Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HYGIENE DAN NYERI

Dibuat oleh:
Nama: Daffa Ibnu Fauzaan

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
A. Pengertian
1. Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri
yang dialaminya (Aziz, 2006).
2. Hygiene
Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Darmawan
dan Jamil, 2013).

B. Anatomi Fisiologi
1. Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai
reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor
nyeri disebut nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri ada yang
bermielin dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Letak nosireceptor dikelompokan dalam beberapa bagian tubuh
pada kulit, somatik dalam, dan pada daerah viseral, karena letaknya
berbeda nyeri yang timbul juga memiliki sensasi berbeda
(Darmawan dan Jamil, 2013).
2. Hygiene
Sistem integumen terdiri atas kulit, lapisan subkutan dibawah
kulit dan pelengkapnya, seperti kelenjar dan kuku. Kulit terdiri atas
2 lapisan yaitu lapisan epidermis yang terdapat pada bagian atas
yang banyak mengandung sel epitel. Sel epitel mudah sekali
mengalami regenerasi. Lapisan ini tidak mengandung pembuluh
darah. Lapisan kedua yaitu lapisan dermis yang terdiri atas jaringan
otot, saraf folikel rambut dan kelenjar ( Darmawan dan Jamil,
2013).

C. Nilai normal
Nilai normal nyeri antara lain:
0 : Tidak nyeri.

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan


baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,


dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak


dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi.

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi


berkomunikasi, memukul.

D. Jenis Kelainan/ Gangguan


1. Nyeri
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
2. Hygiene
a. Body image
b. Praktik sosial
c. Status sosial dan ekonomi
d. Pengetahuan
e. Budaya
f. Kebiasaan seseorang
g. Kondisi fisik
E. Patofisiologi dan Pathways
Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-
ujung saraf bebas yang berespon terhadap berbagai rangsangan
termasuk tekanan mekanis, deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai
bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain
misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim informasi yang
dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia yang memperparah
nyeri antara lain adalah histamin, bradikini, serotonin, beberapa
prostaglandin, ion kalium, dan ion hydrogen. Masing-masing zat
tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau kematian sel. Nyeri
cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta, nyeri
lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat.
Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P
sewaktu bersinaps di korda spinalis. Setelah di korda spinalis, sebagian
besar serat nyeri bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen.
Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen
di korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah mengaktifkan sel-sel di
korda spinalis, informasi mengenai rangsangan nyeri diikirim oleh satu
dari dua jaras ke otak- traktus neospinotalamikus atau traktus
paleospinotalamikus (IASP, 2012).
Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat-serat A
delta di salurkan ke otak melalui serat-serat traktus neospinotalamikus.
Sebagian dari serat tersebut berakhir di reticular activating system dan
menyiagakan individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar
berjalan ke thalamus. Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks
sensorik somatic tempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti (IASP,
2012).
Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan
sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat
traktus paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular
dibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah
grisea periakuaduktus. Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan
melalui daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan
system limbik. Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik
memiliki lokalisasi yang difus dan berperan menyebabkan distress
emosi yang berkaitan dengan nyeri (Corwin, 2000 : 225).

Pathway

Peradangan Pada Apendik


(APP)
Pelepasan mediator
nyeri (histamine,
bradikinin,
prostaglandin, serotonin

Merangsang Nosiseptor
(Reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut tipe


A & serabut tipe c

Medulla
spinalis

Sistem aktivasi Sistem aktivasi Area crisea


retikular retikular periakueduktus

Hipotalamus dan sistem Talamus


Talamus
limbik

Otak
(korteks somatosensorik)

Persepsi nyeri

NYERI

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
abdomen.
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang
abnormal.
3. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
4. CT-Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pemnuluh darah
yang pecah di otak.
G. Penatalaksanaan Kolaboratif
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Monitor TTV
b. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
c. Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif
untuk nyeri ringan sampai sedang)
d. Kompres hangat
e. Mengajarkan teknik relaksasi
2. Penatalaksaan Medis
a. Pemberian analgesik
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien
merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh
nyeri.
b. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang mengandung komponen
obat analgesik seperti gula, larutan garam/normal saline, atau
air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena
faktor persepsi kepercayaan pasien.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Perilaku non Verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain
ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll
b. Kalitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan
nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
c. Faktor Persepsi
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara
lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba
d. intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan,
atau dapat menggunakan skala dari 0-10
e. Waktu dan Lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa
lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan
nyeri terakhir timbul
f. Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri
(PQRST)
1) P (Provokatif): Faktor yang mempengaruhi gawat dan
ringannya nyeri.
2) Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul,
tersayat)
3) R (region) : daerah perjalanan penyakit
4) S (skala) : keperahan/intensitas nyeri
5) T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Nyeri Kronis
3. Intervensi
a. Nyeri Akut
NOC :
1) Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap
kemudahan kemudahan fisik dan psikologis.
2) Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk
mengendalikan nyeri.
3) Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati
atau dilaporkan.
NIC :
1) Pemberian analgesik : menggunakan agens-agens
farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
2) Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat
atau resep atau obat bebas secara aman dan efektif.
3) Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa
nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat
diterima oleh pasien.
b. Nyeri kronis
NOC :
1) Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap
kemudahan fisik dan psikologis.
2) Tingkat depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan
kehilangan minat dengan peristiwa hidup.
3) Pengendalian diri terhadap depresi : tindakan individu
untuk meminimalkan melankolia dan mempertahankan
minat dengan peristiwa hidup.
4) Nyeri : respon seimbang psikologis, keparahan respon
seimbang kognitif dan emosi yang dapat diamati atau
dilaporkan terhadap nyeri fisik.
5) Pengendalian nyeri : tindakan pribadi untuk
mengendalikan nyeri.
6) Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang tampak atau
dilaporkan.
NIC :
1) Pemberian analgesic : penggunan agen farmakologis untuk
meredakan atau menghilangkan nyeri.
2) Mobilitas perilaku : meningkatkan perubahan perilaku.
3) Restrukturisasi kognitif : mendorong pasien untuk
mengubah distrorsi pola pikir dan memandang diri sendiri
serta dunia secara lebih realistis.
4) Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi
dengan presepsi stressor, perubahan, atau ancaman yang
menghambat pemenuhan tuntutan peran hidup.
5) Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat
resep atau obat bebas secara aman dan efektif.
6) Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan,
stabilisasi, pemulihan, dan pemeliharaan pada pasien yang
mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun
peningkatan alam perasaan.
7) Manajemen nyeri : menghilangkan nyeri atau menurunkan
nyeri ketingkat yang lebih nyaman yang dapat ditoleransi
oleh pasien.
8) Kontrak pasien : menegoisasi persetujuan dengan individu
yang menekankan perubahan perilaku bersama.
9) Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien :
memfasilitasi pengendalian pemberian dan pengaturan
analgesic oleh pasien.
10) Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk
lebih bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate


Of Elsefer.
Dermawan, D., Jamil, A.M. 2013. Keterampilan Dasar Keperawatan Konsep Dan
Prosedur Buku 1. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dermawan, D., Jamil, A.M. 2013. Keterampilan Dasar Keperawatan Konsep Dan
Prosedur Buku 2. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Herlman, T. Heather. 2012.  NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan  Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan  Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
IASP. 2012. IASP taxonomy. Diakses pada 18 Oktober 2018 dari http;//www.iasp-
pain.org/Content/NavigationMenu/GeneralResourceLinks/PainDefinitions/defaul
t.htm

Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:


           Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai