KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuahan Yang Maha Esa atas berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini “ LAPORAN PENDAHULUAN ,KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN DAN TUMOR OTAK”
Kami juga tidak lupa mengucapakan terimakasih kepada pihak yang telah
mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.Kami sadar,bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh sebab itu,kami
membutuhkan kritikan dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah selanjutnya.Semoga bermanfaat bagi pembaca
Malang 9 september
2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Defenisi
2.2 Klasifikasi
2.3 Manifestasi klinis
2.4 Etiologi
2.5 Patofisiologi
2.6 Penatalaksanaan Medis
2.7 Pemeriksaan penunjang
2.8 Komplikasi
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa
3.3 Intervensi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
2.2 Klasifikasi
Tumor otak di bagi 2 yaitu:
1.Tumor otak primer
Tumor otak primer dapat berasal dari otak itu sendiri atau jaringan yang menutup
otak, seperti membran meninges, syaraf tengkorak, kelenjar pituitary atau kelenjar
pineal. Tumor otak primer dimulai ketika sel normal mengalami mutasi pada
DNA-nya. Mutasi ini menyebabkan sel tumbuh secara tidak terkendali dan tetap
hidup saat sel yang lain mati. Ada beberapa jenis tumor otak primer. Masing-
masing dinamakan berdasarkan sel yang terkat, antara lain: acoustic neuroma
(schwannoma), astrocytoma, juga dikenal dengan nama glioma, yang terdiri dari
anaplastic astrocytoma dan glioblastoma, ependymoma, ependymoblastoma, germ
cell tumor, medulloblastoma, meningioma, neuroblastoma, oligodendroglioma,
dan pineoblastoma.
1. Glioma : tumor yang tersusun dari neuroglia dalam setiap tahap
perkembangannya; kadang- kadang diperluas mencakup semua neoplasma
otak dan medula spinalis intrinsik, seperti astrositoma, ependimomas, dan
lain- lain. Sejumlah tumor yang bisa dikelompokkan glioma :
a. Glioblastoma : setiap astrositoma yang ganas; biasanyaterdapat pada otak
tetapi tidak terdapat pada batang otak atau medula spinalis.
b. Astrocytomas : tumor yang terdiri dari astrosit; jenis tumor yang paling
lazim dan juga ditemukan di sepanjang sistem saraf pusat; diklasifikasikan
berdasarkan histologi atau dalam hubungannya dengan keganasan (I- IV).
c. Oligodendrogliomas : neoplasma dari dan tersusun dari oligodendrosit (sel
oligodendroglia; sel neo-neural yang berasal dari ektodermal, membentuk
bagian struktur adventisial (neuroglia) sistem saraf pusat.
d. Ependymomas : neoplasma, biasanya tumbuh lambat dan jinak, terdiri dari
sel- sel ependimal (membran yang melapisi ventrikel otak dan kanalis
sentralis medula spinalis) yang terdiferensiasi.
2. Meningioma : tumor pada selaput pelindung otak (meninges) jinak yang
tumbuh lambat, biasanya terletak bersebelahan dengan dura mater (lapisan
yang paling luar, paling kuat dari tiga selaput otak (meninges) dan sumsum
tulang belakang), yang dapat menginvasi tulang tengkorak atau
menyebabkan hiperostosis (pertumbuhan jaringan bertulang yang
berlebihan), dan sering menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
anatomi ; lebih banyak menyerang wanita daripada pria, terutama usia 50-
60 tahun. Wanita lebih sering menderita meningioma karena reseptor
hormon progesteron yang mempunyai GP1 dan GP2 (GP = glikoprotein) :
memberi sifat pengenal pada molekul yang terlibatdalam lalulintas di
dalam sel menyebabkan timbulnya meningioma.
a. Angioblastic meningioma : meningioma yang mengandung banyak
pembuluh darah dari berbagai ukuran;
b. Convexity meningioma : beragam kelompok meningioma yang
terletak antara sulkus otak, biasanya di sebelah anterior fisura
ronaldi;
c. Psammomatous meningioma : meningioma yang mengandung
banyak badan psammoma (badan psammoma; tumor seperti pasir :
yang berasal dari jaringan berserat dari meninges atau koroid atau
struktur tertentu; terbentuk dari kumpulan kalsium yang tampak
mikroskopik).
3. Medulloblastomas : tumor; ganas embrional invasif otak kecil yang lebih
sering terjadi pada anak- anak; sel yang tidak terdeferensiasi pada tabung
neural yang bisa berkembang baik menjadi neuroblast maupun
spongioblas.
4. Gangliogliomas : ganglioneuroma (neoplasma jinak yang tersusun atas
serabut saraf dan sel ganglion masak) pada sistem saraf pusat.
5. Schwannomas: neoplasma yang berasal dari sel schwann (selubung
mielin) neuron; meliputi neurofibroma (tumor saraf tepi akibat proliferasi
(reproduksi atau multiplikasi bentuk serupa, khususnya sel) sel schwann
yang abnormal) dan neurilemomas (tumor selubung saraf perifer
(neurilema), jenis tumor neurogenik yang paling umum, biasanya jinak).
2.Tumor otak sekunder / metastatik
Tumor otak sekunder / metastatik adalah tumor yang dihasilkan dari kanker yang
berasal dari bagian tubuh lain dan kemudian merambat ke otak. Tumor otak
sekunder paling sering terjadi pada orang yang memiliki catatan dengan kanker.
Tapi dapat juga terjadi walaupun jarang, tumor otak metastatik merupakan tanda
awal kanker yang dimulai dari bagian tubuh lainnya. Kanker apapun dapat
menyebar ke otak, tapi jenis yang paling umum antara lain: kanker payudara,
kanker usus besar, kanker ginjal, kanker paru-paru, dan melanoma.
2.3 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu
ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu
dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.
5. Gaya Hidup
penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang
diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan
peningkatan resiko tumor otak. Di samping itu, resiko tumor otak
menurun ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran.
6. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitrosoethyl urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
7. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai neuron dan
tidak bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang dijumpai pada trauma
kepala dapat terjadi melalui 2 cara:
a. Efek segera dari trauma pada fungsi otak
b. Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhdap trauma.
Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda atau serpihan
tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh
kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan oleh efek akselerasi-
deselerasi pada otak. Derajat kerusakan yang terjadi disebabkan pada
kekuatan yang menimpa, makin besar kekuatan, makin parah kerusakan.
Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan diteruskan ke otak. Banyak
energi yang diserap oleh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala dan
tengkorak, tetapi pada trauma hebat penyerapan ini tidak cukup untuk
melindungi otak. Sisa energi diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan
otak. Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan bergeraknya isi
dalam tengkorak yang keras sehingga memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dengan
benturan.
2.4 Patofisiologi
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan
fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung
pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang
paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak.
Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih
osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang
disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral
ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif
dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra
kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi
sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi
ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals
bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan
menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke
bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula
oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah
bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan
pernafasan).
2.6 Penatalaksanaan
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak. Pasien dengan
tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan
neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan memusnakan
semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatnya neurologik
(kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian. Salah satu
variasai dapat digunakan pendekatan spesifik bergantung tipe tumor bergantung
pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuannya untuk dicapai dengan mudah.
1. Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor primer
maligna atau tumor sekunder biasanya sangat sulit disembuhkan.
Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan untuk mencapai
diagnosis histologis, dan jika mungkin untuk meringankan gejala dengan
mengurangi massa tumor. Pemeriksaan histologis dari biopsi tumor dapat
mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan bukan
neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi non neoplasia,
misalnya abses. Kadang-kadang pembedahan tidak disarankan, misalnya
pada pasien dengan kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala
epilepsy. Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis otak
multiple, dimana diagnosannya jelas, walaupun beberapa metastasis soliter
dapat ditangani dengan reseksi.
2. Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada sebagian
tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak.
Radioterapi juga dapat digunakan dalam tatalaksana beberapa tumor jinak,
misalnya tumor hipofisis.
3. Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan kalsifikasi; posisi
kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
4. EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran kandunga
n intraserebral.
5. Scan otak radioaktif
Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
6. Terapi medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsi, kortikosteroid (dekstametason), untuk
peningkatan TIK. Steroid juga dapat memperbaiki deficit neurologis fokal
sementara denganmengobati oedema otak. Kortikosteroid boleh digunakan
sebelum pengobatan sesuai dengan diperbolehkannya penggunaan obat ini
yang didasari melalui evaluasi dignostik dan kemudian menurunkan
oedema serebral dan meningkatkan kelancaran serta pemulihan lebih
cepat.
7. Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian acuan pembedahan
dan radioterapi, dengan penganasan unit spesialitik neuro onkologi. Terapi
radiasi, merupakan dasar pada beberapa tumor otak, juga menurunkan
timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji :
1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampu
an sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan tumor kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic
test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
6. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan
fisik umum per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)
1. Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas biasanya tidak
teratur, dispnea, batuk, terlihat adanya retraksi otot bantu napas.
2. Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas
abnormal misalnya rongkhi, stridor, dll.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
1. Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular, bunyi
jantung normal, tekanan darah Meningkat
2. Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
3. Kaji adanya nyeri dada
c. Persyarafan B3 (brain)
1. Penglihatan (mata), penurunan penglihatan, hilangnya ketajama
n atau diplopia.
2. Pendengaran (telinga), terganggu bila mengenai lobus temporal
3. Penciuman (hidung), mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
4. Pengecapan (lidah), ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
5. Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
6. Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
7. GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
d. Perkemihan B4 (bladder)
1. Inpeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra normal/tidak,
produksi urin normal/tidak.
2. Kaji adanya kelainan seperti oliguri, hematuria, poliuria,
nokturia, dll.
e. Pencernaan B5 (bowel)
1. Nafsu makan menurun/tidak
2. Kaji adanya mual dan muntah
3. Keadaan mulut bersih atau tidak
4. Mukosa bibir lembap/tidak
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan, kaji kemampuan
pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji kekuatan otot klien.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor otak merupakan neoplasma, baik yang jinak maupun ganas, dan lesi-
lesi desak ruang yang lain, yang berasal dari inflamasi kronik yang tumbuh dalam
otak, meningen atau tengkorak. Tumor otak terdapat yang benigna dan tumor otak
maligna. Tumor otak benigna merupakan pertumbuhan jaringan otak secara
abnormal namun tidak ganas. Tumor otak maligna merupakan pertumbuhan
jaringan abnormal yang berpotensi ganas yang dapat menyusup atau menyebar di
jaringan sekitarnya maupun bermetastasis ke jaringan yang jauh melalui aliran
darah.
DAFTAR PUSTAKA
1) Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
2) Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl
M. Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.
Mosby: United States of America.
3) Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
4) Nursing Care Plan. 2012. Nursing Management-Ineffective Cerebral Tissue
Perfusion related to Hydrocephalus.[Serial Online]. http://nanda-nursing-
care-plan.blogspot.com/2012/06/nursing-management-ineffective-
cerebral.html. [Diakses Tanggal 06 Juli 2014].
5) Zulkarnain, Nuzulul Haq. 2011. Asuhan Keperawatan (Askep) Tumor Otak.
[Serial Online]. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35597-Kep
%20Neurobehaviour-Askep%20Tumor%20Otak.html. [Diakses 06 Juli
2014].
6) Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
7) Smeltzer , Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
8) Sue Moorhead, Maria Johnson, Meridean L. Maas, and Elisabeth Swanson.
2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition Measurement
Of Health Outcomes. Mosby: United States of America.