi visual/penglihatan
2. Distraksi audio/pendengaran
3. Distraksi intelektual (Andarmoyo, 2017).
6

b) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat dan berirama. Pasien dapat memejamkan mata dan bernapas dengan
perlahan. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam
hati. Pada saat perawat mengajarkan ini, akan sangat membantu jika
menghitung dengan keras bersama pasien pada awalnya. Napas yang lambat,
berirama, juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi (Andarmoyo, 2017).
c) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu
cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi
lingkungan pasien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau
tidak sedap, atau pencahayaan yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar
tidak mengganggu pasien untuk berkonsentrasi (Andarmoyo, 2017).
6) Pengukuran Nyeri
a) Pengukuran intensitas nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual, serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respons fisiologis tubuh
terhadap nyeriitu sendiri, namun pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.
1) Skala intensitas nyeri deskritif
Skala deskritif adalah alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
7

objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale-VDS) merupakan


sebuah garis yang terdiri atastiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun
dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini di-ranking dari
“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.

Gambar 1 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif

2) Skala penilaian nyeri numerik


Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales-NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi data. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.

Gambar 2 Skala Nyeri Numerik

3) Skala analog visual


Skala analog visual (Visual Analog Scale-VAS) tidak melabel subdivisi. VAS
merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri terus-menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan
penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan
pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik paada rangkaian daripada dipaksa memilih satu
8

kata atau satu angka.

Gambar 3 Skala Nyeri Analog Visual

4) Skala nyeri menurut Bourbanis


Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan
tidak menghabiskan waktu banyak saat klien melengkapinya.

Gambar 4 Skala Nyeri menurut Bourbanis

B. KONSEP DASAR KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


1. Definisi
9

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis yang bertjuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Besarnya kebutuhan dasar yangterpenuhi
menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit (Potter &
Perry,2005). Salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap individu
yaitu istirahat dan tidur.
Gangguan pola tidur adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau
beresiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pada istirahatnya
yang mneyebabakan rasa tidak nayaman atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkan. Pada individu yang mengalami gangguan pola tidur dapat ditunjukan
dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, gelisah, lesu
(Hidayat,2006).
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis. Jenis
tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya
sangat lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua jenis tidur
yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak, meskipun
kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua disebut dengan
jenis tidur paradox atau rapid eye movement (REM).(Ruang et al., 2018)
2. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain :
a. Status kesehatan
10

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur dengan


nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga tidak dapat tidur dengan
nyenyak. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti
penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa
berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan banyak tidur untuk
mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya kesulitan
tidur atau bahkan tidak bisa tidur. Misalnya pada klien dengan gangguan pada
sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak
mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat mempercepat
proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang tidak aman dan nyaman
bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga
mempengaruhi proses tidur.
c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan kekhawatiran
karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito,
2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan
REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat
menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan REM, kafein yang
dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur,
11

golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi
protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat
proses terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam
amino hasil pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur.
Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi
proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur,
sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
3. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme
serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat
tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi
retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat,
termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron
dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti
norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual,
pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan
serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batan3ag otak tengah, yaitu
bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan saat bangun bergantung pada
keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic. Dengan
12

demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur
adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:
1. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
2. Dilatasi pembuluh darah perifer
3. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
4. Relaksasi otot-otot rangka
5. Basal matabolsme rate menurun 10-30%
4. Manifestasi Klinik
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan
gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya tahan
tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
1) Biasanya disertai dengan mimpi aktif
2) Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
3) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
4) Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
5) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
6) Mata cepat tertutup dan terbuka
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah
sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh
13

bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta
pemeriksaannya sendiri.
6. Penatalaksanaan
Penanganan dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan
obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
1) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, mengatasi stress dengan aroma terapi,
peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
2) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
3) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian proses tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya
4) Terapi psikologi
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri
5) Mengubah gaya hidup
14

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain yang telah
disebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat dibantu dengan
pemakaian masker oksigen (Continuous positive airway pressure) atau tindakan
pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas pernapasan.Pada Restless Leg
Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya untuk dapat memperoleh terapi
yang adekuat.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten
di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain :
1. Golongan obat hipnotik
2. Golongan obat antidepresan
3. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
4. Golongan obat antihistamin.

C. KONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI


1. Definisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahanbahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2006)
15

(a) Komponen zat gizi


a. Air
Merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel tergantung pada
lingkungan cairan. Air menyusun 60%-70% dari seluruh berat badan.
Prosentase seluruh air dalam tubuh lebih banyak untuk orang kurus daripada
yang gemuk karena otot terdiri dari banyak air dari pada jaringan lain kecuali
darah.
b. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan
oleh karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Sumber
karbohidrat umumnya adalah makanan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-
tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong dan lain-lain.
Sedangkan pada karbohidrat hewani berbentuk glikogen.
c. Protein
Protein memberikan sumber energi dan juga penting untuk
mensintesis/membangun jaringan tubuh dalam pertumbuhan, pemeliharaan,
dan perbaikan. Bentuk protein yang paling sederhana adalah asam amino.
Asam amino esensial adalah yang tidak dapat disintesis oleh tubuh tapi harus
diberikan dalam diet, yang lainnya/dapat disintesis diklasifikasi sebagai non
esensial.
d. Lemak
Lemak merupakan sumber energi paling besar. 1g lemak akan menghasilkan 9
kkal. Lipid adalah lemak yang dapat membeku pada suhu ruangan tertentu,
dimana lipid tersebut terdiri atas trigliserida dan asam lemak. Proses
terbentuknya asam lemak disebut lipogenesis.
16

e. Vitamin
Merupakan substansi organic dalam jumlah kecil pada makanan yang esensial
untuk metabolisme normal. Tubuh tidak mampu mensintesis vitamin dalam
jumlah yang dibutuhkan dan tergantung pada asupan diet. Walau vitamin
terkandung di banyak makanan juga dipengaruhi oleh; proses
penyimpanan/persiapan. Kandungan tertinggi terdapat pada makanan segar
Vitamin sebagai yang larut air dan lemak.
f. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro
yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin, iodium,
besi, magnesium,mangan,fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng. Semuanya
harus tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2006)
Mineral dikategorikan menjadi 2 :
(a) Macromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah
lebih dari 100 mg. Contohnya : kalsium, phosphor, sodium, potasium,
magnesium, klorida, dan sulfur.
(b) Micromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinyasejumlah
kurang lebih 100 mg. Contohnya : besi, seng, mangan, iodium, selinium,
cobalt, kromium, tembaga, dan klorida.
(b) Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
Beberapa faktor yang memoengaruhi kebutuhan nutrisi antara lain:
1) Pengetahuan
2) Usia
3) Jenis kelamin
4) Tinggi dan berat badan
5) Ekonomi
6) Status kesehatan
17

7) Faktor Psikologis serti stress dan ketegangan


2. Etiologi
1. Faktor biologis
2. Faktor psikologis
3. Faktor usia
4. Kelemahan dari otot mengunyah dan menelan
5. Adanya anoreksia dan faktor penyakit atau kesehatan.
3. Patofisiologis
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrien (zat yang sudah
dicerna), air, dan garam yang berasal dari zat makanan untuk didistribusikan ke sel-
sel melalaui sistem sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi bagi tubuh
seperti ATP yang dibutuhkan sel-sel untuk melaksanakn tugasnya. Agar makanan
dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan , maka saluran pencernaan
harus mempunyai persediaan air, elektrolit dan zat makanan yang terus menerus.
Untuk ini dibutuhkan :
a. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan
b. Sekresi getah pencernaan
c. Absorbsi hasil pencernaan, air dan elektrolit
d. Sirkulasi darah melalui oragan gastrointestinal yang membawa zat yang
diabsrobsi
e. Pengaturan semua fuksi oleh sistem saraf dan hormon
4. Manifestasi Klinis
a. Berat badan 10-20% dibawah normal
b. Tinggi badan dibawah ideal
c. Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
d. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
18

e. Adanya penurunan albumin serum


f. Adanya penurunan transferin
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar total limfosit
b. Albumin serum
c. Zat besiTransfer serum
d. Kreatinin
e. Hemoglobin
f. Hematokrit
g. Keseimbangan nitrogen
6. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis
1) Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan kecukupan nutrisi
meliputi metode enteral (melalui system pencernaan). Nutrisi enteral juga
disebut sebagai nutrisi enteral total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu
menelan makanan atau mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan
transport makanan ke usus halus terganggu. Pemberian makanan lewat enteral
diberikan melalui slang nasogastrik dan slang pemberian makan berukuran
kecil atau melalui slang gastrostomi atau yeyunostomi.
2) Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN)
atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran gastrointestinal
tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau
karena kemampuan penyerapannya terganggu. Nutrisi parenteral diberikan
secara intravena seperti melalui kateter vena sentral ke vena kava superior.
19

Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit,


vitamin, dan unsure renik, semuanya ini memberikan semua kalori yang
dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat hipertonik larutan hanya dimasukkan
ke vena sentral yang beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah klien
( Kozier, 2011).
b) Penatalaksanaan keperawatan
1. Menstimulasi nafsu makan
a. Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien yang
disesuaikan dengan kondisi klien
b. Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien yang
anoreksik
c. Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat sebelum
atau setelah makan
d. Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan dan bau
yang tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai, set irigasi yang
tidak tertutup atau bahkan piring yang sudah dipakai dapat memberikan
pengaruh negative pada nafsu makan
e. Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum waktu makan;
istirahat bila mengalami keletihan
f. Kurangi stress psikologi
g. Berikan oral hygiene sebelum makan
2. Membantu klien makan
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan kondisi
( Kozier, 2011)
20
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep pengkajian kebutuhan rasa nyaman nyeri


1. Pengkajian (Mahardika, 2018)
a) Identitas pasien
nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan
ditemukan gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
2. Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang merupakan
pengalaman klien saat ini yang membentuk suatu kronologi dari terjadinya
etiologi hingga klien mengalami keluhan yang dirasakan.
3. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau
penyakit – penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan
yang biasa digunakan oleh penderita seperti Alergi, Imunisasi, Kebiasaan
atau Pola hidup, Obat yang pernah digunakan.
4. Riwayat penyakit keluarga Riwayat keluarga merupakan penyekit yang
pernah dialami atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan
keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
c) Data keluhan utama
1. Subjektif: mengeluh nyeri
2. Objektif: tampak meringis, bersikap protektif (misalnya waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

21
22

Menurut (Andarmoyo, 2013) karakteristik nyeri dikaji dengan istilah PQRST


sebagai berikut:
a. P (provokatif atau paliatif) merupakan data dari penyebab atau sumber
nyeri pertanyaan yang ditujukan pada pasien berupa:
1. Apa yang menyebabkan gejala nyeri?
2. Apa saja yang mampu mengurangi ataupun memperberat nyeri?
3. Apa yang anda lakukan ketika nyeri pertama kali dirasakan?
b. Q (kualitas atau kuantitas) merupakan data yang menyebutkan seperti apa
nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan kepada pasien
dapat berupa:
1. Dari segi kualitas, bagaimana gejala nyeri yang dirasakan?
2. Dari segi kuantitas, sejauh mana nyeri yang di rasakan pasien sekarang
dengan nyeri yang dirasakan sebelumnya
3. Apakah nyeri mengganggu aktifitas?
c. R (regional atau area yang terpapar nyeri atau radiasi) merupakan data
mengenai dimana lokasi nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang
ditujukan pada pasien dapat berupa:
1. Dimana gejala nyeri terasa?
2. Apakah nyeri dirasakan menyebar atau merambat?
d. S (skala) merupakan data mengenai seberapa parah nyeri yang dirasakan
pasien, pertanyaan yang ditujukan pada pasien dapat berupa: seberapa
parah nyeri yang dirasakan pasien jika diberi rentang angka 1-10?
e. T (timing atau waktu ) merupakan data mengenai kapan nyeri dirasakan,
pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dapat berupa:
1. Kapan gejala nyeri mulai dirasakan?
2. Seberapa sering nyeri terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap?
3. Berapa lama nyeri berlangsung?
23

4. Apakah terjadi kekambuhan atau nyeri secara bertahap?


2. Diagnosa keperawatan
a) Ganggaun rasa nyaman
1. Diagnosa D.0077 : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
kimawi, dan fisik
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi,iskemia,neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik ( mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada,posisi menghindari nyeri )
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Tidak tersedia
24

Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan SLKI Intervensi SIKI
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x24 Manajemen Nyeri
berhubungan jam diharapkan nyeri akut berkurang dengan kriteria Observasi
dengan agen hasil : 1. Identifikasi lokasi,
pencedra Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
fisiologis 1. Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
kimiawi,fisik 2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
4. Gelisah menurun verbal
5. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang
6. Menarik diri menurun memperberat dan
7. Berfokus pada diri sendiri menurun memperingan nyeri
8. Diaforesis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
9. Perasaan depresi (tertekan) menurun keyakinan tentang nyeri
10. Perasaan takut mengalami cidera berulang 6. Identifikasi pengaruh budaya
menurun terhadap repson nyeri
11. Anoreksia menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri
12. Frekuensi nadi membaik terhadap kualitas hidup
13. Pola nafas membaik 8. Monitor keberhasilan terapi
14. Tekanan darah membaik komplementer yang sudah
15. Proses berpikir membaik diberikan
16. Fokus membaik 9. Monitor efek samping
17. Fungsi berkemih membaik penggunaan
18. Perilaku membaik analgetikTerapeutik
19. Nafsu makan membaik 10.Berikan teknik non
25

20. Pola tidur membaik farmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis :
TENS, hypnosis, akupresure,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau dingin,
terapi bermain)
11.Kontrol lingkungn yang
memperberat rasa nyeri
(misalnya : suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
12.Fasilitasi istirahat dan tidur
13.Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemeliharaan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetiksecara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakaologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Memberikan analgetik jika
perlu
Pemberian Analgetik
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri
( mis: pencetus, Pereda,
kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis
26

analgetik (mis: narkotika, non


narkotik atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
5. Monitor efektivitas analgetik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgetik
yang disukai untuk mencapai
analgesial optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan pengguanaan
infus kontinu, atau bolus
oploid untuk mempertahankan
kadar serum
3. Tetapkan target efektifitas
analgetik untuk
mengoptimalkan respons
pasien
4. Dokumnetasikan respons
terhadap efek analgetik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgetik, sesuai
indikasi
27

B. Konsep pengkajian kebutuhan istiraht dan tidur


1. Pengkajian (Mahardika, 2018)
c) Identitas pasien
nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
5. Keluhan Utama Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan
ditemukan gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
6. Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang merupakan
pengalaman klien saat ini yang membentuk suatu kronologi dari terjadinya
etiologi hingga klien mengalami keluhan yang dirasakan.
7. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau
penyakit – penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan
yang biasa digunakan oleh penderita seperti Alergi, Imunisasi, Kebiasaan
atau Pola hidup, Obat yang pernah digunakan.
8. Riwayat penyakit keluarga Riwayat keluarga merupakan penyekit yang
pernah dialami atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan
keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
c) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi):
1) Kepala
a. Rambut, rambut berserabut, kusam,kusut,kering, Tipis ,dan kasar,
penampilan, depigmentasi
b. Muka atau Wajah Simetris atau tidak? Apakah ada nyeri tekan?
penampilan berminyak, diskolorasi bersisik, bengkak; Kulit gelap di pipi
28

Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung dan
mulut
c. Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
d. Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar
cairan dari telinga, melihat serumen telinga berkurangnya pendengaran,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
e. Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri tekan?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
f. Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
g. Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tandatanda
infeksi faring, cairan eksudat?
2) Leher Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah pembesaran
vena jugularis?
3) Thorax amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekuensinya,
irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara
napas tambahan? Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
4) Jantung Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya? Adakah
bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
5) Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus?
Adakah pembesaran lien dan hepar?
6) Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Turgor
kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhu kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku
29

7) Ekstremitas Apakah terdapat oedema, Penyebaran lemak, penyebaran masa


otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas?
8) Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi? Apakah ada
kesulitan untuk berkemih?
9) Tingkat kesadaran
a) Kuantitati dengan penilaian Glasgow Coma Scale

No Komponen Nilai Hasil


1 Verbal 1 Hasil Berespon
2 Suara tidak dapat dimengerti
3 Rintihan
4 Bicara Ngawur/tidak nyambung
5 Bicara Membingunkan
Orientasi baik

2 Motorik 1 Tidak berespon Ekstensi


2 abnormal Fleksi
3 abnormal Menghindari
4 area nyeri Melokalisasi
5 nyeri
6 Ikut perintah
3 Reaksi Membuka Mata 1 Tidak berespon
(Eye) 2 Dengan ransangan nyeri
3 Dengan perintah (sentuh)
4 Spontan
30

Kb. Kualitatif
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya)
(Satyanegara.2010).
2. Diagnosa keperawatan
b) Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur
1. Diagnosa D.0055: Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala
a Definisi
Gangguan kualitas tidur dan kuantitas waktu tidur akibat faktor ekstrenal
b Penyebab
31

1) Hambatan lingkungan
2) Kurangnya kontrol tidur
3) Kurangnya privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
c Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istiraht tidak cukup
d Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas turun
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan SLKI Intervensi SIKI
Keperawatan
1 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x 24 jam Tindakan
tidur diharapkan pola tidur dapat teratasi dengan kriteria Observasi :
berhubungan hasil: 1) Identifikasi pola aktivitas dan
dengan nyeri 1) Keluhan sulit tidur membaik tidur
kepala 2) Keluhan sering terjaga membaik 2) Identifikasi faktor penggangu
3) Keluhan tidak puas tidur membaik tidur
4) Keluhan pola tidur berubah 3) Identifikasi makanan dan
5) Keluhan istirahat tdak cukup membaik minuman yang menggagutidur
4) Identifikasi obat tidur yang di
konsumsi
Terapeutik :
1) Modifikasi lingkungan
2) Batasi waktu tidur siang
32

3) Fasilitasi menghilangkan stres


sebelum tidur
4) Tetapkan jadwaltidur rutin
5) Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
6) Sesuaikan jadwal pemberian
obat
Edukasi:
1) Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
2) Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
3) Anjurkan menghindari makanan
atau minuman yang menggagu
tidur
4) Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
5) Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
6) Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara nonfarmakologi
lainnya

C. Konsep pengkajian gangguan kebutuhan nutrisi


1. Pengkajian (Mahardika, 2018)
a) Identitas pasien
nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal MRS.
b) Riwayat kesehatan
9. Keluhan Utama Keluhan yang dirasakan pasien saat ini , kemungkinan
ditemukan gangguan tidur/istirahat , pusing-pusing/sakit kepala.
33

10. Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang merupakan


pengalaman klien saat ini yang membentuk suatu kronologi dari terjadinya
etiologi hingga klien mengalami keluhan yang dirasakan.
11. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM
atau penyakit – penyakit lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita seperti Alergi, Imunisasi,
Kebiasaan atau Pola hidup, Obat yang pernah digunakan.
12. Riwayat penyakit keluarga Riwayat keluarga merupakan penyekit yang
pernah dialami atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan
keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

c) Riwayat makanan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe
makanan yang dihindari ataupun diabaikan , makanan yang lebih disukai yang
dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang ,
rencana makanan atau masa selanjutnya.
1. Kemampuan makan
Dalam kemampuan makan ada beberapa hal yang perlu dikaji antara
lain kemampuan mengunyah, menelan, makan sendiri tanpa bantuan
orang lain.
2. Pengetahuan tentang nutrisi
3. Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adaah
penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
4. Nafsu makan, jumlah asupan
5. Pengonsumsian obat
34

d) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan fisik : apatis, lesu
2. Berat badan : kurus
3. Otot : Flaksia atau lemah, tonus kurang, tidak mampu bekerja
4. Sistem saraf: bingung , rasa terbaka, paresthesia, reflex menurun.
5. Fungsi gastrointestinal : anoreksia
6. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali / menit , irama abnormal ,
tekanan darah rendah atau tinggi
7. Rambut : kusam ,kerig pudar ,kemerahan ,tipis ,pecah atau patah – patah
8. Kulit : kering, pucat ,iritasi , lemak di subkutan tidak ada
9. Bibir : kering, pecah - pecah, bengkak,les ,stomatitis, membrane mukosa
pucat
10. Gusi : pendarahan, peradangan
11. Lidah : edema, hyperemesis
12. Gigi : karies nyeri, kotor
13. Mata : konjungtiva pucat, kering ,tanda – tanda infeksi
14. Kuku : mudah patah
e. Pengukuran antropomteri
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan , berat badan , lingkar lengan
dan lipatan kulit pada otot trisep
f. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb , transfferin , BUN ,
ekskresi kreatinin
3. Diagnosa keperawatan
c) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
1. Definisi
35

Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme
2. Faktor resiko
a) Ketidakmampuan menelan makanan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
d) Peningkatan keburtuhan metabolisme
e) Faktor ekonomi
f) Faktor psikologis
3. Kondisi klinis terkait
a) Stroke
b) Parkinson
c) Mobius syndrome
d) Cerebral palsy
e) Cleft lip
f) Luka bakar
g) Kanker
h) Infeksi
i) AIDS
4. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan SLKI Intervensi SIKI
Keperawatan
1 Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x Manajemen nutrisi
24 jam diharapkan pola tidur dapat teratasi Observasi :
nutrisi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
berhubungan 1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat 2. Identifikasi makanan yang
2. Berat badan membaik disukai
dengan
3. Indeks masa tubuh membaik 3. Monitor asupan makanan
ketidakmampuan Teraupetik
1. Lakukan oral hygne sebelum
36

menelan makanan makan


2. Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil. DPP PPNI.
Mahardika, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Traumatic Brain Injury Dengan
Masalah Gangguan Sirkulasi (Perfusi Serebral) Di Rsud Labuang Baji Makassar: A
Study Case. Uin Alauddin Makassar.
Ruang, D. I., Kusuma, W., Abdoer, R., & Situbondo, R. (2018). Laporan Pendahuluan
Kebutuhan Istirahat Tidur Dengan Pasien Dispepsia, Febris, Ckd, Anemia, Hipertensi
Di Ruang Wijaya Kusuma Rsud. Abdoer Rahem Situbondo. Universitas Jember.

37

Anda mungkin juga menyukai