Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Pada Tn I Dengan Masalah Gangguan Nyeri Pada Kasus Chest Pain di

Instalasi Gawat Darurat

Disusun Oleh:

1. Intan Ayu Bella Santoso (201901003)


2. Yusridiyansyah (201901025)
3. Eka Devi Novitasari (201901039)

Dosen Pembimbing:

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI

KABUPATEN MOJOKERTO

2020
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Gangguan kenyamanan adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan (Carpenito-Moyet, 2006).

Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih dari sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus
tertentu (Potter dan Perry, 2005).

B. Etiologi
1. Faktor Resiko
a. Nyeri Akut
 Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal.
 Gangguan tidur.
 Respon otonom (penurunan TD, Suhu, dan Nadi).
 Tingkah laku ekspresi (gelisah, merintih, napas panjang).
b. Nyeri Kronis
 5Perubahan Berat Badan.
 Melaporkan secara verbal dan nonverbal.
 Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri.
 Kelelahan.
 Perubahan pola tidur.
 Interaksi dengan orang lain menurun.
2. Faktor predisposisi
a. Trauna
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Faktor presipitasi
a. Lingkungan
b. Kegitan
c. Emosi
C. Patofisiologis

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan maka terbentuklah zat-zat seperti bradikinin,
serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung
saraf respon nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke actor rkan melalui saraf
asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri.
Selain dihantarkan ke hypothalamus, nyeri dapat menurunkan stimulus terhadap reseptor
mekanik actor rk pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami
nyeri.

D. Manifestasi Klinik
1. Dapat diketahui dari penyakit kronis, contoh : keganasan distress psikologis, kehamilan.
- Data Mayor :
a. Subjektif : mengeluh tidak nyaman.
b. Objektif : gelisah
- Data Minor :
a. Subjektif :
 Mengeluh sulit tidur
 Tidak mampu rileks
 Mengeluh kedinginan atau kepanasan
 Merasa gatal
 Merasa mual
 Merasa lelah
b. Objektif :
 Menunjukkan gejala distress
 Tampak merintih atau menangis
 Pola eliminasi berubah
 Postur tubuh berubah
 Intabilitas (keadaan tidak stabil)
2. Dapat diketahui dari kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi sindrom coroner akut,
glukoma, agen pencedera fisiologis (inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera
kimiawi (terbakar bahan kimia iritan), dan agen pencedera fisik (amputasi, terbakar,
terpotong, prosedur operasi) => nyeri akut
- Data Mayor :
a. Subjektif : mengeluh nyeri
b. Objektif :
 Tampak meringis
 Bersikap protektif
 Gelisah
 Frekuensi nadi naik
 Sulit tidur
- Data Minor :
a. Subjektif : tidak ada
b. Objektif :
 Tekanan darah naik
 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir terganggu
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaphoresis (kelebihan keringat)
3. Dapat diketahui dari kerusakan saraf, infiltrasi (bocornya cairan ke jaringan), tumor,
kondisi pasca trauma, tekanan emosional, riwayat penyalahgunaan obat atau zat => nyeri
kronis
- Data Mayor :
a. Subjektif : mengeluh nyeri dan merasa depresi
b. Objektif :
 Tampak meringis
 Gelisah
 Tidak mampu menuntaskan aktivitas
- Data Minor :
a. Subjektif : merasa takut mengalami cedera berulang
b. Objektif :
 Bersikap protektif
 Pola tidur berubah
 Anoreksia (gangguan nafsu makan)
 Fokus menyempit
 Berfokus pada diri sendiri
E. Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri berdasarkan tempatnya
- Superfisial yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh.
- Visceral dalam yaitu nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lebih dalam.
- Refereal pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ yang di
transmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda bukan daerah asal nyeri.
- Radiasi yaitu sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain.
2. Nyeri berdasarkan sifatnya
- Incindental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu.
- Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap, serta dirasakan dalam waktu yang
lama.
- Proximal pain yaitu nyeri yang didasarkan berintensitas tinggi dan kuat sekali, nyeri
biasanya menetap sekitar 10-15 menit lalu menghilang kemudian timbul lagi.
3. Nyeri berdasarkan berat ringannya
- Nyeri rendah yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
- Nyeri sedang yaitu nyeri dengan menimbulkan reaksi.
- Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
4. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
- Nyeri akut yaitu keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan adanya rasa
ketidaknyamanan yang hebat selama kurang dari 6 bulan.
- Nyeri kronis yaitu keadaan ketika seorang individu mengalami nyeri yang berlangsung
lebih dari 6 bulan.

F. Komplikasi
1. Odema pulmonal
2. Kejang
3. Masalah mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipertermi
6. Gangguan pola istirahat tidur
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG, untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen.
2. Rongten, untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
3. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
4. CT scan (cidera kepala), untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak.

H. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang menurut Nanda (2014) diagnosis keperawatan untuk klien yang
mengalami nyeri atau ketidaknyamanan yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan infeksi (cidera).


2. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan psikososial atau fisik secara kronis
ditandai dengan :
- Perubahan berat badan
- Perubahan pola tidur
- Kelelahan takut cidera kembali
- Interaksi dengan orang lain
- Perubahan kemampuan dalam melakukan aktivitas

I. Intervensi
 Dx-1 : nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan infeksi (cidera).
a. Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
1. Perubahan dalam rasa nyaman : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
dan psikologis.
2. Melakukan tindakan pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan
nyeri.
3. Penurunan tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan.
b. Intervensi (NIC)
1. Lakukan pengkajian yang komprehensif dari nyeri : lokal karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, dan presipitasi.
2. Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima pasien.
3. Eksplorarisasi actor yang memengaruhi nyeri.
4. Evaluasi perkembangan masalah nyeri.
5. Manajemen medikasi : memfasilitasi pengguna obat atau resep secara nyaman dan
efektif.
6. Pemberian analgesic : menggunakan agen-agen farmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri.
c. Rasional
1. Dengan melakukan pengkajian yang komprehensif perawat dapat menentukan
skal nyeri yang dialami pasien, sehingga pasien bisa mengetahui sebatas manakah
aktivitas yang bisa dilakukan.
2. Dengan manajemen nyeri rasa nyeri yang diderita pasien bisa berkurang.
3. Dengan eksplorasi actor yang memengaruhi nyeri, perawat bisa mengetahui
penyebabnya dan masalah bisa teratasi.
4. Dengan mengevaluasi perkembangan masalah perawat bisa mengetahui
perkembangan pasien, sehingga perawat akan melakukan tindakan dan pasien bisa
mengatur pola aktivitasnya.
5. Dengan manajemen medikasi, pasien secara aman dan efektif dapat
mengkonsumsi obat dengan jangka waktu yang sudah ditentukan.
6. Dengan pemberian terapi yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan.
 Dx-2 : nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan psikososial.
a. Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
1. Monitor tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
dan psikologis.
2. Monitor tingkat depresi : kehilangan minat dengan peristiwa hidup.
3. Mampu mengendalikan diri terhadap depresi : tindakan individu untuk
meminimalkan melankolia (kesedihan).
4. Mampu mengendalikan nyeri : tindakan pribadi untuk mengendalikan nyeri.
5. Kaji tingkat nyeri : laporkan keparahan nyeri yang tampak.
b. Intervensi (NIC)
1. Berikan mobilitas perilaku : meningkatkan perubahan perilaku.
2. Berikan restrukturisasi kognitif : mengapa pasien untuk mendorong distorsi
(memutar balikan) pola pikir dan memandang diri sendiri serta dunia secara lebih
realistis.
3. Tingkatkan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan ancaman yang
menghambat pemenuhan tuntutan peran hidup.
4. Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas
secara aman dan efektif.
5. Bantuan analgesic.
c. Rasional
1. Dengan memberikan mobilitas perilaku, otot-otot pada ekstermitas pasien tidak
kaku.
2. Dengan merestrukturisasi kognitif, pasien dapat mengubah pola pikir dan pasien
dapat menerima keadaan sesungguhnya dengan ikhlas.
3. Dengan meningkatkan koping, pasien mampu mengendalikan stress.
4. Dengan memanajemen medikasi, pasien secara aman dan efektif dapat
mengkonsumsi obat dengan jangka waktu yang sudah ditentukan.
5. Dengan pemberian terapi yang tepat, dapat mempercepat proses penyembuhan.

J. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Penatalaksanaan Medis
- Pemberian analgesic
- Placebo, merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesic seperti gula,
larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri karena
faktor persepsi kepercayaan pasien.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
- Monitor tanda-tanda vital.
- Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri.
- Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai
sedang).
- Kompres hangat.
- Mengajarkan teknik relaksasi.

K. Cara Penilaian Skala Nyeri


Menggunakan skala nyeri 0-10
- Ringan, skala nyeri 1-3 : secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
- Sedang, skala nyeri 4-6 : secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi nyeri, masih
merespon, dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan.
- Berat, skala nyeri 7-9 : secara objektif pasien masih bisa merespon namun terkadang klien
tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
- Nyeri sangat berat, skala nyeri 10 : secara objektif pasien tidak mampu berkomunikasi
dank lien merespon dengan cara memukul.

L. Pathway

Trauma jaringan infeksi

Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri (histamine, bradikinin, prostaglandin, serotonin, ion, kalium dll)

Tekanan mekanisme deformasi suhu ekstrim

Merangsang nesiseptor (reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut saraf delta A dan C

Medula spinalis

Sistem aktivitas retikuler Sistem aktivitas retikuler Area grisea periakuedektus

Talamus Hipotalamus dan sistem limbik Talamus

Otak

Persepsi nyeri Nyeri

Nyeri akut Nyeri kronis


M. Pengkajian Nyeri
1. P : Provokatif atau Paliatif
Apa kira-kira penyebab timbulnya rasa nyeri?, apakah karena terkena ruda
paksa/benturan? (penyebab timbulnya rasa nyeri).
2. Q : Qualitas/Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri terasa?, bagaimana rasanya?
Misalnya : nyeri seperti tertusuk-tusuk, tertekan atau tertimpa benda berat, diiris-iris.
3. R : Region/Radiasi
Lokasi mana yang dirasakan nyeri?, apakah juga menyebar ke daerah lain atau area
penyebarannya?
4. S : Skala seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat dengan GCS (Glasgow’s Coma Scale) untuk gangguan
kesadaran, skala nyeri atau ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan.
5. Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan atau dirasakan?, seberapa sering keluhan
nyeri tersebut dirasakan?, seberapa sering keluhan nyeri tersebut terjadi?, apakah secara
mendadak atau bertahap?, akut atau kronis.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat


1. Nama : Tn. I
2. No. Register : 551892
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pekerjaan : Tidak bekerja
5. Alamat : Pilang bank selatan RT 10/RW 04
6. Status Perkawinan : Kawin
7. Pendidikan : SD
8. Agama : Islam
9. Suku : Jawa
10. Diagnosis : PJK + Iskemia
11. Usia : 53 tahun

B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Nyeri dada sebelah kanan (hilang-timbul).
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri dada pada bagian kanan, nyeri seperti ditusuk-tusuk sampai
tembus ke punggung, nyeri hilang-timbul. Selanjutnya pasien mengatakan sejak 2 minggu
yang lalu kedua kakinya tidak bisa digunakan berjalan karena mengalami pengapuran
tulang. Pasien juga mengatakan BAB cair 2x/hari, sudah 2 hari ini pasien tidak tidur dan
tidak makan karena kalau dibuat makan pasien merasa mual. Pada saat pasien mengalami
serangan nyeri, semua badan terasa lumpuh dan rahang sakit ketika mengunyah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien pernah mengidap penyakit hipertensi, melena (BAB berwarna hitam),
DM, efusi, pleura sejak 1 tahun yang lalu dan pasien mengalami pengapuran tulang sejak
2 minggu yang lalu. Pasien juga pernah dipungsi (ditusuk agar cairan di dalam jantung
keluar).
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengidap penyakit seperti pasien.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
TTV : TD : 90/50 mmHg
Nadi : 105x/menit
RR : 26x/menit
GCS : E = 4, V = 5, M = 6

D. Pengkajian Sistem
1. B1 (Breathing)
- DS : pasien mengatakan tidak batuk.
- DO : bentuk dada simetris, tidak ada suara napas tambahan, irama napas teratur, vokal
fremitas kanan dan kiri sama, suara paru sonor, tidak ada otot bantu napas, pasien
menggunakan alat bantu O2 nassal, wheezing - - Ronkhi - -

- - - -

- - - -

2. B2 (Blood)
- DS : -
- DO : suara jantung S1S2 tunggal, irama jantung ireguler, TD : 90/50 mmHg, Nadi :
105x/menit (takikardia), CRT ≤ 2 detik, JVP (Jugularis Vena Pembuluh darah) DBN,
tidak ada pembesaran jantung, tidak ada oedema dibagian thorax.
3. B3 (Brain)
- DS : pasien mengatakan nyeri dada dibagian sampai tembus ke punggung belakang,
pasien mengatakan bahwa nyerinya seperti ditusuk-tusuk, dan pasien mengatakan bahwa
rasa nyerinya hilang-timbul ± 10 menit.
P (Paliatif) : hipertroki jantung kanan
Q (Qualitatif) : berat
R (Regio) : dada sebelah kanan atau ICS 3 kanan
S (Savety) : 7-9
T (Time) : hilang timbul / ± 10 menit
- DO : tingkat kesadaran composmentis, kualitatif cukup, GCS; E = 4, V = 5, M = 6, ada
reaksi pupil kanan dan kiri dengan diameter DBN, reflek fisiologi dan patofisiologi DBN.
4. B4 (Bladder)
- DS : pasien mengatakan bahwa warna urine kuning jernih. Pasien mengatakan bahwa
tidak ada nyeri tekan dikandung kemih.
- DO : pasien terpasang kateter, urine keluar ± 200 dan berwarna kuning jernih.
5. B5 (Bowel)
- DS : pasien mengatakan bahwa tidak ada nyeri telan. Pasien mengatakan bahwa adanya
mual saat makan. Pasien mengatakan BAB tidak berwarna hitam tetapi BAB cair dengan
warna kekuningan.
- DO : mukosa bibir lembab, lidah tampak bersih, keadaan gigi putih bersih berjumlah
lengkap, abdomen BDN, peristaltic usus DBN dengan jumlah 16x/menit, tidak ada
konstipasi (sembelit).
6. B6 (Bone)
- DS : pasien mengatakan pergerakan sendi terbatas karena pasien mengalami pengapuran
tulang.
- DO : keadaan turgor baik, tidak ada perdarahan kulit, keadaan akral hangat, tidak ada
fraktur, klien terlihat letih, klien terlihat lemas, wajah klien terlihat kusam dan terlihat
lingkar hitam, kekuatan otot 5 5
2 2

E. Data Penunjang
1. Laboratorium : DL, SE, SC, BUN, GDA
- GDA : 225 mg Normalnya 90 – 200 mg (perkeni/ada)
- Urea : 166,7 mg/dl 10 – 50 mg/dl
- BUN : 77,52 mg/dl 10 – 25 mg/dl
- Creatinin : 6,25 mg/dl 1,0 – 1,5 mg/dl
- Elektrolit :
 Natrium : 135,9 Meq/L 135 – 155 Meq/L
 Kalium : 4,78 Meq/L 3,3 – 4,9 Meq/L
 Chlorida : 103,2 Meq/L 96 – 103 Meq/L
- Hematologi : jumlah sel darah merah
 HGB : 10,3 g/dl 13,0 – 18,0
 HCT : 31,9% 40 – 50
 WBC : 14,8 ribu/mm3 4,0 – 11,00
 PLT : 343 ribu/µL 150 – 450
 Eritrosit : 3,53 juta/µL 4,5 – 5,5
2. Radiologi : Thora + Bronchitis
3. EKG : Takikardia

F. Terapi Medis
1. O2 nassal 3 Lpm
2. Vascom pump 50 N/Kg bb
3. Aspilet 3 tablet kunyah sekali minum, selanjutnya 1x1 (oral)
4. CPG 4 tablet telan sakali minum, selanjutnya 1x1 (oral)
5. Injeksi santagesi 3x1, 1 amp, melalui IV
6. Injeksi pungpi cel 3x1, 1 amp, melalui IV
7. Pz 8 tpm
G. Analisa Data

Nama Pasien : Tn I
Ruang : IGD
No. Register : 551892
No/TG
DATA ETIOLOGI MASALAH TTD
L
1/3 Juli DS : Atherosclerosis spasme (A Nyeri akut
2018 - Px mengatakan nyeri dada bagian Coronaria Anemia)
kanan sampai tembus ke punggung.
- Px mengatakan nyeri dada hilang Rangsang system saraf
timbul. simpatik
P : hipertrofi jantung kanan
Q : berat Kontruksi pembuluh darah,
R : dada sebelah kanan/ICS 3 kanan heart rate blood preasure
S : 7-9 dan kontraktilitas
T : hilang timbul
DO : Hipoksia
- Keadaan umum cukup.
- ECG ventricular tachycardia Metabolism berubah dari
- Pengukuran TTV aerob menjadi anaerob
TD : 90/50 mmHg
Nadi : 105x/menit Penumpukkan asam laktat
RR : 26x/menit
Nyeri menjalar dan
merangsang system saraf
otonom

Nyeri akut
2/3 Juli DS : Rasa nyeri Gangguan pola tidur
2018 - Px mengatakan tidak tidur sejak 2
hari Merangsang saraf otonom
DO :
- Klien terlihat letih Saraf simpati terangsang
- Klien terlihat lemas
- Wajah klien terlihat kusam Mengaktifkan RAS
- Terlihat lingkar hitam
- Pengukuran TTV : Gangguan pola tidur
TD : 90/50 mmHg
Nadi : 105x/menit
RR : 26x/menit
H. Diagnosa Keperawatan

TANGGA NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANDA TANGAN


L
3 Juli 2018 1. Nyeri akut berhubungan dengan
penumpukkan asam laktat.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
2.
terangsangnya saraf simpati.

I. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama Pasien : Tn I
Ruang : IGD
No. Register : 551892
TG
NO DX TUJUAN/KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
L
1 Kebutuhan rasa nyaman - Lakukan pengkajian nyeri - Mengkaji nyeri secara
teratasi selama 1x60 menit. secara komprehensif. komprehensif dapat
Kriteria hasil : - Observasi reaksi nonverbal dan mempermudah melakukan
- Mampu mengontrol ketidaknyamanan. tindakan selanjutnya.
nyeri. - Gunakan komunikasi - Mengobservasi reaksi
- Melaporkan bahwa terapeutik untuk mengetahui nonverbal dapat
nyeri berkurang dengan pengalaman nyeri pasien. mengetahui skala nyeri
menggunakan - Ajarkan tentang teknik pasien.
manajemen nyeri. relaksasi. - Dengan berkomunikasi
- Menyatakan rasa - Kolaborasi dengan tim medis secara terapeutik pasien
nyaman setelah nyeri untuk pemberian terapi. dapat merasa termotivasi
berkurang.  Pz 8 tpm dari sebelumnya.
- Tanda vital dalam  Vascom pump 50N/Kg BB - Dengan mengajarkan
rentang normal :  Inj. Santagesix teknik nonfarmakologi
TD : Sistol 110 – 120  Inj. Pungpi cel pasien akan tidak
mmHg, diastol 70 – 80  Aspilet (oral) ketergantungan dengan
mmHg. obat-obatan.
 CPG (oral)
N : 60 – 100x/menit - Dengan pemberian terapi
- Berikan analgesix untuk
RR : 16 – 20x/menit yang tepat dapat
nyeri.
T : 36oC mempercepat proses
- Tingkatkan istirahat.
penyembuhan.
- Observasi TTV.
- Mengurangi aktivitas dapat
mengurangi beban jantung.
- Agar dapat mengetahui
perbandingan dengan
sebelumnya.

J. Implementasi

Nama Pasien : Tn I
Ruang : IGD
No. Register : 551892
NO DX TGL/WAKTU TINDAKAN TTD
1 3 Juli - Menyiapkan tempat tidur dan mengangkat pasien
2018/10.30 dari brangkard ke tempat tidur.
10.35 - Mengukur TTV (TD, N, RR, Suhu).
10.40 - Mengukur ECG.
10.45 - Berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
terapi.
Pz 8 tpm
Vascom pump 50N/Kg BB
Inj. Santagesix
Inj. Pungpi cel
Aspilet (oral)
CPG (oral)
10.50 - Melakukan pengkajian pasien.
10.55 - Memasang infus.
11.00 - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi injeksi santagesix 3x1 dan injeksi pungpi cel
3x1.
11.05 - Memberikan terapi obat oral aspilet 3 tablet kunyah
sekali minum dan obat oral CPG 4 tablet telan sekali
minum.
11.10 – 11.35 - Melakukan observasi.
11.40 - Memasang kateter.
11.45 - Memindahkan ruangan.
K. Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Tn I
Ruang : IGD
No. Register : 551892
NO DX TGL/WAKTU EVALUASI TTD
1 3 Juli 2018 - S : pasien mengatakan nyeri dada sebelah kanan
telah berkurang.
- O : keadaan umum cukup.
TD : 100/60 mmHg
N : 100x/menit
RR : 24x/menit
(PQRST) :
P : hipertrofi jantung kanan
Q : sedang
R : dada sebelah kanan/ICS 3 kanan
S:4–6
T : hilang timbul
- A : masalah nyeri dada teratasi sebagian
- P : intervensi dilanjutkan
 Lakukan pengkajian skala nyeri.
 Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
 Observasi tentang teknik relaksasi.
 Tingkatkan istirahat.
 Observasi TTV.
 Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
terapi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. EGC

Nanda. 2014. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta. EGC

Aprisunadi. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. EGC: Jakarta

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. EGC: Jakarta

Herlman, T. Heather. 2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012 - 2014. Jakarta. EGC

Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Muhammad, Wahit Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta

Abdurrahman, N. Anamnesa dan Pemeriksaan Jasmani Sistem Kardiovaskuler jilid 1. Jakarta

Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. 2000

Himawan. Buku Kuliah Gangguan Sistem Kardiovaskuler. 1994

Huddak dan Gallo. Keperawatan Kritis Cetakan 1. Jakarta: EGC: 1995

Anda mungkin juga menyukai