B. Klasifikasi Nyeri
1. Menurut lokasinya:
a. Perifer pain : Daerah perifer (kulit & mukosa)
b. Deep pain : Somatik (periosteum/lapisan luar tulang, otot, sendi/tendon,
pembuluh darah)
c. Viseral / splanik pain : Organ viseral (renal colik, cholesistisis/radang
kandung empedu, apendisitis, ulkus gaster)
d. Reffered pain : Penyakit organ / struktur tubuh (vertebrata, viseral, otot),
ditransmisikan di bagian tubuh lain.
e. Psykogenik pain : Tanpa penyebab organik, tapi karena trauma psikologis.
f. Phantom pain : Pada bagian tubuh yang sebenarnya sudah tidak ada.
Contohnya yaitu nyeri pada kaki yang sudah diamputasi.
g. Intractable pain : Nyeri yang resisten (melawan)
2. Menurut serangannya
a. Nyeri akut : mendadak, berlangsung < 3 bulan, intensitas berat, area dapat
diidentifikasi, karakteristik ketegangan otot meningkat, dan cemas.
b. Nyeri kronis : Berlangsung > 3 bulan, intensitas ringan hingga berat, sumber
nyeri tidak diketahui dan sulit dihilangkan, sensasi difus (menyebar).
3. Menurut sifatnya
a. Insidentil : Timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, contohnya yaitu trauma
ringan.
b. Stedy : Menetap dan dalam waktu yang lama, contohnya yaitu abses.
c. Paroximal : Intensitas tinggi dan kuat, ± 10-15 menit lalu hilang dan timbul
lagi.
D. Patofosiologi
Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), yang mana jaringan
tubuh yang cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory neurotransmitters),
(histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator yang kuat sehingga terjadi edema,
kemerahan dan nyeri serta menstimulasi pelepasan prostaglandins.
Transduksi (transduction) yaitu perubahan energi stimulus menjadi energi
elektrik, yang mana terjadi proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik
mengenai nociceptor dihantarkan melalui serabut saraf A dan C, kemudian dihantarkan
dengan cepat ke substantia gelatinosa di bagian dorsal horn dari spinal cord sehingga
menuju ke otak melalui spinothalamic tracts yang kemudian menjalar ke thalamus dan
pusat-pusat yang lebih tinggi termasuk reticular formation, limbic system, dan
somatosensory cortex.
Persepsi (perseption) yaitu otak menginterpretasi signal, memproses informasi
dari pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri sehingga individu
mulai menyadari nyeri.
Modulasi (modulation) yaitu saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins), serotonin, norepinephrine
& gamma aminobutyric acid yang mana ini akan menghalangi /menghambat transmisi
nyeri & membantu menimbulkan keadaan analgesik, & berefek menghilangkan nyeri.
(Noorbaiti, 2019).
E. WOC
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman. Lingkungan
pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan
yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit
dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa aman dan nyaman pasien.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secar langsung pada
reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman pasien.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman, karena
dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena penyakit
sehingga menimbulka rasa tidak nyaman seperti nyeri.
b. Perilaku non verbal : Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara
lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
c. Kualitas : Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
d. Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara
lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
e. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau
dapat menggunakan skala dari 0-10.
f. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa
lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
g. Karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak terganggu)
Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas secara mandiri)
h. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah
Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa yang tidak nyaman.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
b. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
c. Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis
d. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri
3. Rencana Keperawatan
- Tingkatkan istirahat
Debora, Oda (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta :Salemba Medika
Keliat, Budi, Ana., Windarwati, Heni Dwi., Pawirowiyono, Akemat., & Subu, M.Arsyad.
(2015–2017). Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Mubarak, I., Chayatin, N., & Susanto, J. (2015). Standar Asuhan Keperawatan dan
Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: salemba Medika