Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN

DASAR MOBILITAS FISIK

OLEH:
REZKI WAHYUNI, S.Kep
02104009

CI Lahan CI Institusi

(.......................................) (.............................................)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AMANAH MAKASSAR
2022
A. Konsep Dasar Masalah Rasa Aman Nyaman

1. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan


bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat dari adanya kerusakan pada jaringan yang actual dan
potensial. Nyeri merupakan salah satu alasan orang mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik ataupengobatan.

Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan


yang terasa di setiap regio abdomen. Nyeri abdomen akut biasanya
digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan durasi
pendek. Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan
nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang
timbul. Nyeri kronis dapat berhubungan dengan eksaserbasi akut (Grace &
Borley, 2007).

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi


seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Kurniati, Trisani, & Theresia,2017).

2. Etiologi Nyeri

a. Faktor Resiko

a) Nyeri Akut

1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal

2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri

4) Muka dengan ekspresi nyeri

5) Gangguan tidur

6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu,nadi)

7) Tingkat laku ekspresif (gelisah, merintih, napas panjang mengeluh

b) Nyeri Kronik

1) Perubahan berat badan

2) Melaporkan secara verbal dan non verbal

3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri


sendiri

4) Kelelahan

5) Perubahan pola tidur

6) Takut cidera

7) Interaksi dengan orang lain menurun

b. Faktor Predisposisi

a) Trauma

b) Peradangan

c) Trauma psikologis

c. Faktor Predisposisi

a) Lingkungan

b) Suhu ekstrim
c) Kegiatan

d) Emosi

3. Patofisiologi Nyeri

Terdapat 4 proses yang terjadi pada perjalanan nyeri, yaitu transduksi,


transmisi, modulasi dan persepsi.
a. Transduksi yaitu rangsangan atau stimulus yang membahayakan
memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya histamin, bradikinin,
prostaglandin,dan substansi P). Mediator ini kemudian mensensitisasi
nosiseptor.
b. Transmisi yaitu proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh
proses transduksi sepanjang jalur nyeri, dimana molekul-molekul
dicelah sinaptik mentransmisi informasi dari satu neuron ke neuron
berikutnya.
c. Modulasi atau sistem desenden yaitu neuron di batang otak
mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke tanduk dorsal medula spinalis
yang terkonduksi dengan nosiseptor impuls supresif.
d. Persepsi yaitu individu mulai menyadari adanya nyeri dan persepsi
nyeri terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan timbulnya
berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen
sensorik dan afektif nyeri.
4. Manifestasi Klinik

a. Nyeri Akut

1) Mayor:

Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyaman tentang


kualitas nyeri dan intesitasnya.

2) Minor:
1) Tekanan darah meningkat

2) Nadi meningkat

3) Pernafasan meningkat

4) Diaphoresis

5) Pupildilatasi

6) Posisi berhati-hati

7) Raut wajah kesakitan

8) Menangis, merintih

b. Nyeri Kronis

1) Mayor:

Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan.

2) Minor:

1) Gangguan hubungan social dan keluarga.

2) Peka rangsangan

3) Ketidakaktifan fisik dan imobilitas

4) Depresi

5) Menggosok kebagian yang nyeri

6) Ansietas

7) Tampak lunglai

8) Berfokus pada diri sendiri

9) Tegangan otot rangka


10) Preokupasisomatic

11) Agitasi

12) Keletihan

13) Penurunan libido

14) Gelisah

5. Penatalaksanaan Medik

a. Farmakologis
1) Terapi dengan pemberian analgesik (Nyeri)
Pemberian obat analgesik sangat membantu dalam manajemen
nyeri seperti pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen)
yang bekerja pada saraf perifer di daerah luka dan menurunkan
tingkatan inflamasi, dan analgesik opioid (morfin, kodein) yang
mampu meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi lebih
nyaman walaupun
terdapat nyeri.
b. Non Farmakologis
1) Relaksasi, merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan
dan stress. Teknik relaksasi memberikan pasien mengontrol diri
ketika rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik yang muncul.
Dalam imajinasi, pasien dibimbing untuk menciptakan kesan dalam
pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahap pasien dapat mengurangi rasa tidak nyaman atau rasa
nyeri.
2) Teknik Distraksi, merupakan pengalihan dari fokus perhatian
terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Jenis distraksi yaitu distraksi
visual (melihat televisi), distraksi pendengaran (mendengarkan
musik, suara air), distraksi pernafasan (bernafas ritmik), distraksi
intelektual (bermain kartu atau permainan lain).
3) Teknik Imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan
memberikan individu informasi tentang respon fisiologis. Hipnosis
diri dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif dan dapat mengurangi ditraksi. Mengurangi
persepsi nyeri merupakan cara sederhana untuk meningkatkan
rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus nyeri.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri


yang efektif.Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan
dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perlu dikaji
semua faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis,
emosional, dan sosiokultural. Pengkajian dapat dilakukan dengan PQRST :

P (provoking) atau pemicu, yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri,

Q (quality) atau kualitas dari nyeri, apakah tajam, tumpul, atau tersayat
R (region) atau daerah, yaitu daerah perjalanan nyeri,

S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri,


T (time) atau waktu adalah lama/waktu serangan atau frekunsi nyeri.

a. Riwayat Nyeri

1) Lokasi

Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk


menujukkan area nyerinya.

2) Intensitas nyeri

Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode mudah dan


terpercaya untuk menentukan intesitasnya nyeri klien
3) Skala nyeri menurut Hayward (1975) 0 : tidak nyeri

1 – 3 : nyeri ringan

4 – 6 : nyeri sedang
7 – 9 : sangat nyeri, tapi masih bisa dikontrol

10 sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol

4) Kualitas nyeri

Minta pasien untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan, apakah


seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk, dan sebagainya

5) Pola nyeri

Pola nyeri meliputi waktu, durasi, dan kekambuhan atau


interval nyeri.

6) Faktor presipitasi

Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu timbulnya nyeri.


Seperti aktivitas fisik yang berat dapat memicu timbulnya nyeri
dada.Selain itu, lingkungan, stresor fisik, dan emosional juga
dapat memicu timbulnya nyeri.
7) Gejala yang menyertai

Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala


tersebut dapat disebabkan oleh awitan nyeri atau nyeri itu sendiri.
8) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari

Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi


aktivitas klien akan membantu memahami perspektif klien tentang
nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang dikaji terkait nyeri adalah
tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan
interpersonal, hubungan pernikahan, aktivitas di rumah, aktivitas di
waktu senggang, serta status emosional.
9) Sumber koping

Setiap individu memiliki strstegi koping yang berbeda-beda


dalam menghadapi nyeri.Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh
pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama atau
budaya.
10) Respons afektif

Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung


pada situasi, derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri,
dan banyak faktor lainnya.Perlu dikaji adanya ansietas, takut,
lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri klien.
b. Observasi respons prilaku dan fisiologis

Banyak respon nonverbal yang bisa dijadikan indikator


nyeri.Salah satu yang paling utama adalah ekspresi wajah.Perilaku
seperti menutup mata rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar,
menggigit bibir bawah, dan seringai wajah dapat mengindikasikan
nyeri.Selain ekspresi wajah respons nyeri dapat berupa vokalisasi
(mengerang, menangis, berteriak), mobilisasi bagian tubuh yang
mengalami nyeri, gerakan tubuh tanpa tujuan (menendang-nendang,
membolak-balikan tubuh di kasur), dll.

Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung


pada sumber dan durasi nyeri.Pada awal nyeri akut, respons fisiologis
dapat meliputi peningkatan tekanan darah, nadi dan pernafasan,
diaphoresis serta dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf
simpatis. Jika nyeri berlangsung lama dan saraf simpatis telah
beradaprasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau
mungkin tidak ada.
2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan menurut NANDA yang dapat terjadi pada


masalah nyeri (Wilkinson, 2011) adalah:
a. Nyeri
1) Kontrol nyeri yang tidak adekuat
2) Distensi abdomen : peradangan rongga selaput perut
3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri

1) Kontrol nyeri yang tidak adekuat


2) Distensi abdomen : peradangan rongga selaput perut

Tujuan :

1) Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh


indikator misalnya mengenalin awitan nyeri.
2) Menunjukkan tingkat nyeri yang dibuktikan oleh indikator : ekspresi
nyeri pada wajah, gelisah, durasi nyeri.
3) Nyeri teratasi/terkontrol

Kriteria Hasil :

1) Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi.


2) Metode lain untuk meningkatkan kenyamanan.
3) Skala nyeri 0-3.
4) Ekspresi wajah klien rileks.

Intervensi dan rasional :

Mandiri

Gunakan laporan dari klien sendiri sebagai pilihan pertama untuk


mengumpulkan informasi pengkajian.

Rasional : Perawat dapat mengidentifikasi nyeri.

1) Dalam mengkaji nyeri, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan klien.

Rasional: Klien mengerti cara penyampaian nyeri yang dirasakan.


1) Bantu klien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang
efektif, seperti, distraksi, relaksasi, atau kompres
hangat/dingin.

Rasional: Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan


koping klien dengan memfokuskan perhatian.

1) Bantu klien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri
dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui
televisi, radio, tape, dan interaksi pengunjung.

Rasional: Klien tidak berfokus pada nyeri yang dirasakan.

Kolaborasi
1) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi berat.
Rasional: Mengurangi intensitas nyeri klien

1) Pemberian terapi analgetik sesuai indikasi rasional


2) Meredakan nyeri klien

DAFTAR PUSTAKA
Irman Ode, N. Y. (2020).Buku Ajar Keperawatan Pada Pasien Sinrom Koroner
Akut.Jawa Timur: CV.Penerbit Qiara Media.

Kurniati, A., Trisani, Y., & Theresia, M. (2017).Keperawatan Gawat Darurat dan
Bencana Sheehy.Jakarta: Elseiver Singapore.

Novieastrari, E. (2019). Dasar Dasar Keperawatan. Jakarta: Elsiever Singapore.

PPNI, P. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; Defenisi dan Tindakan


Keperawatan.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

PPNI, P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia; Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Siokal, B. (2019). New TIPS & Trik.Jakarta: Rumah Uji Kompetensi Indonesia (RUKI).
Kasiati, 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Pusdik SDM Kesehatan.
Jakarta : Kementrian Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai