Disusun oleh:
AUTIN SAKNOHSIWY
A1C122104
CI INSTITUSI CI LAHAN
…............................. ….…..........................
1
2
3) Patofisiologi
Mekanisme nyeri dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam
saraf sensorik menjadi aktivitas listrik dan ditransmisikan melalui saraf bermielin A
delta (mentransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisasi)dan saraf bermealin C
(mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan). Efek yang ditimbulkan dapat
berupa pasien mengeluh nyeri, tampak meringis bersikap protektif terhadap lokasi
nyeri, menimbulkan kegelisahan, frekunesi nadi meningkat, pasien mengalami
kesulitan tidur, tekanan darah meningkat,pola napas berubah napsu makan berubah,
dalam kasus tertentu pasien bisa mengelami perubahan proses berfikir (PPNI,2016).
Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage) , dimana jaringan tubuh
yang cedera
4) Manifestasi Klinis
Menurut (PPNI, 2017), tanda dan gejala nyeri yaitu:
a) Gejala dan tanda mayor:
1. Subjektif: mengeluh nyeri
2. Objektif: tampak meringis, bersikap protektif terhadap bagian tubuh yang
nyeri, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
b) Gejala dan tanda minor:
1. Subjektif:
2. Objektif: tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan
diaphoresis.
5) Penatalaksanaan Nyeri
1) Penanganan nyeri farmakologis
a) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari beberapa derivate opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik dapat memberikan efek mengurangi rasa nyeri dan
5
b) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat dan berirama. Pasien dapat memejamkan mata dan bernapas dengan
perlahan. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam
hati. Pada saat perawat mengajarkan ini, akan sangat membantu jika
menghitung dengan keras bersama pasien pada awalnya. Napas yang lambat,
berirama, juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi (Andarmoyo, 2017).
c) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu
cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi
lingkungan pasien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau
tidak sedap, atau pencahayaan yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar
tidak mengganggu pasien untuk berkonsentrasi (Andarmoyo, 2017).
6) Pengukuran Nyeri
a) Pengukuran intensitas nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual, serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respons fisiologis tubuh
terhadap nyeriitu sendiri, namun pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.
1) Skala intensitas nyeri deskritif
Skala deskritif adalah alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
7
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis yang bertjuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Besarnya kebutuhan dasar yangterpenuhi
menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit (Potter &
Perry,2005). Salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap individu
yaitu istirahat dan tidur.
Gangguan pola tidur adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau
beresiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pada istirahatnya
yang mneyebabakan rasa tidak nayaman atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkan. Pada individu yang mengalami gangguan pola tidur dapat ditunjukan
dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang, gelisah, lesu
(Hidayat,2006).
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis. Jenis
tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya
sangat lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua jenis tidur
yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak, meskipun
kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua disebut dengan
jenis tidur paradox atau rapid eye movement (REM).(Ruang et al., 2018)
2. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain :
a. Status kesehatan
10
golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi
protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat
proses terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam
amino hasil pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur.
Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi
proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur,
sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.
3. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme
serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat
tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi
retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat,
termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron
dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti
norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual,
pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan
serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batan3ag otak tengah, yaitu
bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan saat bangun bergantung pada
keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic. Dengan
12
demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur
adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu:
1. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
2. Dilatasi pembuluh darah perifer
3. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
4. Relaksasi otot-otot rangka
5. Basal matabolsme rate menurun 10-30%
4. Manifestasi Klinik
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan
gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya tahan
tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang
konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
1) Biasanya disertai dengan mimpi aktif
2) Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
3) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis
4) Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
5) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
6) Mata cepat tertutup dan terbuka
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah
sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh
13
bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta
pemeriksaannya sendiri.
6. Penatalaksanaan
Penanganan dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan
obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
1) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, mengatasi stress dengan aroma terapi,
peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
2) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
3) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian proses tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya
4) Terapi psikologi
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri
5) Mengubah gaya hidup
14
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain yang telah
disebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat dibantu dengan
pemakaian masker oksigen (Continuous positive airway pressure) atau tindakan
pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas pernapasan.Pada Restless Leg
Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya untuk dapat memperoleh terapi
yang adekuat.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten
di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain :
1. Golongan obat hipnotik
2. Golongan obat antidepresan
3. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
4. Golongan obat antihistamin.
e. Vitamin
Merupakan substansi organic dalam jumlah kecil pada makanan yang esensial
untuk metabolisme normal. Tubuh tidak mampu mensintesis vitamin dalam
jumlah yang dibutuhkan dan tergantung pada asupan diet. Walau vitamin
terkandung di banyak makanan juga dipengaruhi oleh; proses
penyimpanan/persiapan. Kandungan tertinggi terdapat pada makanan segar
Vitamin sebagai yang larut air dan lemak.
f. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro
yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin, iodium,
besi, magnesium,mangan,fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng. Semuanya
harus tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2006)
Mineral dikategorikan menjadi 2 :
(a) Macromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinya sejumlah
lebih dari 100 mg. Contohnya : kalsium, phosphor, sodium, potasium,
magnesium, klorida, dan sulfur.
(b) Micromineral, yaitu : seseorang memerlukan setiap harinyasejumlah
kurang lebih 100 mg. Contohnya : besi, seng, mangan, iodium, selinium,
cobalt, kromium, tembaga, dan klorida.
(b) Faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
Beberapa faktor yang memoengaruhi kebutuhan nutrisi antara lain:
1) Pengetahuan
2) Usia
3) Jenis kelamin
4) Tinggi dan berat badan
5) Ekonomi
6) Status kesehatan
17
21
22
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada,posisi menghindari nyeri )
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Tidak tersedia
24
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan SLKI Intervensi SIKI
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x24 Manajemen Nyeri
berhubungan jam diharapkan nyeri akut berkurang dengan kriteria Observasi
dengan agen hasil : 1. Identifikasi lokasi,
pencedra Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
fisiologis 1. Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
kimiawi,fisik 2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
4. Gelisah menurun verbal
5. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang
6. Menarik diri menurun memperberat dan
7. Berfokus pada diri sendiri menurun memperingan nyeri
8. Diaforesis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
9. Perasaan depresi (tertekan) menurun keyakinan tentang nyeri
10. Perasaan takut mengalami cidera berulang 6. Identifikasi pengaruh budaya
menurun terhadap repson nyeri
11. Anoreksia menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri
12. Frekuensi nadi membaik terhadap kualitas hidup
13. Pola nafas membaik 8. Monitor keberhasilan terapi
14. Tekanan darah membaik komplementer yang sudah
15. Proses berpikir membaik diberikan
16. Fokus membaik 9. Monitor efek samping
17. Fungsi berkemih membaik penggunaan
18. Perilaku membaik analgetikTerapeutik
19. Nafsu makan membaik 10.Berikan teknik non
25
Dan di bawah mata; Tidak halus atau Kasar pada kulit Sekitar hidung dan
mulut
c. Mata, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
d. Telinga, Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar
cairan dari telinga, melihat serumen telinga berkurangnya pendengaran,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran
e. Hidung, Apakah ada pernapasan cuping hidung? Adakah nyeri tekan?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
f. Mulut, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah
g. Tenggorokan, Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tandatanda
infeksi faring, cairan eksudat?
2) Leher Adakah nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah pembesaran
vena jugularis?
3) Thorax amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekuensinya,
irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara
napas tambahan? Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
4) Jantung Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya? Adakah
bunyi tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
5) Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus?
Adakah pembesaran lien dan hepar?
6) Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Turgor
kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhu kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku
29
Kb. Kualitatif
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya)
(Satyanegara.2010).
2. Diagnosa keperawatan
b) Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur
1. Diagnosa D.0055: Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala
a Definisi
Gangguan kualitas tidur dan kuantitas waktu tidur akibat faktor ekstrenal
b Penyebab
31
1) Hambatan lingkungan
2) Kurangnya kontrol tidur
3) Kurangnya privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
c Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istiraht tidak cukup
d Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Mengeluh kemampuan beraktivitas turun
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan SLKI Intervensi SIKI
Keperawatan
1 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan …x 24 jam Tindakan
tidur diharapkan pola tidur dapat teratasi dengan kriteria Observasi :
berhubungan hasil: 1) Identifikasi pola aktivitas dan
dengan nyeri 1) Keluhan sulit tidur membaik tidur
kepala 2) Keluhan sering terjaga membaik 2) Identifikasi faktor penggangu
3) Keluhan tidak puas tidur membaik tidur
4) Keluhan pola tidur berubah 3) Identifikasi makanan dan
5) Keluhan istirahat tdak cukup membaik minuman yang menggagutidur
4) Identifikasi obat tidur yang di
konsumsi
Terapeutik :
1) Modifikasi lingkungan
2) Batasi waktu tidur siang
32
c) Riwayat makanan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe
makanan yang dihindari ataupun diabaikan , makanan yang lebih disukai yang
dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang ,
rencana makanan atau masa selanjutnya.
1. Kemampuan makan
Dalam kemampuan makan ada beberapa hal yang perlu dikaji antara
lain kemampuan mengunyah, menelan, makan sendiri tanpa bantuan
orang lain.
2. Pengetahuan tentang nutrisi
3. Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adaah
penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
4. Nafsu makan, jumlah asupan
5. Pengonsumsian obat
34
d) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan fisik : apatis, lesu
2. Berat badan : kurus
3. Otot : Flaksia atau lemah, tonus kurang, tidak mampu bekerja
4. Sistem saraf: bingung , rasa terbaka, paresthesia, reflex menurun.
5. Fungsi gastrointestinal : anoreksia
6. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali / menit , irama abnormal ,
tekanan darah rendah atau tinggi
7. Rambut : kusam ,kerig pudar ,kemerahan ,tipis ,pecah atau patah – patah
8. Kulit : kering, pucat ,iritasi , lemak di subkutan tidak ada
9. Bibir : kering, pecah - pecah, bengkak,les ,stomatitis, membrane mukosa
pucat
10. Gusi : pendarahan, peradangan
11. Lidah : edema, hyperemesis
12. Gigi : karies nyeri, kotor
13. Mata : konjungtiva pucat, kering ,tanda – tanda infeksi
14. Kuku : mudah patah
e. Pengukuran antropomteri
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan , berat badan , lingkar lengan
dan lipatan kulit pada otot trisep
f. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb , transfferin , BUN ,
ekskresi kreatinin
3. Diagnosa keperawatan
c) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
1. Definisi
35
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil. DPP PPNI.
Mahardika, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Traumatic Brain Injury Dengan
Masalah Gangguan Sirkulasi (Perfusi Serebral) Di Rsud Labuang Baji Makassar: A
Study Case. Uin Alauddin Makassar.
Ruang, D. I., Kusuma, W., Abdoer, R., & Situbondo, R. (2018). Laporan Pendahuluan
Kebutuhan Istirahat Tidur Dengan Pasien Dispepsia, Febris, Ckd, Anemia, Hipertensi
Di Ruang Wijaya Kusuma Rsud. Abdoer Rahem Situbondo. Universitas Jember.
37