Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

LANJUT USIA DENGAN RHEUMATOID ARTRITIS

PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Gerontik

Disusun oleh:

Amalia Dika Alfiofita


J230185104

PROGRAM PROFESI NERS-XX

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

Lanjut Usia .......................................................................................................................1


Pengertian .............................................................................................................1
Batasan-batasan lansia ..........................................................................................1
Proses menua ........................................................................................................1
Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia.....................................................2
Penyakit rheumatoid artritis pada lansia ..........................................................................7
Definisi .................................................................................................................7
Etiologi..................................................................................................................8
Patofisiologi...........................................................................................................8
Manifestasi klinik..................................................................................................9
Pemeriksaan penunjang.........................................................................................9
Penatalaksanaan...................................................................................................11
Komplikasi ..........................................................................................................11
Konsep keperawatan............................................................................................11

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................16

Pengkajian Keperawatan.....................................................................................16
Analisa data ........................................................................................................26
Rencana/ intervensi keperawatan dan rasional....................................................28
Implementasi.......................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN

1. Konsep Lansia
A. Pengertian
Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN).
Menurut prof koesmoto setyonegoro lanjut usia adalah orang yg berumur 65
tahun keatas. Sebenarnya lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidakapat
ditentukan oleh tuhan yang maha esa (Wahyudi, 2000)
B. Batasan lansia
Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli
karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai
indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses peneuan berdasarkan teori
psikologis ditekankan pada perkembangan). World Health Organization (WHO)
mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :
1. Middle Aggge (45-59 tahun)
2. Erderly (60-74 tahun)
3. Old (75-90 tahun)
4. Very old (> 91 tahun)
C. Proses Menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang
yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan
meningkatnya kerentanan terhadapa berbagai penyakit dan kematian (Setiati dkk,
2006).
Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses
kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan
dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang
lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit,
kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan
berada dalam kontrol seseorang (Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia,
Olds & Feldman, 2005).
1
D. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau
pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua
kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium
dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk skeris.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada
skala.
2) Pendengaran.
a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera
makan berkurang.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing
mendadak ).

3
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e. Sistem genito urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %,
fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 )
; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat,
vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih
alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

4
g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
h. Sistem muskuloskeletal.
1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2) resiko terjadi fraktur.
3) kyphosis.
4) persendian besar & menjadi kaku.
5) pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan
berkurang ).
i. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak
begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan
luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
5
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak rendahnya akitfitas otot.
11) Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
a) selaput lendir vagina menurun/kering.
b) menciutnya ovarium dan uterus.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri
dan perubahan konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh
karena faktor lain seperti penyakit-penyakit
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai
berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka
pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.

6
Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan
psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan
dari faktro waktu.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya
(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.
2. Rematik
A. Definisi
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti
mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain
tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang
disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik
termasuk penyakit jaringan ikat.
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan struktur jaringan
sekitarnya (tendon ligament, sinovia, otot sendi, dan tulang). Penyakit ini tidak
terbatas menyerang sendi bisa juga mengenai organ lain.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
Penyakit merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban ini.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan
yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul.
Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
7
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause.
B. Reumathoid Arthritis
1. Definisi
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi.
2. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan
faktor Rematoid
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
3. Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang
menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan
jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus
privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan
menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak, bengkak dan kekakuan.
8
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
4. Tanda dan Gejala
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Rheumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
5. Pemeriksaan Diagnostik
Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
a. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
b. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
c. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat
d. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
e. SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
9
f. JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
g. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
h. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
i. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
j. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
k. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
l. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA )
adalah:
a. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
b. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
c. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
d. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
e. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
f. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
g. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
h. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
i. Pengendapan cairan musin yang jelek
j. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
10
k. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
a. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu
b. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama
6 minggu.
c. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.
6. Penatalaksanaan
a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini
b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d. Termoterapi
e. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f. Pemberian Obat-obatan :
7. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
d. Terjadi splenomegaly.

3. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang harus dilakukan
secara sistematis agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk klien.
Adapun beberapa hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1. Identitas Umum
Yang perlu diketahui disini meliputi; nama,alamat, umur, jenis kelamin,
agama/suku, warga Negara, bahasa yang digunakan, penanggung jawab/orang
yang bisa dihubungi (nama, alamat, hubungan dengan klien), cara masuk, alasan
masuk, tanggal masuk, diagnosa medic, dan lain sebagainya.
11
2. Pengkajian Fungsional Gordon
b. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
3) Riwayat keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
c. Nutrisi – Metabolic
1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
2) Riwayat gangguan metabolic
d. Eliminasi
1) Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
e. Aktivitas dan Latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Jenis aktivitas yang dilakukan
3) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
4) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
f. Tidur – Istirahat
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Kebiasaan tidur sehari
3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
g. Kognitif-persepsi
1) Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
h. Persepsi diri – Konsep diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya
i. Peran – Hubungan
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
j. Seksualitas dan Reproduksi
1) Adakah gangguan seksualitas?

12
k. Koping - Toleransi Stress
1) Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
l. Nilai Kepercayaan
1) Agama yang dianut?
2) Adakah gangguan beribadah?
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan masalah keperawatan yang akan muncul pada penyakit rematik yang
dialami lansia adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi dan
penurunan integritas tulang
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
4. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun
lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai
dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas

13
C. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri kronik berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management
dengan ketunadayaan fisik keperawatan selama 2×24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
atau psikososial kronis pasien diharapkan nyeri hilang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
(misalnya, kanker dengan criteria : presipitasi
metastasis, cedera Kontrol nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan
neurologis dan artritis) 1. Mengenali faktor penyebab teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
2. Mengenali onset (lamanya nyeri pasien
sakit) 3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
3. Menggunakan metode 4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
pencegahan 5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
4. Menggunakan metode 6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
nonanalgetik untuk 7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
mengurangi nyeri 8. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
5. Menggunakan analgetik nyeri tidak berhasil
sesuai kebutuhan Analgesic Administration
6. Mengenali gejala-gejala nyeri 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
7. Mencatat pengalaman nyeri sebelum pemberian obat
sebelumnya 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
8. Melaporkan nyeri sudah 3. Cek riwayat alergi
terkontrol 4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik

14
Tingkatan nyeri ketika pemberian lebih dari satu
1. Melaporkan adanya nyeri 5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
2. frekuensi nyeri dan panjangnya 6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
episode nyeri 7. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
3. ekspresi nyeri pada wajah 8. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
4. kurangnya istirahat samping)
2. ketegangan otot
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2×24 jam 1. Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien
insomnia dalam waktu pasien diharapkan dapat 2. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
lama, terbangun lebih awal memperbaiki pola tidurnya dengan 3. Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik
atau terlambat bangun dan criteria : 4. Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam
penurunan kemampuan 1. Mengatur jumlah jam tidurnya
fungsi yng ditandai dengan tidurnya
penuaan perubahan pola 2. Tidur secara rutin
tidur dan cemas 3. Miningkatkan pola tidur
4. Meningkatkan kualitas tidur
5. Tidak ada gangguan tidur

15
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Ny. F Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 67 tahun Suku : Jawa
Alamat : Suronatan Agama : Islam
Pendidikan : SMA Statua perkawinan : Janda
Tgl masuk panti: 7 November 2012 Tanggal pengkajian : 17 November 2012
b. Status Kesehatan
Saat ini klien merasa nyeri pada persendian pada lutut, nyeri dirasa saat klien duduk
dian, namun rasa nyeri hilang saat klien beraktifitas, rasa nyeri seperti kaku pada
daerah persenduan dengan skala nyeri sedang dan dirasa hilang timbul tidak pasti.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Riwayat alergi
Klien mengatakan, ia tidak ada pantangan / alergi terhadap obat, makanan,
binatang maupun lingkungan.
2. Riwayat penyakit
Pada saat muda klien sering pingsan karena sakit perut, klien juga sering terjatuh.
Pada tahun 2007 klien pernah melakukan operasi untuk menaikan ginjal klien,
karena turunya ginjal klien dari posisi sesungguhnya
3. Kebiasaan
Klien mengatakn klien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum kopi, minum
alcohol, dan makan obat tidur
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada masalah kesehatan seperti kanker, DM, penyakit
jantung, epilepsi, dll

16
Keterangan :
: Anggota keluarga laki-laki yang meninggal

: Anggota keluarga perempuan yang meninggal

: Suami (meninggal)

: Pasien
2. Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum
Keadaan Ny. F tampak sehatdan bugar dan tampak memegangi kaki kanannya
sesekali. Kesadaran Compos Mentis.
2. Intergumen
a. Inspeksi
Kebersihan baik, kulit klien terlihat keriput, turgor kulit lembab hangat
berwarna kuning langsat, tidak ada kelainan dan masalah keperawatan
b. Palpasi
Turgor kulit elastic, tidak terdapat edema
3. Kepala
Bentuk kepala tampak bulat, tidak ada lesi dan benjolan, rambut tampak beruban,
rambut lurus. Penyebaran tidak merata.
4. Mata
Klien menggunakan kaca mata, Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokhor, mata klien tampak sering berair, pergerakan bola mata simetris.
Klien dapat membaca hanya dalam jarak 30 cm.
5. Telinga
Bentuk telinga simetris, pendengaran baik di periksa dengan detik jam, secret,
serumen, benda asing tidak ada.
6. Mulut dan tenggorokan
Keadaan bibir lembat, keadaan gigi dan gusi bersih, bau mulut, stomatitis tidak
ada, gigi klien tidak lengkap.
7. Leher
Tidak teraba ada pembesaran kelenjar getah bening.
8. Payudara
Tidak ada masalah
17
9. Sistem pernafasan
a. Inspeksi
Bentuk thoraxs normal 2:1, pernafasan 20 x/I tidak ada kesulitan bernafas
tidak ada usaha dengan menggunakan otot bantu pernafasan, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Tidak terdapat sianosis pada bibir dan keadaan
kuku normal.
b. Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, pengambangan dada simetris premitus taktil .
c. Perkusi
Tidak terdapat odema, bunyi resonan.
d. Auskultasi
Tidak terdapat suara tambahan, bunyi jantung normal (lub-dub), tidak ada
masalah keperawatan
10. Sistem kardiovaskular
a. Perkusi
Perkusi jantung terdengar pekak.
b. Auskultasi
Irama jantung terdengar regular TD 110/70 mmHg
11. Sistem gastrointestinal
c. Inspeksi
Perut buncit umbilicus tidak menonjol tidak terlihat benjolan masa
d. Auskultasi
Peristaltik usus 8x/menit normalnya 5-25x/m

e. Palpasi
Nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites
tidak ada
12. Sistem urinaria
Ny. F BAK dengan frekuensi tidak tentu ± setiap 6-8jam sekali, pada wktu mlm

klien sering terbangun untuk BAK ± 2-3 kali, klien mengatakn klien mampu
menahan BAK selama klien inginkan tidak sakit saat BAK dan lancar. Klien
mengatakan pernah mengalami kesulitan untuk defekasi karena sering menahan
untuk untuk defekasi.

18
13. Sistem genetoreproduksi
Klien mengatakan klien tidak memiliki anak, klien pernah mengandung namun
pada usia kehamilan 2 bulan klien mengalami keguguran, klien juga mengatakan
menurut pemeriksaan dokter suami klien difonis mandul
14. Sistem muskulosceletal
Kedua kaki dan tangan Ny. F tampak sejajar dan sama besar dan panjang, tampak
adanya scoliosis. Kemampuan mengubah posisi baik, pergerakan kedua tangan
dan kaik baik, kekuatan otot baik, tetapi kaki kanan dan persendian klien sering
merasa linu dan kesemutan.
15. Sistem syaraf pusat
Tidak ada cedera kepala, tidak ada peningkatan TIK, tidak memiliki riwayat
kejang
16. Sistem endokrin
Ny. F mengatakan tidak mempunyai penyakit gula dan gondok.
3. Pengkajian Psikososial & Spiritual
1. Psikososial
Ny. F mengatakan dapat bersosialisasi dengan penghuni panti yang lainnya.
2. Emosional
Status emosi Ny. F stabil dan kooperatif saat diajak bicara, sikap klien terhadap
penghuni panti lainnya baik. Klien mengatakan klien mrngalami sesulitan tidur,
klien merasa gelisah dan memikirkan bayak masalah, klien mengatakan ini sudah
terjadi lebih dari satu kali dalam sebulan, bila tidak bisa tidur klien memilih untuk
membaca doa-doa
3. Spiritual
Ny. F beragama Islam, dan mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat lima
waktu. Selain itu juga mengikuti bimbangan rohani dan seluruh kegiatan yang
diadakan di panti. Harapan klien meninggal dengan khusnul khotimah
4. Pengkajian Depresi
1. Inventaris Depresi Beck
a. Kesedihan : klien merasa sedih
b. Pesimisme : klien merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang
kedepan, klien mengatakan “bila sudah tinggal dipanti ya sudah tidak pnya
masa depan “

19
c. Rasa kegagalan : klien merasa benar-benar gagal sebagai seorang perempuan
karena klien tidak mempunyai keturunan
d. Ketidakpuasan : klien mengatakan tidak puas dengan segalanya, klien
mengatakan sudah melalukan yang terbaik tetapi balasan orang dan keluarga
saya tidak sebanding
e. Rasa bersalah : klien tidak merasa benar benar bersalah
f. Tidak menyukai diri sendiri : klien tidak merasa kecewa dengan dirinya
sendiri
g. Membahayakan diri sendiri : klien tidak punya pikiran-pikiran yang
membahagiakan diri sendiri
h. Menarik diri dari soaial : klien tidak kehilangan minat pada orang lain
i. Keragu-raguan : klien membuat keputusan dengan baik
j. Perubahan gambaran diri : klien tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk
dari sebelumnya
k. Kesulitan diri : klien dapat bekerja sebaik sebelumnya
l. Keletihan : klien lelah lebid dari biasanya
m. Anoreksia : nafsu makan klien tidak buruk dari biasanya
Jumlah : 10 Depresi sedang
2. Skala Depresi Geriatrik (YESAVAGE)
a. Pada dasarnya klien tidak puas dengan kehidupanya
b. Klien merasa telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau
kesenanganya
c. Klien merasa bahwa hidup klien kosong
d. Klien sering merasa bosan
e. Klien pnya semangat yang baik setiap saat
f. Klien takut sesuatu yang buruk akan terjadi padanya
g. Klien merasa bahagia disebagian besar hidup klien
h. Klien tidak merasa tidak berdaya
i. Klien tidak lebih senang tinggal dirumah daripada pergi keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru
j. Klien tidak merasa memiliki masalah dengan daya ingat dibanding
kebanyakan orang
k. Klien berfikir bahwa hidup klien sekarang ini menyenangkan
l. Klien tidak merasa tidak berharga
20
m. Klien merasa penuh semangat
n. Klien merasa bahwa keadaan klien tidak memiliki harapan
5. Pengkajian Fungsional Klien
1. Katz index
Bantuan
No. Kegiatan Mandiri Bantuan Penuh
Sebagian
1. Mandi V
2. Berpakaian V
3. Ke Kamar Kecil V
4. Berpindah V
Tempat
5. BAK/BAB V
6. Makan/Minum V
Ny. F dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan aktif dari orang lain.

2. Barthel index
No. Kegiatan Dengan Mandiri
Bantuan
1. Makan/Minum 0 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat 0 15
tidur/sebaliknya
3. Kebersihan diri (cuci muka, gosok gigi, 0 5
menyisir rambut)
4 Keluara masuk kamar mandi (menyeka 0 10
tubuh, menyiram, mencuci baju)
5. Mandi 0 15
6. Jalan-jalan di permukaan datar 0 5
7. Naik turun tangga 0 10
8. Memakai baju 0 10
9. Kontrol BAK 0 10
10. Kontrol BAB 0 10
Jumlah 0 100
Kesimpulan:
Jumlah skor 100 = mandiri
6. Pengkajian Status Mental
1. Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No. Pertanyaan
√ 1. Tanggal berapa hari ini?
√ 2. Hari apa sekarang?

21
√ 3. Apa nama tempat ini?
√ 4. Dimana alamat anda?
√ 5. Berapa umur anda?
√ 6. Kapan anda lahir?
√ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 9. Siapa nama ibu anda?
√ 10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara berurutan
10 Jumlah
Total Skor: 10 Fungsi intelektual tubuh
7. Pengkajian Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental
No. Aspek Nilai Nilai Klien Kriteria
Kognitif Maksimal
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Negara Indonesia
b. Propinsi Jabar
c. Kota Bogor
d. Panti
2. Registrasi 5 5 Pemeriksa mengatakan nama 3
objek selama 1 detik kemudian
klien mengulang nama objek
tersebut
a. kursi
b. meja
c. buku
3. Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari
& angka 100 kemudian dikurangi 7
Kalkulasi sampai 5 tahap
a. 100
b. 93

22
c. 86
d. 79
e. 72
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk menyebutkan
atau mengulang ketiga objek pada
no.2
a. kursi
b. meja
c. buku
5. Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu
benda (2 objek) tanyakan
namanya!
a. Objek sepatu
b. Objek sandal
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut:
a. Ambil kertas di tangan
anda
b. Lipat dua
c. Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1)
a. Tutup mata anda
Perintahkan pada klien menilai
satu kalimat dan menyalin
gambar:
a. Tulis satu kalimat
b. Menyalin gambar
Total Nilai 30
Interpretasi hasil :
Nilai >23                    = aspek kognitif dari fungsi mental baik
8. Pengkajian Skala Resiko Dekubitus
1. Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Braden
a. Persepsi sensori : tidak terbatas

23
b. Kelembapan : jarang lembab
c. Aktifitas : jalan keluar ruang
d. Mobilisasi : tidak terbatas
e. Nutrisi : sempurna
f. Gesekan dan cubitan : tidak ada masalah. Total skor : 23
2. Pengkajian skala resiko dekubitus menurut Norton
a. Kondisi fisik : baik
b. Kesadaran : CM
c. Aktifitas : mandiri
d. Mobilitas bebas
e. Inkontenensia : tidak ada
Total skor : 20
9. Pengkajian Resiko jatuh
1. Postural Hipotensi
Tidur : 110/70 mmHg
Duduk : 110/70 mmHg
Berdiri : 110/70 mmHg
2. Fungsional reach (FR) test
Klien mampu berdiri condong selama satu menit dengan jarak 5 inchi
3. The timed up and go (TUG) test
Klien mampu berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah, kembali ke kursi,
mengangkat satu kaki setinggi langkah dan duduk kembali
Ukuran waktu dalam detik : > 10 detik mobilisasi bebas
4. Factor resiko jatuh akibat mobilisasi
Keterangan Kriteria Skore
Usia 60-70 tahun V
> 70
Status mental * Binggung terus menerus
Kadang kadang binggung
Penurunan tingkat kooperatif
Riwayat jatuh 1-2 kali
dalam 1 bulan Berulang
Pakai kateter/ ostomi
Kebutuhan eliminasi
Incontinensia
Gangguan
penglihatan *
24
Mobilisasi Tidur berbaring di tempat tidur/ duduk dikursi
Gaya berjalan, melangkah lebar
Kehilangan keseimbangan berdiri dan berjalan
*
Penurunan koordinasi otak
Kesukaran berjalan, sempoyongan
Menggunakan alat bantu : kruk, walker
Obat beresiko Menggunakan 1 obat
Hospitalisasi 3 hari dirawat sejak masuk/ dirujuk
2 hari pembedahan atau melahirkan
Persiapan alat IV line
Therapy anti embolitik
Total skore : 1

10. ANALISA DATA


Data Masalah Etiologi
Ds : Nyeri kronik ketunadayaan fisik (artritis)
P : Saat ini klien merasa
nyeri pada persendian
Q : Nyeri dirasa saat klien
duduk diam, namun
rasa nyeri hilang saat
klien beraktifitas
R : Rasa nyeri seperti kaku
pada daerah
persendian
S : Dengan skala nyeri
sedang
T : Dirasa hilang timbul
tidak pasti.
Do :
- Klien terlihat
memegangi kakinya
sesekali
- Bentuk tulang klien
scoliosis

25
- Klien terlihat
meringis
Ds :
- Klien mengatakan klien Gangguan pola tidur insomnia dalam waktu lama,
mengalami sesulitan terbangun lebih awal dan
tidur penurunan kemampuan
- klien merasa gelisah fungsi yng ditandai dengan
dan memikirkan bayak penuaan perubahan pola tidur
masalan dan cemas
- klien mengatakan ini
sudah terjadi lebih dari
satu kali dalam sebulan
- klien mengatakan bila
tidak bisa tidur klien
memilih untuk
membaca doa-doa
Do :
- klien terlihat tidur siang
- klien tampak
mengantuk di pagi hari.

26
11. INTERVENSI
No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri kronik berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management
dengan ketunadayaan fisik keperawatan selama 3 × 24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
atau psikososial kronis pasien diharapkan nyeri hilang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
(misalnya, kanker dengan criteria : presipitasi
metastasis, cedera Kontrol nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan
neurologis dan artritis) 1. Mengenali faktor penyebab teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
2. Mengenali onset (lamanya nyeri pasien
sakit) 3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
3. Menggunakan metode 4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
pencegahan 5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
4. Menggunakan metode 6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
nonanalgetik untuk 7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
mengurangi nyeri 8. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
5. Menggunakan analgetik nyeri tidak berhasil
sesuai kebutuhan Analgesic Administration
6. Mengenali gejala-gejala 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
nyeri sebelum pemberian obat
7. Mencatat pengalaman nyeri 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
sebelumnya 3. Cek riwayat alergi
Melaporkan nyeri sudah terkontrol 4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik

27
Tingkatan nyeri ketika pemberian lebih dari satu
1. Melaporkan adanya nyeri 5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
2. frekuensi nyeri dan panjangnya 6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
episode nyeri 7. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
3. ekspresi nyeri pada wajah 8. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
4. kurangnya istirahat samping)
12. ketegangan otot
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 3 × 24 jam 1. Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien
insomnia dalam waktu pasien diharapkan dapat 2. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
lama, terbangun lebih awal memperbaiki pola tidurnya dengan 3. Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik
atau terlambat bangun dan criteria : 4. Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum
penurunan kemampuan 1. Mengatur jumlah jam jam tidurnya
fungsi yng ditandai dengan tidurnya
penuaan perubahan pola 2. Tidur secara rutin
tidur dan cemas 3. Miningkatkan pola tidur
4. Meningkatkan kualitas tidur
5. Tidak ada gangguan tidur

13. IMPLEMENTASI

28
Tanggal/
No. Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
Waktu
1. 19-11-2012 Pain Management Subjektif:
09.45 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif  Klien mengatakan masih merasakan nyeri di
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas bagian lutut, munculnya nyeri biasanya setelah
dan faktor presipitasi beraktifitas. Saat aktifitas nyeri tidak dirasakan,
09.50 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan tetapi saat duduk baru nyeri dirasakan, bila
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk dibawa istirahat (tidur) nyeri berkurang.
mengetahui pengalaman nyeri pasien  Klien mengatajakan nyeri dirasakan skala 6
09.53 3. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan (sedang), munculnya nyeri tidak pasti.
intervensi  Klien mengatakan mengerti cara mengurangi
09.55 4. Mengajarkan tentang manjemen nyeri : kompres hangat. nyeri dengan cara kompres air hangat.
11.20 5. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri Objektif:
13.45 6. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri  Klien tampak memegang lututnya dan meringis
nyeri.
 Klien tampak mengerti menajemen nyeri
(kompres hangat) yang diajarkan oleh perawat.
 Klien tampak belum bisa mengontrol nyeri dan
belum bisa melakukan manejemen nyeri yang
diajarkan perawat.
Asasment:

29
Masalah nyeri belum teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
3. Mengajarkan tentang manjemen nyeri :
Kompres hangat.
4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
2. 19-11-2012 Peningkatan Tiidur Subjektif:
1. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien  Klien mengatakan biasanya tidur siang setelah
2. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya shalat zuhur dan bangunnya kadang-kadang
3. Menjelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress sebelum shalat asyar.
fisik  Klien mengatakan saat tidur malam hanya 3 - 4
4. Membantu pasien untuk menghilangkan situasi stress jam, sering terbangun saat malam (biasanya
sebelum jam tidurnya (saat tidur siang) BAK, sahalat tahajut, membaca AL_Qur’an)
dan susah untuk tidur lagi.

30
 Klien mengatakan sulit untuk tidak memikirkan
masalah yang dialaminya (memikirkan keluarga
yang tidak sesuai dengan harapan klien).
Sehingga hal tersebut membuatnya terbangun
saat tidur dan sulit untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan mengerti pentingnya tidur
yang cukup untuk kesehatan tubuh.
Objektif:
 Klien sudah memiliki jadwal harian.
 Klien tampak tidur saat jam 12.43
 Klien tampak mengerti dengan penjelasan
perawat tentang pentingnya pola tidur yang
cukup.
Assesment:
 Masalah Gangguan pola tidur teratasi sebagian.

Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah jam
tidurnya

31
2. Membantu pasien untuk menghilangkan
situasi stress sebelum jam tidurnya (saat tidur
siang)
3. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien
3. 20-11-2012 Manajement Pain Subjektif:
08.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif  Klien mengatakan masih merasakan nyeri di
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas bagian lutut, munculnya nyeri setelah
dan faktor presipitasi beraktifitas (senam pagi). Saat aktifitas nyeri
08.05 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan tidak dirasakan, tetapi saat duduk baru nyeri
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk dirasakan, bila dibawa istirahat (tidur) nyeri
mengetahui pengalaman nyeri pasien berkurang.
08.06 3. Mengajarkan tentang manjemen nyeri : Kompres hangat.  Klien mengatajakan nyeri dirasakan skala 6
(mempraktekkan secara langsung kepada pasien) (sedang), munculnya nyeri tidak pasti.
11.30 4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Klien mengatakan mengerti cara mengurangi
12.00 5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri nyeri dengan cara kompres air hangat.
 Klien mengatakan nyeri berkurang setelah
dilakukan kompres air hangat.

Objektif:
 Klien tampak memegang lututnya dan meringis
nyeri.
 Klien tampak mengerti menajemen nyeri

32
(kompres hangat) yang diajarkan oleh perawat.
 Klien sudah bisa mengontrol nyeri
Asasment:
 Masalah nyeri belum teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
3. Mengajarkan tentang manjemen nyeri : Tehnik
distraksi.
4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.
4. 20-11-2012 Peningkatan Tidur Subjektif:
1. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya  Klien mengatakan biasanya tidur siang setelah
2. Membantu pasien untuk menghilangkan situasi stress shalat zuhur dan bangunnya kadang-kadang
sebelum jam tidurnya (saat tidur siang) sebelum shalat asyar.
3. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien.  Klien mengatakan tadi malam tidurnya 4 – 5

33
Jam, karena sering terbangun saat malam
(biasanya BAK, sahalat tahajut, membaca
AL_Qur’an) dan susah untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan sulit untuk tidak memikirkan
masalah yang dialaminya (memikirkan keluarga
yang tidak sesuai dengan harapan klien).
Sehingga hal tersebut membuatnya terbangun
saat tidur dan sulit untuk tidur lagi.
Objektif:
 Klien tampak mengantuk saat pagi hari
 Klien sudah memiliki jadwal harian.
 Klien tampak tidur saat jam 13.00
Assesment:
 Masalah Gangguan pola tidur teratasi sebagian.
Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah
jam tidurnya
2. Membantu pasien untuk menghilangkan
situasi stress sebelum jam tidurnya (saat
tidur siang)

34
3. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien
5. 21-11-2012 Pain Management Subjektif:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif  Klien mengatakan masih merasakan nyeri di
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas bagian lutut, munculnya nyeri setelah
dan faktor presipitasi beraktifitas (senam pagi). Saat aktifitas nyeri
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan tidak dirasakan, tetapi saat duduk baru nyeri
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk dirasakan, bila dibawa istirahat (tidur) nyeri
mengetahui pengalaman nyeri pasien berkurang.
3. Mengajarkan tentang manjemen nyeri : Kompres hangat.  Klien mengatajakan nyeri dirasakan skala 6
(mempraktekkan secara langsung kepada pasien) (sedang), munculnya nyeri tidak pasti.
4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Klien mengatakan mengerti cara mengurangi
5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri. nyeri dengan cara kompres air hangat.
 Klien mengatakan nyeri berkurang setelah
dilakukan kompres air hangat.

Objektif:
 Klien tampak memegang lututnya dan meringis
nyeri.
 Klien tampak mengerti menajemen nyeri
(kompres hangat) yang diajarkan oleh perawat.
 Klien sudah bisa mengontrol nyeri
Asasment:

35
 Masalah nyeri belum teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
3. Mengajarkan tentang manjemen nyeri :
Kompres hangat. (mempraktekkan secara
langsung kepada pasien)
4. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.

6. 21-11-2012 Peningkatan Tidur Subjektif:


1. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya  Klien mengatakan biasanya tidur siang setelah
2. Membantu pasien untuk menghilangkan situasi stress shalat zuhur dan bangunnya kadang-kadang
sebelum jam tidurnya (saat tidur siang) sebelum shalat asyar.
3. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien  Klien mengatakan tadi malam tidurnya 4 – 5
Jam, karena sering terbangun saat malam

36
(biasanya BAK, sahalat tahajut, membaca
AL_Qur’an) dan susah untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan sulit untuk tidak memikirkan
masalah yang dialaminya (memikirkan keluarga
yang tidak sesuai dengan harapan klien).
Sehingga hal tersebut membuatnya terbangun
saat tidur dan sulit untuk tidur lagi.
Objektif:
 Klien tampak mengantuk saat pagi hari
 Klien sudah memiliki jadwal harian.
 Klien tampak tidur saat jam 13.00
Assesment:
 Masalah Gangguan pola tidur teratasi sebagian.
Planning:
 Lanjutkan Intervensi:
1. Memonitor pola tidur pasien dan jumlah jam
tidurnya
2. Membantu pasien untuk menghilangkan
situasi stress sebelum jam tidurnya (saat
tidur siang)
3. Menetapkan pola kegiatan dan tidur pasien

37
DAFTAR PUSTAKA
Gloria, M.B. (2004). Nursing Intervention Classification. America: Mosby Elsevier.
Herdman, T.H. (2009). NANDA International Nursing Diagnoses: Defenitions and
Classification edition 2009-2011. United Kingdom: Willey Blackwell.
http://ajunkdoank.wordpress.com/2008/12/25/definisi-dan-patologi-osteoarthritis-oa/, diakses
17 Oktober 2011
http://www.slideshare.net/sibermedik/osteoartritis-2809824, diakses 17 Oktober 2011
http://mukipartono.com/osteoartritis/ diakses 17 Oktober 2011
Lueckenotte, A.G. (1996). Gerontologic Nursing. America: Mosby.
Masjoer, A, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (edisi ketiga). Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Media Aesculapius.
Moorhead. (2004). Nursing Outcomes Classification (fourth edition). America: Mosby
Elsevier
Purwoastuti, E. (2009). Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: Kanisius.
Wiyayakusuma, H. (2007). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta: Puspa
Swara.

38

Anda mungkin juga menyukai