oleh
NIM : 2341118
I. KONSEP TEORITIS
A. Definisi
a. Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan
b. Nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
2. Pengertian Nyeri
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
b. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari adanya kerusakan pada jaringan yang actual dan potensial. Nyeri merupakan salah
satu alasan orang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti
Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan
merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus
melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu
terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau
Terjadinya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki
sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin, yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya
pada vicera, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat
memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa
zat kimiawi seperti bradikinin, histamine, prostaglandin dan macam-macam asam yang dilepas
apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri
pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,
karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka
takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri
misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus
diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana
mengatasinya.
5. Perhatian
persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri
yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang
cemas.
sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman
D. Klasifikasi Nyeri
1. Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya
bersifat burning (seperti terbakar), nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi ex:
b. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri akibat stimulasi organ-organ internal, nyeri
dapat mnyebar ke beberapa arah. Nyeri dapat terasa lebih tajam, tumpul. Sensai pukul
c. Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri.
d. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium
dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan
2. Berdasarkan penyebab
a. Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba
3. Berdasarkan lama/durasinya
a. Nyeri akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari 6 bulan. awitan gejalanya mendadak,
dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan
nyeri.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik berlangsung lebih dari 6 bulan. sumber nyeri bisa diketahui atau tidak.
Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan. Penginderaan
nyeri lebih dalam sehingga penderita sulit menunjukkan lokasinya. Dampak nyeri
penderita mudah tersingguung dan insomnia. Nyeri kronis biasanya hilang timbul
dalam periode waktu tertentu. Ada kalanya penderita terbebas dari rasa nyeri (sakit
kepala migrant). Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik (Carpenito, 2012).
E. Etiologi Nyeri
1. Faktor Resiko
a. Nyeri Akut
2) Menunjukkan kerusakan
5) Gangguan tidur
b. Nyeri Kronis
4) Kelelahan
6) Takut cidera
2. Faktor Predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Faktor Presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
F. Manifestasi Klinik
a. Mayor :
intensitasnya
b. Minor :
2) Nadi meningkat
3) Pernafasan meningkat
4) Diaphoresis
5) Pupil dilatasi
6) Posisi berhati-hati
8) Menangis, merintih
a. Mayor :
b. Minor :
1) Gangguan hubungan social dan keluarga.
2) Peka rangsangan
4) Depresi
6) Ansietas
7) Tampak lunglai
11) Agitasi
12) Keletihan
14) Gelisah
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak mengeluh
atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk mengkaji tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri
2. Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang khas
dan berespon secara vokal serta mengalami kerusakan dalam interaksi sosial. Pasien
menghinndari percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas
menghilangkan nyeri.
Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas
rutin, seperti mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan higiene normal dan dapat
1. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang
yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adala
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Menurut smeltzer, S.C
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 :Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
7-9 :Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 :Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul, nyeri
Digunakan apabila klien tidak mampu mneyatakan nyerinya melalui skala angka.
Termasuk anakanak yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal dan lansia yang
I. Hal-Hal Yang Perlu Dikaji Pada Pasien Yang Mengalami Gangguan Kebutuhan
Riwayat nyeri:
2. Intensitas nyeri. Penggunaan skala intensitas nyeri, yang sering dilakuakan adala rentang
0-5 atau 0-10. Angka 0 menunjukkan tidak nyeri, sedangkan 10 merupakan nyeri terhebat.
3. Kualitas nyeri.
4. Pola. Meliputi awitan, durasi, kekambuhan atau interval nyeri (kapan nyeri dimulai, berapa
5. Faktor presipitasi. Aktifitas fisik berat dapat menimbulkan munculnya nyeri, stressor
klien, kaji tidur, nafsu makan, konsentrasi, pkerjaan, hubungan interpersonal, aktivitas di
8. Sumber koping. Tiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi
nyeri
9. Respon afektif. Kaji perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal ada diri
klien
perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal klien dalam mengkomunikasikan
Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik. Apabila akut, maka
dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik nyeri dan apabila nyeri bersifat
kronik, maka perawat menentukan apakah nyeri berlangsung intermiten, persisten atau
terbatas.
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri, keluhan
nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan
cara PQRST:
Q: quality dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat
R: region, yaitu daerah perjalanan nyeri
J. Pemerikasaan Diagnostik
2. Sinar – X (Rontgen)
3. CT-Scan
4. MRI
K. Penanganan Nyeri
1. Farmakologi
a. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin dan kodein.
Narkotik dapat memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini
mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan penekan nyeri endogen
pada susunan saraf pusat (Tamsuri, 2007). Namun, penggunaan obat ini menimbulkan
efek menekan pusat pernafasan di medulla batang otak sehingga perlu pengkajian
secara teratur terhadap perubahan dalam status pernafasan jika menggunakan analgesik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain memiliki
efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini
jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi (Smeltzer & Bare, 2009). Efek
samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya ulkus
2. Non Farmakologi
a. Relaksasi progresif
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan stres. Teknik
relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,
stres fisik, dan emosi pada nyeri (Potter & Perry, 2009).
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh
klien sebagai obat seperti kapsul, cairan injeksi, dan sebagainya. Placebo umumnya
terdiri dari larutan gula, larutan salin normal, atau air biasa (Potter & Perry, 2007).
c. Teknik Distraksi
perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang efektif.
Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada
masing-masing individu, maka perlu dikaji semua faktor yang mempengaruhi nyeri, seperti
faktor fisiologis, psikologis, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian dapat dilakukan dengan
PQRST :
1. Riwayat Nyeri
a. Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk menunjukan area
nyerinya.
b. Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode mudah dan terpercaya untuk
0 : tidak nyeri
1 – 3 : nyeri ringan
4 – 6 : nyeri sedang
d. Kualitas nyeri
Minta pasien untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan, apakah seperti dipukul-pukul
e. Pola nyeri
Pola nyeri meliputi waktu, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
f. Faktor presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu timbulnya nyeri. Seperti aktivitas fisik yang
berat dapat memicu timbulnya nyeri dada. Selain itu, lingkungan, stresor fisik, dan
Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala tersebut dapat disebabkan
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas klien akan membantu
memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang dikaji
terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal,
emosional.
i. Sumber koping
Setiap individu memiliki strstegi koping yang berbeda-beda dalam menghadapi nyeri.
Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh
j. Respons afektif
Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat dan
durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, dan banyak faktor lainnya. Perlu dikaji adanya
ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri klien (Herdman, 2012).
Banyak respon nonverbal yang bisa dijadikan indikator nyeri. Salah satu yang paling utama
adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau membukanya lebar-
lebar, menggigit bibir bawah, dan seringai wajah dapat mengindikasikan nyeri. Selain
ekspresi wajah respons nyeri dapat berupa vokalisasi (mengerang, menangis, berteriak),
mobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri, gerakan tubuh tanpa tujuan (menendang-
nendang, membolak-balikan tubuh di kasur), dll. Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri
bervariasi, bergantung pada sumber dan durasi nyeri. Pada awal nyeri akut, respons
fisiologis dapat meliputi peningkatan tekanan darah, nadi dan pernafasan, diaphoresis serta
dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis. Jika nyeri berlangsung lama dan
saraf simpatis telah beradaprasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau
B. Diagnosa keperawatan
nyeri
kualitas hidup
diberikan
i. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
kebisingan)
meredakan nyeri
3. Edukasi
ketegangan meningkat
penyaluran energi)
4. Kalaborasi
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Priharjo, R (2011). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal :
87.
Shone, N. (2009). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80
Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.
Syaifuddin. (2007). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm :
123-136.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Potter & Perry, ( 2009 ). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC. Hlm 1502-1533
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi
dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate Of
Elsefer.
Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2010.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
http://www.asuhankeperawatansari.blogspot.com/2012/24-Maret/etc.