Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


GANGGUAN TIDUR DAN ISTIRAHAT

DISUSUN OLEH:
KHOIRUN NISAK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XX


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
A. PENGERTIAN
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks tanpa stress emosional, dan bebas dari
ansietas. Oleh karena itu, istirahat selalu bermakna tidak beraktivitas; pada kenyataannya,
beberapa orang menemukan ketenangan dari beberapa aktivitas tertentu seperti berjalan-
jalan di udara segar (Kozier, 2011).
Sedangkan tidur adalah perubahan status kesadaran yang terjadi ketika persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik
yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Mubarak, 2008).
Istirahat dan tidur menurut Potter & Perry dalam Khasanah (2012) merupakan
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh semua orang. Tidur yang normal melibatkan dua
fase yaitu gerakan bola mata cepat atau rapid eye movement (REM) dan tidur dengan
gerakan bola mata lambat atau non-rapid eye movement (NREM). Selama NREM seseorang
mengalami 4 tahapan selama siklus tidur. Tahap 1 dan 2 merupakan karakteristik dari tidur
dangkal dan seseorang lebih mudah bangun. Tahap 3 dan 4 merupakan tidur dalam dan sulit
untuk dibangunkan.
Craven & Hirnle dalam Ahsan (2015) gangguan istirahat-tidur sering dialami oleh
seseorang yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, ketidakmampuan klien
mendapatkan posisi yang nyaman dan rasa aman merupakan penyebab tersering gangguan
istirahat-tidur. Stressor seperti lingkungan rumah sakit yang asing, rasa nyeri dan penyakit,
serta pemeriksaan medis dapat menyebabkan gangguan pola tidur, penurunan nafsu makan,
dan gangguan perkembangan yang dapat menunda proses penyembuhan penyakit.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan
mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan
tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Semua makhluk hidup
mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam.
Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol
irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf
pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis
medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang
menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata
disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state (Khasanah, 2012).
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak, yaitu :
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region(BSR). RAS di bagian
atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan
dan kesadaran; memberi Stimulus visual,pendengaran,nyeri,dan sensori raba;serta emosi dan
proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur
terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Ahsan, 2015).
Ritme sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia,
bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (misalnya:
cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling
umum adalah ritme sirkadian-yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini,
fluktuasi denyut jantung,tekanan darah, temperature, sekresi hormon, metabolisme dan
penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah
satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu
memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada
saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut
paling rendah (Mubarak, 2008).
Tahapan Siklus Tidur
Tanda-tanda menjelang tidur :
1. Suhu badan menurun
2. Pernapasan melambat
3. Otot-otot rileks
4. Menguap (tanda tubuh beradaptasi akibat pernapasan melambat)
5. NREM
Pola atau tipe tidur biasa ini juga disebut NREM ( Non Rapid Eye Movement) yaitu
gerakan mata tidak cepat. Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam
tidur gelombang pendek, karena gelombang otak selama NREM lebih lambat dari pada
gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur. Tanda –
tanda tidur NREM adalah :
a. Mimpi berkurang
b. Keadaan istirahat ( otot mula berelaksasi)
c. Tekanan darah menurun
d. Kecepatan pernafasan turun
e. Metabolisme turun
f. Gerakan mata lambat
Tidur NonREM ini terbagi menjadi 4 tahap :
1) Tahap I
a) Tahap transmisi
b) Berlangsung dalam 5 menit
c) Beralih dari sadar menjadi tidur
d) Seseorang merasa kabur dan rileks
e) Mata bergerak ke kanan ke kiri
f) Kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas
g) Gelombang alpha sewaktu orang masih sadar diganti dengan gelombang beta yang
lebih lambat
h) Dapat bangun dengan mudah
2) Tahap II
a) Tahap tidur ringn
b) Proses tubuh terus menurun
c) Mata masih bergerak – gerak
d) Kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas
e) Suhu tubuh dan metabolisme menurun
f) Ditandai dengan gelombang “ sleep spindles”
g) Berakhir dari waktu 10 – 15 menit
h) Berlangsung pendek
3) Tahap III
a) Denyut nadi dan frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya lambat akibat dominasi
b) Sistem saraf parasimpatik
c) Sulit dibangunkan
d) Gelombang otak lebih teratur
e) Penambahan gelombang delta yang lambat
4) Tahap IV
a) Kecepatan jantung dan pernafasan menurun
b) Jarang bergerak dan sulit dibangunkan
c) Gerak bola mata cepat
d) Sekresi lambung turun
e) Tonus otak menurun
6. REM
Pola atau tipe tidur Paradoksikal ini disebut juga ( Rapid Eye Movement ) yaitu gerakan
mata cepat. Tidur tipe ini disebut “ paradoksial” karena hal ini bersifat “paradoks” yaitu
seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya tidur REM
atau Paradoks ini merupakan pola atau tipe dimana otak benar – benar dalam keadaan
aktif. Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit.
Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian mimpi terjadi pada tahap ini.
Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20%.
Pada tahap ini individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan
tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, serta frekuensi jantung dan
pernafasan sering kali tidak teratur, Karakteristiknya sebagai berikut:
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka
b)  Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi
c) Pernafasan : Tidak teratur, kadang dengan apnea
d) Nadi : Cepat dan irregular
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi
f) Sekresi gaster : Meningkat
g) Metabolisme : Meningkat, temperature tubuh naik
h)  Gelombang otak : EEG aktif
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan    
(Asmadi, 2008).
C. POLA TIDUR NORMAL
a. Neonatus
1) Tidur 14 – 18 jam sehari
2) Gerak tubuh sendiri
3) 50 % tidur NonREM
4) Setiap siklus tidur 45 –  60 menit
b. Bayi
1) Tidur 12 – 14 ja sehari
2) 20 – 30 tidur REM
3) Tidur lebih lama pada malam hari dan punya pola tebangun sebentar – sebentar
c. Todler
1) Tidur sekitar 10 – 12 jam sehari
2) 25% tidur REM
3) Banyak tidur mala hari
4) Terbangun di dini har berkurang
d. Pra Sekolah
1) Tidur 11 jam sehari
2) 20 % tidur REM
e. Usia Sekolah
1) Tidur 10 jam sehari
2) 18,5 % tidur REM
3) Sisa waktu relatif konstan
f. Remaja
1) Tidur 8,5 jam sehari
2) 20 % tidur REM
g. Dewasa Muda
1) Tidur  7 – 9 jam sehari
2) 5 – 10 % tidur tahap I
3) 50 % tidur tahap II
4) 10 – 20% tidur tahap III – IV
5) 20 – 25 % tidur REM
h. Dewasa Pertengahan
1) Tidur sekitar 7 jam sehari
2) 20 % tidur REM
3) Kadang insomnia
i. Dewasa Tua
1) Tidur sekitar 6 jam sehari
2) 20 – 25 % tidur REM
3) Tidur tahap IV berkurang kadang – kadang tidak ada
4) Insomnia
Asmadi, (2008).
D. GANGGUAN TIDUR
a. Insomnia
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur
ataukesulitan untuk tetap tidur, bahkan seseoranng yang terbangun dari tidur tapi merasa
belumcukup tidur dapat di sebut mengalami insomnia. Jadi insomnia merupakan
ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun
kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak dapat tidur/kurang tidur karena orang
yang menderita insomniasering dapat tidur lebih lama dari yang mereka pikirkan, tetapi
kualitasnya berkurang.Jenis insomnia yaitu :
1) Insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur.
2) insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat mempertahankan
tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur.
3) insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi. Beberapa
factor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu rasa nyeri,
kecemasan,ketakutan, tekanan jiwa kondisi, dan kondisi yang tidak menunjang untuk
tidur (Wartonah, 2004).
b. Somnambulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan
semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, duduk di tempat tidur,
menabrak kursi,berjalan kaki dan berbicara (Khasanah, 2012). Termasuk tingkah laku
berjalan dalam beberapa menit dankembali tidur. Lebih banyak terjadi pada anak-anak,
penderita mempunyai resikoterjadinya cidera.
c. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak di sengaja (mengompol) terjadi pada anak-anak,
remaja dan paling banyak pada laki-laki, penyebab secara pasti belum jelas, namun ada
bebrapa faktor yangmenyebabkan Enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan
toilet training yang kaku.
d. Narkolepsi
Merupakan suatu kondisi yang di cirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk tidur,
dapat dikatakan pula bahwa Narkolepsi serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia
dapat tertidur  pada setiap saat di mana serangn mengantuk tersebut datang. Penyebabnya
secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf
pusat di mana periode REM tidak dapat di kendalikan. Serangan narkolepsi dapat
menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang
bekerja pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi jurang (Prayitno, 2002).
e. Mendengkur
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut.
Amandelyang membengkak dan Adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan
mendengkur.Pangkal lidah yang menyumbat saluran nafas pada lansia. Otot-otot dibagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar bila dilewati udara pernafasan (Wartonah,
2004).
f. Narcolepsy
Kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur.
g. Sleep Apnea
Pernafasan terhenti pada waktu-waktu tertentu selama tidur.
h. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau sebelum tidur REM
E. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Patofisiologi
Reseptor menerima impuls / rangsangan kemudian dibawa ke medulla spinalis kemudian
masuk ke formasi retikularis dilanjutkan ke pons dan masuk ke medula oblongata kemudian
diteruskan ke hipotalamus yang menyebabkan menurunya fungsi panca indra dan sampai
masuk ke korteks serebri, sehingga ditafsirkan / disampaikan kembali ke formasi retikularis
dilanjutkan ke medulla spinalis dan dipersepsikan untuk tidur (Asmadi, 2008).
Etiologi / Penyebab
1. Penyakit
Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal.
Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan nyaman, kemudian terjadi
perubahan-perubahan suasana makan dan menghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi berpengaruh untuk menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada
menahan ngantuk.
4. Kelelahan
Apabila kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM (Rapid Eye
Movement)
5. Kecemasan
Keadaan cemas meningkatkan saraf simpatis, sehingga mengganggu tidur.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alcohol dapat
mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :
 Diuretik : menyebabkan insomnia
 Anti depresan : supresi REM
 Kafein : meningkatkan saraf simpatis
 Beta Bloker : menimbulkan insomnia
 Narkotika : mensupresi REM
Tanda Fisiologis: Penurunan TD dan Nadi, dilatasi pembuluh darah perifer, kadang terjadi
peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal, relaksasi otot-otot rangka, penurunan tingkat
kesadaran pada panca indera (Mubarak, 2008).
F. PATHWAY

Cemas Nyeri akut

Faktor
lingkungan Gangguan
eleminasi urin
Faktor
psikologi
Hipertermi
s

Faktor fisiologis
Merangsang
sistem limbik Merangsang sensori perifer
(pengatur sistem untuk meningkatkan
emosi) untuk pengeluaran serotinin Merangsang korteks
meningkatkan serebral untuk
pengeluaran meningkatkan
kutekolumin pengeluaran seroton

Merangsang Sistem
Aktivas Retikuler (SAR)
untuk menurunkan
pengeluaran serotinin

Kesulitan tidur, Bangun terlalu dini, Ansietas, gelisah,


ketidakpuasan tidur, gangguan pola tidur, penurunan fungsi
menyatakan tidak merasa kesulitan memulai kemampuan, konfusi,
cukup istirahat, perubahan tidur, kesulitan tidur keletihan, perubahan
pola tidur normal, nyenyak, tidur tidak konsentrasi, apatis,
kebiasaan buruk saat tidur memuaskan gangguan persepsi,
dan keluhan verbal lainnya memberontak, mengantuk.

Gangguuan pola Insomnia Deprivasi tidur


tidur
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tidur dapat diukur secara objektif dalam laboratorium gangguan tidur dengan
menggunakan alat yang disebut polisomnografi, sebuah elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) direkam secara bersamaan.
Elektroda dipasang dipertengahan kulit kepala untuk mencatat gelombang otak (EEG),
dibagian terluar kantus masing-masing mata untuk merekam pergerakan mata (EOG), dan
diotot dagu untuk merekam elektromiogram structural (EMG) (Kozier, 2011).
Selain itu juga dipantau yang berikut, bergantung pada beberapa hasil wawancara
awal; upaya pernapasan dan kelancaran aliran udara, EKG, pergerakan tungkai, dan saturasi
oksigen. Saturasi oksigen ditentukan dengan pemantauan oksimeter nadi, sebuah sel listrik
yang sensitif terhadap cahaya yang dipasang di telinga atau di jari. Saturasi oksigen dan
pengkajian EKG terutama penting jika diperkirakan terdapat apnea tidur. Melalui
polisomnografi, aktivitas klien (pergerakan, upaya, dan pernapasan yang berisik) selama
tidur dapat dikaji. Aktivitas tersebut yang mungkin tidak disadari klien mungkin menjadi
penyebab terbangunnya klien selama tidur (Kozier, 2011).

H. PENATALAKSANAAN KOLABORATIF
a. Non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan obat-
obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan
antara lain
1. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapatmenggang
gu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor kerumah, teknik p
engaturan pernapasan,aromaterai, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi. 
2. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai
dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang
dibuat nyaman untuk tidur.
3. Terapi pengaturan tidur 
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
iramasirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
4. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jika atau stress berat
yangmenyebabkan penderita sulit tidur. terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter  psikiatri.
5. CBT (Cognitive behavioral therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam memandang
dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan
rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa diriny
a masih berharga.
6. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita
gangguan tidur.
7. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun
pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam
dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
8. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan keperpayaan
si penderita yang salah mengenai tidur.
9. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak
menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
10. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol,mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-
tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
b. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten
di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
1. Golongan obat hipnotik  
2. Golongan obat antidepresan
3. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
4. Golongan obat antihistamin. untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur
yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik- sedatif tetapi efek samping
dari obat tersebut mengakibatkan, gangguan fungsi mental dan
psikomotor,gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb (Kozier, 2011).

I. ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaijian mengenai :
1. Identitas klien serta penanggung jawab klien.
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit
4. Riwayat tidur
 Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa
bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien
 Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang
air kecil, dan lain-lain
 Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya
 Kebiasaan tidur siang
 Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin, dan lain lain.
 Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah
peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan
tidur
 Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap
kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai
status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stres
emosional atau ansietas, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
 Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti: Penampilan wajah, misalnya
adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva
kemerahan, atau mata yang terlihat cekung.
 Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat tidur, misalnya apakah klien
mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung,
Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
5. Gejala klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis,
adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan
mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
6. Penyimpangan tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis,
narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll.
7. Pemeriksaan fisik
 Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
 Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat kurang
 Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok
mata, bicara lambat, sikap loyo
 Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti
obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam
8. Pemeriksaan diagnostik
Tidur dapat diukur secaran objektif dengan menggunakan alat yang
disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan
alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien
terjaga di malam hari.
b) Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan:
 Halangan lingkungan (misal: bising, pajanan cahaya/gelsp, suhu/kelembapan,
lingkungan yang tidak dikenal)
 Imobilisasi
 Kurang privasi
2. Insomnia berhubungan dengan:
 Factor lingkungan (misal kebisingan lingkungan sekitar, pajanan terhadap
cahaya/gelap, suhu/kelembapan lingkungan sekitar, tatanan yang tidak familier)
 Ketidaknyamanan fisik
3. Deprivasi tidur berhubungan dengan:
 Hambatan lingkungan
 Ketidaknyamanan lama
 Program pengobatan
 Stimulasi lingkungan yang terus-menerus
c) Intervensi
1. Gangguan pola tidur berhubungan halangan lingkungan, imobilisasi, kurangnya
privasi
Batasan Karakteristik:
 Kesulitan tidur
 Ketidakpuasan tidur
 Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
 Perubahan pola tidur normal
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...... x...... jam diharapkan gangguan
pola tidur teratasi dengan kriteria hasil :
- Jumlah jam tidur dalam batas normal  ( 6 – 8 jam / hari
- Mampu mengidentifikasi hal – hal yang meningkatkan tidur
- Pola tidur kualitas dalam batas normal
- Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
Intervensi (NIC) :
Peningkatan Tidur
• Monitor waktu makan dan minum dengam waktu tidur
• Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
• Ciptakan lingkungan yang nyaman
• Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
• Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien
• Instruksikan untuk monitor tidur pasien
• Kolaborasi pemberian obat tidur
2. Insomnia berhubungan dengan factor lingkungan dan ketidaknyamanan fisik
Batasan Karakteristik:
 Bangun terlalu dini
 Gangguan pola tidur
 Kesulitan memulai tidur
 Kesulitan tidur nyenyak
 Tidur tidak memuaskan
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC):
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...... x...... jam diharapkan insomnia
teratasi dengan kriteria hasil :
 Pola tidur yang teratur
 Menuntaskan tidur tanpa terbangun pada dini hari
 Perasaan segar setelah tidur
 Tidak mengalami kesulitan saat memulai untuk tidur
Intervensi (NIC):
Peningkatan tidur
 Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
 Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan tidur
 Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk meningkatkan
tidur
 Kolaborasi pemberian obat tidur
4. Deprivasi tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan, ketidaknyamanan lama,
program pengobatan, stimulasi lingkungan yang terus-menerus
Batasan Karakteristik:
 Ansietas
 Gelisah
 Penurunan fungsi kemampuan
 Konfusi
 Keletihan
 Perubahan konsentrasi
 Apatis
 Gangguan persepsi
 Memberontak
 Mengantuk
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...X24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami deprivasi tidur dengan kriteria hasil :
1. Menunjukkan Tidur, yang dibuktikan oleh indikator berikut (gangguan ekstrem,
berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan )
 Perasaan segar setelah tidur
 Pola dan kualitas tidur
 Rutinitas tidur
 Jumlah waktu tidur yang terobservasi
 Terjaga pada waktu yang tepat.
2. Melaporkan penurunan gejala Deprivasi tidur (misalnya, konfusi, ansietas,
mengantuk pada siang hari, gangguan perseptual, dan kelelahan).
3. Mengidentifikasikan dan melakukan tindakan yang dapat meningkatkan  tidur
atau istirahat.
4. Mengidentifikasikan faktor yang dapat menimbulkan Deprivasi tidur (misalnya,
nyeri, ketidakadekuatan aktivitas pada siang hari)
Intervensi (NIC):
 Manajemen Energi : Mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau
mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
 Manajemen Medikasi : Memfasilitasi penggunaan obat resep dan obat bebas
yang aman  dan efektif.
 Manajemen Alam Perasaan: Menciptakan keamanan , kestabilan, pemulihan,
dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan  baik depresi
maupun peningkatan alam  perasaan.
 Peningkatan Tidur :  Memfasilitasi siklus tidur-bangun yang teratur.

J. DAFTAR PUSTAKA
Ahsan, Ranik, E.K., Shindy, A.P. (2015). Pengaruh terapi sleep hygiene terhadap gangguan
tidur pada anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi. Ejournal umm. 6(1): 1-5.
Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M. (2013). Nursing


Interventions Clssification (NIC) Edisi keenam. Elsevier
Khasanah, K., Wahyu, H. (2012). Kualitas tidur lansia balai rehabilitasi sosial “Mandiri”
Semarang. Jurnal Nursing Studies. 1(1): 189-196
Kozier, ERB, Berman, Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7
Volume 2. Jakarta: EGC
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. ., Swanson, E. (2013). NOC Pengukuran Outcomes
Kesehatan Edisi kelima. Elsevier
Mubarak, W. I. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta: EGC
Nanda International. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10. Jakarta:EGC
Potter, Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC
Prayitno, A. (2002). Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut dan penatalaksanaanya.
J. Kedokteran Trisakti. 21(1): 23-30.

Wartonah, Tarwoto. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses             Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika 

Anda mungkin juga menyukai