Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


DAN TUMOR OTAK

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV :

ARNELIA PIGE NIM : 2017610125


ROMITA O. JUNAS NIM : 2017610139
YUSTINA MONE NIM : 2017610115
HERONIMUS YERKOHOK NIM : 2017610042

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuahan Yang Maha Esa atas berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini “ LAPORAN PENDAHULUAN ,KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN DAN TUMOR OTAK”

Kami juga tidak lupa mengucapakan terimakasih kepada pihak yang telah
mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.Kami sadar,bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh sebab itu,kami
membutuhkan kritikan dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah selanjutnya.Semoga bermanfaat bagi pembaca

Malang 9 september
2019

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Defenisi
2.2 Klasifikasi
2.3 Manifestasi klinis
2.4 Etiologi
2.5 Patofisiologi
2.6 Penatalaksanaan Medis
2.7 Pemeriksaan penunjang
2.8 Komplikasi

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa

3.3 Intervensi

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tumor merupakan penyakit yang mengkhawatirkan karena menjadi penyebab
kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan
penduduk Indonesia yang meninggal (Riset Kesehatan Dasar tahun 2007). Riset
juga menyatakan bahwa setiap 1000 orang terdapat sekitar 4 penderita tumor.
Faktor ini terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya sehingga dalam kurun
waktu 10 tahun (2005-2015) WHO memperkirakan jumlah kematian karena tumor
rata-rata 8,4 juta setiap tahun dan tahun 2015 mencapai 9 juta jiwa.
Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya
pertumbuhan massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh yang
meliputi tumor jinak (benigna tumor) dan tumor ganas (malignant tumor). Tumor
ganas lebih dikenal sebagai kanker. Massa ini timbul sebagai akibat dari ketidak-
seimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel. Pertumbuhan sel yang tidak
terkendali disebabkan kerusakan DNA yang mengakibatkan mutasi (perubahan
genetik yang bersifat menurun) pada gen vital yang bertugas mengontrol
pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel
normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut disebabkan agen zat-zat kimia
atau fisik yang dinamakan sebagai karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan
(diperoleh) maupun diwariskan.
Perkembangan kanker ditandai dengan sel-sel tumor berinteraksi dengan
komponen lingkungan di sekitarnya seperti sel normal, sel imun (sel efektor), 2
maupun agen terapi yang secara eksternal dapat ditambahkan ke dalam sistem
tubuh. Agen terapi yang dimaksud adalah kemoterapi dan imunoterapi. Sifat
interaksi lingkungan tumor adalah kompleks dan tergantung pada banyak faktor,
di antaranya adalah umur, jenis kelamin dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut
dapat menyebabkan perubahan sel tumor menjadi kompleks.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana laporan pendahuluan dan konsep asuhan keperawatan tumor otak?
1.3 Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat menjelaskan laporan pendahuluan dan konsep asuhan
keperawatan tumor otak.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Defenisi
Tumor otak merupakan neoplasma, baik yang jinak maupun ganas, dan lesi-
lesi desak ruang yang lain, yang berasal dari inflamasi kronik yang tumbuh dalam
otak, meningen atau tengkorak. Tumor otak terdapat yang benigna dan tumor otak
maligna. Tumor otak benigna merupakan pertumbuhan jaringan otak secara
abnormal namun tidak ganas. Tumor otak maligna merupakan pertumbuhan
jaringan abnormal yang berpotensi ganas yang dapat menyusup atau menyebar di
jaringan sekitarnya maupun bermetastasis ke jaringan yang jauh melalui aliran
darah.

2.2 Klasifikasi
Tumor otak di bagi 2 yaitu:
1.Tumor otak primer
Tumor otak primer dapat berasal dari otak itu sendiri atau jaringan yang menutup
otak, seperti membran meninges, syaraf tengkorak, kelenjar pituitary atau kelenjar
pineal. Tumor otak primer dimulai ketika sel normal mengalami mutasi pada
DNA-nya. Mutasi ini menyebabkan sel tumbuh secara tidak terkendali dan tetap
hidup saat sel yang lain mati. Ada beberapa jenis tumor otak primer. Masing-
masing dinamakan berdasarkan sel yang terkat, antara lain: acoustic neuroma
(schwannoma), astrocytoma, juga dikenal dengan nama glioma, yang terdiri dari
anaplastic astrocytoma dan glioblastoma, ependymoma, ependymoblastoma, germ
cell tumor, medulloblastoma, meningioma, neuroblastoma, oligodendroglioma,
dan pineoblastoma.
1. Glioma : tumor yang tersusun dari neuroglia dalam setiap tahap
perkembangannya; kadang- kadang diperluas mencakup semua neoplasma
otak dan medula spinalis intrinsik, seperti astrositoma, ependimomas, dan
lain- lain. Sejumlah tumor yang bisa dikelompokkan glioma :
a. Glioblastoma : setiap astrositoma yang ganas; biasanyaterdapat pada otak
tetapi tidak terdapat pada batang otak atau medula spinalis.
b. Astrocytomas : tumor yang terdiri dari astrosit; jenis tumor yang paling
lazim dan juga ditemukan di sepanjang sistem saraf pusat; diklasifikasikan
berdasarkan histologi atau dalam hubungannya dengan keganasan (I- IV).
c. Oligodendrogliomas : neoplasma dari dan tersusun dari oligodendrosit (sel
oligodendroglia; sel neo-neural yang berasal dari ektodermal, membentuk
bagian struktur adventisial (neuroglia) sistem saraf pusat.
d. Ependymomas : neoplasma, biasanya tumbuh lambat dan jinak, terdiri dari
sel- sel ependimal (membran yang melapisi ventrikel otak dan kanalis
sentralis medula spinalis) yang terdiferensiasi.
2. Meningioma : tumor pada selaput pelindung otak (meninges) jinak yang
tumbuh lambat, biasanya terletak bersebelahan dengan dura mater (lapisan
yang paling luar, paling kuat dari tiga selaput otak (meninges) dan sumsum
tulang belakang), yang dapat menginvasi tulang tengkorak atau
menyebabkan hiperostosis (pertumbuhan jaringan bertulang yang
berlebihan), dan sering menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
anatomi ; lebih banyak menyerang wanita daripada pria, terutama usia 50-
60 tahun. Wanita lebih sering menderita meningioma karena reseptor
hormon progesteron yang mempunyai GP1 dan GP2 (GP = glikoprotein) :
memberi sifat pengenal pada molekul yang terlibatdalam lalulintas di
dalam sel menyebabkan timbulnya meningioma.
a. Angioblastic meningioma : meningioma yang mengandung banyak
pembuluh darah dari berbagai ukuran;
b. Convexity meningioma : beragam kelompok meningioma yang
terletak antara sulkus otak, biasanya di sebelah anterior fisura
ronaldi;
c. Psammomatous meningioma : meningioma yang mengandung
banyak badan psammoma (badan psammoma; tumor seperti pasir :
yang berasal dari jaringan berserat dari meninges atau koroid atau
struktur tertentu; terbentuk dari kumpulan kalsium yang tampak
mikroskopik).
3. Medulloblastomas : tumor; ganas embrional invasif otak kecil yang lebih
sering terjadi pada anak- anak; sel yang tidak terdeferensiasi pada tabung
neural yang bisa berkembang baik menjadi neuroblast maupun
spongioblas.
4. Gangliogliomas : ganglioneuroma (neoplasma jinak yang tersusun atas
serabut saraf dan sel ganglion masak) pada sistem saraf pusat.
5. Schwannomas: neoplasma yang berasal dari sel schwann (selubung
mielin) neuron; meliputi neurofibroma (tumor saraf tepi akibat proliferasi
(reproduksi atau multiplikasi bentuk serupa, khususnya sel) sel schwann
yang abnormal) dan neurilemomas (tumor selubung saraf perifer
(neurilema), jenis tumor neurogenik yang paling umum, biasanya jinak).
2.Tumor otak sekunder / metastatik
Tumor otak sekunder / metastatik adalah tumor yang dihasilkan dari kanker yang
berasal dari bagian tubuh lain dan kemudian merambat ke otak. Tumor otak
sekunder paling sering terjadi pada orang yang memiliki catatan dengan kanker.
Tapi dapat juga terjadi walaupun jarang, tumor otak metastatik merupakan tanda
awal kanker yang dimulai dari bagian tubuh lainnya. Kanker apapun dapat
menyebar ke otak, tapi jenis yang paling umum antara lain: kanker payudara,
kanker usus besar, kanker ginjal, kanker paru-paru, dan melanoma.

2.3 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu
ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu
dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.
5. Gaya Hidup
penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang
diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan
peningkatan resiko tumor otak. Di samping itu, resiko tumor otak
menurun ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran.
6. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitrosoethyl urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
7. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai neuron dan
tidak bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang dijumpai pada trauma
kepala dapat terjadi melalui 2 cara:
a. Efek segera dari trauma pada fungsi otak
b. Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhdap trauma.
Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda atau serpihan
tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh
kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan oleh efek akselerasi-
deselerasi pada otak. Derajat kerusakan yang terjadi disebabkan pada
kekuatan yang menimpa, makin besar kekuatan, makin parah kerusakan.
Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan diteruskan ke otak. Banyak
energi yang diserap oleh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit kepala dan
tengkorak, tetapi pada trauma hebat penyerapan ini tidak cukup untuk
melindungi otak. Sisa energi diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan
otak. Kekuatan akselerasi dan deselerasi menyebabkan bergeraknya isi
dalam tengkorak yang keras sehingga memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dengan
benturan.

2.4 Patofisiologi
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2
faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan
fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung
pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang
paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak.
Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih
osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang
disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral
ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif
dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra
kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi
sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi
ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals
bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan
menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke
bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula
oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah
bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan
pernafasan).

2.5 Manifestasi Klinis


1. Sakit kepala (nyeri)
Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, dan
kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat saat pagi hari dan
menjadi lebih hebat saat beraktivitas yang biasanya meningkatkan TIK,
seperti membungkuk, batuk, atau mengejan sewaktu buang air besar.
Nyeri kepala akibat tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran
struktur peka nyeri (arteri, vena, sinus-sinus vena, dan saraf otak) dalam
rongga intrakranial. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama
dalam tumor fosa posterior. Bila keluhan nyeri kapala terjadi menyeluruh
maka kurang dapat ditentukan lokasinya dan biasanya menunjukkan
pergeseran aktensif kandungan intracranial akibat peningkatan ICP.
2. Mual Muntah
Gejala ini terjadi akibat rangsangan pusat muntah di medulla oblongata.
Muntah paling sering terjadi pada anak dan berhubungan dengan
peningkatan ICP disertai pergeseran batang otak. Muntak dapat terjadi
tanpa didahului mual dan dapat bersifat proyektil.
3. Papiledema
Papilla edema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada pupil.
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan dan
perbesaran diskus optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi,
tanda ini mengisyaratkan peningkatan ICP. Dapat terjadi gangguan
penglihatan yang berkaitan dengan papilledema. Gangguan ini adalah
perbesaran bintik dan amaurosis fugaks (ketika pengihatan berkurang).
4. Lokalisasi gejala
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak
diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya, dengan
mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
a. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai
benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
b. Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
c. Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
d. Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
e. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot
wajah
f. Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan
g. Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas esndi

2.6 Penatalaksanaan
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak. Pasien dengan
tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan
neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan memusnakan
semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatnya neurologik
(kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian. Salah satu
variasai dapat digunakan pendekatan spesifik bergantung tipe tumor bergantung
pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuannya untuk dicapai dengan mudah.
1. Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor primer
maligna atau tumor sekunder biasanya sangat sulit disembuhkan.
Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan untuk mencapai
diagnosis histologis, dan jika mungkin untuk meringankan gejala dengan
mengurangi massa tumor. Pemeriksaan histologis dari biopsi tumor dapat
mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan bukan
neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi non neoplasia,
misalnya abses. Kadang-kadang pembedahan tidak disarankan, misalnya
pada pasien dengan kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala
epilepsy. Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis otak
multiple, dimana diagnosannya jelas, walaupun beberapa metastasis soliter
dapat ditangani dengan reseksi.
2. Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada sebagian
tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak.
Radioterapi juga dapat digunakan dalam tatalaksana beberapa tumor jinak,
misalnya tumor hipofisis.
3. Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan kalsifikasi; posisi
kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
4. EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran kandunga
n intraserebral.
5. Scan otak radioaktif
Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.

6. Terapi medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsi, kortikosteroid (dekstametason), untuk
peningkatan TIK. Steroid juga dapat memperbaiki deficit neurologis fokal
sementara denganmengobati oedema otak. Kortikosteroid boleh digunakan
sebelum pengobatan sesuai dengan diperbolehkannya penggunaan obat ini
yang didasari melalui evaluasi dignostik dan kemudian menurunkan
oedema serebral dan meningkatkan kelancaran serta pemulihan lebih
cepat.
7. Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian acuan pembedahan
dan radioterapi, dengan penganasan unit spesialitik neuro onkologi. Terapi
radiasi, merupakan dasar pada beberapa tumor otak, juga menurunkan
timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap.

2.7 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik


1. CT scan dan MRI : memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang
progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah
satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit
membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada : dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal
dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal
ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal : dilakukan untuk melihat adanya sel-sel
tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya
diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik : dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan
tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan
informasi prognosis.
a. Angiografi Serebral : memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral.
b. Elektroensefalogram (EEG) : mendeteksi gelombang otak
abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang
2.8 Komplikasi
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema
Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam
rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi
pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan
singuli.
4. Epilepsi
Metastase ketempat lain

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji :
1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampu
an sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan tumor kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic
test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
6. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan
fisik umum per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)
1. Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas biasanya tidak
teratur, dispnea, batuk, terlihat adanya retraksi otot bantu napas.
2. Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas
abnormal misalnya rongkhi, stridor, dll.

b. Kardiovaskular B2 (blood)
1. Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular, bunyi
jantung normal, tekanan darah Meningkat
2. Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
3. Kaji adanya nyeri dada
c. Persyarafan B3 (brain)
1. Penglihatan (mata), penurunan penglihatan, hilangnya ketajama
n atau diplopia.
2. Pendengaran (telinga), terganggu bila mengenai lobus temporal
3. Penciuman (hidung), mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
4. Pengecapan (lidah), ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
5. Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
6. Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
7. GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
d. Perkemihan B4 (bladder)
1. Inpeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra normal/tidak,
produksi urin normal/tidak.
2. Kaji adanya kelainan seperti oliguri, hematuria, poliuria,
nokturia, dll.
e. Pencernaan B5 (bowel)
1. Nafsu makan menurun/tidak
2. Kaji adanya mual dan muntah
3. Keadaan mulut bersih atau tidak
4. Mukosa bibir lembap/tidak
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan, kaji kemampuan
pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji kekuatan otot klien.

3.1 Diagnosa Keperawatan


1. Pola napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol
terhadap otot pernafasan), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafas,
dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
2. Nyeri akut b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala terutama
pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk,
mengejan, membungkuk
3. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan
peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak,
depresi SSP dan oedema
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan
disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
6. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP,
ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran

3.3 Rencana tindakan Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi dan Rasional
keperawatan Hasil
1. Pola napas tida NOC: respiratory status : NIC: respiratory monitoring
k efektif b.d di airway patency 1. Pantau frekuensi, irama, dan
sfungsi neuro kedalaman napas
Setelah dilakukan tindak
Rasional: memantau keadaan
muskuler (hila
an keperawatan selama
umum klien
ngnya kontrol
1×24 jam pola nafas 2. Perhatikan gerakan dinding
terhadap otot
tidak efektif dapat teratas dada dan kesimetrisan, kaji
pernafasan)
i dengan adanya penggunaan otot
kriteria hasil:
bantu pernapasan
- Menunjukkan jalan nafas
Rasional : mengetahui
yang paten (klien tidak
kemampuan pernapasan klien
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafas NIC: airway management
an dalam rentang normal, 3. Berikan posisi yang nyaman :
tidak ada suara nafas semifowler
Rasional : tindakan noninfasi
abnormal)
- Tanda Tanda vital dalam f dalam meringankan sesak
rentang normal (tekanan napas dengan memaksimalka
darah, nadi, pernafasan n ventilasi
4. Lakukan suction (bila perlu)
Rasional : mengurangi sekret
5. Berikan terapi nebulizer
Rasional : mengencerkan
secret
NIC: oxygen terapy
6. Berikan oksigen sesuai indika
si
Rasional: memberikan bantua
n oksigen
2. Gangguan NOC: circulation status NIC: management peripheral
perfusi sensation
1. Pantau keadaan umum klien
serebral b.d Setelah dilakukan tindak
(GCS)
hipoksia an keperawatan selama
Rasional : memantau keadaan
jaringan 25×24 perfusi jaringan
umum klien
cerebral dapat teratasi 2. Pantau status cairan termasuk
dengan kriteria hasil: intake dan output
Rasional : mencegah intake >
- Menunjukkan status
output yang menyebabkan
sirkulasi baik dengan indi
tekanan di dalam tubuh
kator tekanan darah dala
meningkat
m batas normal
NIC: intra-cranial pressure
- Menunjukkan kemampua
monitor (ICT)
n kognitif dengan indikat
3. Pantau tanda-tanda vital
or mempu berkomunikasi Rasional : memantau keadaan
dengan jelas, mampu ber umum klien
4. Monitor tekanan perfusi sere
konsentrasi dan orientasi,
bral
mampu mengingat, mene
Rasional : memantau tekanan
rima informasi dan
intrakranial agar tidak menin
membuat keputusan
gkat
5. Posisikan kepala lebih tinggi
Rasional : mengurangi aliran
darah ke otak sehingga
menurunkan TIK
6. Pertahankan keadaan tirah
baring
Rasional : meningkatkan
istirahat sebagai upaya
menurunkan TIK
7. Kolaborasi dalam pemberian
obat-obatan
Rasional : prosedur
penanganan dan tindakan
medis

3. Resiko tinggi NOC: fall prevention NIC: fall prevention


behavior 1. Identifikasi kelemahan fisik
cidera b.d
atau kognitif yang berpotensi
disfungsi otot Setelah dilakukan tindaka
meningkatkan resiko cidera
sekunder n keperawatan selama
Rasional : mengetahui faktor
terhadap 1×24 jam resiko tinggi
yang dapat menyebabkan
depresi SSP cidera dapat teratasi denga
cidera klien
n 2. Pasang set rail di samping
kriteria hasil:
kanan dan kiri bed klien
- Klien mampu menjelaska
Rasional : membantu
n cara/metode untuk me
mencegah klien jatuh dari
ncegah cidera
tempat tidur
- Orientasi orang, waktu,
dan tempat dengan baik NIC: dementia management
- Klien terbebas dari risiko 3. Gunakan kontak mata saat
cidera interaksi dengan klien
- Klien mampu memodifik Rasional : kontak mata
asi gaya hidup untuk menunjukkan perhatian
4. Bicara dengan jelas dan pelan
mencegah cidera
Rasional : membantu klien
berkonsentrasi terhadap
informasi
5. Gunakan bahasa yang
sederhana
Rasional : bahasa sederhana
mudah dicerna dan tidak
membingungkan klien

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor otak merupakan neoplasma, baik yang jinak maupun ganas, dan lesi-
lesi desak ruang yang lain, yang berasal dari inflamasi kronik yang tumbuh dalam
otak, meningen atau tengkorak. Tumor otak terdapat yang benigna dan tumor otak
maligna. Tumor otak benigna merupakan pertumbuhan jaringan otak secara
abnormal namun tidak ganas. Tumor otak maligna merupakan pertumbuhan
jaringan abnormal yang berpotensi ganas yang dapat menyusup atau menyebar di
jaringan sekitarnya maupun bermetastasis ke jaringan yang jauh melalui aliran
darah.

DAFTAR PUSTAKA
1) Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
2) Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl
M. Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.
Mosby: United States of America.
3) Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
4) Nursing Care Plan. 2012. Nursing Management-Ineffective Cerebral Tissue
Perfusion related to Hydrocephalus.[Serial Online]. http://nanda-nursing-
care-plan.blogspot.com/2012/06/nursing-management-ineffective-
cerebral.html. [Diakses Tanggal 06 Juli 2014].
5) Zulkarnain, Nuzulul Haq. 2011. Asuhan Keperawatan (Askep) Tumor Otak.
[Serial Online]. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35597-Kep
%20Neurobehaviour-Askep%20Tumor%20Otak.html. [Diakses 06 Juli
2014].
6) Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
7) Smeltzer , Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
8) Sue Moorhead, Maria Johnson, Meridean L. Maas, and Elisabeth Swanson.
2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition Measurement
Of Health Outcomes. Mosby: United States of America.

Anda mungkin juga menyukai